Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

Acara : 10

Penentuan Kadar Karbonat dan Bikarbonat

Disusun oleh :

Nama : Katharina Hermawan

No. Mhs : 210802241

Hari/Tanggal : Kamis, 25 November 2021

Asisten : Devi Alvina dan Dian Ariana Saputra

LABORATORIUM TEKNOBIO PANGAN


FAKULTAS TEKNOBIOLOGI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
2021
KREDIT NILAI LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR

Judul Acara : Penentuan Kadar Karbonat dan Bikarbonat

NILAI NILAI NILAI


NO KRITERIA
MAKSIMAL REVISI I ACC
I PENDAHULUAN

JUDUL PERCOBAAN 5 1,5

TUJUAN PRAKTIKUM 5 2,5

II HASIL DAN PEMBAHASAN 60 25,1

III KESIMPULAN 10 4,9

IV DAFTAR PUSTAKA 20 5,5+0,5


JUMLAH 100 40

Nama Mahasiswa : Katharina Hermawan


No Mhs : 210802241

Mengetahui,
Asisten Praktikan

(Devi Alvina) (Katharina Hermawan)

(Dian Ariana Saputra)


I. PENDAHULUAN

A. Judul
Penentuan Kadar Karbonat dan Bikarbonat
B. Tujuan
1. Mengetahui ada tidaknya ion karbonat, bikarbonat dan ion hidroksida
dalam larutan sampel A,B dan C.
2. Menentukan kadar karbonat, bikarbonat dan hidroksida dalam larutan
secara asidimetri dengan menggunakan indikator ganda.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tujuan utama analisis kuantitatif adalah untuk untuk mengetahui kuantitas


setiap komponen yang menyusun analit. Analisis kuantitatif menghasilkan data
numerik yang memiliki satuan tertentu, umumnya dinyatakan dalam satuan
volume, satuan berat maupun satuan konsentrasi dengan menggunakan metoda
analisis tertentu. Metode analisis kuantitatif umumnya melibatkan proses kimia
dan proses fisika. Analisis kuantitatif yang melibatkan proses kimia seperti
gravimetri dan volumetri. analisis kuantitatif yang melibatkan proses fisika
umumnya menggunakan prinsip interaksi materi dengan energi pada proses
pengukurannya. Metode ini biasanya menggunakan peralatan modem, seperti
polarimeter dan spektrometer, sehingga sering dikenal sebagai analisis instrumen
(Maharani dan Yusrin, 2019).
Ada metode analisis yang menggambarkan kandungan karaginan yang
sebenarnya. Salah satu metode yang mungkin dikembangkan dan perlu dikaji
adalah metode gravimetri. Pada metode gravimetrik pengeringan dilakukan
hingga bebas air atau dilakukan dengan oven suhu 100o C (Bana dkk., 2015).
Analisa volumetri merupakan salah satu metode analisa kwantitatif, yang sangat
penting penggunaannya dalam menentukan konsentrasi zat yang ada dalam
larutan. Keberhasilan analisa volumetri ditentukan oleh adanya indikator yang
tepat sehingga mampu menunjukkan titik akhir titrasi yang akurat (Harjanti,
2008).
Titrasi asidimetri merupakan proses penentuan konsentrasi basa dengan
menggunakan larutan asam sebagai standar (Ningsih dkk., 2019). Metil jingga
merupakan senyawa azo yang berbentuk kristal berwarna kuning kemerahan,
lebih larut dalam air panas dan larut dalam alkohol. Metil jingga sering digunakan
sebagai indicator dalam titrasi asam basa (Suirta, 2010). Indikator fenolftalein
(pp) merupakan indikator pembanding dalam proses titrasi basa kuat-asam kuat,
hasil yang diperoleh menunjukkan rentang pH yaitu 9,83-4,20 dengan hasil warna
merah muda menjadi tidak berwarna (Apriani dkk., 2016). Metil jingga
mempunyai trayek pH 3,1 – 4,4 dan pKa 3,46 , berwarna merah dalam keadaan
asam dan berwarna kuning dalam keadaan basa (Suirta, 2010).
Titrasi asam dengan beberapa indikator dapat menentukan konsentrasi
karbonat dan bikarbonat. Indikator ganda itu sendiri adalah penggunaan lebih dari
satu indikator. Indikator yang digunakan adalah indikator fenolftalein (PP) dan
indikator jingga metil (Rohman dan Gandjar, 2007). Prinsip yang menentukan
kadar karbonat dan bikarbonat adalah dengan menambahkan HCl dan mengikat
ion H+, mengubah CO32- menjadi HCO3- dan kemudian HCO3- menjadi CO2
(Chan dan Tan, 2016).
Natrium bikarbonat merupakan sumber utama penghasil karbondioksida
dalam sistem effervescent. Hidroksida adalah ion poliatomik yang terdiri dari
oksigen dan hidrogen (OH-). Memiliki muatan 1 dan merupakan salah satu ion
poliatomik yang sederhana. Kebanyakan hidroksida tidak larut dalam air.
Karbonat ialah garam asid karbonik yang dicirikan dengan kewujudan
ion karbonat, CO2-3 (Harningsih dkk., 2014).
Felnolftalein berperan sebagai indikator pertama dalam titrasi, metil jingga
berperan sebagai indikator kedua. Titrasi HCl selesai pada titik akhir fenolftalein,
hanya dibutuhkan satu sampai dua tetes untuk mencapai titik akhir metil jingga.
Menurut Day (1999) reaksi ion kabornat yang dititrasi adalah
CO2 + H2O ⇾ HCO3- + H2O (Fenolftalein)
HCO3- + H3O ⇾ H2CO3 + H2O (Metil Jingga)
Titrasi asidimetri merupakan proses penentuan konsentrasi basa dengan
menggunakan larutan asam sebagai standar (Ningsih dkk., 2019). Natrium
bikarbonat merupakan sumber utama penghasil karbondioksida dalam sistem
effervescent. Hidroksida adalah ion poliatomik yang terdiri dari oksigen dan
hidrogen (OH-). Memiliki muatan 1 dan merupakan salah satu ion poliatomik
yang sederhana. Karbonat ialah garam asid karbonik yang dicirikan dengan
kewujudan ion karbonat, CO2-3 (Harningsih dkk., 2014).
LABORATORIUM TEKNOBIO-PANGAN

FAKULTAS TEKNOBIOLOGI

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

Cara kerja penentuan kadar karbonat dan bikarbonat adalah sampel A,B,
dan C dimasukan kedalam Erlenmeyer sebanyak 25mL. Masing masing
ditambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes, larutan digojok, perubahan warna
diamati, jika larutan berwarna pink titrasi pertama dilakukan dengan HCl 0,1N.
Volume dicatat setelah larutan berwarna bening. Indikator MO ditambahkan
sebanyak 3 tetes pada masing masing sampel, titrasi kedua dilakukan dengan HCl
0.1N. Volume dicatat sebagai V2, kadar kabornat, bikarbonat dan hidroksida
dihitung dengan rumus
Karbonat = V terbesar x N HCl x Mr CO3-2 (mg/CO3-2 /mL)
Volume larutan

Bikarbonat = (V2 – V1) x N HCl x Mr HCO3- (mg/HCO3- /mL)


Volume larutan

Hidroksida = (V1 – V2) x N HCl x Mr OH - (mg/OH- /mL)


Volume larutan

Keterangan :
V terbesar = volume V1 atau V2 yang paling besar
N HCl = Konsentrasi HCl
V1 = volume titrasi yang pertama
V2 = volume titrasi yang kedua
Volume larutan = volume yang digunakan diawal
Mr = massa molekul relatif (dicari dengan menggunakan Ar)
Ar C = 12
Ar O = 16
Ar H = 1
Dasar perhitungan jika V1 sama dengan V2 maka cuplikan hanya
mengandung ion karbonat saja. Jika V1 lebih kecil dari V2 maka cuplikan
mengandung ion karbonat dan bikarbonat. Jika V1 lebih besar dari V2 maka
cuplikan mengandung ion karbonat dan hidroksida. Berdasarkan praktikum yang
telah dilakukan, diperoleh hasil seperti pada Tabel 1.
LABORATORIUM TEKNOBIO-PANGAN

FAKULTAS TEKNOBIOLOGI

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

Tabel 1. Hasil Penentuan Kadar Ion Karbonat, Bikarbonat, Hidroksida pada


Larutan Sampel
No Larutan V1 (mL) V2 (mL) Karbonat Bikarbonat Hidroksida
(mg/mL) (mg/mL) (mg/mL)

1 Sampel A 1 2,3 0,55 0,31 -

2 Sampel B 2,32 2,1 0,56 - 0,01

3 Sampel C 0 0,64 0.15 0,15 -

Menurut Tabel 1. Maka yang dihasilkan pada sampel satu dengan V1 1mL
dan V2 nya 2,3mL adalah karbonatnya 0,55mg/mL bikarbonatnya 0,31mg/mL
dan tidak terdapat hidroksida. Pada sampel 2 dengan V1 2,32mL dan V2 2,1mL
didapatkan bahwa karbonatnya 0,56mg/mL, tidak terdapat bikarbonat dan
hidroksidanya 0,01mg/mL. Pada sampel 3 dengan V1 0mL dan V2 0,64mL
didapatkan bahwa karbonatnya 0,15mg/mL bikabornatnya 0,15mg/mL dan tidak
terdapat hidroksidanya. Berdasarkan praktikum dinamakan titrasi indikator ganda
karena titrasi dilakukan dengan dua indikator berbeda, teori ini sama berdasarkan
teori yang disampaikan oleh Rohman dan Gandjar (2007) bahwa indikator ganda
itu sendiri adalah penggunaan lebih dari satu indikator. Indikator yang digunakan
adalah indikator fenolftalein (PP) dan indikator jingga metil. Prinsip yang
digunaka sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Chan dan Tan (2016) bahwa
Prinsip yang menentukan kadar karbonat dan bikarbonat adalah dengan
menambahkan HCl dan mengikat ion H+, mengubah CO32- menjadi HCO3- dan
kemudian HCO3- menjadi CO2.
Indikator fenolftalein bekerja pada suasana basa oleh karena itu ketika
larutan ditambah indikator fenolftalein, larutan yang berwarna merah muda
menandakan bahwa larutan tersebut bersifat basa, teori ini sesuai dengan yang
disampaikan oleh Apriani dkk (2016) yang menyatakan bahwa
Indikator fenolftalein (pp) merupakan indikator pembanding dalam proses titrasi
basa kuat-asam kuat, hasil yang diperoleh menunjukkan rentang pH yaitu 9,83-
4,20 dengan hasil warna merah muda menjadi tidak berwarna.
Titrasi pertama hanya dilakukan pada larutan berwarna merah muda hingga
larutan menjadi bening yang menandakan bahwa ion karbonat (CO32-) dalam
LABORATORIUM TEKNOBIO-PANGAN

FAKULTAS TEKNOBIOLOGI

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

larutan telah diubah menjadi ion bikarbonat (HCO3-). Titrasi kedua dilakukan
dengan methyl orange hingga larutan menjadi orange kemerahan untuk
mengetahui banyaknya seberapa banyak asam yang ada di dalam sampel.. Titrasi
kedua ini mengubah ion bikarbonat menjadi asam karbonat, pernyataan ini sesuai
dengan teori yang disampaikan oleh Suirta (2010) bahwa metil jingga mempunyai
trayek pH 3,1 – 4,4 dan pKa 3,46 , berwarna merah dalam keadaan asam dan
berwarna kuning dalam keadaan basa.
Titrasi dilakukan dengan titran asam kuat yaitu HCl. Larutan HCl
ditambahkan ke sampel yang mengandung ion karbonat (CO32-) dan bikarbonat
(HCO3-) dapat mengubah ion tersebut menjadi asam karbonat (H2CO3).
Pengukuran kadar karbonat dan bikarbonat dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
seperti penentuan titik akhir titrasi yang kurang tepat dengan keberadaan
kontaminan pada alat yang digunakan.
Sampel A mengandung karbonat sebanyak 0,55mg/mL dan bikarbonat
sebanyak 0,31mg/mL. Sampel B mengandung karbonat sebanyak 0,56mg/mL dan
hidroksida 0,01mg/mL. Sampel C mengandung karbonat sebanyak 0,15mg/mL
dan bikabornat sebanyak 0,15mg/mL.
LABORATORIUM TEKNOBIO-PANGAN

FAKULTAS TEKNOBIOLOGI

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

III. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan


bahwa:
1. Ion yang ada pada sampel A adalah karbonat dan bikarbonat. Ion
pada sampel B adalah Karbonat dan Hidroksida. Ion pada sampel C
adalah karbonat dan bikarbonat.
2. Yang dihasilkan pada sampel satu dengan V1 1mL dan V2 nya
2,3mL adalah karbonatnya 0,55mg/mL bikarbonatnya 0,31mg/mL
dan tidak terdapat hidroksida. Pada sampel 2 dengan V1 2,32mL dan
V2 2,1mL didapatkan bahwa karbonatnya 0,56mg/mL, tidak
terdapat bikarbonat dan hidroksidanya 0,01mg/mL. Pada sampel 3
dengan V1 0mL dan V2 0,64mL didapatkan bahwa karbonatnya
0,15mg/mL bikabornatnya 0,15mg/mL dan tidak terdapat
hidroksidanya.
DAFTAR PUSTAKA

Apriani, F., Idiawati, N. dan Destiarti, L. 2016. Ekstrak Metanol Buah Lakum
(Cayratia trifolia (L.) Domin) Sebagai Indikator Alami Pada Titrasi Basa
Kuat Asam Kuat. JKK, 5 (4): 74-78.

Bana, E.A.H., Mappiratu. dan Prismawiryanti. 2015. Kajian Metode Gravimetri


Dalam Analisis Kadar Karaginan Rumput Laut Eucheuma Cottonii. Junal
Riset Kimia KOVALEN, 1 (1): 1-6.
Chan, K. S. dan Tan, J. 2016. Understanding Advanced Physical Inorganic
Chemistry: The Learner’s Approach. World Scientific Publishing,
Singapore.
Harjanti, R.S. 2008. Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma domestica
val.) dan Pemakaiannya Sebagai Indikator Analisis Volumetri. Jurnal
Rekayasa Proses, 2 (2): 49-54.
Maharani, E.T.W. dan Yusrin. 2019. Urgensi Materi Instrumentasi Kimia Bagi
Mahasiswa Analis Kesehatan. Jurnal Pendidikan Sains (JPS), 7 (2): 188-
194.

Ningsih, R.D., Natasyah, E., Ananta, S., Fitra, P., Rahmi, N. dan Novianty R.
2019. Pembelajaran konsep asidimetri dan stoikiometri menggunakan
chemcollective’s virtual chemistry laboratory. Seminar Nasional
Pemberdayaan Masyarakat.

Rohman, A. dan Gandjar, I. G. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar,


Yogyakarta.

Suirta, I.W. 2010. Sintesis Senyawa Orto-Fenilazo-2-Naftol Sebagai Indikator


Dalam Titrasi. Jurnal Kimia, 4 (1): 27-34.
LABORATORIUM TEKNOBIO-PANGAN

FAKULTAS TEKNOBIOLOGI

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

LAMPIRAN
LABORATORIUM TEKNOBIO-PANGAN

FAKULTAS TEKNOBIOLOGI

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA


LABORATORIUM TEKNOBIO-PANGAN

FAKULTAS TEKNOBIOLOGI

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

Anda mungkin juga menyukai