Kerajinan Benda Di Daerah Aceh
Kerajinan Benda Di Daerah Aceh
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
M. TAUFIQQURRAHMAN
KELAS X MIPA 1
SMAKON (ACEH)
2020
PENDAHULUAN
A. KERAJINAN JEUNGKI
Jeungki adalah suatu alat tradisional masyarakat Aceh untuk menumbuk
padi, dan sering juga dipergunakan untuk menumbuk kopi. Jeungki ini sudah
jarang ditemukan di dalam keseharian masyarakat Aceh, dengan perkembangan
teknologi yang sungguh pesat, benyak masyarakat yang meninggalkan Alat
tradisional Jeungki ini. tetapi Alat tradisional ini masih bisa ditemukan di
beberapa daerah di aceh, salah satunya di Daerah Geudong, Aceh Utara.
1. Bahan
Bahan terdiri dari bahan utama, bahan pununjang dan bahan pelengkap.
Bahan utama adalah bahan pokok yang menjadi media penciptaan karya,
sedangkan bahan penunjang adalah bahan-bahan lain yang menjadi perlengkapan
penting yang digunakan untuk menciptakan suatu karya. sedangkan bahan
pelengkap adalah bahan-bahan yang di gunakan pada waktu finising untuk
mempertajam keindahan karya yang diciptakan.
· Bahan Utama/ bahan pokok.
Bahan utama dalam karya ini adalah kayu limbah. Karena bahan limbah
itu lebih menantang pengkarya untuk membuat sebuah karya seni.
· Bahan Penunjang.
Bahan penunjang karya ini adalah bahan lain untuk mendukung karya,
dalam hal ini penulis mengunakan, Kertas HVS (dalam pembuatan desain), dan
Pensil.
· Bahan Finising
Pada kesempatan kali ini, mengunakan finising cat poster dan A550 clear
metallic.
2. Alat
Peralatan adalah seluruh benda yang digunakan untuk menunjang proses
terciptanya sebuah karya seni. Dalam proses penciptaan sebuah karya, pengkarya
mengunakan alat yakni: pahat, palu pahat, kuas.
3. Teknik
· Tehnik yang digunakan ialah tehnik kerja bangku.
4. Finising
Penggarapan sebuah karya, bila karya telah diciptakan mestinya ditahap
akhir ialah finising, karya yang telah diciptakan ini cat warna Kuning, hitam dan
merah.
Sulaman benang emas atau kasab Aceh sudah dikenal sejak dahulu, dan
mulai dikembangkan kemudian di pemukiman Dayah Geulumpang kecamatan
Meuraxa Ulee Lheue. Sulaman benang emas ini banyak digunakan untuk
menghiasi ruangan-ruangan pernikahan dalam masyarakat Aceh terutama ruangan
pengantin dan pelaminan. Teknik jahit sulaman benang emas secara umum
menggunakan teknik jahit timbul atau couching dengan pola-pola hiasan yang
berupa stilisasi tumbuh-tumbuhan. Motif-motif berbentuk hewan dan manusia
dengan penggambaran yang realis sangat jarang ditemukan pada kerajinan
tersebut, karena berdasarkan keyakinan agama orang Aceh yaitu agama Islam
terkait dengan adanya larangan untuk menciptakan atau menggambarkan bentuk-
bentuk mahkluk hidup yang berupa kewan dan manusia.
Jenis-Jenis Rencong
Jenis-jenis rencong antara lain : Rencong Meupucok, Rencong
Meucugek, Rencong Meukuree dan Rencong Pudoi.
1. Rincong Meupucok
Pudoi artinya menengah (biasa). Ini dapat di lihat dari gagangnya. Gagang
rencong ini tidak sama dengan rencong meupucok, meucugek atau meukuree.
Hulu rencong Pudoi adalah pengangan tanpa variasi, kelah (pembungkus bahagian
bawah hulu dan puting yang kadang-kadang dibesarkan sedikit agar tidak tertutup
dengan gagang yang sederhana bila ditancapkan pada sasarannya. Gagang
rencong Pudoi ini tidak ada lengkungnya. Sejarah rencong Pudoi ini mulai tahun
1904 Belanda tidak memperbolehkan memakainya. Sehingga larangan tersebut
sangat melukai hati orang Aceh dan bertentangan dengan adat istiadat yang
berlaku pada waktu itu.
KEPERPUSTAKAAN
gerbangaceh.blogspot.com
http://aneukagamaceh.blogspot.com/