Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM SEMESTA

Disusun oleh
Nama : Andi Agung Putra
Nim : F21113529
Program Studi : Sastra Inggris

Wawasan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan


Seni

Fakultas Sastra
Universitas Hasanuddin
2014

KATA PENGANTAR 
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat
menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam
makalah ini kami membahas mengenai hubungan manusia dan alam
semesta. 

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar


pada makalah ini. Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk
memberikan saran serta kritik yang dapat membangun saya. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya. 

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian. 
A. Latar belakang
Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan mengalami
kemajuan, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan
cara berpikir manusia. Bangsa Indonesia sebagai salah satu negara
berkembang tidak akan bisa maju selama belum memperbaiki kualitas
sumber daya manusia bangsa kita. Kualitas hidup bangsa dapat
meningkat jika ditunjang dengan sistem pendidikan yang mapan.
Dengan sistem pendidikan yang mapan, memungkinkan kita berpikir
kritis, kreatif, dan produktif.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian manusia ?
2. Apakah Pengertian Alam Semesta ?
3. Bagaimana Hubungan antara Manusia dan Alam Semesta

C. Tujuan Pembahasan
1. Menjelaskan Pengertian Manusia.
2. Menjelaskan Pengertian Alam Semesta.
3. Bagaimana Hubungan antara Manusia dan Alam Semesta.
Pembahasan
Hubungan Manusia dan Alam Semesta
Manusia adalah satu-satunya makhluk di alam yang memiliki
kapasitas untuk menyandang predikat khalifah Tuhan di muka bumi.
Makhluk dengan kedudukan agung ini akan sangat merugi jika mencintai
dunia secara berlebihan dan melalaikan posisi tingginya di jagad raya
ini. Pada suatu hari, seseorang bertanya kepada Abu Said Abul Khayr,
seorang tokoh sufi Persia, “Dimana engkau mencari Tuhan?” Abu Said
menjawab, “Di tempat mana engkau telah mencari Tuhan dan tidak
menemukan-Nya?”

Manusia berusaha mengenal dirinya dan mengenal alam semesta.


Ia ingin lebih tahu siapa dirinya dan bagaimana alam semesta. Dua jenis
pengetahuan ini menentukan evolusi, kemajuan dan kebahagiaannya.
Agama mengajak manusia untuk mengenal dirinya. Pokok-pokok ajaran
agama adalah kenalilah dirimu agar engkau tahu Tuhanmu dan jangan
melupakan Tuhanmu agar kamu tidak lupa akan dirimu. Imam Ali as
mengatakan, “Semoga Allah merahmati manusia yang tahu asal-
usulnya, tahu keberadaan dirinya, dan tahu hendak ke mana dirinya.”

Seorang arif berkata bahwa maksud dari mencari Tuhan bukanlah


engkau menemukannya, tapi engkau harus menyelamatkan dirimu dari
kelalaian dan mengenal dirimu sendiri. Pengenalan manusia merupakan
sebuah jalan untuk mengenal Tuhan dan pada dasarnya, jalan
mengenal Tuhan akan melewati gerbang pengenalan manusia itu
sendiri. Imam Ali as berkata, “Barang siapa mengenal dirinya, maka
sungguh dia akan mengenal Tuhannya”. Dengan kata lain, barang siapa
yang telah mengenal dirinya tentang bagaimana makhluk yang rendah
ini bisa menggapai kesempurnaan, maka ia akan mengenal Tuhannya.
Sebab, manusia mengetahui bahwa selain Tuhan Yang Maha Kuasa,
tidak ada makhluk lain yang bisa mengantarkannya dari segumpal mani
menuju kesempurnaan.

Manusia dapat mengenal Tuhan dengan sifat Jamaliyah


(keindahan) dan Jalaliyah (Keagungan) dengan cara tafakkur,
perenungan, dan penyelaman terhadap dirinya sendiri. Imam Ali as
berkata, “Barang siapa yang telah mengenal dirinya, maka ia mengenal
Tuhannya dan karena ia telah mengenal Tuhan, maka ia telah sampai
pada ilmu dan pengetahuan tentang seluruh keberadaan.”
Tujuan utama ilmu agama dan filsafat adalah mengenal manusia
dan alam semesta serta hubungan keduanya dengan Sang Pencipta.
Oleh sebab itu, pengenalan terhadap berbagai dimensi dan karakteristik
manusia akan mendekatkan seseorang pada asal mula penciptaan dan
tujuan dasarnya. Rasul Saw bersabda, “Orang yang paling tahu tentang
dirinya, maka ia adalah orang yang paling mengenal Tuhannya.”
Dikisahkan bahwa seorang sufi berkata kepada sahabatnya demikian,
“Wahai Tuhan, kenalkanlah diri-Mu kepadaku.” Sementara aku berkata,
“Wahai Tuhan, kenalilah aku pada diriku sendiri.”

Hubungan manusia dan alam semesta merupakan sebuah tema


penting filsafat. Dengan kata lain, itu adalah sebuah masalah yang
sangat esensial bagi manusia, dimana ia menyimpan potensi besar
dalam dirinya. Mereka yang mengkaji tema-tema Ilahiyat dan ingin
mengetahui hubungan antara makhluk dan khalik, atau mereka yang
ingin mengenal dirinya sendiri dan juga orang-orang yang ingin
mempelajari metode kehidupannya baik itu dalam dimensi individu,
sosial atau bahkan universal, maka mereka akan berurusan dengan
masalah manusia dan alam semesta. Jika masalah ini terpecahkan,
kebanyakan dari problema umat manusia akan terselesaikan.

Menurut kebanyakan orang, manusia adalah manusia dan alam


semesta adalah alam semesta. Padahal, ada hubungan yang sangat
erat dan penuh makna antara manusia dan alam semesta. Manusia
adalah satu-satunya makhluk hidup yang memiliki ikatan abadi dengan
seluruh dimensi alam. Seluruh bagian dan gerakan di alam memiliki
hubungan satu dengan yang lain. Ada ikatan erat antara karakteristik
dan fenomena-fenomena di alam ini.

Segala sesuatu memiliki sebuah tampilan eksternal dan juga


dimensi internal. Mungkin saja sesuatu terlihat kecil secara lahiriyah, tapi
dari segi batin sangat besar atau sebaliknya yaitu, mungkin saja sesuatu
tampak besar secara lahiriyah, namun dari segi batin sangat kecil. Alam
penciptaan juga seperti itu. Alam secara lahir tampak besar dan agung,
tapi pada dasarnya adalah kecil dan mungil dari segi batin. Sementara
manusia terlihat kecil dari sisi lahiriyah, namun pada dasarnya adalah
besar dan luar biasa. Imam Ali as berkata, “Apakah kalian mengira
bahwa kalian hanya tubuh kecil ini, padahal kalian adalah alam yang
sangat besar.”

Pada kenyataannya, manusia adalah model eksklusif dari seluruh


makhluk hidup dan bahkan dapat disimpulkan bahwa jejak dan tanda-
tanda dari seluruh makhluk di alam semesta ada dalam diri manusia.
Segala sesuatu yang ada di alam, pada dasarnya juga terdapat dalam
diri manusia. Oleh karena itu, jika kita mengamati diri dan alam sekitar
dengan seksama, maka kita akan menemukan sebuah hubungan yang
rumit antara diri kita dan segala sesuatu yang ada di sekitar kita.
Seorang filosof Muslim, Mulla Shadra mengatakan, “Manusia sempurna
adalah manusia yang menyelaraskan dirinya dengan seluruh ketentuan-
ketentuan Ilahi.”

Kenyataan bahwa semua makhluk, dengan segala keterbatasan,


merupakan tanda-tanda akan kesucian, keindahan, ilmu pengetahuan,
hidup, dan kesempurnaan lainnya dari Tuhan. Seluruh makhluk tanpa
terkecuali, diharuskan untuk memuji dan mengagungkan Tuhan, dan
berdasarkan hal tersebut, Mulla Sadra percaya bahwa semua atribut
kesempurnaan seperti hidup dan pengetahuan, beredar pada semua
makhluk di seluruh alam raya.

Setiap wujud di alam ini pada level keberadaan manapun, memiliki


semua sifat kesempurnaan. Setiap wujud memiliki kehidupan,
pengetahuan, kekuatan, kasih sayang, cinta… sesuai dengan kadar
keberadaannya. Sifat-sifat kesempurnaan mengalir di segenap makhluk
alam ini baik yang material maupun yang tidak. Sebagai bentuk ciptaan
Tuhan yang paling sempurna, manusia mengemban amanah yang berat
dan tanggung jawab yang besar yang tidak dapat diterima makhluk lain.
Manusia adalah perantara antara Pencipta dan makhluk lain mulai dari
yang teratas (Tuhan) ke yang terbawah dari seluruh ciptaan-Nya.

Melalui manusialah kesempurnaan dan rahmat turun ke bumi;


dalam perjalanan menuju Tuhan, melalui manusialah seluruh alam raya
dapat menggapai Tuhan; dengan kata lain, manusia adalah penjaga
alam, pemelihara, dan penyebab kehidupan di dalamnya.
Bagaimanapun juga, sangat menarik bahwa manusia yang sama juga
mencari bantuan dari alam dalam pendakiannya dan pergerakan ke atas
menuju Tuhan; kesempurnaanya tidak mungkin tanpa alam dan isinya.
(IRIB  Indonesia)
Kesimpulan
Manusia hidup karena adanya alam, sementara itu alam semesta
akan terus hidup dan berkembang manakala manusia mau melestarikan
alam semesta dan bukan merusaknya. Dengan demikian manusia dan
alam semesta tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena dalam
kehidupannya tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil
kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan menggunakan alam
semesta, bahkan kadang kala disadari atau tidak manusia merusak
alam semesta.
Secara sederhana hubungan manusia dan alam semesta adalah
sebagai perilaku kebudayaan dan kebudayaan merupakan obyek yang
dilaksanakan manusia. Dalam ilmu sosiologi manusia dan alam semesta
dinilai sebagai dwi tunggal yang berarti walaupun keduanya berbeda
tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Allah menciptakan manusia
dan alam semesta maka alam semesta mengatur kehidupan manusia
yang sesuai dengannya.

http://sosbud.kompasiana.com/2013/04/10/-hubungan-manusia-dan-
alam-semesta-549757.html
https://www.google.com/search?q=hakikat+manusia&ie=utf-8&oe=utf-
8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-beta&channel=fflb

Anda mungkin juga menyukai