Anda di halaman 1dari 4

Form Rancangan Penelitian

Filsafat Indigenous

Penelitian Lapangan

Nama Peneliti/ Dewinta Indah Restutiani


Mahasiswa(Kelas):
Nama Upacara/Tradisi Tradisi Upacara obong pada masyarakat.
(Objek Penelitian):
Lokasi Penelitian: Desa Tratemulyo, Kecamatan Weleri, Kabupaten Kendal

Waktu Penelitian: Maret 2021


Deskripsi Tradisi yang masih dipertahankan oleh masyarakat Kalang
Upacara/Tradisi Secara adalah ritual kematian yang disebut Upacara Obong. Upacara
Umum: Obong dilakukan dengan cara membakar barang-barang milik
orang yang telah meninggal agar mendapatkan tempat yang
terbaik di akhirat. Upacara Obong biasanya dilakukan pada hari
ketujuh atau satu tahun setalah meninggalnya orang Kalang.

Waktu Dilaksanakannya Upacara Obong biasanya dilakukan pada hari ketujuh dan satu
Upacara: tahun setelah meninggalnya orang Kalang. Pada upacara mitung
dino (tujuh hari) dilakukan pada siang hari sekitar jam satu siang,
sedangkan pada saat mendak (satu tahun) dilakukan pada jam 3
pagi.

Tradisi Lain yang  Selamatan selama tujuh hari sejak meninggalnya orang
Masuk di Dalamnya: kalang (membacakan tahlil dan yasin)
 Mitung dino (membacakan doa dan ayat-ayat Al-Qur’an)
 Ngrayah sangu (berebut uang receh setelah acara kalang
obong)
Susunan Rangkaian  Weh-Wehan Mangan (sanak keluarga baik itu anak
Acara: maupun cucu dari almarhum saling berbagi makanan
untuk mendapatkan berkah pada prosesi tersebut.)
 Sesangon (sanak keluarga memberi uang ke dalam
tempat yang telah disediakan. Uang yg diberikan tersebut
dijadikan pesangon untuk sang almarhum di akhirat
sana.)
 Kalang Obong (proses pembakaran pengantin dan segala
sesuatu yang dimiliki oleh sang almarhamum semasa
hidup. pengantin dibawa keluar rumah menuju tempat
prosesi pembakaran. Tempat pembakaran tersebut dibuat
dari alang-alang yang dibentuk seperti rumah. Sebanyak 3
orang membawa suluh untuk menyulut api. Sebelum
orang tersebut membakar rumah Kalang Obong, mereka
harus mengitar rumah tersebut sebanyak 3 kali lalu
dibakar sampai habis. di akhiri dengan anak-anak yang
mengambil uang yang tersisa setelah pembakaran tadi. 

Gambaran Upacara: Gambaran suasana berlangsungnya upacara adalah sebagai


berikut:
 Dalam pelaksanaan adat Kalang mitung dino tidak ada
pomahan (pancaka) atau rumah kecil sebagai tempat
untuk membakar penganten (wong-wongan) bersama
dengan pakaian yang disertakan pembakaran. Yang ada
hanya simbolis orang yang meninggal dengan menata
pakaian yang disenangi orang yang meninggal seakan-
akan sedang tidur saja untuk dibakar. Bahan-bahan yang
disediakan untuk prosesi pembakaran seperti kayu, blarak
(daun kelapa) dan minyak tanah agar apinya dapat
menyala berkobar-kobar dan barang-barang yang dibakar
itu habis menjadi abu, setelah api padam uang recehan,
Rp.100-Rp.1000 ditaburkan kemudian setelah api dingin
uang yang ditaburkan itu dirayah (diambil secara berebut
beramai-ramai) oleh anak-anak kecil setelah prosesi
obong selesai
 Sedangkan dalam pelaksanaan adat kalang mendhak
terdapat pomahan yang terbuat dari alang-alang dan
boneka (penganten) terbuat dari kayu jati yang dibuat
oleh orang tertentu atau tidak sembarang orang yang
dapat membuat boneka penganten. Susunan acara
pertama,Weh-Wehan Mangan yaitu sanak keluarga baik
itu anak maupun cucu dari almarhum saling berbagi
makanan untuk mendapatkan berkah pada prosesi
tersebut. Lalu Sesangon , sanak keluarga memberi uang
ke dalam tempat yang telah disediakan. Uang yg
diberikan tersebut dijadikan pesangon untuk sang
almarhum di akhirat sana.yang terakhir yaitu Kalang
Obong atau proses pembakaran pengantin dan segala
sesuatu yang dimiliki oleh sang almarhamum semasa
hidup. pengantin dibawa keluar rumah menuju tempat
prosesi pembakaran. Tempat pembakaran tersebut dibuat
dari alang-alang yang dibentuk seperti rumah. Sebanyak 3
orang membawa suluh untuk menyulut api. Sebelum
orang tersebut membakar rumah Kalang Obong, mereka
harus mengitar rumah tersebut sebanyak 3 kali lalu
dibakar sampai habis. di akhiri dengan anak-anak yang
mengambil uang yang tersisa setelah pembakaran tadi. 

Unsur-unsur/ Elemen  Mitung dino


/Sesajian dalam
Upacara:  jenang abang putih,
 baro-baro,
 jajan pasar,
 gedang salirang atau pisang sesisir pisang raja,
 buah-buahan,
 tiga macam kembang, yaitu cempaka, kenanga,
mawar
 sego ambeng,
 ndog bebek,
 tumpeng cilik,
 pacul, dan lain lain
 mendhak
 omah kajang (rumah-rumahan) yang akan
diobong,
 penganten (boneka)
 Ayam Bakar,
 Pisang Ayu,
 Pisang Raja,
 Sate Bebek,
 Gemblong
 Buah-buahan
 dan beberapa peralatan persyaratan lain seperti
dupa, tampah,
 tikar kecil, kasur, bantal dan guling,
 nasi tumpeng yang berwarna merah, putih, kuning
dan hitam dengan segala laukpauknya sebagai
perlengkapan upacara
Kandungan/nilai-nilai  ibadah/pemujaan (dilakukannya pembacaan tahlil,yasin,
dalam Upacara/Tradisi pembacaan ayat suci Al-Qur'an dan doa, juga pembacaan
Tersebut: mantra oleh dukun kalang untuk memanggil arwah orang
yang sudah meninggal)
 sosial (pada saat orang kalang melakukan upacara obong,
keluarga, orang kalang, dan tetangga akan menghadiri
prosesi adat tersebut)
 ekonomi (penyelenggara prosesi adat mengeluarkan biaya
yang cukup besar untuk melaksanakan tradisi ini, dan
juga sanak saudara yang datang memberikan uang untuk
dijadikan pesangon almarhum diakhirat)
Narasumber atau  Suwariyah, Dukun Kalaang Obong, tinggal di Karangsari
referensi Kecamatan Rowosari Kendal
 Sholikhah, A. (2010). AKULTURASI ISLAM DAN
BUDAYA LOKAL DALAM UPACARA KALANG
OBONG DI DUKUH WANGKLUKRAJAN DESA
PONCOREJO KECAMATAN GEMUH KABUPATEN
KENDAL. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
 Ika Arina Rizkiana. (2010) . TRADISI UPACARA
OBONG PADA MASYARAKAT KALANG DI DESA
MONTONGSARI KECAMATAN WELERI
KABUPATEN KENDAL. Universitas Negeri Semarang
 Innarotudzakiyyah Darojah. 2011. PELAKSANAAN
ADAT KALANG OBONG Di Desa Lumansari
Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal (Perspektif
Dakwah Lintas Budaya). IAIN Walisongo Semarang
 Roger M. Keesing. Teori-Teori Tentang Budaya.
ANTROPOLOG1 NO. 52

Anda mungkin juga menyukai