Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENDIDIKAN ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS

DISUSUN
OLEH :

AYU WIDARSIH (1902130012 )

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PRODI PAUD
UNIVERSITAS ALMUSLIM
BIREUEN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
            Tidak setiap anak mengalami perkembangan dengan normal. Seringkali
kita jumpai anak-anak, remaja, bahkan dewasa dalam perkembangannya
mengalami hambatan, gangguan, kelambatan dari segi kognitif. Sehingga, untuk
mencapai perkembangan yang optimal diperlukan penanganan atau pendampingan
secara khusus. Kelompok inilah yang dikenal sebagai kelompok anak
berkebutuhan khusus.
            Pada dasarnya, anak berkebutuhan khusus memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Karakteristik tersebut meliputi tingkat perkembangan sensorik
motor, kognitif, kemampuan berbahasa, keterampilan diri, konsep diri,
kemampuan berinteraksi social, serta kreatifitasnya. Selain itu, anak berkebutuhan
khusus bisa digolongkan menjadi anak yang memiliki kelainan secara fisik,
mental, berkelainan emosional maupun akademik. Seorang pendidik, harus
memahami berbagai karakter anak terutama anak yang memiliki karakter yang
istimewa seperti anak yang berkebutuhan khusus.  Adanya perbedaan karakteristik
pada setiap anak berkebutuhan khusus, akan memerlukan kemampuan khusus
guru. Masalah-masalah perilaku psikososial yang seringkali muncul pada anak
berkebutuhan khusus adalah 1) Penakut seperti pada takut pada binatang, gelap,
dan lain-lain. 2) Perilaku agresif, yang tampak pada tindakan-tindakan anak yang
cenderung melukai anak lain. 3) Pendiam, menarik diri dan atau rendah diri.
Selain itu,  guru sebagai seorang pendidik dituntut untuk memiliki kemampuan
dengan cara mengombinasikan kemampuan dan bakat setiap anak dalam beberapa
aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi kemampuan berpikir, melihat, mendengar,
berbicara, dan cara besosialisasikan.
            Model pembelajaran terhadap peserta didik berkebutuhan khusus yang
disiapkan oleh para guru disekolah, ditunjukan agar peserta didik mampu untuk
berinteraksi terhadap lingkungan social. Pembelajaran tersebut disusun secara
khusus melalui penggalian kemampuan diri peserta didik yang paling dominan
dan didasarkan kepada kurikulum berbasis kompetisi.
RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Definisi Anak  Berkebutuhan Khusus bagi penyandang


tunanetra,tuna rungu, dan tunawicara?
2. Bagaimana karaktersitik Anak Berkebutuhan Khusus bagi penyandang
tunanetra, tuna rungu, dan tunawicara?
3. Bagaimana tipe Anak Berkebutuhan Khusus bagi penyandang
tunanetra,tunarungu dan tunawicara ?
4. Apa faktor penyebab Anak Berkebutuhan Khusus bagi penyandang
tunanetra,tunarungu dan tunawicara ?
5. Bagaimana cara pendampingan khusus bagi Anak Berkebutuhan Khusus
penyandang tunanetra, tunarungu, dan tunawicara ?

TUJUAN PENULISAN          

1. Mengetahui definisi Anak Berkebutuhan Khusus penyandang tunanetra,


tunarungu dan tunawicara.
2. Mengetahui Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus penyandang
tunanetra, tunarungu dan tunawicara.
3. Mengetahui tipe-tipe Anak Berkebutuhan Khusus penyandang tunanetra,
tunarungu dan tunawicara.
4. Mengetahui faktor-faktor penyebab Anak Berkebutuhan Khusus
penyandang tunanetra, tunarungu dan tunawicara.
5. Mengetahui cara pendampingan khusus bagi Anak Berkebutuhan Khusus
penyandang tunanetra, tunarungu dan tunawicara.
BAB II
PEMBAHASAN

A. TUNA NETRA

1. DEFINISI
            Tuna netra adalah individu yang mengalami hambatan dalam
penglihatannya. Definisi menurut Kaufman dan Hallalan tuna netra disebut
sebagai individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan
kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan.

2. KARAKTERISTIK
a.       Saat masih bayi, anak tidak merespon saat digoda dengan wajah lucu, warna
warni dan mainan berwarna mencolok lain yang biasanya disukai olehy bayi.
b.      Saat diajak bicara, mata anak tidak tertuju pada seseorang yang mengajaknya
bicara, tetapi berputar kearah-arah lain. Hal ini diebut juga dengan mata juling
atau tidak fokus melihat satu benda tertentu.
c.       Anak suka berkedip dan menyipitkan mata.Biasanya anak tuna netra suka
menyipitkan mata dan berkedip-kedip dengan harapan bisa melihat lebih jelas.
d.      Mata berair, infeksi, dan bengkak didekat bulu mata. Beberapa penyakit mata
yang tak kunjung sembuh bisa menjadi pertanda dan sekaligus penyebab tuna
netra.
e.       Secara psikis, anak-anak yang mengalami tuna netra lebih mudah tersinggung
dibandingkan anak lain karena mereka merasa kurang terutama dalam hal
penglihatan. Kekurangan ini membuat mereka sulit bermain dan belajar seperti
anak lainnya.

Menurut Anastasia Widjajantin di tahun 1996 :


                               a.            Memiliki rasa curiga yang berlebihan pada orang lain.Penglihatan yang terbatas

membuat penyandang tuna netra kurang mampu untuk berorientasi dengan


lingkungannya. Sebagai dampak dari hal tersebut, kemampuan bergerak dan
mobilitas mereka menjadi rendah. Sehingga, membuat penyandang tuna netra
kurang bisa memahami perasaan orang lain dan muddah curiga.
                              b.            Mudah tersinggung, karena merasa diri mereka tidak sempurna, penglihatan

yang kabur sampai blind membuat penyandang tuna netra sangat sensitive
perasaannya dan mudah tersinggung untuk hal-hal kecil. Sendau gurau bisa
diartikan lain oleh mereka apabila terlalu berlebih dan dirasa menyinggung
kelemahannya.
                               c.            Sangat tergantung pada orang lain, kesulitan mobilitas dan aktivitas membuat

penyandang tuna netra sangat tergantung pada orang lain, terutama orang tua dan
keluarga mereka. Ketergantungan ini kadangkala justru dipicu oleh kekawatiran
yang berlebihan dari orang tua akan keselamatan anak apabila melakukan
aktivitasnya sendiri.
                              d.            Blindism, merupakan gerakan-gerakan yang dilakukan oleh penyandang tuna

netra tanpa mereka sadari. Gerakannya bisa berupa gelengan kepala, anggukan
kepala atau menggoyangkan tubuh. Gerakan ini termasuk dalam gerakan inklusif
yang perlu dihilangkan.
                               e.            Perasaan rendah diri. Kelemahan penglihatan membawa perasaan lebih rendah

dari orang lain yang normal. Jika perasaan ini tidak diatasi maka sulit bagi
penyandang tuna netra untuk dapat memaksimalkan potensi dirinya.
                               f.            Posisi tangan kedepan dan badan agak membungkuk. Posisi tersebut sering kali

dilakukan oleh penyandang tuna netra. Hal demikian dimasudkan untuk


melindungi tubuh mereka dari sentuhan tubuh orang lain atau terantup benda yang
tajam. Hal ini dilakukan pada saat penyandang tuna netra berjalan sendiri.
                              g.            Suka melamun. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya koordinasi yang baik

antara penglihatan dan posisi tubuh, membuat penyandang tuna netra sulit
melakukan aktivitas layaknya oprang lain. Oleh karenanya, melamun menjadi
salah satu kegiatan yang mengasikkan bagi tuna netra.
                              h.            Fantasi yang kuat untuk mengingat sesuatu objek. Kaitannya erat dengan

lamunan yang kemudian berkembang menjadi fantasi. Apabila penyandang tuna


netra menguasai baca tulis maka hal ini justru menjadi kelebihan bagi mereka
untuk menulis buku cerita anak dan cerita fiksi melalui fantasinya.
                                i.            Kritis atau suka bertanya. Rasa ingin tahu yang besar tidak diimbangi oleh

kuatnya penglihatan seg=hingga penyandang tuna netra banyak bertanya tentang


berbagai hal dengan orang lain disekitarnya.
                                j.            Pemberani. Kelemahan penglihatan menyebabkan penyandang tuna netra telah

terbiasa menghadapi cobaan dalam hidupnya. Hal ini menuumbuhkan rasa


keberanian tersendiri yang sulit untuk dimiliki oleh orang lain dengan penglihatan
yang normal.
                              k.            Fokus atau perhatian terpusat,  karena harus menanggulangi kelemahannya

berupa ketidakmampuan untuk melihat dengan jelas maka penyandang tuna netra
selalu bisa fokus pada satu hal yang dipelajarinya. Tidak ada keinginan untuk
memperhatikan hal lain saat dia tengah fokus pada satu bidang tertentu karena
memang pilihan untuk beraktivitas sangat sedikit sehingga mereka sangat
memanfaatkan kesempatan dari aktivitas yang telah dilakukannya. Oleh
karenanya, kebanyakan penyandang tuna netra bisa mengoptimalkan kemampuan
indra lainnya dan mencapai ksuksesan dengan hal tersebut.

3. TIPE
Secara garis besar tuna netra dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
                         a.             Low vision

Merupakan jenis tuna netra yang juga dikatakan sebagai penglihatan lemah, jadi
seseorang masih dapat melihat namun dalam jarak yang sangat dekat. Sehingga,
berbeda dengan orang lain.
                         b.             Total Blind

             Merupakan jenis tuna netra yang dikatakan sebagai buta kota.

Menurut Direktorat PK dan PLK Dikmen, ada 4 klasifikasi penyandang


tuna netra yaitu:
1)      Berdasarkan daya penglihatan
a.       Total blind (buta total)
Tuna netra jenis ini dikatakan sebagai buta total atau sama sekali tidak memiliki
persepsi visual. Mereka mengandalkan persepsi cahaya dan tidak bisa melihatnya
secara nyata. Di dalam medis, Total Blind dikatakan hanya memiliki ketajaman
penglihatan/visus 1/8 seperti  jarak lambaian tangan sekitar 1 meter saja. Dalam
pembelajaran dan pendidikan bisa digunakan huruf Braille.
b.      Partially sighted (tuna netra setengah berat)
Tunanetra jenis ini memiliki kemampuan untuk melihat, namun tidak seutuhnya
atau sebagian saja. Untuk membantunya melihat digunakan alat bantu seperti kaca
pembesar atau ketika membaca menggunakan tulisan yang hurufnya bercetak
tebal.
c.       Low vision (tunanetra ringan)
Tunanetra jenis ini dikatakan sebagai tunanetra dengan klasifikasi ringan dan
biasanya masih dapat beraktivitas menggunakan fungsi penglihatannya. Hanya
saja, jarak pandang cahaya yang bisa ditempuh oleh penderita ini hanya sekitar 60
meter sedangkan untuk melihat lambaian tangan mereka mampu menempuh jarak
sampai 6 meter. Kelemahan akan tampak saat mereka mempersepsi benda-benda
yang ada di sekitarnya tentang ukuran, bentuk, dan warna sehingga
mempengaruhi proses pembelajaran dan media yang digunakan.
2)      Berdasarkan waktu terjadinya ketunanetraan
a.       Terjadi semenjak di dalam kandungan.Tunanetra jenis ini terjadi saat bayi masih
ada di dalam kandungan. Penyebabnya misalnya karena penyakit yang diderita
oleh ibu kurangnya nutrisi, dan kurangnya penjagaan terhadap kondisi sewaktu
hamil. Hal ini menyebabkan anak sama sekali tidak memiliki pengalaman
penglihatan.
b.      Terjadi saat masih anak-anak .Tunanetra jenis ini dialami oleh seorang individu
saat masih anak-anak. Mereka telah sempat melihat dunia dan seisinya, tetapi
belum melekat benar dalam memori sehingga sedikit sekali pengalaman yang
didapatkannya sehubungan dengan penglihatan.
c.       Terjadi saat usia sekolah atau remaja. Tunanetra jenis ini justru banyak
mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang karena sebelumnya ia telah
memiliki pengalaman dan kesan terhadap berbagai jenis banda yang dilihatnya.
d.      Terjadi saat dewasa.Meskipun telah banyak kesan visual yang berhasil melekat
dalam ingatan, penyandang tunanetra di usia dewasa lebih siap secara mental.
Perkembangan kepribadian tidak banyak berpengaruh selain adanya rasa minder
dan tidak nyaman.
e.       Terjadi saat lanjut usia. Factor usia membuat penyandang tunanetra manula
menjadi lebih sulit beradaptasi dan belajar menolong diri sendiri apalagi ditambah
dengan beberapa penyakit yang sering dialami oleh para manula tersebut.

3)      Berdasarkan pemeriksaan klinis :


a.       Ketajaman penglihatan kurang dari 20/200.Untuk ketajamam penglihatan kurang
dari 20/200 sudah termasuk permanen dan sulit diperbaiki fungsi penglihatannya.
b.      Ketajaman penglihatan antara 20/70 sampai dengan 20/200.Untuk ketegori ini
penyandang tunatetra biasanya masih bisa diperbaiki fungsi penglihatannya.
4)      Berdasarkan kelainan-kelainan pada mata :
a.       Hyperopia adalah gangguan penglihatan ketika sesorang sulit melihat dari jarak
dekat. Gangguan ini terjadi karena bayangan pada mata tidak fokus
jatuh  dibelakang retina. Untuk membantu penyandang hyperopia perlu
menggunakan kacamata berlensa positif agar dapat melihat dari jarak dekat.
Gangguan ini terjadi saat seseorang telah berusia diatas 40 tahun.
b.      Myopia adalah gangguan penglihatan ketika seseorang sulit melihat dari jarak
jauh.  Pada gangguan myopia seseorang memiliki bayangan yang jatuh didepan
retina. Penyandang myopia dapat dibantu dengan kacamata atau lensa kontak
berjenis negative untuk melihat jarak jauh.
c.        Astigmatisme adalah
gangguan penglihatan ketika penglihatan menjadi kabur
akibat adanya sesuatu yang tidak beres pada bola matanya. Kacamata yang
digunakan yaitu lensa silindris

4. PENYEBAB
a.       Tunanetra bisa terjadi akibat penyakit campak Jerman yang menyerang ibu hamil
(terutama saat kandungan berusia 1-3 bulan).
b.      Tunanetra juga bisa terjadi akibat penyakit Syphilis yang terjadi pada ibu hamil.
Biasanya bayi yang ada dalam kandungan kemungkinan besar akan terlahir
dengan kondisi tunanetra.
c.       Tunanetra juga bisa terjadi akibat kecelakaan, keracunan obat-obatan zat kimia,
sinar laser, atau kebiasaan mengkonsumsi alkohol ketika hamil. Hal ini bisa
mengakibatkan kerusakan janin khususnya pada bagian mata.
d.      Infeksi virus Rubella atau toxoplasmosis pada ibu hamil juga bisa menyebabkan
kecacatan pada bayi yang akan dilahirkan.
e.       Tunanetra juga bisa disebabkan oleh malnutrisi berat di tahap embrional masuk
minggu ke 3 sampai ke 8.
1) Penyebab tunanetra di masa kelahiran
a.       Kerusakan mata atau syaraf mata pada bayi bisa terjadi akibat proses kelahiran
yang sulit, sehingga bayi harus keluar dengan bantuan alat vakum.
b.      Penyebab tunanetra juga bisa terjadi ketika sang ibu menderita penyakit
gonorrchoe sehingga kuman gonococcus (GO) bisa menular pada bayi saat proses
kelahiran.
c.       Retrolenta Fibroplasia dimungkinkan menjadi salah satu penyebab tunanetra.
Sebab, bayi lahir sebelum waktunya dan mendapatkan konsentrasi oksigen yang
tinggi selama di dalam inkubator.
2) Penyebab tunanetra di masa pertumbuhan
a.       Gangguan penglihatan juga bisa terjadi karena kekurangan vitamin A.
b.      Diabetes militus juga bisa menyebabkan kelainan pada retina.
c.       Darah tinggi ternyata juga bisa membuat pandangan rangkap atau kabur.
d.      Serangan stroke memicu kerusakan pada syaraf mata.
e.       Radang kantung air mata, radang kelenjar kelopak mata, hemangiona,
retinoblastoma, serta efek obat atau zat kimiawi juga bisa menjadi pemicu
kerusakan pada indra penglihatan.

5. TIPE PENDAMPINGAN
a. Jangan berkesimpulan bahwa murid membutuhkan bantuan sepanjang
waktu bertanyalah pada mereka.
b. Bicaralah langsung pada mereka dan panggil nama mereka.
c. Jangan berkesimpulan bahwa akibat gangguan penglihatannya, murid
tidak bisa manyelesaikan setiap tugas yang diberikan.
d. Selalu perhatikan pengaturan tempat duduk untuk memastikan murid dapat
memaksimalkan penglihatan yang dimiliki.
e. Pastikan pencahayaan yang tepat untuk setiap murid.
f. Perhitungkan pengaturan ruangan kelas dan buat anak terbiasa dengan
pengaturan tersebut.
g. Sediakan waktu ekstra untuk anak menyelesaikan tugas.
h. Mintalah teman-teman sekelas untuk membantu anak yang mungkin
membutuhkan bantuan saat berpindah ruangan dari satu kelas ke kelas
lainnya.

1)         Petunjuk dan tips untuk guru

a. Pahami gangguan penglihatan seperti apa yang dialami seorang anak.


b. Tawarkan alat bantu penglihatan termasuk kaca pembesar.
c. Pastikan anak duduk di tempat yang tepat dikelas.
d. Kurangi cahaya matahari yang berlebihan, pastikan pencahayaan cukup.
e. Rencanakan pembelajaran dengan mengingat kebutuhan individual anak
terkait dengan penglihatannya.
f. Gunakan huruf besar saat mencetak modul dan buku, jika dan saat
dibutuhkan.
g. Gunakan kertas berwarna dengan ukuran huruf yang tepat, perbesar
ukuran huruf bila perlu.
h. Saat menyiapkan tugas, pastikan intruksi terlihat jelas dan juga dibacakan
dengan keras.
i. Berikan kesempatan bagi anak untuk mendapatkan pengalaman praktis
kapan pun dimungkinkan selama mengerjakan tugas.

B. TUNARUNGU
1.      DEFINISI
Tunarungu adalah individu yang mengalami gangguan pada
pendengarannya. Tunarungu biasa diikuti dengan tunawicara karena mereka sulit
untuk belajar tentang kata dan suara sehingga sulit pula untuk mengeluarkan kata
dan suara tersebut. Gangguan pendengaran ada dua jenis, yakni gangguan
pendengaran total (deaf) dan gangguan pendengaran sebagian (hard of hiering).

2.      KARAKTERISTIK
a.       Saat baru lahir tidak bisa menangis. Saat kelahiran seorang bayi biasanya ditandai
dengan adanya tangisan keras dan anak tunarungu biasanya tidak mampu
melakukannya.
b.      Kurangnya respons saat dipanggil. Anak-anak yang tunarungu biasanya sulit
merespons saat dipanggil namanya ataupun di-liling saat bayi. Kesulitan
mendenga rmembuat mereka hanya merespons saat melihat benda-benda tertentu
seperti warna merah dan bentuk yang menarik hatinya.
                      c.            Sulit berbicara/berbicara tanpa arti dan nada.Saat bayi mulai tumbuh menjadi

anak-anak maka sulit bagi mereka yang tunarungu untuk berbicara. Kesulitan
berbicara ini berimbas pada perilaku mereka yang seakan tidak mengindahkan
orang lain.
                     d.            Sering memiringkan kepala saat diajak berbicara. Anak-anak tunarungu yang

tidak total hilang pendengarannya suka memiringkan kepala saat diajak berbicara
untuk mengetahui dengan jelas apa yang sedang dibicarakan oleh orang lain.
                      e.            Terdapat kelainan fisik pada telinga. Kelainan fisik yang terjadi pada telinga

penyandang tunarungu di antaranya keluar cairan dari telinga, bahkan berbentuk


nanah sehingga mempengaruhi pendengaran mereka.

3.      TIPE
Ada dua klasifikasi tentang penyandang tunarungu:
1)      Klasifikasi berdasarkan waktu terjadinya (dikemukakan oleh Kirk, 1970).
Berdasarkan waktu terjadinya maka penyandang tunarungu dibagi menjadi dua,
yaitu:
a.        Prelingual
Merupakan penyandang tunarungu yang mengalami kekurangan semenjak lahir.
Oleh karena terjadi semenjak lahir biasanya tunrungu jenis ini diikuti dengan
kekurangan pada saat berbicara atau tunawicara.
b.       Postlingual
Merupakan penyandang tunarungu yang mengalami kekurangan tersebut
berangsur-angsur secara bertahap karena ketajaman pendengarannya berkurang.
Penyandang tunarungu jenis ini kebanyakan masih bisa berbicara dengan normal
karena masih sempat mendengar kata-kata dan suara lain di sekitarnya.

2)      Klasifikasi berdasarkan tingkatan pendengarannya (dikemukakan oleh Mei


Mulyani, 2013). Pada klasifikasi sesuai tahap/ level dibagi menjadi:
a.       Tunarungu Ringan (Mild Hearing Loss)
b.      Tunarungu sedang (moderate hearing loss)
c.       Tunarungu agak berat (moderately severe hearing loss)
d.      Tunarungu berat (severe hearing loss)
e.       Tunarungu berat sekali (profound hearing loss)

4.      PENYEBAB
                         a.            Faktor penyebab saat sebelum kelahiran (Pre Natal)

Ada banyak faktor kondisi pada masa kehamilan yang membawa pengaruh
pada kondisi bayi setelah dilahirkan. Penyebab tuna rungu yang paling dominan
pada masa sebelum kelahiran adalah adanya faktor keturunan yaitu gen yang
diturunkan dari orang tua kepada anak. Faktor kedua adalah kondisi keracunan
kehamilan yang diakibatkan karena ibu terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan
pada masa kehamilan. Dan yang ketiga adalah adanya penyakit yang menyerang
ibu pada 3 bulan pertama saat kehamilan yang merupakan masa pembentukan
organ telinga. Penyakit paling dominan yang menjadi penyebab tuna rungu adalah
yang disebabkan oleh virus morbili dan rubella.

                        b.            Faktor penyebab selama proses kelahiran (Natal)


         Faktor yang paling berpengaruh pada kondisi tuna rungu selama proses
kelahiran adalah kondisi premature. Prematuritas merupakan kondisi yang rawan
karena banyak dari organ pada janin belum berkembang dengan sempurna
termasuk pada organ pendengaran. Kondisi kedua yang mempengaruhi proses
kelahiran adalah penggunaan vacuum/penyedot untuk membantu persalinan yang
sulit. Penggunaan alat dengan mekanisme japitan yang kuat beresiko
mengakibatkan kerusakan pada alat pendengaran.

                          c.            Faktor penyebab setelah kelahiran (Post natal)


         Ada beberapa kondisi setelah kelahiran yang dapat menjadi penyebab
kondisi tuna rungu. Yang pertama adalah penyakit meningitis yang merupakan
penyakit radang pada selaput otak. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri yang
menyerang telinga bagian dalam. Yang kedua adalah terjadinya infeksi pada
saluran pernafasan yang mengakibatkan tidak berfungsi normalnya media
penghantar suara.

5.      TIPE PENDAMPINGAN

Lingkungan fisik
1.      Pastikan anak tersebut duduk ditempat yang paling mendukung untuk
memfasilitasi pendengarannya.
2.      Pastikan anak tersebut dapat melihat guru dengan jelas agar dia bisa membaca
gerak bibir saat guru berbicara.
3.      Pastikan guru berhadapan langsung dengan anak tersebut saat berkomunikasi.
4.      Jika jasa penerjemah digunakan, pastikan anak tersebut duduk di tempat yang
memungkinkannya melihat penerjemah.

Petunjuk dan tips untuk guru


1.      Rencanakan pelajaran dengan mengingat kebutuhan anak.
2.      Pastikan anak tersebut dapat melihat anda saat anda berbicara di depan kelas.
3.      Berbicaralah dengan jelas dan perlahan.
4.      Ulangi kembali penjelasan dan intruksi kapanpun dibutuhkan, tuliskan kata-kata
kunci di papan tulis.
5.      Gunakan alat bantu komunikasi seperti bahasa isyarat dan juga peralatan
elektronik, kapan pun dibutuhkan.
6.      Gunakan petunjuk visual untuk membantu presentasi.
7.      Tuliskan informasi di papantulis.
8.      Gunakan ekspresi wajah dan bahasa tubuh saat berbicara.
9.      Pastikan anak tersebut memahami apa yang telah dikomunikasikan dengan
mengajukan pertanyaan.
10.  Gunakan alat bantu visual untuk menjelaskan tugas-tugas.

C.    TUNAWICARA
            1.            DEFINISI

Tunawicara adalah individu yang mengalami gangguan wicara/bicara sehingga


sulit untuk menghasilkan suara atau mengatakan sesuatu. Biasanya gangguan ini
di alami oleh anak-anak dengan gangguan pendengaran/tunarungu. Menurut
koasasih(2012:12) gangguan sulit wicara sering di jumpai yaitu kesalahan
pengucapan fonem, baik dala posisi depan maupun belakang. Dampaknya
terjadilah gangguan dalam berbicara seperti kesalahan pengucapan fonem,
penghilangan fonem atau penambahan fonem yang di ucapkan.

2.            KARAKTERISTIK
a.       Bayi diatas usia 3 bulan tidak bisa tersenyum saat disapa dan tidak mengeluarkan
suara apa pun saatdipanggil namanya atau digoda dengan bahasa-bahasa lucu.
b.      Bayi usia diatas 6 bulan tidak memalingkan kepala saat ada suara yang datang
dari samping atau belakang, dan sampai usai 8 bulan seakan tidak perhatian
terhadap lingkungan sekitarnya.
c.       Bayi di atas usia 10 bulan belum memahami namanya dan tidak bereaksi saat
dipanggil dengan namanya sendiri.
d.      Sulit untuk berkata-kata padahal sudah menginjak usia di atas 2 tahun
e.       Di atas 2 tahun, anak masih belum bisa mengucapkan banyak kata dan tidak bisa
mengatakan huruf z pada perkataan yang dikeluarkannya.
f.       Di atas usia 3 tahun bahasa anak masih belum dimengerti oleh anggota
keluarganya
g.      Di atas usia 7 tahun anak masih sulit mengucapkan kata dengan benar,
kebanyakan kata yang diucapkan tidak memiliki huruf terakhir, misalnya pasa
untuk kata pasar

3.            TIPE-TIPE GANGGUAN WICARA


1.      Gangguan wicara/tunawicara karena ketidakmampuan mendengar atau tunarungu
2.      Gangguan perkembangan artikulasi, yaitu mengganti, menghilangkan, menambah
atau mengubah bahasa yang umum digunakan oleh orang lain.
3.      Gagap, yaitu terganggunya arus bicara karena adanya pengulangan atau
perpanjangan suara/ suku kata/ kata/ frasa.
4.      Keterlambatan dalam berbicara dan berbahasa yaitu ketika perkembangan bahasa
anak tidak sesuai dengan perkembangan atau kematangan usianya.
5.      Gangguan dysphasia dan aphasia, yaitu ketidakmampuan berbicara disebabkan
oleh adanya cidera pada otak.
6.      Gangguan disintegrative pada anak-anak, yaitu gangguan yang terjadi pada
tumbuh kembang anak termasuk kemampuan untuk berbicara atau berbahasa.
7.      Multi system development disorder, yaitu gangguan perkembangan dikarenakan
adanya permasalahan sosial komunikasi dan proses sensori.

4.            PENYEBAB TUNA WICARA :


Salah satu penyebab yang paling sering terjadi pada tunawicara adalah
gangguan pendengaran yang tidak terdeteksi secara dini, karena permasalahan
paling mendasar yang dialami seorang tuli adalah kurang mendapat stimulasi
bahasa sejak lahir. Masalah yang utama pada diri seorang tunawicara adalah
mengalami kehilangan atau terganggunya fungsi pendengaran (tunarungu) dan
atau fungsi bicara (tunawicara), yang disebabkan karena bawaan lahir, kecelakaan
maupun penyakit. Umumnya anak dengan gangguan dengar (wicara) yang
disebabkan karena faktor bawaan (keturunan/genetik) akan berdampak pada
kemampuan bicara Walaupun tidak selalu.
Sebaliknya anak yang tidak atau kurang dapat bicara umumnya masih dapat
menggunakan fungsi pendengarannya walaupun tidak selalu.
Tunarungu—–Sulit Mengenal Bahasa——Tunawicara
Jika seorang anak mengalami kesulitan pendengaran, maka dia akan
mengalami hambatan pula dalam memahami, meniru dan menggunakan bahasa.
Salah satu penyebab gangguan pendengaran seseorang adalah karena adanya
infeksi telinga. Penderita dengan gangguan pendengaran biasanya ia tidak akan
memberi respons terhadap bunyi-bunyian yang ada di sekitarnya. Gangguan
pendengaran bisa menyebabkan seseorang mengalami hambatan pula dalam
memahami, meniru dan menggunakan bahasa. Jika masalah pendengaran seorang
penderita Tunawicara sudah pulih atau normal, tetep saja penderita tersebut
kesulitan dalam berbahasa karena terlambat mengenal bahasa sejak dini.
Selain itu beberapa faktor penyakit juga menyebabkan Tunawicara, seperti
penyakit Stroke, Hipertensi, Faktor genetik /turunan dari orang tua, Keracunan
makanan, Tetanus Neonatorum (Penyakit yang menyerang bayi saat baru lahir.
Biasanya disebabkan oleh pertolongan persalinan yang tidak memadai), Difteri
(Penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas)

5.            TIPE  PENDAMPINGAN

1.      Orang Tua
Orang tua harus jeli dan selalu mengetahui maksud dari anaknya, jika memang
anak belum bisa berbahasa tulis ataupun berbahasa isyarat maka orang tua harus
jeli terhadap objek-objek yang ditunjukkan anak dalam menyampaikan
maksudnya.  Jika anak sudah bisa berbahasa tulis itu akan memudahkan dalam
komunikasi dan orang tua akan lebih mudah memahami maksud yang di
sampaikan anaknya tetapi jika anak hanya bisa berbahasa isyarat sebagai orang
tua juga harus berbahasa isyarat agar memudahkan dalam berkomunikasi dan
memahami maksud dari anaknya. Oleh karena itu sebagai orang tua harus jeli dan
perhatian yang  lebih kepada anaknya terutama dalam perkembangan fisik
maupun dalam perkembangan bahasa anak karena orang tua adalah sosok yang
paling dibutuhkan dalam kehidupan anak, dan ketika anak mengalami tuna wicara
orang tua yang harus mampu menyesuaikan dengan kondisi anak.

2.      Guru dansekolah
Sebagai seorang guru yang pertama harus memahami setiap karakteristik siswa-
siswanya. Setelah mengetahui ketika siswanya ada yang mengalami tunawicara
maka guru harus memberikan perhatian secara khusus. Apabila anak mengalami
ketertinggalan dalam pembelajaran guru harus memberikan waktu untuk
melakukan bimbingan belajar terhadap anak yang mengalami tunawicara tersebut.
Untuk memasuki sekolah umum anak juga harus mendapatkan bekal seperti
mengetahui bahasa tulis. Bahasa tulis ini akan mudah dipahami guru ataupun
teman sebayanya dalam dia menyampaikan maksud atau pendapatnya.

3.      Lingkungan dan masyarakat


Dalam lingkungan atau kehidupan masyarakat banyak yang tidak bisa
mengerti bahasa tubuh dari anak yang tuna wicara, apabila anak belum dapat
berbahasa tulis atau hanya bisa berbahasa isyarat atau bisa menunjuk objek dan
membuat kebanyakan orang tidak mengerti maka dibutuhkan orang tua untuk
selalu mendampingi anaknya dimanapun anak berada sehingga orang tua dapaat
membantu anaak dalam menyampaikan pesan anaknya.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

            Kesimpulan dalam pembuatan makalah ini adalah berdasarkan jenis atau


tipe penyandang tunarungu, tunanetra dan tunawicara maka dapat ditemukan
berbagai cara dan penanganannya. Cara penanganan anak tunarungu, tunanetra
dan tunawicara tidaklah sama. Sebagai orangtua, guru, dan anggota masyarakat
kita sudah seharusnya memahami cara pendampingan yang terbaik bagi anak-anak
tunarungu, tunanetra, dan tunawicara. Penyandang tunarungu, tunanetra dan
tunawicara dapat diketahui ciri-cirinya sejak dini melalui tingkah laku anak.
Kepekaan terhadap gejala-gejala awal sangatlah penting agar penanganan dan
pendampingan tidak terlambat bagi mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Delphie, Bandi. 2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (dalam Setting


Pendidikan Inklusi). Bandung: PT. Refika Aditama
Murtie, Afin. 2014.Ensiklopedi Anak Berkebutuhan Khusus.  Yogyakarta:
Maxima.
Thompson, Jenny. 2010. Memahami Anak Berkebutuhan Khusus.  terj. Eka Widayati.
Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

Anda mungkin juga menyukai