DISUSUN OLEH:
Trisananda Devia A (G1C022053)
Salsabila Qodriya{G1C022055)
Putri Kasih(G1C022074)
Faridh Nur H (G1C022076)
KELAS : A2
PENDAHULUAN
Mata Kuliah ini merupakan salah satu mata kuliah untuk mencapai kompetensi
dalam melakukan prosedur analisa air, untuk mengetahui kadar suatu zat dalam sampel
air melalui metode titrimetri dan spektrometri.
A. KOMPETENSI DASAR
B. POKOK BAHASAN
Keasaman jumlah adalah banyaknya basa yang diperlukan untuk menetralkan zat
asam di dalam satu liter sampel. Keasaman jumlah ditetapkan melalui titrasi asam basa,
basa kuat seperti NaOH dapat menetralkan zat asam sampai titik akhir titrasi (titik
ekuivalen). Keasaman dalam air dapat disebabkan oleh asam mineral dan juga CO2.
CaCO3 + 2 NaOh Ca(OH)2 + Na2CO3
CO2 + NaOH H2O + Na2CO3
D. INDIKATOR PENCAPAIAN
E. REFERENSI
Day, IR, R.A, and Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Harris, Daniel C. 1982. Quantitative Chemical Analysis. USA : W.H. Freeman and
Company.
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Edisi Pertama. Jakarta : Penerbit PT
Gramedia.
F. STRATEGI PEMBELAJARAN
Metode perkuliahan ini menggunakan strategi pre test, penjelasan teori penunjuang,
dan praktek langsung dengan menggunakan sampel yang telah diketahui kadarnya.
Setelah mahasiswa melakukan praktikum selanjutnya hasil pekerjaan mahasiswa akan
dilihat apakah sesuai dengan kadar yang ditentukan. Praktikum selanjutnya diakhiri
dengan diskusi lalu dilakukan post test untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa
memahami praktikum yang telah dilakukan.
= 0,0100 N
B. PK Keasaman jumlah
1000
= 50 X 24,86 X 0,0100 X 50 = 248,60 mg/L
Sebagai CO2
1000
= V sampel (V. N)NaOH x BE CO2 = .......... mg/L BE CO2 = 44
1
1000
= 50 X 25,04 X 0,0100 X 50 = 250,4 mg/L
Sebagai CO2
1000 = 44
= V sampel (V. N)NaOH x BE CO2 = .......... mg/L BE CO2
1
1000
= 50
X 25,04X 0,0100 X 44 = 220,352 mg/L
I. EVALUASI PEMBELAJARAN
PENDAHULUAN
Mata Kuliah ini merupakan salah satu mata kuliah untuk mencapai kompetensi
dalam melakukan prosedur analisa air, untuk mengetahui kadar suatu zat dalam sampel
air melalui metode titrimetri dan spektrometri.
A. KOMPETENSI DASAR
B. POKOK BAHASAN
Kebasaan jumlah adalah banyaknya asam yang diperlukan untuk menetralkan zat
basa di dalam satu liter sampel. Kebasaan jumlah ditetapkan melalui titrasi asam basa,
asam kuat seperti HCl dapat menetralkan zat basa sampai titik akhir titrasi (titik
ekuivalen). Kebasaan dalam air dapat disebabkan oleh ion-ion3 ,CO 3-, HCO
3
-
OH4-, BO 3-4,
PO 3-, SiO , dsb. Air irigasi dan air ledeng tidak boleh mengandung kebasaan yang tinggi.
Apabila kebasaan dalam air tinggi maka air menjadi mudah untuk bereaksi dengan zat
lain dan dapat menyebabkan karat.
OH- + H+ ↔ H2O
CO32- + H+ ↔ HCO 3- pada pH 8,3
HCO3- H+ ↔ H 2O + CO 2 pada pH 4,5
D. INDIKATOR PENCAPAIAN
E. REFERENSI
Day, IR, R.A, and Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Harris, Daniel C. 1982. Quantitative Chemical Analysis. USA : W.H. Freeman and
Company.
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Edisi Pertama. Jakarta : Penerbit PT
Gramedia.
F. STRATEGI PEMBELAJARAN
Metode perkuliahan ini menggunakan strategi pre test, penjelasan teori penunjuang,
dan praktek langsung dengan menggunakan sampel yang telah diketahui kadarnya.
Setelah mahasiswa melakukan praktikum selanjutnya hasil pekerjaan mahasiswa akan
dilihat apakah sesuai dengan kadar yang ditentukan. Praktikum selanjutnya diakhiri
dengan diskusi lalu dilakukan post test untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa
memahami praktikum yang telah dilakukan.
10,0mL x 0,0100 N
= = 0,0130 N
7,65
B. PK Keasaman jumlah
Sebagai HCO -
3
1000 61
= (V. N)HCl x BE HCO −
= ..........mg/L BE HCO −
=
V sampel 3 3 1
Sebagai HCO3-
1000 61
= (V. N)HCl x BE HCO −
= ..........mg/L BE HCO −
=
V sampel 3 3 1
I. EVALUASI PEMBELAJARAN
PENDAHULUAN
Klorida merupakan salah satu anion yang paling banyak ada di dalam perairan.
Klorida yang berlebihan dapat menimbulkan rasa asin pada air, dengan rasa asin yang
berbeda-beda tergantung susunan kimia air tersebut. Air yang mengandung Cl dengan
kadar tinggi dapat merusak pipa logam dan juga tanaman.
A. KOMPETENSI DASAR
B. POKOK BAHASAN
F. INDIKATOR PENCAPAIAN
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan klorida pada sampel air melalui titrasi
argentometri mohr.
E. REFERENSI
Day, IR, R.A, and Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Harris, Daniel C. 1982. Quantitative Chemical Analysis. USA : W.H. Freeman and
Company.
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Edisi Pertama. Jakarta : Penerbit PT
Gramedia.
Metode perkuliahan ini menggunakan strategi pre test, penjelasan teori penunjuang,
dan praktek langsung dengan menggunakan sampel yang telah diketahui kadarnya.
Setelah mahasiswa melakukan praktikum selanjutnya hasil pekerjaan mahasiswa akan
dilihat apakah sesuai dengan kadar yang ditentukan. Praktikum selanjutnya diakhiri
dengan diskusi lalu dilakukan post test untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa
memahami praktikum yang telah dilakukan.
10,0 mL x 0,0200 N
N AgNO3 = = 0,0206 N
9,68
B. PK Klorida
Kesimpulan:
I. EVALUASI PEMBELAJARAN
2. Bagaimanakah efek jika mengkonsumsi air dengan klorida yang terlalu tinggi?
PENDAHULUAN
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya
ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau air
keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air
dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab
kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan
sulfat. Metode paling sederhana untuk menentukan kesadahan air adalah dengan sabun.
Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah, sabun tidak
akan menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit sekali busa. Kesadahan air total
dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO3.
A. KOMPETENSI DASAR
C. DASAR TEORI
Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan
beberapa masalah. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat
saluran pipa dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga,
dan air sadah yang bercampur sabun tidak dapat membentuk busa, tetapi malah
membentuk gumpalan soap scum (sampah sabun) yang sukar dihilangkan. Efek ini
timbul karena ion 2+ menghancurkan sifat surfaktan dari sabun dengan membentuk
endapan padat (sampah sabun tersebut). Komponen utama dari sampah tersebut adalah
kalsium stearat, yang muncul dari stearat natrium, komponen utama dari sabun:
Dalam industri, kesadahan air yang digunakan diawasi dengan ketat untuk
mencegah kerugian. Pada industri yang menggunakan ketel uap, air yang digunakan
harus terbebas dari kesadahan. Hal ini dikarenakan kalsium dan magnesium karbonat
cenderung mengendap pada permukaan pipa dan permukaan penukar panas. Presipitasi
(pembentukan padatan tak larut) ini terutama disebabkan oleh dekomposisi termal ion
bikarbonat, tetapi bisa juga terjadi sampai batas tertentu walaupun tanpa adanya ion
tersebut. Penumpukan endapan ini dapat mengakibatkan terhambatnya aliran air di dalam
pipa. Dalam ketel uap, endapan mengganggu aliran panas ke dalam air, mengurangi
efisiensi pemanasan dan memungkinkan komponen logam ketel uap terlalu panas. Dalam
sistem bertekanan, panas berlebih ini dapat menyebabkan kegagalan ketel uap. Kerusakan
yang disebabkan oleh endapan kalsium karbonat bervariasi tergantung pada bentuk
kristal, misalnya, kalsit atau aragonit.
D. INDIKATOR PENCAPAIAN
E. REFERENSI
Day, IR, R.A, and Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Harris, Daniel C. 1982. Quantitative Chemical Analysis. USA : W.H. Freeman and
Company.
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Edisi Pertama. Jakarta : Penerbit PT
Gramedia.
F. STRATEGI PEMBELAJARAN
Metode perkuliahan ini menggunakan strategi pre test, penjelasan teori penunjuang,
dan praktek langsung dengan menggunakan sampel yang telah diketahui kadarnya.
Setelah mahasiswa melakukan praktikum selanjutnya hasil pekerjaan mahasiswa akan
dilihat apakah sesuai dengan kadar yang ditentukan. Praktikum selanjutnya diakhiri
dengan diskusi lalu dilakukan post test untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa
memahami praktikum yang telah dilakukan.
10,0 ml x 0,0099 M
= = 0,0117 M
8,40
B. PK Kesadahan jumlah
Kesimpulan:
Kadar kesadahan jumlah sebagai CaCO3 sebesar 334,62 mg/L
Kesimpulan:
YaKadar kesadahan Ca dalam sampel sebesar 87,79 mg/L
I. EVALUASI PEMBELAJARAN
PENDAHULUAN
Oksigen merupakan salah satu kebutuhan yanng terpenting bagi mahkluk hidup.
Oksigen diperlukan organisme untuk proes metabolisme, menghasilkan energi, hingga
tumbuh dan berkembang biak.
Oksigen merupakan salah satu jenis gas yang sukar larut di dalam air, dikarenakan
sukar bereaksi dengan air. Kelarutan oksigen di dalam air tergantung oleh tekanan parsial
dan juga perubahan temperatur. Oksigen terlarut dibutuhkan dalam kaitannya untuk:
1. Menentukan proses pengolahan air, dengan mikroorganisme aerob maupun
anaerob.
2. Penentuan bidang sanitasi
3. Pengawasan pencemaran sungai, agar mahkluk hidup dalam air dapat tumbuh
dan berkembang biak dengan baik
4. Sebagai dasar pengukuran BOD (Biochemical Oxygen Demand)
Pengambilan sampel air untuk penetapan kadar oksigen terlarut memerlukan cara
tersendiri. Hal ini dikarenakan:
1. Kadar oksigen biasanya kurang dari kadar jenuhnya, sehingga dapat terjadi
kesalahan apabila sampel kontak dengan udara. Maka dari itu, diusahakan
selama pengambilan sampel, kontak dengan udara dijaga seminimal mungkin.
2. Penentuan DO harus dilakukan sesegera mungkin dan tidak dapat ditunda.
A. KOMPETENSI DASAR
B. POKOK BAHASAN
C. DASAR TEORI
Oksigen terlarut dapat ditetapkan kadarnya dengan cara Winkler. Prinsip dari PK
DO cara Winkler adalah reaksi pembebasan Iodium (Iodometri) yang ekivalen dengan O2
yang ada dengan mengukur I2 dengan larutan. Larutan baku yang digunakan adalah
Na2S2O3 dengan indikator amylum. Pada akhir reaksi akan terjadi perubahan warna dari
biru menjadi warna biru tepat hilang, dikarenakan I2 telah habis.
MnSO4 + 2 NaOH Mn(OH)2 + Na2SO4
Mn(OH)2 + ½ O2 MnO2 + H2O
MnO2 + 2NaI + 2 H2SO4 MnSO4 + Na2SO4 + 2 H2O + I2
I2 + 2 Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O6
Penetapan kadar oksigen terlarut dapat mengalami gangguan dengan adanya NO 32-,
Fe2+ yang dapat mengoksidaso I- menjadi I2 yang menyebabkan hasil titrasi menjadi
bertambah banyak. Fe2+, SO32- dan S2- juga dapat mereduksi I2 menjadi I- yang
menyebabkan hasil titrasi menjadi lebih sedikit. Untuk mengatasi gangguan tersebut,
dapat dilakukan dengan penambahan:
D. INDIKATOR PENCAPAIAN
E. REFERENSI
Day, IR, R.A, and Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Harris, Daniel C. 1982. Quantitative Chemical Analysis. USA : W.H. Freeman and
Company.
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Edisi Pertama. Jakarta : Penerbit PT
Gramedia.
F. STRATEGI PEMBELAJARAN
Metode perkuliahan ini menggunakan strategi pre test, penjelasan teori penunjuang,
dan praktek langsung dengan menggunakan sampel yang telah diketahui kadarnya.
Setelah mahasiswa melakukan praktikum selanjutnya hasil pekerjaan mahasiswa akan
dilihat apakah sesuai dengan kadar yang ditentukan. Praktikum selanjutnya diakhiri
dengan diskusi lalu dilakukan post test untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa
memahami praktikum yang telah dilakukan.
B. PK Oksigen terlarut
Kesimpulan:
Kadar oksigen terlarut dalam sampel sebesar 121,181 mg/L
I. EVALUASI PEMBELAJARAN
PENDAHULUAN
Zat organik sering juga disebut sebagai bilangan permanganat. Bilangan
permanganat adalah 1 jumlah miligram KMnO 4 yang diperlukan untuk mengoksidasi zat
organik di dalam satu liter air dengan pendidihan selama 10 menit.
Adanya zat organik dalam air menunjukkan bahwa air tersebut terlah tercemar oleh
kotoran manusai, hewan atau sumber lain. Zat organik merupakan bahan makanan bakteri
atau mikroorganisme lainnya. Semakin tinggi kandungan zat organik di dalam perairan,
menunjukkan semakin banyak mikroorganisme yang mencemari perairan tersebut.
A. KOMPETENSI DASAR
B. POKOK BAHASAN
Penentuan zat organik dapat dilakukan dengan suasana asam maupun suasana basa.
Suasana/metode asam digunakan untuk air dengan kandungan ion Cl < 300 ppm.
Sedangkan metode basa digunakan untuk air dengan kandungan ion Cl > 300 ppm.
Metode asam :
Zat organik di dalam sampel dioksidasi oleh KMnO 4 berlebih dalam keadaan asam dan
panas. Sisa KMnO4 direduksi dengan larutan asam oksalat berelbih. Kelebihan asam
oksalat dititrasi kembali dengan KMnO4.
2 KMnO4 + 2 H2SO4 K2SO4 + 2 MnSO4 + 2 H2O + 5 On
Zat organik + On CO2 + H2O
Metode basa:
Sampel didihkan terlebih dahulu dengan NaOH, selanajutnya dioksidasi oleh KMnO4
berlebih. Sisa KMnO4 direduksi oleh asam oksalat berlebih. Kelebihan asam oksalat
dititrasi kembali dnegan KMnO4.
2 KMnO4 + 2 H2O K2SO4 + 2 MnO2 + 2 KOH + 3 On
Zat organik + On CO2 + H2O
Penetapan kadar zat organik dapat mengalami gangguan dengan adanya:
1. Ion sulfida dan nitrit. Untuk menghilangkannya harus dipanaskan dengan H2SO4
encer hingga H2S dan nitrit hilang.
2. Garam ferro dapat dihilangkan dengan penambahan beberapa tetes KMnO4
sebelum dianalisa sampai larutan merah muda.
3. Untuk penyimpanan lebih dari satu hari, perludiasamkan hingga pH < 5.
D. INDIKATOR PENCAPAIAN
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan zat organik pada sampel air melalui
titrasi permanganometri.
Day, IR, R.A, and Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Harris, Daniel C. 1982. Quantitative Chemical Analysis. USA : W.H. Freeman and
Company.
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Edisi Pertama. Jakarta : Penerbit PT
Gramedia.
F. STRATEGI PEMBELAJARAN
Metode perkuliahan ini menggunakan strategi pre test, penjelasan teori penunjuang,
dan praktek langsung dengan menggunakan sampel yang telah diketahui kadarnya.
Setelah mahasiswa melakukan praktikum selanjutnya hasil pekerjaan mahasiswa akan
dilihat apakah sesuai dengan kadar yang ditentukan. Praktikum selanjutnya diakhiri
dengan diskusi lalu dilakukan post test untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa
memahami praktikum yang telah dilakukan.
=
10 X 0,0100 = 0,0666 N
1,50
B. PK zat organik
Kesimpulan:
Kadar zat organik dalam sampel sebesaar 122,11 mg/L
A. KOMPETENSI DASAR
B. POKOK BAHASAN
C. DASAR TEORI
Penetapan kadar nitrit dilakukan melalui pembentukan warna dari senyawa azo
yang berwarna ungu kemerahan pada pH 2,0-2,5 melalui penggabungan senyawa asam
sulfanilat dengan N-(1-naftil)-etilen diamin dihidroklorida. Warna yang dihasilkan
selanjutnya diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 520 nm.
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan nitrit pada sampel air melalui metode
spektrofotometri.
E. REFERENSI
Day, IR, R.A, and Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Harris, Daniel C. 1982. Quantitative Chemical Analysis. USA : W.H. Freeman and
Company.
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Edisi Pertama. Jakarta : Penerbit PT
Gramedia.
F. STRATEGI PEMBELAJARAN
Metode perkuliahan ini menggunakan strategi pre test, penjelasan teori penunjuang,
dan praktek langsung dengan menggunakan sampel yang telah diketahui kadarnya.
Setelah mahasiswa melakukan praktikum selanjutnya hasil pekerjaan mahasiswa akan
dilihat apakah sesuai dengan kadar yang ditentukan. Praktikum selanjutnya diakhiri
dengan diskusi lalu dilakukan post test untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa
memahami praktikum yang telah dilakukan.
H. INTERPRETASI
Kesimpulan:
Kadar nitrit dalam sampel sebesaar 0,94 mg/L
I. EVALUASI PEMBELAJARAN
A. KOMPETENSI DASAR
B. POKOK BAHASAN
C. DASAR TEORI
Chrom merupakan salah satu jenis logam yang banyak digunakan dalam proses
industri, hingga dapat masuk ke dalam perairan sebagai air limbah. Senyawa chrom
sering ditambahkan ke dalam air pendingin untuk mencegah korosi. Chrom dalam air
dapat beruba Cr3+ maupun Cr6+. Chrom bervalensi 6 bersifat lebih toksik jika
dibandingkan chrom bervalensi 3.
D. INDIKATOR PENCAPAIAN
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan chrom pada sampel air melalui metode
spektrofotometri.
E. REFERENSI
Day, IR, R.A, and Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Harris, Daniel C. 1982. Quantitative Chemical Analysis. USA : W.H. Freeman and
Company.
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Edisi Pertama. Jakarta : Penerbit PT
Gramedia.
F. STRATEGI PEMBELAJARAN
Metode perkuliahan ini menggunakan strategi pre test, penjelasan teori penunjuang,
dan praktek langsung dengan menggunakan sampel yang telah diketahui kadarnya.
Setelah mahasiswa melakukan praktikum selanjutnya hasil pekerjaan mahasiswa akan
dilihat apakah sesuai dengan kadar yang ditentukan. Praktikum selanjutnya diakhiri
dengan diskusi lalu dilakukan post test untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa
memahami praktikum yang telah dilakukan.
H. INTERPRETASI
Kesimpulan:
Kadar chrom dalam sampel sebesar 1,505 mg/L
I. EVALUASI PEMBELAJARAN
A. KOMPETENSI DASAR
B. POKOK BAHASAN
C. DASAR TEORI
Tembaga merupakan unsur yang penting bagi tubuh manusia. Kebutuhan tembaga
pada tubuh sekitar 2 mg per hari. Kelebihan tembaga dalam tubuh dapat menyebabkan
muntah, dan dapat terakumulasi hingga merusak hati.
Ion tembaga dalam suasana basa akan beraksi dengan Na dietil ditiokarnamat
menghasilkan senyawa koloid berwarna coklat kekuningan. Absorbasi diukur dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 480 nm.
E. REFERENSI
Day, IR, R.A, and Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Harris, Daniel C. 1982. Quantitative Chemical Analysis. USA : W.H. Freeman and
Company.
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Edisi Pertama. Jakarta : Penerbit PT
Gramedia.
F. STRATEGI PEMBELAJARAN
Metode perkuliahan ini menggunakan strategi pre test, penjelasan teori penunjuang,
dan praktek langsung dengan menggunakan sampel yang telah diketahui kadarnya.
Setelah mahasiswa melakukan praktikum selanjutnya hasil pekerjaan mahasiswa akan
dilihat apakah sesuai dengan kadar yang ditentukan. Praktikum selanjutnya diakhiri
dengan diskusi lalu dilakukan post test untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa
memahami praktikum yang telah dilakukan.
H. INTERPRETASI
Kadar Cu sampel 1
Abs sampel 1
= x Konsentrasi baku x Pengenceran sampel =............mg/L
Abs baku
Kesimpulan:
Kadar Cu dalam sampel sebesar 47,87 mg/L
I. EVALUASI PEMBELAJARAN
A. KOMPETENSI DASAR
B. POKOK BAHASAN
G. DASAR TEORI
Besi dalam larutan dapat direduksi menjadi bentuk ferro dengan cara memanaskan
dengan asam dan hidroksilamin HCl kemudian direaksikan dengan 1,0 mL fenantrolin
pada pH 3,2-3,3. Tiga molekul fenantrolin dengan satu atom besi ferro membentuk
senyawa kompleks berwarna merah jingga. Warna yang terbentuk dibandingkan dengan
baku yang telah diketahui kadarnya secara spektrofotometri pada panjang gelombang 510
nm.
E. REFERENSI
Day, IR, R.A, and Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Harris, Daniel C. 1982. Quantitative Chemical Analysis. USA : W.H. Freeman and
Company.
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Edisi Pertama. Jakarta : Penerbit PT
Gramedia.
D. STRATEGI PEMBELAJARAN
Metode perkuliahan ini menggunakan strategi pre test, penjelasan teori penunjuang,
dan praktek langsung dengan menggunakan sampel yang telah diketahui kadarnya.
Setelah mahasiswa melakukan praktikum selanjutnya hasil pekerjaan mahasiswa akan
dilihat apakah sesuai dengan kadar yang ditentukan. Praktikum selanjutnya diakhiri
dengan diskusi lalu dilakukan post test untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa
memahami praktikum yang telah dilakukan.
H. INTERPRETASI
Kadar Fe sampel 1
Abs sampel 1
= x Konsentrasi baku x Pengenceran sampel =............mg/L
Abs baku
Kadar Fe sampel 2
Abs sampel 2
= x Konsentrasi baku x Pengenceran sampel =............mg/L
Abs baku
Kesimpulan:
Kadar Fe dalam sampel sebesar 22,9 mg/L
Laporan Praktikum Analisa Air 2023 54
Prodi Diploma IV Analis Kesehatan UNIMUS
I. EVALUASI PEMBELAJARAN
A. KOMPETENSI DASAR
B. POKOK BAHASAN
C. DASAR TEORI
Mangan dalam air dapat menimbulkan warna kecoklatan pada pakaian. Untuk
menurunkan kadar Mn dalam air dapat dilakukan dengan pengendapan secara kimia,
pengaturan pH, aerasi, superklorinasi dan dengan bahan penukar ion.
Mn di dalam air dapat dioksidasi oleh K2S2O8 menjadi KMnO4 yang berwarna
ungu, lalu dibaca absorbasinya pada panjang gelombang 525 nm.
E. REFERENSI
Day, IR, R.A, and Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Harris, Daniel C. 1982. Quantitative Chemical Analysis. USA : W.H. Freeman and
Company.
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Edisi Pertama. Jakarta : Penerbit PT
Gramedia.
F. STRATEGI PEMBELAJARAN
Metode perkuliahan ini menggunakan strategi pre test, penjelasan teori penunjuang,
dan praktek langsung dengan menggunakan sampel yang telah diketahui kadarnya.
Setelah mahasiswa melakukan praktikum selanjutnya hasil pekerjaan mahasiswa akan
dilihat apakah sesuai dengan kadar yang ditentukan. Praktikum selanjutnya diakhiri
dengan diskusi lalu dilakukan post test untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa
memahami praktikum yang telah dilakukan.
H. INTERPRETASI
= 0,29 X 1 X 50 = 1,04mg/L
0,28 50