SKR Input
SKR Input
Disusun oleh:
DELA ROSALINA
17111024120130
Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada Pasien An.A dengan Diagnosa Ensefalitis
dengan Intervensi Inovasi Kompres Aloevera pada Pasien Gangguan termogulasi di
Ruang PICU RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2019
INTISARI
Japanese Encephalitis (JE) adalah penyakit radang otak (Ensefalitis) yang disebabkan
oleh virus JE. Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan ensefalitis,
misalnya bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirokaeta dan virus. Salah satu gangguan
klinis yang sering ditemukan akibat enefalitis adalah gangguan termogulasi. Gangguan
termogulasi diartikan sebagai suatu proses tubuh untuk melawan infeksi yang masuk
ke dalam tubuh. Terapi fisik dengan memberikan kompres dalam manajemen demam
dapat dilakukan sebelum memberikan terapi obat. Teknik kompres yang dimodifikasi
ialah kompres menggunakan aloevera yang juga terbukti mampu mengatasi kejang,
serta penurunan suhu tubuh. Karya ilmiah akhir ners ini bertujuan untuk melakukan
analisa terhadap kasus kelolaan pada klien dengan diagnose medis Ensefalitis yang
mengalami gangguan termogulasi di ruang PICU RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda dengan pendekatan konsep keperawatan. Dari hasil analisa kasus
didapatkan hasil inovasi dengan menggunakan kompres lidah buaya selama tiga hari
terdapat penurunan suhu dari 38,0 menjadi 36,9oC, hal ini menunjukkan bahwa klien
berangsur angsur membaik.
1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
2
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.
Nursing Clinical Practice Analysis in An.A With Diagnosis Encephalitis
with Innovation Compress Aloevera on Thermogulasi Disorders in PICU
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Year 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ensefalitis di Asia. Virus ini adalah flavivirus yang ditularkan oleh nyamuk, dan
termasuk dalam genus yang sama dengan virus dengue. Tinjauan literatur
memperkirakan hampir 68.000 kasus klinis JE secara global setiap tahun, dengan
Sebagian besar infeksi JEV ringan (demam dan sakit kepala) atau tanpa gejala yang
jelas, tetapi sekitar 1 dari 250 infeksi mengakibatkan penyakit klinis yang parah
(WHO, 2015).
peradangan otak dan perbandingan antara kasus bergejala dengan tanpa gejala
berkisar antara 1 dalam 300 sampai 1 dalam 1,000 kasus. Kurang dari 1% manusia
yang terinfeksi oleh virus JE bermanifestasi klinis dan 20 - 30% akan berakhir
dengan kematian serta 30 - 50% dari kasus yang hidup akan menderita kelainan.
sedangkan orang dewasa di negara yang endemis pada umumnya sudah memiliki
kekebalan alamiah setelah terinfeksi pada masa kanak-kanak, tetapi semua kelompok
Menurut Hartini (2015) demam diartikan sebagai suatu proses tubuh untuk
melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Demam terjadi pada suhu > 37,5°C,
obatan. Potter & Perry (2009) juga mengatakan, bahwa demam dapat terjadi karena
panas yang berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh (Assegaf, 2017).
WHO dapat dilakukan sebelum memberikan terapi obat. Namun, tidak semua
demam dapat diobati dengan air hangat. Kompres air hangat tidak cocok diberikan
dengan anak yang terkena dehidrasi berat, kehilangan kesadaran, atau riwayat kejang
menggunakan lidah buaya lebih efektif dalam mempercepat pengeluaran panas dari
tubuh karena terdapat kandungan senyawa saponin. Lidah buaya juga mengandung
lignin yang mampu menembus ke dalam kulit, yang membantu mencegah hilangnya
mewawancarai beberapa pegawai di ruang PICU, selama 3 bulan terakhir sejak bulan
Oktober – Desember terdapat kurang lebih 5 pasien anak yang terkena ensefalitis dan
penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners Yang Berjudul Analisis Praktik Klinik
Lidah Buaya (Aloe Vera) Untuk Menurunkan Suhu Badan Pada Anak Di Ruang
B. Rumusan Masalah
dengan intervensi inovasi kompres dengan lidah buaya (aloe vera) untuk
menurunkan suhu badan pada anak di ruang Pediatric Intensive Care Unit RSUD
C. Tujuan
1. Tujuan umum
analisis kasus kelolaan dengan klien ensepalitis dengan intervensi inovasi kompres
dengan lidah buaya (aloe vera) untuk menurunkan suhu badan pada anak di ruang
2. Tujuan Khusus
(JE) dengan penurunan suhu badan di ruang Pediatric Intesive Care Unit
menggunakan lidah buaya (aloe vera) terhadap penurunan suhu badan di ruang
D. Manfaat Penulisan
1 Manfaat aplikatif
a. Pasien
b. Perawat/Tenaga Kesehatan
dengan lidah buaya (aloe vera) terhadap penurunan suhu tubuh pada anak
Diharapkan hasil KIA-N ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
Menurut Heriyati (2008), otak dan medula spinalis dikelilingi oleh tiga
1 Dura mater, yaitu lapisan terluar yang kaya akan serabut saraf sensoris. Dura
serebeli, diafragma.
2 Araknoid mater, yaitu lapisan di bawah dura mater yang avaskular. Ruang
3 Pia mater, yaitu lapisan jaringan ikat yang langsung membungkus otak da
medula spinalis. Araknoid mater dan pia mater tidak memiliki serabut sara
serebri.
berbicara ekspresi kepribadian, dan hawa nafsu. Lobus parietal memengaruhi input
sensoris, representasi dan integrasi, kemampuan berbicara reseptif. Lobus oksipital
input pendengaran dan integrasi ingatan. Lobus insula memengaruhi emosi dan
( Waseso,2015).
otot.
informasi sensoris dan motorik dari somatik dan otonom serta informasi
motorik dari pusat yang lebih tinggi ke target-target perifer (Heryati, 2008).
Otak mengandung empat ventrikel, yaitu dua ventrikel lateral serta ventrikel
ketiga dan keempat yang terletak di sentral. Cairan serebrospinalis dihasilkan oleh
keempat. Otak terutama diperdarahi oleh arteri vertebral yang berasal dari arteri
subklavia, naik melalui foramen transversum dari vertebra C1-C6, dan memasuki
foramen magnum tengkorak; dan arteri karotid internal yang berasal dari arteri
karotis komunis di leher, naik di leher, dan memasuki kanalis karotis dan melintasi
foramen laserum sehingga berakhir sebagai arteri serebral anterior dan medial yang
B. Konsep penyakit japanesee enchephalitis
1 Definisi
disebabkan oleh virus JE. Manusia dapat terinfeksi virus JE karena ini merupakan
virus JE yaitu nyamuk Culex yang terinfeksi virus JE. Jenis nyamuk ini merupakan
yang biasa ditemukan di sekitar rumah antara lain area persawahan, kolam atau
selokan (daerah yang selalu digenangi air). Sedangkan reservoarnya adalah babi,
binatang tapi juga darah manusia, karena itulah melalui gigitan nyamuk dapat
dead-end host untuk JE, artinya manusia tidak menjadi sumber penyebaran virus JE
2 Etiologi
misalnya bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirokaeta dan virus. Penyebab yang
and Western Equine, La Crosse, St. Louis encephalitis. Penyebab yang jarang
2012):
a. Infeksi virus yang bersifat epidemik
c Ensefalitis pasca infeksi : pasca morbili, pasca varisela, pasca rubela, pasca
penyebab:
a Ensefalitis supurativa
otak dari otitis Medula, mastoiditis, sinusitis,atau dari piema yang berasl dari
Reaksi dini jaringan otak terhadap kuman yang bersarang adalah edema,
yang membentuk kapsula. Bila kapsul pecah terbentuklah abses yang masuk
ventrikel.
3) Manifestasi klinis
a) Demam
b) Kejang
c) Kesadaran menurun
b Ensefalitis virus
1) Virus RNA
dengue)
Picornavirus : enterovirus (virus polio, coxsackie A,B,echovirus)
2) Virus DNA
sitomegalivirus,virus Epstein-barr
Retrovirus : AIDS
1) Malaria serebral
ditemukan pada selaput otak dan jaringan otak. Gejala-gejala yang timbul :
2) Toxoplasmosis
menurun. Didalam tubuh manusia parasit ini dapat bertahan dalam bentuk
3) Amebiasis
4) Sistiserkosis
dinding pembuluh darah timbul noduli yang terdiri atas sebukan sel-sel
3 Diagnosis
Diagnosis pasti adalah ditemukannya virus dalam darah atau cairan spinal,
tetapi isolasi virus sangat sulit pada manusia karena masa viremia yang mungkin
memerlukan serum akut dan konvalesen sehingga bisa dilihat kenaikan titer
C. Konsep aloevera
untuk mengobati luka ringan, mengurangi memar dan pembengkakan. Gel aloevera
luka Pengobatan Vertigo, Varicella zoster, herpes simpleks tipe I dan II, influenza
dan rabies, AIDS. Efek Antidiabetik Efek hipolipidemik Efek kardiovaskular dan
hiperkolememik. Penurunan berat badan Kanker payudara, kanker saluran cerna, dan
glioblastoma otak. Pengobatan gejala mulut terbakar. Peradangan dan aktivitas anti-
bradykinin. Herpes genital dan psoriasis. Luka bakar. Efek anti-virucidal, luka bakar,
iritasi kulit dan luka. Sakit kepala, defisiensi sistem kekebalan, batuk dan radang
sendi Efek antibakteri dan antivirus dan efek pada sistem kekebalan tubuh Efek
WHO dapat dilakukan sebelum memberikan terapi obat. Namun, tidak semua
demam dapat diobati dengan air hangat. Kompres air hangat tidak cocok diberikan
dengan anak yang terkena dehidrasi berat, kehilangan kesadaran, atau riwayat kejang
menggunakan lidah buaya lebih efektif dalam mempercepat pengeluaran panas dari
tubuh karena terdapat kandungan senyawa saponin. Fungsi saponin dalam tubuh
sitotoksik langsung pada sel kanker. Selain itu, saponin juga sangat efektif sebagai
Lidah buaya juga mengandung lignin. Kandungan lignin di dalam gel mampu
melindungi kulit dari dehidrasi dan menjaga kelembabannya. Kandungan lignin juga
E. Konsep Anak Usia Toddler
1 Pengertian
(Nining, 2016). Menurut Potter & Perry (2005 dalam Betz, 2009) pada periode
ini anak berusaha mencari tahu bagaimana sesuatu bekerja dan bagaimana
mengontrol orang lain melalui kemarahan, penolakan, dan tindakan keras kepala.
Hal ini merupakan periode yang sangat penting untuk mencapai pertumbuhan dan
dimulai sejak pembuahan dan terus menerus berlanjut di sepanjang rentang kehidupan
individu. Perkembangan anak usia pra sekolah meliputi perkembangan fisik, kognitif,
2 Perkembangan fisik
badan dan tinggi badan dari sebelumnya. Pada anak usia 1 – 3 tahun umumnya
6,35 cm setiap tahun dan pertambahan berat badan 2,5 – 3,6 kg setiap tahun
(Soetjiningsih, 2012).
halus. Pada usia 1 tahun, kemampuan gerak kasar anak bisa mengangkat
badannya dari posisi duduk ke berdiri tanpa bantuan dan duduk sendiri tanpa
bantuan.Anak juga dapat berdiri selama 30 detik tanpa bantuan atau pegangan dan
berjalan di sepanjang ruangan tanpa jatuh serta anak akan bisa menangkap dan
melempar bola.
Pada usia 2 tahun, kemampuan gerak kasar anak bisa melompat jauh,
melempar dan menangkap bola besar. Anak bisa merangkak dan memanjat. Anak
juga bisa menendang bola kecil ke depan tanpa berpegangan serta bisa berjalan
Pada usia 3 tahun, kemampuan gerak kasar anak bisa berdiri selama 30
detik atau lebih tanpa berpegangan. Anak bisa melempar bola lurus ke arah perut.
Anak juga bisa melompati selembar kertas dengan mengangkat kedua kakinya.
pada usia 1 – 3 tahun juga akan meningkat. Pada usia 1 tahun, kemampuan
motorik halus anak sudah dapat memegang pensil tanpa bantuan dan mencoret-
coret kertas tanpa petunjuk. Anak bisa menyusun balok-balok, memasukkan dan
mengeluarkan benda dari suatu tempat ke tempat lain, serta memasukkan benda
Pada usia 2 tahun, kemampuan gerak halus anak dapat menyusun balok-
balok dengan jumlah yang lebih banyak. Anak akan mengerti konsep jumlah
jenisnya. Sementara pada usia 3 tahun, kemampuan gerak halus anak dapat Anak
akan mampu menyusun balok-balok dengan jumlah yang lebih banyak.Anak
memecahkan masalah keperawatan secara ilmiah. Sasaran yang ingin dicapai yaitu
1 Pengkajian.
penderita, meliputi :
a Biodata.
klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin,umur dan alamat dan faktor yang
b Keluhan utama.
keluhan utama pada penderita encephalitis yaitu sakit kepala, kaku kuduk,
c Riwayat penyakit sekarang.
Merupakan riwayat klien saat ini yang meliputi keluhan, sifat dan
hebatnya keluhan, mulai timbul atau kekambuhan dari penyakit yang pernah
hari ditandai dengan demam,s akit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan,
malaise, nyeri ekstrimitas dan pucat. Kemudian diikuti tanda ensefalitis yang
berat ringannya tergantung dari distribusi dan luas lesi pada neuron. Gejala
Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal, natal dan post
natal. Dalam riwayat prenatal perlu diketahui penyakit apa saja yang pernah
diderita oleh ibu terutama penyakit infeksi. Riwayat natal perlu diketahui
apakah bayi lahi rdalam usia kehamilan aterm atau tidak karena mempengaruhi
Riwayat post natal diperlukan untuk mengetahui keadaan anak setelah lahir.
perkembangan selanjutnya.
otak (Nining, 2016). Imunisasi perlu dikaji untuk mengetahui bagaimana
kekebalan tubuh anak. Alergi pada anak perlu diketahui untuk dihindarkan
apakah ada kaitannya dengan penyakit yang dideritanya. Pada keadaan ini
status kesehatan keluarga perlu diketahui, apakah ada anggota keluarga yang
f Riwayat sosial.
intrakranial. Pola istirahat pada penderita sering kejang, hal ini sangat
tidur karena penderita lemah atau tidak sadar dan cenderung tergantung pada
orang lain perilaku bermain perlu diketahui jika ada perubahan untuk
h Pemeriksaan fisik.
otak.
pada batas fatal akan terjadi paralisa otot pernafasan (Dinarti, 2017).
menyebabkan terjadi iskemik pada daerah tersebut, hal ini akan merangsaang
vasomotor menyebabkan terjadi iskemik pada daerah tersebut, hal ini akan
Tekanan pada pusat vasomotor menyebabkan meningkatnya transmitter
sehingga meningkatkan sekresi asam lambung. Dapat pula terjd diare akibat
Pada setiap anak yang mengalami penyakit yang sifatnya kronuis atau
keadaan sakit fungsi tubuh menurun termasuk fungsi social anak. Tahun-
Gangguan atau keterlambatan yang terjadi saat ini harus diatasi untuk
kesadaran.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
hipermetabolik
E. Rencanan
atau tidak ada mengidentifikasikan dan Monitor respirasi dan status O2
- Produksi sputum mencegah faktor yang Pertahankan hidrasi yang adekuat
- Gelisah penyebab. untuk mengencerkan sekret
- Perubahan frekuensi dan Saturasi O2 dalam batas Jelaskan pada pasien dan keluarga
irama nafas normal tentang penggunaan peralatan : O2,
Foto thorak dalam batas Suction, Inhalasi.
normal
Keterangan Skala:
1 Tidak pernah
menunjukkan
2 Jarang menunjukkan
3 Kadang-kadang
menunjukkan
4 Sering menunjukkan
Secara konsisten
menunjukkan
Hipertermi NOC: Monitor suhu sesering
Berhubungan dengan : Thermoregulasi mungkin
- penyakit/ trauma Setelah dilakukan tindakan Monitor warna dan suhu kulit
- peningkatan keperawatan selama ... jam Monitor tekanan darah, nadi
metabolisme pasien menunjukkan dan RR
- aktivitas yang keefektifan jalan nafas dapat Monitor penurunan tingkat
berlebih dipertahankan pada skala ... kesadaran
- dehidrasi dan di tingkatkan pada skala ..., Monitor WBC, Hb, dan Hct
kriteria hasil: Monitor intake dan output
DO/DS: Suhu 36 – 37C Berikan anti piretik:
• kenaikan suhu Nadi dan RR dalam Kelola Antibiotik:
tubuh diatas rentang rentang normal ………………………..
normal Tidak ada perubahan Selimuti pasien
• serangan atau warna kulit dan tidak ada Berikan cairan intravena
konvulsi (kejang) pusing, merasa nyaman Kompres pasien pada lipat
• kulit kemerahan Keterangan skala paha dan aksila
• pertambahan RR 1. Berat Tingkatkan sirkulasi udara
• takikardi 2. Cukup berat Tingkatkan intake cairan dan
• Kulit teraba 3.sedang nutrisi
panas/ hangat 4. ringan Monitor TD, nadi, suhu, dan
5. tidak ada RR
Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
Monitor hidrasi seperti turgor
kulit, kelembaban membran
mukosa)
Ketidakseimbangan NOC: Kaji adanya alergi makanan
nutrisi kurang dari a. Nutritional status: Kolaborasi dengan ahli gizi
kebutuhan tubuh Adequacy of nutrient untuk menentukan jumlah
Berhubungan dengan : b. Nutritional Status : kalori dan nutrisi yang
Ketidakmampuan untuk food and Fluid Intake dibutuhkan pasien
memasukkan atau c. Weight Control Yakinkan diet yang dimakan
mencerna nutrisi oleh Setelah dilakukan tindakan mengandung tinggi serat untuk
karena faktor biologis, keperawatan selama ... jam mencegah konstipasi
psikologis atau ekonomi. pasien menunjukkan Ajarkan pasien bagaimana
DS: keefektifan jalan nafas dapat membuat catatan makanan
- Nyeri abdomen dipertahankan pada skala ... harian.
- Muntah dan di tingkatkan pada skala ..., Monitor adanya penurunan BB
- Kejang perut indikator: dan gula darah
- Rasa penuh tiba- Albumin serum Monitor lingkungan selama
tiba setelah makan Pre albumin serum makan
DO: Hematokrit Jadwalkan pengobatan dan
- Diare Hemoglobin tindakan tidak selama jam
- Rontok rambut Total iron binding makan
yang berlebih capacity Monitor turgor kulit
- Kurang nafsu Jumlah limfosit Monitor kekeringan, rambut
makan Keterangan : kusam, total protein, Hb dan
- Bising usus 1. Sangat terganggu kadar Ht
berlebih 2. banyak terganggu Monitor mual dan muntah
- Konjungtiva pucat 3. cukup terganggu Monitor pucat, kemerahan, dan
- Denyut nadi 4. sedikit terganggu kekeringan jaringan
lemah 5. tidak terganggu konjungtiva
Monitor intake nuntrisi
Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat
nutrisi
Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/ TPN
sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
Atur posisi semi fowler atau
fowler tinggi selama makan
Kelola pemberan anti
emetik:.....
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV line
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oval
Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan dengan: Pain Level, lakukan pengkajian nyeri
Agen injuri (biologi, pain control, secara komprehensif termasuk
kimia, fisik, psikologis), comfort level lokasi, karakteristik, durasi,
kerusakan jaringan Setelah dilakukan tindakan frekuensi, kualitas dan faktor
keperawatan selama ... jam presipitasi
DS: pasien menunjukkan Observasi reaksi nonverbal
- Laporan secara keefektifan jalan nafas dapat dari ketidaknyamanan
verbal dipertahankan pada skala ... Bantu pasien dan keluarga
DO: dan di tingkatkan pada skala ..., untuk mencari dan menemukan
- Posisi untuk dengan kriteria hasil: dukungan
menahan nyeri Mampu mengontrol nyeri Kontrol lingkungan yang dapat
- Tingkah laku (tahu penyebab nyeri, mempengaruhi nyeri seperti
berhati-hati mampu menggunakan suhu ruangan, pencahayaan
- Gangguan tidur tehnik nonfarmakologi dan kebisingan
(mata sayu, tampak untuk mengurangi nyeri, Kurangi faktor presipitasi nyeri
capek, sulit atau gerakan mencari bantuan) Kaji tipe dan sumber nyeri
kacau, menyeringai) Melaporkan bahwa nyeri untuk menentukan intervensi
- Terfokus pada diri berkurang dengan Ajarkan tentang teknik non
sendiri menggunakan manajemen farmakologi: napas dala,
- Fokus menyempit nyeri relaksasi, distraksi, kompres
(penurunan persepsi Mampu mengenali nyeri hangat/ dingin
waktu, kerusakan proses (skala, intensitas, Berikan analgetik untuk
berpikir, penurunan frekuensi dan tanda nyeri) mengurangi nyeri: ……...
interaksi dengan orang Menyatakan rasa nyaman Tingkatkan istirahat
dan lingkungan) setelah nyeri berkurang Berikan informasi tentang
- Tingkah laku Tanda vital dalam rentang nyeri seperti penyebab nyeri,
distraksi, contoh : jalan- normal berapa lama nyeri akan
jalan, menemui orang Tidak mengalami berkurang dan antisipasi
lain dan/atau aktivitas, gangguan tidur ketidaknyamanan dari prosedur
aktivitas berulang-ulang) Keterangan skala Monitor vital sign sebelum dan
- Respon autonom 1. Berat sesudah pemberian analgesik
(seperti diaphoresis, 2. Cukup berat pertama kali
perubahan tekanan 3.sedang
darah, perubahan nafas, 4. ringan
nadi dan dilatasi pupil) 5. tidak ada
- Perubahan
autonomic dalam tonus
otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke
kaku)
- Tingkah laku
ekspresif (contoh :
gelisah, merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam
nafsu makan dan minum
Defisit Volume Cairan NOC: NIC :
Definisi : Penurunan Fluid balance Fluid management
cairan intravaskuler, Hydration o Timbang popok/pembalut jika
interstisial, dan/atau Nutritional Status : Food diperlukan
intrasellular. Ini and Fluid Intake o Pertahankan catatan intake dan
mengarah ke dehidrasi, Setelah dilakukan tindakan output yang akurat
kehilangan cairan dengan keperawatan selama ... jam o Monitor status hidrasi ( kelembaban
pengeluaran sodium pasien menunjukkan membran mukosa, nadi adekuat,
keefektifan jalan nafas dapat tekanan darah ortostatik ), jika
Batasan Karakteristik : dipertahankan pada skala ... diperlukan
- Kelemahan dan di tingkatkan pada skala ..., o Monitor hasil lAb yang sesuai
- Haus Kriteria Hasil : dengan retensi cairan (BUN , Hmt ,
- Penurunan turgor Mempertahankan urine osmolalitas urin )
kulit/lidah output sesuai dengan usia o Monitor vital sign
- Membran dan BB, BJ urine normal, o Monitor masukan makanan / cairan
mukosa/kulit kering HT normal dan hitung intake kalori harian
- Peningkatan denyut Tekanan darah, nadi, suhu o Kolaborasi pemberian cairan IV
nadi, penurunan tekanan tubuh dalam batas normal o Monitor status nutrisi
darah, penurunan Tidak ada tanda tanda
o Berikan cairan
volume/tekanan nadi dehidrasi, Elastisitas
o Berikan diuretik sesuai interuksi
- Pengisian vena turgor kulit baik,
menurun membran mukosa lembab, o Berikan cairan IV pada suhu
- Perubahan status tidak ada rasa haus yang ruangan
mental berlebihan o Dorong masukan oral
- Konsentrasi urine Keterangan : o Berikan penggantian nesogatrik
meningkat 1. Sangat terganggu sesuai output
- Temperatur tubuh 2. banyak terganggu o Dorong keluarga untuk membantu
meningkat 3. cukup terganggu pasien makan
- Hematokrit meninggi 4. sedikit terganggu o Tawarkan snack ( jus buah, buah
- Kehilangan berat 5. tidak terganggu segar )
badan seketika (kecuali o Kolaborasi dokter jika tanda cairan
pada third spacing) berlebih muncul meburuk
Faktor-faktor yang o Atur kemungkinan tranfusi
berhubungan: • Persiapan untuk tranfusi
- Kehilangan volume
cairan secara aktif
- Kegagalan
mekanisme pengaturan
2 Implementasi
dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Implementasi
a Pengkajian ulang terhadap klien
bandingkan data tersebut agar diagnosis keperawatan menjadi valid, dan tentukan
apakah intervensi keperawatan tersebut masih menjadi yang terbaik untuk situasi
klinis saat itu. Jika terjadi perubahan status klien, diagnosis keperawatn dan
keperwatn yang terbaik bagi kebutuhan klien. Modifikasi rencana perawat tertulis
klien terkini. Berikan tanggal pada data baru sehingga anggota tim yang lain
yang telah kehilangan relevansinya, tambah dan berikan tanggal pada diagnosis
yang baru.. Lakukan revisi pada intervensi sesuai dengan diagnosis dan tujuan
keperawatan yang baru. Revisi ini harus menggambarkan status terkini klien.
c Mengorganisasi sumber daya dan pemberian asuhan
perawatan klien menjadi lebih tepat waktu, efisien, dan penuh keterampilan.
resiko.
3 Evaluasi Keperawatan
a Evaluasi formatif
keperawaatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif ini
meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif
(data berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data
b Evaluasi sumatif
Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan
wawancara pada akhir layanan, menanyakan respon klien dan keluarga terkait
masih dalam proses pencapaian tujuan jika klien menunjukkan perubahan pada
sebagian kriteria yang telah ditetapkan.Tujuan tidak tercapai jika klien hanya
menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada kemajauan sama sekali serta
BAB III......................................................................................................33
ASUHAN KEPERAWATAN....................................................................33
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN KRITIS
RUANG PICU.......................................................................................................33
A. Identitas Klien..............................................................................33
B. Keluhan utama..............................................................................33
C. Primary Survey.............................................................................33
E. Pengkajian gordon........................................................................36
F. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe).................................................39
G. Fungsi 12 saraf kranial.................................................................41
H. Pemeriksaan penunjang................................................................42
I. Analisa Data.................................................................................43
J. Diagnosa keperawatan..................................................................44
K. Intervensi keperawatan.................................................................45
L. Intervensi Inovasi.........................................................................47
M. Implementasi keperawatan...........................................................48
N. Evaluasi keperawatan...................................................................53
O. Evaluasi inovasi............................................................................57
BAB IV......................................................................................................59
ANALISIS SITUASI.................................................................................59
A. Profil Lahan Praktek.....................................................................59
B. Analisa Masalah Keperawatan Dengan Konsep Terkait dan Konsep Kasus
Terkait....................................................................................................60
C. Analisa Intervensi Inovasi............................................................66
D. Alternatif Pemecahan Masalah yang dapat di lakukan................68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1 Pada analisis praktik klinik keperawatan pada An.A, dengan diagnosa medis
ketidak bersihan jalan napas dan ketidak seimbangan nutrisi, gangguan ventilasi
1. Pada hasil analisa intervensi pemberian terapi kompres pada An.A dengan
diagnosa medis ensefalitis selama tiga hari, sejak tanggal 24 Desember 2018
dengan suhu 38oC sampai tanggal 26 Desember 2018 suhu menjadi 36, hal ini
menunjukkan hasil yang signifikan dimana tejadi penurunan suhu tubuh tanpa
B. Saran
1 Bagi Perawat
b Perawat juga perlu memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga untuk
1. Bagi Pasien
Pasien dan sebaiknya mengubah gaya hidup lebih sehat, aktifitas fisik
yang teratur, pola makan yang teratur, mematuhi program pengobatan, rutin
kontrol ke rumah sakit. Melakukan kompres sendiri di rumah pasca pulang dari
rumah sakit sangat baik untuk penderita ensefalitis, karena perawatan di rumah
pemulihan, diharapkan keluarga dapat memotivasi pasien untuk rutin
hipertemi, yang dapat menjadi landasan ilmu pengetahuan bagi perawat untuk
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, E. (2017). Pengaruh Prosedur Operasi Terhadap Kejadian Infeksi Pada Pasien
Operasi Bersih Terkontaminasi (Studi Case Control di RSU Haji Surabaya). Jurnal
Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 3, September 2017, hlm. 351-360 , 352-353.
Assegaf, M. (2017). The Effect Of Aloe Vera Compresses Towards The Bodyemperature Of
Pre School Children With Fever At Public Health Center Of Siantan Hilir. siantan:
Nursing Lecture of Tanjungpura University.
Astuti. (2017). Aloe Vera Barbadensis Miller As An Alternative Treatment For Children
With Fever. Belitung Nursing Journal, 596.
Bachtiar, A. (2015). Pelaksaan Pemberian Terapi Oksigen Pada Pasien . Jurnal
Keperawatan Terapan, Vol 1, No 2, 234.
Betz, C. L. (2009). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.
Cahyaningrum, E. D. (2014). Pengaruh Kompres Bawang Merah Terhadap Suhu Tubuh
Anak Demam. Prosiding: Seminar Nasional dan Presentasi Hasil-Hasil Penelitian
Pengabdian Masyarakat ISBN 978-602-50798-0-1 , 82-83.
Carpenito, L. (2009). Diagnose Keperawatan Aplikasi pada Praktek Terjemahan Edisi 9.
Jakarta: EGC.
Dinarti. (2017). Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Endah Susilo Rini. (2013). Pengaruh Pemberian Minyak Kelapa Dengan Air Jeruk Nipis
Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Usia 1 -3 Tahun Dengan Indikasi
Febris Di Desa Salamet Kabupaten Turen. Volume 1, Nomor 1 Juli 2013, 15-21 , 20.
Herdman, H. T. (2012). Diagnose Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Dialihbahasakan oleh Made Sumarwati dan Nike Budhi Subekti. Barrarah Bariid,
Monica Ester, dan Wuri Praptiani (ed). Jakarta: EGC.
Herlina., I. S. (2014). Mudah Mempelajari Patofisiologi. Ed. keempat. Jakarta: Binarupa
Aksara Publisher.
Heryati, N. F. (2008). Psikologi Faal. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan.
Hidayat, A. A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.
Indonesia, K. K. (2018, Desember 22). Mengenal Penyakit Radang Otak Japanese
Enchepalitis. 2018, hal. 1-2.
Kusuma, A. N. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction.
Lutfiani. ( 2015). Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat Dalam Penerapan Standar
Asuahan Keperawatan Diruangan Rawat Inap Interna Rsud Datoe Bhinangkang. E-
Journal Keperawatan (e-Kp) , 1-3.
Magbri, A. (2018, May 16). Herpes Simplex Encephalitis: The High Cost of Collateral
Damage. Journal of Neuroscience and Neurosurgery, hal. 1-2.
Maha, M. S. (2012). Japanese Encephalitis. Jakarta: Departemen Kesehatan RI,
Jakarta,Indonesia.
Nining. (2016). Keperawatan Anak. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Perry, P. &. (2009). Fundamental of Nursing 7 th Edition. Jakarta : Salemba Medika.
Ranuh, I. G. (2012). Beberapa Catatan kesehatan Anak. Jakarta: Sagung Seto.
Riyady, P. R. (2016). The Effect Of Onion (Allium Ascalonicum L.) Compres Toward Body
Temperature Of Children With Hipertermia In Bougenville Room Dr. Haryoto
Lumajang Hospital . Proceeding ICMHS 2016 ISBN 978-602-60569-3-1, 253.
Sarasvati, Y. (2010). Menjadi Dokter Bagi Anak Anda. Yogyakarta: Bahtera Buku.
Setiadi. (2012). Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Setiyawati, T. (2015). Pengaruh Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Dan
Kenyamanan Pada Anak Yang Mengalami Demam. Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah,
2-4.
subangkit . (2016). Uji ELISA untuk Deteksi Japanese Enchepalitis (JE) dari Kasus
Ensefalitis di 5 Provinsi di Indonesia Tahun 2014. Uji ELISA untuk Deteksi
Japanese Enchepalitis (JE), 158.
Tiwari, S. (2012, November 8). Japanese encephalitis: a review of the Indian perspective.
Received 29 March 2012, hal. 565-567.
Waseso, M. R. (2015). Aplikasi Pembelajaran Fungsi Sistem Saraf Pada Tubuh Manusia
Berbasis Android. Jurnal Ilmiah Fifo, 236.
WHO. (2015, 12 31). Japanese encephalitis. Asia: World Health Organization.