Anda di halaman 1dari 4

Balance scorecard pada PT.

UNILEVER, TBK
Kartu skor berimbang (balanced scorecard, BSC) adalah suatu metode untuk pengukuran dan
penilaian kinerja suatu perusahaan dengan mengukur empat perspektif yaitu: perspektif
keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, perspektif pembelajaran
dan pertumbuhan. suatu konsep untuk mengukur apakah aktivitas-aktivitas operasional suatu
perusahaan dalam skala yang lebih kecil sejalan dengan sasaran yang lebih besar dalam hal
visi dan strategi.
”Sistem Penilaian dan Perencanaan Kinerja Perusahaan Menggunakan Metode Balanced
Scorecard” mengatakan bahwa Harapan yang diharapkan dengan adanya sistem penilaian dan
perencanaan kinerja dengan:
1)membantu pihak manajemen dalam merancang sistem penilaian kinerja perusahaan yang
sejalan dengan visi dan misi perusahaan
2)perusahaan dapat mengetahui kondisi dan prestasi keuangan dan non-keuangan yang
dimilikinya saat ini beserta potensinya di masa mendatang
3)membantu manajemen dalam perencanaan kinerja perusahaan yang bersifat taktis.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis laporan keuangan.
Analisis deskriptif digunakan untuk mengukur dan menganalisis hasil dari perspektif
pelanggan, proses bisnis internal, serta pertumbuhan dan pembelajaran dari hasil kuesener
yang telah disebarkan sebelumnya kepada para responden pelanggan dan para responden
karyawan PT. Unilever Indonesia Tbk. Analisis laporan keuangan ini digunakan untuk
mengukur kinerja perusahaan pada perspektif keuangan dengan menggunakan analisis rasio
keuangan seperti rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage dan rasio profitabilitas. Total
Assets Turnover  Penjualan Bersih receivable turnover Rasio Likuiditas terdiri dari current
ratio dan quick ratio (Martono, Agus, 2005). Rincian masing-masing sebagai berikut.
1) Current Ratio Rasio ini menunjukkan posisi kas perusahaan dan kemampuan memenuhi
kewajiban / hutang jangka pendek. Aktiva lancar Current Ratio
 x 100% Hutang lancar
2) Quick Ratio Rasio ini menunjukkan kemampuan dalam menyediakan kas dan aktiva
lainnya yang dapat dilikuidasikan dengan segera jika diperlukan. Aktiva lancar - Persediaan
Quick Ratio                                          
                          x Hutang lancar 100% Rasio Aktivitas terdiri
dari inventory turnover, total assets turnover dan receivable turnover (Martono, Agus, 2005).
Rincian masing-masing sebagai berikut.
3) Inventory Turnover Rasio ini menunjukkan efektivitas dan efisiensi perusahaan dalam
mengatur investasinya dalam persediaan, yang tercermin dalam beberapa kali persediaan itu
diputar selama satu periode tertentu. Inventory Turnover  Harga Pokok Penjualan Rata - rata
Persediaan
4) Total Assets Turnover Rasio ini mengukur efesiensi perusahaan dalam pemakaian total
aktivanya untuk menghasilkan penjualan. Total Aktiva
5) Receivable Turnover Rasio ini menyatakan seberapa cepat perusahaan dapat menagih
piutang dagangnya sehingga memperoleh kas. Penjualan Bersih  Rata - rata Piutang Rasio
Leverage terdiri dari debt ratio dan total debt to equity ratio (Martono, Agus, 2005). Rincian
masing-masing sebagai berikut.
6) Debt Ratio Rasio ini mengukur sejauh mana kewajiban perusahaan digunakan untuk
mendanai pembelian atau investasi atas aktiva perusahaan. Debt Ratio  Total Hutang Total
Aktiva
7) Total Debt to Equity Ratio Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi semua total kewajibannya dengan menggunakan modal sendiri. Net profit margin
 Laba Bersih Setelah Pajak Penjualan Bersih Return on Equity Laba Bersih Setelah Pajak
Total Modal Sendiri Total Debt to Equity Ratio  Total Hutang Modal Sendiri Rasio
Profitabilitas terdiri dari gross profit margin, net profit margin, return on investment dan
return on equity (Martono, Agus, 2005). Rincian masing-masing sebagai berikut.
8) Gross Profit Margin Rasio ini mencerminkan mark-up terhadap harga pokok penjualan
selain mencerminkan kemampuan manajemen untuk meminimilasi harga pokok penjualan
dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan perusahaan. Gross profit margin 
Penjualan Bersih - HPP Penjualan Bersih
9) Net Profit Margin Rasio ini mencerminkan kemampuan manajemen untuk menghasilkan
laba setelah harga pokok penjualan, beban operasi / usaha, beban lain-lain dan pajak dalam
hubungannya dengan penjualan.
10) Return on Investment Rasio ini mencerminkan kemampuan manajemen dalam mengatur
aktiva-aktivanya seoptimal mungkin sehingga dicapai laba bersih yang diinginkan. Semakin
tinggi rasio ini menunjukkan semakin efisien dana yang ditanamkan. Return on Investment 
Laba Bersih Setelah Pajak Total Aktiva
11) Return on Equity Rasio ini mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak
pemilik modal sendiri, mengukur tingkat pengembalian dari modal pemegang saham yang
diinvestasikan ke dalam perusahaan. semakin tinggi nilai persentase rasio ini, semakin
menunjukkan bahwa kinerja perusahaan semakin baik. Usaha yang dilakukan perusahaan
memberikan pengembalian hasil yang menguntungkan bagi pemilik modal yang
menginvestasikan modal mereka ke dalam perusahaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Perspektif keuangan periode 2004-2008 menunjukkan bahwa
kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk, dikatakan baik. Rasio likuditas keuangan
terjadi penurunan dari tahun ke tahun, ini disebabkan hutang lancar perusahaan yang dari
tahun ke tahun meningkat. Rasio aktivitas, menunjukkan dari tahun ke tahun kinerja
perusahaan semakin baik karena terjadi penigkatan nilai rasio dari tahun ke tahun. Rasio
leverage, kinerja perusahaan tidaklah terlalu baik karena debt ratio dan total debt to equity
ratio dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan
menurun untuk membayar seluruh hutang-hutangnya, baik itu hutang jangka pendek maupun
hutang jangka panjang. Rasio profitabilitas, kinerja perusahaan dikatakan baik karena gross
profit margin, net profit margin, ROE, ROI dari tahun ke tahun meningkat ini berarti kinerja
perusahaan belumlah stabil dikarenakan keuntungan kotor penjualan bersih kadang
meningkat kadang juga menurun. Perspektif pelanggan, 49,2% responden dari 100 responden
yang mengembalikan kuesenernya menyatakan puas. 31,2% responden merasa cukup puas,
16% responden merasa sangat puas, 2,1% responden merasa tidak puas dan 1,5% responden
merasa sangat tidak puas. Perspektif proses bisnis internal, 50% responden dari 30 responden
yang mengembalikan kuesenernya menyatakan setuju, 28,1% karyawan menyatakan cukup
setuju, dan 21,9% karyawan menyatakan sangat setuju terhadap pengembangan sumber daya
yang dilakukan perusahaan untuk meningkatan lingkungan kerja, menggunakan standar yang
bermutu tinggi, membuat promosi yang sebagus mungkin untuk setiap lini produk unilever,
membuat banyak variasi produk, pendistribusian produk yang cepat ke para distributor,
memberikan pelayanan yang segera kepada konsumen, menggunakan peralatan dibawah
kendali statistik, dan perusahaan menetapkan perbaikan yang berkelanjutan untuk
mendapatkan mutu yang sebaik mungkin. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, 41,2%
responden dari 30 responden yang mengembalikan kuesenernya menyatakan setuju, 37,6%
karyawan menyatakan cukup setuju, 18,7% karyawan menyatakan sangat setuju dan 2,5%
karyawan menyatakan tidak setuju terhadap kemampuan karyawan, motivasi karyawan dalam
bekerja dan kompensasi perusahaan kepada karyawan.
SIMPULAN DAN SARAN
Berikut ini merupakan simpulan dari analisis balanced scorecard berdasarkan dari keempat
perspektif, yaitu sebagai berikut.
A. Perspektif Keuangan Kesimpulan dari perspektif keuangan periode 2004-2008 di atas
menunjukkan bahwa kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk, dikatakan relatif baik
karena dari tahun ke tahun rasio keuangan perusahaan mengalami kenaikan.
B. Perspektif Pelanggan Dari hasil analisis kuesener responden yang mengembalikan
kuesenernya didapatkan hasil bahwa 96,4% responden menyatakan puas terhadap pelayanan
yang diberikan oleh perusahaan dari target perusahaan sebesar 100%. Tetapi perusahaan juga
harus masih meningkatkan pelayanan kepada para pelangaan mereka, terbukti masih terdapat
3,6% yang menyatakan tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan perusahaan.
C. Perspektif Proses Bisnis Internal Dari hasil analisis kuesener responden yang
mengembalikan kuesenernya didapatkan hasil bahwa 100% responden menyatakan setuju
terhadap pengembangan sumber daya yang dilakukan perusahaan untuk meningkatan
lingkungan kerja, menggunakan standar yang bermutu tinggi, membuat promosi yang
sebagus mungkin untuk setiap lini produk unilever, membuat banyak variasi produk,
pendistribusian produk yang cepat ke para distributor, memberikan pelayanan yang segera
kepada konsumen, menggunakan peralatan dibawah kendali statistik, dan perusahaan
menetapkan perbaikan yang berkelanjutan untuk mendapatkan mutu yang sebaik mungkin.
D. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran Dari hasil analisis kuesener responden yang
mengembalikan kuesenernya didapatkan hasil bahwa 97,5% responden menyatakan setuju
terhadap kemampuan karyawan, motivasi karyawan dalam bekerja dan kompensasi
perusahaan kepada karyawan dari target perusahaan sebesar 100%. Perusahaan harus
mempertahankan untuk tahun-tahun yang akan datang guna kelangsungan kemajuan
perusahaan. Tetapi perusahaan juga harus meningkatkan keloyalitasan perusahaan terhadap
karyawan, karena masih ada 2,5% karyawan yang merasa tidak setuju terhadap kebijakan
yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Berdasarkan simpulan yang telah diterangkan
sebelumnya, maka penulis memberikan beberapa implikasi yang mungkin dapat
dimanfaatkan oleh perusahaan, antara lain sebagai berikut:
1. PT. Unilever Indonesia Tbk hendaknya mempertimbangkan untuk menerapkan konsep
balanced scorecard sebagai alat ukur kinerja perusahaan.
2. Pada perspektif keuangan, perusahaan hendaknya lebih memperhatikan posisi likuiditas
perusahaan. Karena proposisi persen rasio likuiditas perusahaan semakin menurun dari tahun
ke tahun, ini disebabkan karena meningkatnya hutang lancar perusahaan.
3. Pada perspektif pelanggan perusahaan harus memperbaiki pelayanan yang diberikan
perusahaan kepada para pelanggan. Perusahaan harus meningkatkan pelayanan mereka
kepada para pelanggan agar para pelanggan tidak pindah ke produk-produk lain. Karena di
saat ini persaingan semakin ketat dan para pelanggan setia pun sulit untuk didapatkan. Maka
daripada itu perusahaan harus lebih meningkatkan pelayanan kepada para pelanggan mereka.
4. Pada perspektif proses bisnis internal perusahaan harus lebih meningkatkan dalam
pengembangan sumber daya. Semua aspek yang terdapat dalam pengembangan sumber daya
ini sangatlah berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan, jika perusahaan tidak
dapat menjalankannya dengan baik maka para konsumen akan merasa kecewa dan bisa saja
para konsumen pindah ke produk-produk yang lain yang mereka anggap lebih aman untuk
digunakan.
5. Pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, perusahaan harus meningkatkan
keloyalitasan perusahaan terhadap karyawan. Karyawan merupakan asset yang sangat
berharga bagi sebuah perusahaan, maka dari pada itu perusahaan harus memperhatikan para
karyawan agar mereka merasa senyaman mungkin. Jika perusahaan memperhatikan
karyawan mereka dengan baik, para karyawan pun akan memberikan kontribusi yang besar
pula untuk perusahaan. Jika karyawan bekerja dengan baik perusahaan juga akan
mendapatkan keuntungannya, karena karyawan dapat menciptakan ide-ide yang kreatif, dan
pemikiran-pemikiran yang jenius dengan menciptakan produk-produk baru yang bisa
menguntungkan bagi perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai