Anda di halaman 1dari 44

PRAKTIKUM I

Topik : Tumbuhan dengan Kajian Etnobotani


Tujuan : Untuk mengkaji beberapa tumbuhan dari berbagai kajian
etnobotani
Hari/Tanggal : Sabtu-minggu/ 30-31 Oktober 2021
Tempat : Desa Sungai Bakau Kecamatan Kurau Kabupaten Tanah Laut
Provinsi Kalimantan Selatan

I. ALAT DAN BAHAN


A. Alat:
1. Alat tulis
2. Alat dokumentasi
3. Kertas label
4. Kantong plastik/plastik sampel
5. Lembar kerja/tabel pengamatan
6. Pisau/cutter

B. Bahan:
1. Truntum (Lumnitzera recemosa Willd)
Dst

II. CARA KERJA


1. Menyiapkan alat yang akan digunakan.
2. Mengamati tumbuhan yang terdapat disekitar daerah tersebut.
3. Mengidentifikasi tumbuhan yang ditemukan.
4. Mendokumentasikan tumbuhan tersebut.
5. Melakukan wawancara kepada warga Desa Sungai Bakau tentang
kajian etnobotani tumbuhan tersebut.
2.
III.TEORI DASAR
Etnobotani adalah ilmu yang mempelajari tentang fungsi suatu
tumbuhan yang seringkali belum diketahui oleh suatu masyarakat. IImu
yang muncul dalam hal ini merupakan sumbangan pengetahuan lokal dari
berbagai masyarakat tradisional. Etnobotani muncul dengan harapan selain
untuk mengumpulkan informasi juga dapat membantu meningkatkan
pemahaman masyarakat tentang fungsi suatu tumbuhan secara mendalam
(Hakim, 2014) dalam Dharmono (2021).
Kajian etnobotani menelaah secara mendalam manfaat dan fungsi
tumbuhan yang kaitannya dengan prospeknya dimasa yang akan datang
(Suryadarma, 2008) dalam Dharmono (2021). Lebih lanjut Martin (1995)
dalam Dharmono (2021) menjelaskan kajian ilmu etnobotani sifatnya
deskriptif dalam upaya mendokumentasikan tumbuhan-tumbuhan
tradisional yang berada pada masyarakat setempat. Kajian tersebut
meliputi kajian botani, kajian etno-farmakologi, kajian etno-
sosioantropologi, kajian etno-ekonomi, kajian etno-linguistik dan kajian
etno-ekologi.
Kajian botani adalah kajian mengenai morfologi tubuh yang
meliputi bentuk hidup, jenis perakaran, percabangan batang, serta
mengukur bagian-bagian batang (tinggi dan diameter), daun, bunga dan
buah dihabitat aslinya (Martin, 1995) dalam Dharmono (2021). Kajian
botani pada penelitian Lestari (2016) dalam Dharmono (2021) tentang
tumbuhan Mahar (Kleinhovia hospita L.) memiliki habitus pohon, batang
simpodial, akar tumbuhan yaitu akar tunggang, daunnya termasuk daun
tunggal, dengan tipe bunga majemuk berbentuk tandan serta buah bertipe
buah kotak yaitu buah bumbung.
IV. HASIL PENGAMATAN
A. Foto Pengamatan
1. Truntum (Lumnitzera recemosa Willd.)

Sumber: (Dok. Kelompok 3, 2021)

B. Foto Wawancara

C. Instrumen Kajian Botani


1. Truntum (Lumnitzera recemosa Willd.)
No Paramater Hasil Pengamatan Pustaka
A Habitus Pohon Pohon (*)
Bunga
1. Macam Tidak teramati Majemuk (*)
Perbungaan
2. Bentuk Tidak teramati Tabung (****)
3. Warna Tidak teramati Putih (*)
4. Letak Tidak teramati Terminal (*)
5. Kaliks Jumlah Tidak teramati 5 (*)
Keadaan Tidak teramati Hijau (*) bebas
(********)
6. Korola Jumlah Tidak teramati 5 (*)
Keadaan Tidak teramati Putih (*)
7. Stamen Jumlah Tidak teramati 10 atau lebih (*)
Keadaan Tidak teramati Tidak berlekatan (****)
8. Pistilum Jumlah Tidak teramati 1 (****)
Keadaan Tidak teramati Tidak ditemukan pada
literatur
9. Rumus Bunga Tidak teramati Tidak ditemukan pada
literatur
B Buah
1. Macam Tidak teramati Majemuk (****)
2. Jumlah Tidak teramati 2 atau lebih (*****)
3. Tipe Tidak teramati Tandan (*****)
4. Warna Tidak teramati Hijau kekuningan (*)
C Daun
1. Macam daun Tunggal Tunggal (*)
2. Tata letak Berselang seling Bersilangan (*)
3. Bentuk daun Jorong Bulat telur (*)
4. Tepi daun Rata Bergerigi (***)
5. Permukaan daun Licin Seperti kulit/kasar
(*******)
6. Warna daun Hijau Hijau tua mengkilat di
bagian atas, bagian
bawah berwarna hijau
muda (******)
7. Pangkal Runcing Menyempit
(meruncing) (*)
8. Ujung Meruncing Membelah (*)
9. Tekstur Tipis dan licin Tebal berdaging,
keras/kaku (*)
10. Panjang/ lebar P: 9,5 cm/ L: 3,7 cm P: 2-10 cm/ L: 1-2,5 (*)
D Batang
1. Tinggi 28,5 cm 8 m (*)
2. Diameter 1, 8 cm 30 cm (*******)
3. Percabangan Monopodial Arsitektur pohon
menunjukkan model
Attim (********)
4. Bentuk Bulat Bulat (****)
5. Warna Krim kecoklatan Coklat kemerahan (*)
6. Arah tumbuh Tegak lurus Tegak lurus (****)
E Akar
1. Susunan akar Tunggang Akar bukan akar nafas
(*)/ akar tunjang (**)
2. Warna akar Coklat Coklat tua (*****)
(*) (Danong, 2019)
(**) (Himeteka, 2017)
(***) (Wildfactsheets, 2008)
(****) (Jacob Solomon Raju Aluri, 2014)
(*****) (Damayanti, 2021)
(******)(Aryasa, 2018)
(*******)(Dirgantara, 2020)
(********)(Collaboratif, 2021)
Dst

V. ANALISIS DATA
1. Truntum (Lumnitzera recemosa Willd.)
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Devisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Family : Combretaceae
Genus : Lumnitzera
Spesies : Lumnitzera recemosa Willd. Var. Racemose
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap tumbuhan
truntum/teruntum (Lumnitzera recemosa Willd.) berhabitus pohon dengan
macam daun tunggal, tata letak berselang-seling dengan bentuk daun yang
jorong dan memiliki tepi daun yang rata dan permukaan daun yang licin.
Warna daun dari tumbuhan truntum/teruntum (Lumnitzera recemosa Willd.)
ini hijau, memiliki pangkal daun yang runcing dengan ujung daun yang
meruncing dan tekstur tipis, daun tumbuhan truntum/teruntum (Lumnitzera
recemosa Willd.) memiliki panjang yaitu 9,5 cm dan lebar 3,7 cm.
Berdasarkan hasil pengamatan pada batang tumbuhan truntum/teruntum
(Lumnitzera recemosa Willd.) memiliki ukuran tinggi batang 28,5 cm dan
diameter 1,8 cm, percabangan batang monopodial dan memiliki bentuk
batang yang membulat berwarna krim kecoklatan serta arah tumbuh yang
tegak lurus. Tumbuhan truntum/teruntum (Lumnitzera recemosa Willd.)
memiliki susunan akar tunggang berwarna coklat. Sedangkan bunga dan
buah pada pengamatan tidak ditemukan sehingga tidak dapat diamati
morfologi bunga dan buahnya.
Tumbuhan truntum/teruntum termasuk tanaman berhabitus belukar atau
pohon kecil, ketinggian mencapai 8 m. Akar bukan akar nafas dan termasuk
dalam akar tunjang. Batang berkulit kayu dengan warna coklat kemerahan,
memiliki celah/retakan longitudinal, yang sudah tua. Daun sederhana,
bersilangan, berbentuk bulat telur menyempit, ujung membundar, panjang
2-10 cm, lebar 1-2,5 cm, agak tebal berdaging, keras/kaku, dan berumpun
pada ujung dahan, panjang tangkai daun mencapai 10 mm. Bunga-bunga
biseksual tanpa gagang, berwarna putih cerah, panjang tandan 1-2 cm,
memiliki dua pinak daun berbentuk bulat telur, panjangnya 1.5 mm pada
bagian pangkalnya, terletak di ujung atau di ketiak, memiliki 5 daun
mahkota berwarna putih, 5 kelopak bunga berwarna hijau, benang sari
kurang dari 10. Buah berbentuk kembung atau elips berwarna hijau
kekuningan, berserat, berkayu, dan padat, panjang 7-12 mm, diameter 3-5
mm. khususnya pada batang (Maria Teresia Danong, 2019).

VI. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil pengamatan pada truntum/teruntum (Lumnitzera
recemosa Willd.) berhabitus semak atau pohon kecil dengan macam
daun tunggal, tata letak berselang seling/bersilangan dengan bentuk
daun yang memanjang dan memiliki tepi daun yang rata dan
permukaan yang berwarna hijau.

VII.DAFTAR PUSTAKA
Aryasa, P. (2018). Keanekarahaman Tumbuhan Mangrove Di Pulau
Kemunjan Karimunjawa. Yogyakarta: Universitas Yogyakarta.
Diakses melalui https://flipht,l5.com/fuim/xujk/basic/. Pada tanggal
7 Desember 2021.
Collaboratif. (2021). Luminitzera racemosa. Diakses melalui http://amap-
collaboratif.cirad.fr/Docs_Logiciels/Mangrove_web/especes/l/lumr
a/lumra.html. Pada tanggal 7 Desember 2021.
Damayanti, F. (2021). Tanaman Lumnitzera Racemosa. Diakses melalui
https://id.scribd.com/document/402938369/Tanaman-Lumnitzera-
Recemosa-Finish. Pada tanggal 7 Desember 2021.
Dharmono. (2021). Penuntun Praktikum Etnobotani. Banjarmasin: CV
Batang.Dirgantara, S. (2020). Mengenal Santigi Lanang. Diakses
melalui https://www.floradirgantara.site/2020/08/mengenal-santigi-
lanang.html. Pada tanggal 7 Desember 2021.
Himeteka. (2017). Bagian Mangrove: Akar. Diakses melalui
https://himiteka.lk.ipb.ac.id/2017/10/02/bagian-mangrove-akar/.
Pada tanggal 7 Desember 2021.
Jacob Solomon Raju Aluri, R. K. (2014). Ekologi Penyerbukan
Lumnitzera racemosa Willd. (Combretaceae), Pohon Manfrove
Non-vivipar. TAPROBANICA Jurnal Keanekaragaman Hayati
Asia, 6(2):100-109.
Maria Teresia Danong, M. T. (2019). Identifikasi Jenis-Jenis Mangrove Di
Kawasan Ekowisata Mangrove Kelurahan Oesapa Barat Kota
Kupang. Jurnal Biotropikal Sains, Vol. 16, No. 3, 10-25.
Wildfactsheets. (2013). Teruntum Putih (Lumnitzera racemosa). Diakses
melalui
https://www.wildsingapore.com/wildfacts/plants/mangrove/lumnitz
era/racemosa.htm. Pada tanggal 7 Desember 2021.
PRAKTIKUM II

Topik : Tumbuhan dengan Kajian Etno-ekologi


Tujuan : Untuk mengkaji beberapa tumbuhan dari berbagai kajian etno-
ekologi
Hari/Tanggal : Sabtu-minggu/ 30-31 Oktober 2021
Tempat : Desa Sungai Bakau Kecamatan Kurau Kabupaten Tanah Laut
Provinsi Kalimantan Selatan

I. ALAT DAN BAHAN


A. Alat:
1. Alat tulis
2. Alat dokumentasi
3. Kertas label
4. Kantong plastik/plastik sampel
5. Lembar kerja/tabel pengamatan
6. Pisau/cutter

B. Bahan:
1. Truntum (Lumnitzera recemosa Willd.)

II. CARA KERJA


1. Menyiapkan alat yang akan digunakan.
2. Mengamati tumbuhan yang terdapat disekitar daerah tersebut.
3. Mengidentifikasi tumbuhan yang ditemukan.
4. Mendokumentasikan tumbuhan tersebut.
5. Melakukan wawancara kepada warga Desa Sungai Bakau tentang
kajian etnobotani tumbuhan tersebut.

III.TEORI DASAR
Kajian etno-ekologi adalah kajian untuk mengetahui keterkaitan
antara tumbuhan yang dikaji terhadap kondisi ekologi atau lingkungannya
seperti, kondisi fisiko-kimia tanah, iklim, air dan interaksi tumbuhan
tersebut dengan tumbuhan lainnya, misalnya fungsi allelopati, parasit,
pesaing dan lain-lain (Martin, 1995) dalam (Dharmono, 2021). Kajian
etno-ekologi pada penelitian Lestari (2016) dalam Dharmono (2021)
tentang tumbuhan Mahar (Kleinhovia hospita L.), hasil pengukuran suhu
udara, kelembaban udara, kelembaban tanah, pH tanah, intensitas cahaya,
kecepatan angin, serta ketinggian tempat menunjukkan kesesuaian kondisi
faktor lingkungan masyarakat setempat terhadap kehidupan tumbuhan
mahar.

IV. HASIL PENGAMATAN


A. Foto Pengamatan
1. Truntum (Lumnitzera recemosa Willd.)
Sumber: (Dok. Kelompok 3, 2021)

B. Foto Wawancara

C. Instrumen Kajian Etno-ekologi


Nama Tumbuhan : Truntum (Lumnitzera recemosa Willd.)

No Paramater Hasil Pengamatan


1 Parameter Lingkungan
A Suhu udara
B Ketinggian tempat
C Keasaman tanah
D Kelembaban tanah
E Intensitas cahaya
F Kelembaban udara
G Kecepatan angina
H Tekstur tanah :
Pasir
Debu
Liat
2 Populasi
Pra-reproduksi
Reproduksi
Post-reproduksi
Penyebaran populasi
3 Apakah tumbuhan tersebut Menurut responden, tumbuhan tersebut dapat
digunakan sebagai peneduh / digunakan sebagai penahan angin/penahan
penghijauan / penahan angin / erosi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
penahan erosi pantai ?

4 Apakah tumbuhan tersebut juga Menurut responden, tumbuhan tersebut belum


123
digunakan yang berhubungan dapat digunkan untuk ternak/binatang lain
4 5 6 7 8 9 10 11
dengan ternak/binatang lain?
5 Apakah ada upaya untuk Menurut responden, belum ada upaya untuk
melestarikan tumbuhan tersebut? melestarikan tumbuhan tersebut karena
tumbuhan tersebut biasanya tumbuh liar
disekitar pantai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

6 Bila ada, bagaimanakah caranya? Menurut responden, belum ada cara untuk
melestarikan tumbuhan tersebut karena
tumbuhan tersebut biasanya tumbuh liar di
sekitar pantai sehingga belum dilestarikan 1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11

Keterangan (nama-nama responden)


Nama Responden
1. Sarifah (35 tahun) 7. Suriyadi (45 tahun)
2. Hasim (63 tahun) 8. Saripah (33 tahun)
3. Marniah (35 tahun) 9. Rukamah (39 tahun)
4. Abdul Sani (60 tahun) 10 Marlina (39 tahun)
5. Siti Fatimah (48 11 Marlina (39 tahun)
tahun)
6. Tarbiah (60 tahun)

V. ANALISIS DATA
1. Truntum (Lumnitzera recemosa Willd)
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan disekitar
kawasan permukimaan dengan responden yang bernama ibu Sarifah
(35 tahun), bapak Hasim (63 tahun), ibu Marniah (35 tahun), ibu Siti
Fatimah (48 tahun), ibu Tarbiah (60 tahun), bapak Suriyadi (45
tahun), ibu Saripah (33 tahun), ibu Rukamah (39 tahun), ibu Misbah
(59 tahun) dan ibu Marlina (39 tahun), dengan alamat Desa Sungai
Bakau, Kecamatan Kurau, Kabupaten Tanah Laut yang merupakan
penduduk suku banjar asli, diketahui bahwa tumbuhan
truntum/teruntum dapat digunakan sebagai penahan angina/erosi
panatai karena tumbuhan ini banyak memiliki cabang dan terletak di
pinggir pantai sehingga dapat menahan angin. Selain itu tumbuhan
tersebut belum dapat digunakan untuk ternak/binatang lain. Belum ada
upaya pelestarian tumbuhan tersebut karena merupakan tumbuhan liar
yang banyak tumbuh disekitar pantai.
Truntum/teruntum biasa tumbuh disepanjang tepi vegetasi
mangrove. Habitatnya berupa substrat berlumpur padat. Atau juga bisa
terdapat disepanjang jalur air yang dipengaruhi oleh air tawar.
Penyebaran dari bagian timur Afrika tropis dan Madagaskar sampai
Malaysia, seluruh Indonesia, Papua Nugini, Australia Utara dan
Polinesia. Hampir tidak ditemukan disepanjang pantai yang
menghadap Samudra India (Prasetyo, 2021).
Tumbuhan ini dapat hidup didataran rendah tropis yang lembab
dan ditemukan diketinggian hingga 70 m. tumbuh paling baik
didaerah dimana suhu siang hari tahunan berada dalam kisaran 22-
28°C, tetapi dapat mentolerir 15-32 °C, tumbuhan ini lebih menyukai
curah hujan tahunan rata-rata dikisaran 800-2.000 mm, tetapi
mentolerir hingga 4.000 mm. Truntum/teruntum tahan terhadap
genangan secara berkala, dapat juga bertahan hidup dengan curah
hujan tahunan hanya 100 mm. tumbuh paling baik di tanah liat yang
subur. Toleran terhadap kadar garam yang cukup tinggi didalam
tanah. Lebih menyukai pH dalam kisaran 6,5-7, mentolerir 6-7,5
(Dirgantara, 2020).

VI.KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil wawancara tumbuhan truntum/teruntum
(Lumnitzera recemosa Willd) dapat digunakan sebagai penahan
angin/erosi pantai, namun belum bisa digunakan sebagai pakan ternak.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Dharmono. (2021). Penuntun Praktikum Etnobotani. Banjarmasin: CV
Batang.

Dirgantara, S. (2020). Mengenal Santigi Lanang. Diakses melalui


https://www.floradirgantara.site/2020/08/mengenal-santigi-
lanang.html. Pada tanggal 7 Desember 2021

Prasetyo, D. P. (2021). Laporan Resmi Botani Mangrove. Diakses


melalui https://id.scribd.com/doc/268781359/Laporan-Resmi-
Botani-Mangrove. Pada tanggal 7 Desember 2021
PRAKTIKUM III

Topik : Tumbuhan dengan Kajian Etno-farmakologi


Tujuan : Untuk mengkaji beberapa tumbuhan dari berbagai kajian etno-
farmakologi
Hari/Tanggal : Sabtu-minggu/ 30-31 Oktober 2021
Tempat : Desa Sungai Bakau Kecamatan Kurau Kabupaten Tanah Laut
Provinsi Kalimantan Selatan

I. ALAT DAN BAHAN


A. Alat:
1. Alat tulis
2. Alat dokumentasi
3. Kertas label
4. Kantong plastik/plastik sampel
5. Lembar kerja/tabel pengamatan
6. Pisau/cutter

B. Bahan:
1. Truntum (Lumnitzera recemosa Willd.)

II. CARA KERJA


1. Menyiapkan alat yang akan digunakan.
2. Mengamati tumbuhan yang terdapat disekitar daerah tersebut.
3. Mengidentifikasi tumbuhan yang ditemukan.
4. Mendokumentasikan tumbuhan tersebut.
5. Melakukan wawancara kepada warga Desa Sungai Bakau tentang
kajian etnobotani tumbuhan tersebut.

III.TEORI DASAR
Kajian etno-farmakologi adalah kajian tentang penggunaan
tumbuhan yang berfungsi sebagai obat atau ramuan yang dihasilkan
penduduk setempat untuk pengobatan (Martin, 1995) dalam (Dharmono,
2021). Kajian etno-farmakologi pada penelitian Lestari (2016) dalam
Dharmono (2021) tentang tumbuhan Mahar (Kleinhovia hospita L.) bahwa
daun mahar dapat dijadikan obat dalam mencegah pertumbuhan uban serta
sebagai obat mimisan.

IV. HASIL PENGAMATAN


A. Foto Pengamatan
1. Truntum (Lumnitzera recemosa Willd.)

Sumber: (Dok. Kelompok 3, 2021)

B. Foto Wawancara
C. Instrumen Kajian Farmakologi
Nama Tumbuhan : Truntum (Lumnitzera recemosa Willd.)
No Pertanyaan Hasil Wawancara
1 Sebagai obat apa sajakah Menurut responden, belum mengetahui
tumbuhan tersebut bahwa tumbuhan tersebut dimanfaatkan
dimanfaatkan oleh oleh masyarakat sebagai obat 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11
masyarakat?
Menurut responden, tumbuhan tersebut
dapat dimanfaatkan sebagai racun tikus 5
2 Bagian apa dari tumbuhan Menurut responden, belum ada bagian
tersebut dimanfaatkan sebagai tumbuhan tersebut yang dimanfaatkan
obat? sebagai obat, karena tumbuhan tersebut
belum ada diamnfaatkan respoden sebagai
obat 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11

Menurut responden, bagian buahnya dapat


dimanfaatkan sebagai racun tikus 5
3 Bahan-bahan apa sajakah yang Menurut responden, belum ada bahan-
diperlukan agar tumbuhan bahan yang diperlukan agar tumbuhan
tersebut dapat dijadikan obat? tersebut dapat dijadikan obat, karena
tumbuhan tersebut belum ada
diamnfaatkan respoden sebagai obat 1 2 3 4 6

7 8 9 10 11

Menurut responden, tidak ada bahan lain


yang diperlukan agar tumbuhan tersebut
dapat menjadi racun tikus, karena cukup
buahnya saja 5

4 Bagaimana cara mengolah Menurut responden, belum ada cara


tumbuhan tersebut agar dapat mengolah tumbuhan tersebut untuk
digunakan sebagai obat? digunakan sebagai obat, karena responden
belum ada menggunakan tumbuhan
tersebut sebagai obat1 2 3 4 6 7 8 9 10 11

Menurut responden, cara mengolah


tumbuhan tersebut agar dapat digunakan
sebagai racun tikus ialah dengan
mengambil buah nya yang masih muda
maupun yang mulai tua, lalu diletakkan di
salah satu sudut ruangan seperti sudut
dapar5
5 Bagaimana cara menggunakan Menurut responden, tumbuhan tersebut
tumbuhan tersebut? belum dapat digunakan sebagai obat 1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11
Menurut reponden cara menggunakan
tumbuhan tersebut dengan cara
meletakkan buah dari tumbuhan tersebut
kesalah satu sudut ruangan 5

6 Kapan atau berapa kali sehari Menurut responden, tumbuhan tersebut


tumbuhan tersebut digunakan belum dapat dikonsumsi sebagai obat 1 2 3 4
6 7 8 9 10 11
sebagai obat?

Menurut responden, buah tumbuhan


tersebut diletakkan saat rumah dan lainnya
yang banyak terdapat adanya tukus, selain
itu ketika buahnya mulai membusuk
segera ganti dengan yang baru 5

7 Apakah pantangan atau Menurut responden, belum ada pantangan


larangan selama menggunakan atau larangan selama menggunakan
tumbuhan tersebut sebagai tumbuhan tersebut sebagai obat, karena
obat? responden belum menggunakan tumbuhan
tersebut sebagai racun tikus 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
8 Apakah alasan sehingga ada Menurut responden, belum ada pantangan
pantangan atau larangan atau larangan selama menggunakan
selama menggunakan tumbuhan tersebut sebagai obat, karena
tumbuhan tersebut sebagai responden belum menggunakan tumbuhan
obat? tersebut sebagai obat maupun racun tikus 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

9 Apakah semua masyarakat Menurut responden, belum semua


mengetahui kalau tumbuhan masyarakat mengetahui kalau tumbuhan
tersebut dimanfaatkan sebagai tersebut dimanfaatkan sebagai obat
obat? maupun racun tikus 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
10 Siapakah yang memberitahu Menurut responden, belum ada yang
kalau tersebut dapat memberitahu responden kalau tumbuhan
dimanfaatkan sebagai obat? tersebut dimanfaatkan sebagai obat,
sehingga responden belum ada
memanfaatkan tumbuhan tersebut sebagai
obat 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11

Menurut responden tumbuhan tersebut


dapat dimanfaatkan sebagai racun tikus
karena diberitahu oleh orang tua
responden 5

Keterangan (nama-nama responden)


Nama Responden
1. Sarifah (35 tahun) 7. Suriyadi (45 tahun)
2. Hasim (63 tahun) 8. Saripah (33 tahun)
3. Marniah (35 tahun) 9. Rukamah (39 tahun)
4. Abdul Sani (60 tahun) 10 Marlina (39 tahun)
5. Siti Fatimah (48 11 Marlina (39 tahun)
tahun)
6. Tarbiah (60 tahun)

V. ANALISIS DATA
1. Teruntum
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan disekitar
kawasan permukimaan dengan responden yang bernama ibu Sarifah
(35 tahun), bapak Hasim (63 tahun), ibu Marniah (35 tahun), ibu
Tarbiah (60 tahun), bapak Suriyadi (45 tahun), ibu Saripah (33 tahun),
ibu Rukamah (39 tahun), ibu Misbah (59 tahun) dan ibu Marlina (39
tahun), dengan alamat Desa Sungai Bakau, Kecamatan Kurau,
Kabupaten Tanah Laut yang merupakan penduduk suku banjar asli,
diketahui bahwa tumbuhan Lumnitzera recemosa Willd. atau yang
lebih dikenal dengan tumbuhan truntum/teruntum oleh masyarakat
sekitar, belum dapat dimanfaatkan sebagai obat oleh masyarakat
sehingga menurut responden belum ada tumbuhan truntum/teruntum
Lumnitzera recemosa Willd. yang dimanfaatkan dalam kajian
farmakologinya oleh masyarakat sekitar. Sedangkan menurut Ibu Siti
Fatimah (48 tahun) tumbuhan truntum/teruntum dapat digunakan
sebagai racun tikus, cara nya ialah dengan cukup meletakkan buah dari
truntum/teruntum ini di salah satu sudut rumah yang diduga menjadi
sarang bagi tikus tersebut. Belum ada pantangan atau larangan selama
menggunakan tumbuhan truntum/teruntum ini sebagai racun tikus.
Responden mengetahui manfaat tumbuhan truntum/teruntumt ini
sebagai obat racun tikus dari orang tua responden.
Tumbuhan truntum/teruntum Lumnitzera recemosa Willd. dapat
dimanfaatkan dalam mengobati penyakit kencing manis, obat haid,
obat sakit kepala, demam dan obat diare. Obat herbal yang terbuat dari
Lumnitzera recemosa Willd. biasanya, digunakan untuk mengobati
deman dan sakit kepala oleh masyarakat. Selain itu, organ yang
digunakan adalah dihaluskan (diulek) hingga halus lalu ditempelkan
kebagian dahi. Menurut dari Yunasif, dkk., (2015) dalam Fitriya
(2021) Bahwa tumbuhan Lumnitzera recemosa Willd. dapat digunakan
untk obat herbal khususnya, obat demam. Manfaat yang digunakan
untuk obat disebebkan karena Lumnitzera recemosa Willd. memiliki
metabolism sekunder yang dikonfirmasikan memiliki aktivitas
farmakologis dan lead compounds.
Kandungan dari tumbuhan Lumnitzera recemosa Willd. ialah
phenol, flavonoid, alkaloid, terpenoid, steroid, tannin, saponin, quinon,
karbohidrat, cardiac glycosides. Khasiat dari tumbuhan Lumnitzera
recemosa Willd. antara lain ialah sebagai antikoagulan, antikolestrol,
obat sariawan, obat gatal, antioksidan, anti kanker, anti bakteri, anti
jamur, hepatoprotektif, anti alergi, anti inflamasi, antipiretik, anti
rematik, asma, dan antidotum (Damayanti, 2021).

VI. KESIMPULAN
1. Berdasarkan dari wawancara, tumbuhan truntum/teruntum Lumnitzera
recemosa Willd. dapat dimanfaatkan sebagai racun tikus. Bagian yang
dimanfaatkan adalah buahnya.
2. Khasiat dari tumbuhan Lumnitzera recemosa Willd. antara lain ialah
sebagai antikoagulan, antikolestrol, obat sariawan, obat gatal,
antioksidan, anti kanker, anti bakteri, anti jamur, hepatoprotektif, anti
alergi, anti inflamasi, antipiretik, anti rematik, asma, dan antidotum.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Dharmono. (2021). Penuntun Praktikum Etnobotani. Banjarmasin: CV
Batang.

Fitriya, M. P. (2021). Etnobotani dan Konservasi Tumbuhan Mangrove


Oleh MAsyarakat Ra'as Kabupaten SUmenap Provinsi Jawa
Timur. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim.

Prasetyo, D. P. (2021). Laporan Resmi Botani Mangrove. Diakses


melalui https://id.scribd.com/doc/268781359/Laporan-Resmi-
Botani-Mangrove. Pada tanggal 7 Desember 2021.
PRAKTIKUM IV
Topik : Tumbuhan dengan Kajian Etno-sosioantropologi
Tujuan : Untuk mengkaji beberapa tumbuhan dari berbagai kajian etno-
sosioantropologi
Hari/Tanggal : Sabtu-minggu/ 30-31 Oktober 2021
Tempat : Desa Sungai Bakau Kecamatan Kurau Kabupaten Tanah Laut
Provinsi Kalimantan Selatan

I. ALAT DAN BAHAN


A. Alat:
1. Alat tulis
2. Alat dokumentasi
3. Kertas label
4. Kantong plastik/plastik sampel
5. Lembar kerja/tabel pengamatan
6. Pisau/cutter

B. Bahan:
1. Truntum (Lumnitzera recemosa Willd)

II. CARA KERJA


1. Menyiapkan alat yang akan digunakan.
2. Mengamati tumbuhan yang terdapat disekitar daerah tersebut.
3. Mengidentifikasi tumbuhan yang ditemukan.
4. Mendokumentasikan tumbuhan tersebut.
5. Melakukan wawancara kepada warga Desa Sungai Bakau tentang
kajian etnobotani tumbuhan tersebut.

III.TEORI DASAR
Kajian etno-sosioantropologi adalah kajian mengenai penggunaan
tumbuhan dalam acara ritual keagamaan, kepercayaan dan mitos yang
diyakini oleh masyarakat setempat yang sifatnya khas (Martin, 1995)
dalam (Dharmono, 2021). Kajian etno-antropologi pada penelitian
Pitopang dan Ramawangsa (2016) dalam Dharmono (2021) melaporkan
pada suku Lauje dimana tercatat sebanyak 12 jenis tumbuhan yang biasa
dimanfaatkan dalam ritual adat, untuk ritual perkawinan digunakan jenis
tumbuhan antara lain "niu" (Cocos nucifera), “pensa" (Musa paradisiaca)
dan "sinaguli” (Sida acuta).

IV. HASIL PENGAMATAN


A. Foto Pengamatan
1. Truntum (Lumnitzera recemosa Willd.)
Sumber: (Dok. Kelompok 3, 2021)

B. Foto Wawancara

C. Instrumen Kajian Etno-Sosioantropologi


Nama Tumbuhan : Truntum (Lumnitzera recemosa Willd)

No Pertanyaan Hasil Wawancara


1 Apakah manfaat tumbuhan Menurut responden, tumbuhan tersebut belum
tersebut dimanfaatkan oleh dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dalam
masyarakat dalam upacara upacara adat atau kegiatan adat 1 2 3 5 6 7 8 9 10 11
adat atau kegiatan adat?
Menurut responden, tumbuhan tersebut digunakan
sebagai alat seserahan sebelum membangun rumah
4

2 Bagian apa dari tumbuhan Menurut responden, belum ada bagian tumbuhan
tersebut yang dimanfaatkan tersebut yang dimanfaatkan dalam upacara adat
dalam upacara adat atau atau kegiatan adat 1 2 3 5 6 7 8 9 10 11
kegiatan adat?
Menurut responden, bagaian dari tumbuhan yang
digunakan sebagai seserahan yaitu ranting dan
daun 4
3 Bahan-bahan apa sajakah Menurut responden, belum ada bahan-bahan yang
yang diperlukan tumbuhan diperlukan tumbuhan tersebut dalam upacara adat
tersebut digunakan dalam atau kegiatan adat 1 2 3 5 6 7 8 9 10 11
upacara adat atau kegiatan
Menurut responden, bahan yang diperlukan
adat?
tumbuhan tersebut dalam kegiatan seserahan
hanya batang dan daunnya saja 4
4 Bagimana cara mengolah Menurut responden, belum ada cara mengolah
tumbuhan tersebut agar tumbuhan tersebut untuk digunakan sebagai obat,
dapat digunakan sebagai karena responden belum ada menggunakan
obat? tumbuhan tersebut sebagai obat 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11

Menurut responden, cara mengolah tumbuhan


tersebut agar dapat digunakan sebagai racun tikus
ialah dengan mengambil buah nya yang masih
muda maupun yang mulai tua, lalu diletakkan di
salah satu sudut ruangan seperti sudut dapur 5
5 Bagaimana cara Menurut responden, tumbuhan tersebut belum
menggunakan tumbuhan dapat digunakan dalam kegiatan adat atau upacara
tersebut dalam upacara adat adat 1 2 3 5 6 7 8 9 10 11
atau kegiatan adat?
Menurut responden, cara menggunakan tumbuhan
tersebut yaitu diletakkan pada tiang pertama
sebelum membangun rumah 4

6 Kapan tumbuhan tersebut Menurut responden, tumbuhan tersebut belum


digunakan dalam upacara dapat digunakan dalam uapacara adat atau
adat atau kegiatan adat? kegiatan adat sehingga belum ada waktu kapan
untuk menggunakan tumbuhan tersebut dalam
upacara adat atau kegiatan adat 1 2 3 5 6 7 8 9 10 11

Menurut responden, tumbuhan tersebut digunakan


saat ingin membangun rumah dengan menjadikan
tumbuhan truntum ini sebagai seserahan 4
7 Apakah pantangan atau Menurut responden, belum ada pantangan atau
larangan selama larangan selama menggunakan tumbuhan tersebut
menggunakan tumbuhan dalam upacara adat atau kegiatan adat 1 2 3 5 6 7 8 9 10 11
tersebut digunakan dalam
Menurut responden, tidak ada pantangan atau
upacara adat atau kegiatan
larangan selama menggunakan tumbuhan tersebut
adat?
sebagai seserahan 4

8 Apakah alasan sehingga ada Menurut responden, belum ada pantangan atau
pantangan atau larangan larangan selama menggunakan tumbuhan tersebut
selama tumbuhan tersebut dalam upacara adat atau kegiatan adat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
digunakan dalam upacara
adat atau kegiatan adat?
9 Apakah semua masyarakat Menurut responden, belum semua masyarakat
mengetahui kalau tumbuhan mengetahui kalau tumbuhan tersebut dimanfaatkan
tersebut dimanfaatkan dalam upacara adat atau kegiatan adat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
digunakan dalam upacara
adat atau kegiatan adat?
10 Siapakah yang Menurut responden, belum ada yang memberi tahu
memberitahu kalau tersebut responden kalau tumbuhan tersebut dapat
dapat digunakan dalam digunakan dalam upacara adat atau kegiatan adat,
upacara adat atau kegiatan sehingga responden belum ada menggunakan
adat? tumbuhan tersebut dalam upacara adat atau
kegiatan adat 1 2 3 5 6 7 8 9 10 11

Menurut responden, tumbuhan tersebut dapat


digunakan untuk seserahan sebelum membangun
rumah, responden mengetahuinya dari orang tua
responden 4
11 Apakah pengetahuan nama Menurut responden, nama tumbuhan tersebut
tumbuhan tersebut disampaikan keanak-anaknya dengan cara
diaajarkan atau memberi tahu nama tumbuhan tersebut secara
disampaikan keanak- turun temurun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
anaknya? Bagaimana
caranya?
12 Apakah masyarakat Menurut responden, masyarakat belum
mengetahui tumbuhan mengetahui tumbuhan tersebut juga dimanfaatkan
tersebut juga dimanfaatkan dalam kegiatan adat di tempat lain 1 2 3 5 6 7 8 9 10 11
dalam kegiatan adat di
Menurut responden, tidak semua masyarakat
tempat lain?
mengetahu tumbuhan tersebut juga dimanfaatkan
dalam kegiatan adat ditempat lain 4
Keterangan (nama-nama responden)
Nama Responden
1. Sarifah (35 tahun) 7. Suriyadi (45 tahun)
2. Hasim (63 tahun) 8. Saripah (33 tahun)
3. Marniah (35 tahun) 9. Rukamah (39 tahun)
4. Abdul Sani (60 tahun) 10 Marlina (39 tahun)
5. Siti Fatimah (48 11 Marlina (39 tahun)
tahun)
6. Tarbiah (60 tahun)
V. ANALISIS DATA
1. Truntum (Lumnitzera recemosa Willd)
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan disekitar
kawasan permukimaan dengan responden yang bernama bernama ibu
Sarifah (35 tahun), bapak Hasim (63 tahun), ibu Marniah (35 tahun),
ibu Siti Fatimah (48 tahun), ibu Tarbiah (60 tahun), bapak Suriyadi
(45 tahun), ibu Saripah (33 tahun), ibu Rukamah (39 tahun), ibu
Misbah (59 tahun) dan ibu Marlina (39 tahun) dengan alamat Desa
Sungai Bakau, Kecamatan Kurau, Kabupaten Tanah Laut yang
merupakan penduduk suku banjar asli, diketahui bahwa tumbuhan
Lumnitzera recemosa Willd atau yang lebih dikenal dengan tumbuhan
truntum/teruntum oleh masyarakat sekitar, belum dapat dimanfaatkan
dalam upacara adat atau kegiatan adat oleh masyarakat sehingga
menurut responden belum ada tumbuhan truntum/teruntum yang
dimanfaatkan dalam kajian sosantropologinya oleh masyarakat
sekitar. Menurut responden pengetahuan nama tumbuhan ini diajarkan
kepada anak-anaknya dengan cara mengenalkan tumbuhan ini kepada
anak-anaknya selain itu sebagian besar masyarakat Desa sungai
Bakau, Kecamatan Kurau, Kabupaten Tanah Laut belum mengetahui
bahwa tumbuhan truntum/teruntum dimanfaatkan dalam kegiatan adat
di tempat lain. Sedangkan menurut dari Bapak Abdul Sani (60 tahun)
tumbuhan truntum/truntum ini dijadikan seserahan sebelum
membangun rumah, tujuannya agar rumah yang dibangun pondasinya
kuat dan tidak mudah roboh. Bagian yang dipakai dari tumbuhan ini
adalah ranting dan daunnya, yang nantinya akan diletakkan pada tiang
pertama sebelum membangun rumah. Menurut beliau, hanya sebagian
masyarakat saja yang menetahui bahwa tumbuhan truntum/teruntum
ini dapat digunakan dalam upacara adat/kegiatan adat dan beliau
mengetahui tumbuhan tersebut dapat digunakan sebegai seserahan
sebelum membangun rumah dari orang tua beliau.
Pengetahuan masyarakat tentang mangrove diyakini telah ada
sejak turun temurun terutama dalam hal kepercayan misalnya dalam
pengusir roh-roh jahat. Lumnitzera recemosa Willd. dipercaya oleh
masyarakat mampu mengusir roh jahat. Apabila kayu maupun
batangnya diletakkan diatap rumah maka, akan mampu mengusir roh-
roh jahat disekitar rumah yang telah diletakkan tumbuhan
truntum/teruntum (Fitriya, 2021).
Pada hakekatnya kebudayaan merupakan pola-pola pemikiran
serta tindakan tertentu yang terungkap dalam kehidupan sehari-hari
atau bagaimana cara hidup tertentu yang memancarkan identitas
tertentu dalam suatu wilayah (Daeng, 2008 dalam Fitriya, 2021).
Ditambah dengan pola kehidupan yang dekat dengan kepercayaan
tersebut melalui adat istiadat masyarakat hingga menganggap
tumbuhan dapat mendatangkan hal-hal baik terutama untuk melawan
hal magis atau abstrak (Fitriya, 2021).
Pemanfaatan tumbuhan truntum/teruntum ini sebagai motif pada
kain batik mengandung filosopi yaitu merupakan symbol dari cinta
yang bersemi kembali. Motif ini dahulu diciptakan oleh seorang Ratu
Kraton Yogyakarta. Busana ini dipakai pada saat malam midodareni.
Motif teruntum yang dipakai tidak boleh bermotif binatang.hal ini
dimaksudkan agar anak-anaknya kelak tidak meniru sifat binatang
(Bratawidjaja, 1995 dalam Yulyani, 2016). Truntum artinya
menuntun. Selain itu truntum diartikan sebagai tumaruntum atau
bersemi kembali.
Upacara Midodareni merupakan acara yang berlangsung setelah
ijab dan temu pengantin dikeesokan harinya, calon pengantin pria dan
kedua orangtuanya, diantar oleh kerabat dekatnya berkunjung ke
rumah calon pengantin putri. Calon pengantin putri tidak boleh keluar
dari jam 6 sore sampai tengah malam. Serta calon pengantin putri
tidak boleh keluar dari kamar pengantin dan mengadakan tirakatan
didampingi oleh orang tua, para tamu, dan pinisepuh. Selain itu
disiapkan sesajen yang diletakkan dikamar pengantin putri. Kain yang
dipakai dalam upacara ini adalah motif batik truntum (Yulyani, 2016).

VI. KESIMPULAN
1. Berdasarkan dari hasil wawancara, tumbuhan truntum/teruntum
Lumnitzera recemosa Willd. menurut dalah salah satu responden
dapat dijadikan seserahan sebelum membangun rumah dengan
kepercayaan agar pondasi rumah kokoh dan tidak mudah roboh.
2. Lumnitzera recemosa Willd. diyakini oleh beberapa masyarakat
sebagai pengusir roh jahat, adapula yang menjadikannya sebagai motif
batik sebagai symbol cinta yang bersemi kembali dan dipakaikan pada
acara pengantin.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Dharmono. (2021). Penuntun Praktikum Etnobotani. Banjarmasin: CV
Batang.

Fitriya, M. P. (2021). Etnobotani dan Konservasi Tumbuhan Mangrove


Oleh MAsyarakat Ra'as Kabupaten SUmenap Provinsi Jawa
Timur. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim.

Yulyani, U. P. (2016). Motif Batik Pada Busana Pengantin Adat


Yogyakarta. Yogkayarta: Universitas Yogyakarta.
PRAKTIKUM V

Topik : Tumbuhan dengan Kajian Etno-ekonomi


Tujuan : Untuk mengkaji beberapa tumbuhan dari berbagai kajian etno-
ekonomi
Hari/Tanggal : Sabtu-minggu/ 30-31 Oktober 2021
Tempat : Desa Sungai Bakau Kecamatan Kurau Kabupaten Tanah Laut
Provinsi Kalimantan Selatan

I. ALAT DAN BAHAN


A. Alat:
1. Alat tulis
2. Alat dokumentasi
3.
B. Bahan:
1. Truntum (Lumnitzera recemosa Willd)

II. CARA KERJA


1. Menyiapkan alat yang akan digunakan.
2. Mengamati tumbuhan yang terdapat disekitar daerah tersebut.
3. Mengidentifikasi tumbuhan yang ditemukan.
4. Mendokumentasikan tumbuhan tersebut.
5. Melakukan wawancara kepada warga Desa Sungai Bakau tentang
kajian etnobotani tumbuhan tersebut.

III.TEORI DASAR
Kajian etno-ekonomi adalah kajian mengenai nilai ekonomi suatu
tumbuhan yang berkaitan juga dengan nilaı lingkungan, yaitu nilai
pemanfaatannya sebagai pangan, sandang, papan, obat, ritual, peneduh,
dan peran ekosistem lainnya seperti produsen oksigen, penahan erosi,
penahan angin dan lain-lainnya. Kajian etno-ekonomi pada penelitian
Lestari (2016) tentang tumbuhan Mahar (Kleinhovia hospita L.) bahwa
kayu mahar dapat diolah menjadi pegangan pisau atau disebut "kumpang
parang” oleh masyarakat setempat yang memiliki nilai jual (Dharmono,
2021).

IV. HASIL PENGAMATAN


A. Foto Pengamatan
1. Truntum (Lumnitzera recemosa Willd.)

Sumber: (Dok. Kelompok 3, 2021)

B. Foto Wawancara
C. Instrumen Kajian Etno-ekonomi
Nama Tumbuhan : Truntum/Teruntum (Lumnitzera recemosa Willd)
No Pertanyaan Hasil Wawancara
1 Apakah tumbuhan tersebut Menurut responden tumbuhan tersebut
123456
digunakan sebagai sumber dapat digunakan sebagai kayu bakar
7 8 9 10 11
makanan, kayu bakar, bahan
bangunan, atau yang lainnya?
2 Bagian tumbuhan apakah yang Menurut responden bagian batang dan
digunakan sebagai tumbuhan ranting tumbuhan tersebut yang digunakan
tersebut digunakan sebagai sumber sebagai kayu bakar 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
makanan, kayu bakar, bahan
bangunan, atau yang lainnya?
3 Bagaimanakah cara menggunakan Menurut responden, cara menggunakan
tumbuhan tersebut sebagai sumber tumbuhan tersebut sebagai kayu bakar
makanan, kayu bakar, bahan ialah dengan cara membakar langsung
bangunan, atau yang lainnya? batang yang sudah ditebang atau ranting
yang telah dikumpulkan dengan
menggunakan korek api 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
4 Bahan-bahan apa sajakah yang Menurut responden, bahan yang diperlukan
diperlukan agar dapat digunakan agar tumbuhan tersebut dapat digunakan
sebagai sumber makanan, kayu sebagai kayu bakar ialah korek api dan alat
bakar, bahan bangunan, atau yang penembang (pisau) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
lainnya?
5 Bagaimana cara mengolah Menurut responden, cara mengolah
tumbuhan tersebut agar dapat tumbuhan tersebut agar dapat digunakan
digunakan sebagai sumber sebagai kayu bakar ialah dengan
makanan, kayu bakar, bahan memotong-motong batang dan ranting
bangunan, atau yang lainnya? yang sudah ditebang tadi lalu membakar
menggunakan korek api 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
6 Bagaimana cara menggunakan Menurut responden, cara menggunakan
tumbuhan tersebut sehingga dapat tumbuhan tersebut sebagai kayu bakar
sebagai sumber makanan, kayu ialah dengan cara membakar langsung
bakar, bahan bangunan, atau yang batang yang sudah ditebang atau ranting
lainnya? yang telah dikumpulkan dengan
menggunakan korek api 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
7 Apakah pantangan atau larangan Menurut responden, belum ada pantangan
dalam menggunakan tumbuhan atau larangan dalam menggunakan
tersebut dapat sebagai sumber tumbuhan tersebut sebagai kayu bakar 1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11
makanan, kayu bakar, bahan
bangunan, atau yang lainnya?
8 Apakah alasan sehingga ada Menurut responden, belum ada pantangan
pantangan atau larangan selama atau larangan dalam menggunakan
tumbuhan tersebut digunakan tumbuhan tersebut sebagai kayu bakar
sebagai sumber makanan, kayu sehingga belum ada alasan kenapa ada
bakar, bahan bangunan, atau yang pantangan atau larangan dalam
lainnya? menggunakan tumbuhan tersebut sebagai
kayu bakar 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
9 Apakah semua masyarakat Menurut responden, sebagian besar
mengetahui kalau tumbuhan masyarakat mengetahui kalau tumbuhan
tersebut dimanfaatkan sebagai tersebut digunakan sebagai kayu bakar 1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11
sumber makanan, kayu bakar,
bahan bangunan, atau yang
lainnya?
10 Apakah tumbuhan memiliki harga Menurut responden, tumbuhan tersebut
jual atau hanya dimanfaatkan untuk belum memiliki harga jual hanya
kepentingan sendiri? dimanfaatkan untuk kepentingan sendiri 1 2 2
5 6 8 9 10 11

Menurut responden, tumbuhan tersebut


memiliki harga jual krtika tumbuhan
tersebut dijual untuk kayu bakar 4 7
Keterangan (nama-nama responden)
Nama Responden
1. Sarifah (35 tahun) 7. Suriyadi (45 tahun)
2. Hasim (63 tahun) 8. Saripah (33 tahun)
3. Marniah (35 tahun) 9. Rukamah (39 tahun)
4. Abdul Sani (60 tahun) 10 Marlina (39 tahun)
5. Siti Fatimah (48 11 Marlina (39 tahun)
tahun)
6. Tarbiah (60 tahun)

V. ANALISIS DATA
1. Truntum/teruntum (Lumnitzera recemosa Willd.)
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan disekitar
kawasan permukimaan dengan responden yang bernama ibu Sarifah
(35 tahun), bapak Hasim (63 tahun), ibu Marniah (35 tahun), bapak
Abdul Sani (60 tahun), bu Siti Fatimah (48 tahun), ibu Tarbiah (60
tahun), bapak Suriyadi (45 tahun), ibu Saripah (33 tahun), ibu
Rukamah (39 tahun), ibu Misbah (59 tahun) dan ibu Marlina (39
tahun) dengan alamat Desa Sungai Bakau, Kecamatan Kurau,
Kabupaten Tanah Laut yang merupakan penduduk suku banjar asli,
diketahui bahwa tumbuhan Lumnitzera recemosa Willd. atau yang
lebih dikenal dengan tumbuhan truntun/teruntum oleh masyarakat
sekitar, dapat dimanfaatkan sebagai sebagai kayu bakar yang mana
bagian yang dapat diamanfaatkan adalah batang atau ranting tumbuhan
tersebut. Bahan yang digunakan agar tumbuhan tersebut dapat
dijadikan kayu bakar adalah korek api dan alat penebang seperti kapak
dan lainnya. Ranting-ranting yang gugur ditanah dikumpulkan atau
bisa juga dengan menebang batang pohon tumbuhan tersebut yang
telah mati, lalu dipotong-potong menjadi kecil agar dapat dijadikan
kayu bakar. Untuk pantangan dan alasan kenapa adanya pantangan
atau larangan menjadikan tumbuhan truntum ini sebagai kayu bakar
belum ada. Kayu bakar dari tumbuhan teruntum dimanfaatkan untuk
kepentingan sendiri, tidak memiliki nilai jual. Sedangkan Bapak Abdul
Sani (60 tahun) dan Bapak Suriyadi (45 tahun) mengatakan tumbuhan
truntum ini memiliki nilai jual ketika tumbuhan tersebut dijual untuk
kayu bakar.
Lumnitzera recemosa Willd. atau dikenal dengan
truntum/teruntum merupakan mangrove yang telah teruji
kandungannya untuk dikonsumsi. Truntum/teruntum memiliki
kandungan mineral, karbohidrat sehingga dapat dikonsumsi. Proses
pembentukan mineral dikarenakan proses biologis sel-sel dalam
menjaga tekanan didalam sel akibat tingkat salinitas yang tinggi
hingga dapat menghasilkan jenis mineral antara lain NA+, K+, Ca+, Mg+
(Bandaranayake, 2002 dalam Fitriya, 2021). Selain dapat dikonsumsi
oleh masyarakat, tumbuhan truntum/teruntum ini dapat dijadikan
pakan ternak.
Lumnitzera recemosa Willd. dimanfaatkan oleh masyarakat ra’as
pada bagian kayunya sebagai bahan bakar untuk memasak atau
melakukan aktivitas sehari-hari. Masyarakat ra’as menganggap bahwa
kayu yang berasal dari pohon mangrove merupakan kayu yang paling
super apabila digunakan tidak mengeluarkan asap, tahan lama serta api
yang dikeluarkan berbeda dengan kayu yang lainnya warna biru
kemerah-merahan. Selain itu, hal tersebut sesuai dengan Sunarti &
Ruqayah (2009) dalam Fitriya (2021) kayu bakar yang berasal dari
mangrove memiliki kualitas yang bagus, karena walaupun pohon baru
ditebang dalam keadaan basah akan sepat menyala, lebih keras atau
tidak mudah habis, dan bara api yang dihasilkan cukup tinggi (Fitriya,
2021).

VI. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil wawancara, tumbuhan truntum/teruntum
dimanfaatkan sebagai kayu bakar oleh masyarakat, diamnfaatkan
untuk kepentingan sendiri dan memiliki harga jual jika tumbuhan
tersebut dijual menjadi kayu bakar.
2. Lumnitzera recemosa Willd. dapat dijadikan sumber makanan, pakan
hewan ternak dan kayu bakar.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Dharmono. (2021). Penuntun Praktikum Etnobotani. Banjarmasin: CV
Batang.

Fitriya, M. P. (2021). Etnobotani dan Konservasi Tumbuhan Mangrove


Oleh MAsyarakat Ra'as Kabupaten SUmenap Provinsi Jawa
Timur. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim.
PRAKTIKUM VI

Topik : Tumbuhan dengan Kajian Etno-linguistik


Tujuan : Untuk mengkaji beberapa tumbuhan dari berbagai kajian etno-
linguistik
Hari/Tanggal : Sabtu-minggu/ 30-31 Oktober 2021
Tempat : Desa Sungai Bakau Kecamatan Kurau Kabupaten Tanah Laut
Provinsi Kalimantan Selatan

I. ALAT DAN BAHAN


A. Alat:
1. Alat tulis
2. Alat dokumentasi
3. Kertas label
4. Kantong plastik/plastik sampel
5. Lembar kerja/tabel pengamatan
6. Pisau/cutter
B. Bahan:
1. Truntum (Lumnitzera recemosa Willd.)

II. CARA KERJA


1. Menyiapkan alat yang akan digunakan.
2. Mengamati tumbuhan yang terdapat disekitar daerah tersebut.
3. Mengidentifikasi tumbuhan yang ditemukan.
4. Mendokumentasikan tumbuhan tersebut.
5. Melakukan wawancara kepada warga Desa Sungai Bakau tentang
kajian etnobotani tumbuhan tersebut.

III.TEORI DASAR
Kajian etno-linguistik adalah kajian yang mempelajari tentang asal
mula kejadian pemberian nama suatu tumbuhan dalam bahasa daerah
tersebut (Martin, 1995) dalam (Dharmono, 2021). Kajian etno-linguistik
pada penelitian Lestari (2016) dalam Dharmono (2021) tentang tumbuhan
Mahar (Kleinhovia hospita L.) mengungkapkan pemberian nama
tumbuhan mahar berasal dari bentuk daunnya yang berbentuk seperti
jantung sebagai simbol cinta yang biasanya digunakan sebagai simbol
mahar perkawinan oleh masyarakat setempat.

IV. HASIL PENGAMATAN


A. Foto Pengamatan
1. Truntum (Lumnitzera recemosa Willd.)

Sumber: (Dok. Kelompok 3, 2021)

B. Foto Wawancara
C. Instrumen Kajian Etno-linguistik
Nama Tumbuhan : Truntum (Lumnitzera recemosa Willd.)
Pertanyaan Hasil Wawancara
Mengapa tumbuhan tersebut Menurut responden, belum mengetahui
dinamakan demikian? mengapa tumbuhan tersebut dinamakan
demikian 1 2 3 4 5 6 8 9 10 11

Menurut responden, tumbuhan tersebut disebut


papisangan karena buahnya sama seperti
susunan buah pisang yaitu berundun 7
Berasal dari bahasa apakah Menurut responden, nama tumbuhan tersebut
nama tumbuhan tersebut diberi berasal dari bahasa local 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
nama demikian?
Dari manakah masyarakat Menurut responden, masyarkat mengetahui
mengetahui nama tumbuhan nama tumbuhan kekacangan sudah secara
tersebut? temurun dari orang tua terlebih dahulu 1 2 3 4 5 6 8 9
10 11

Apakah semua masyarakat Menurut responden, Sebagain besar


mengetahui tumbuhan tersebut masyarakat mengetahui tumbuhan tersebut
123456
diberi nama demikian? dinamakan tumbuhan truntum/teruntum
8 9 10 11
Mengapa demikian?

Menurut responden, Sebagain masyarakat


mengetahui tumbuhan tersebut dinamakan
tumbuhan papisangan atau truntum/teruntum 7
Apakah pengetahuan nama Menurut responden, pengetahuan nama
tumbuhan tersebut diaajarkan tumbuhan kekacangan disampaikan keanak-
atau disampaikan keanak- anaknya dengan cara memberi tahu nama
anaknya? Bagaimana caranya? tumbuhan tersebut secara turun temurun.1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11

Keterangan (nama-nama responden)


Nama Responden
1. Sarifah (35 tahun) 7. Suriyadi (45 tahun)
2. Hasim (63 tahun) 8. Saripah (33 tahun)
3. Marniah (35 tahun) 9. Rukamah (39 tahun)
4. Abdul Sani (60 tahun) 10 Marlina (39 tahun)
5. Siti Fatimah (48 11 Marlina (39 tahun)
tahun)
6. Tarbiah (60 tahun)

V. ANALISIS DATA
1. Truntum
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan disekitar
kawasan permukimaan dengan responden yang bernama bernama ibu
Sarifah (35 tahun), bapak Hasim (63 tahun), ibu Marniah (35 tahun),
bapak Abdul Sani (60 tahun), bu Siti Fatimah (48 tahun), ibu Tarbiah
(60 tahun), ibu Saripah (33 tahun), ibu Rukamah (39 tahun), ibu
Misbah (59 tahun) dan ibu Marlina (39 tahun) dengan alamat Desa
Sungai Bakau, Kecamatan Kurau, Kabupaten Tanah Laut yang
merupakan penduduk suku banjar asli, adapun mengapa tumbuhan
truntum ini diberi nama truntum masih belum diketahui oleh
responden, menurut responden nama tumbuhan tersebut berasal dari
bahasa local. Sedangkan Bapak Suriyadi (45 tahun) mengatakan
bahwa tumbuhan truntum ini dikenal didesa beliau dengan nama
papisangan karena buahnya yang tersusun seperti pisang. Tumbuhan
papisangan ini berasal dari bahasa local setempat yang mana sudah
secara turun temurun diberi tahukan kepada anak-anak mereka dari
orang tua terdahulu. Sebagian besar masyarakat Sungai Bakau
mengetahui tumbuhan ini karena tumbuhan ini banyak tumbuh di
lingkungan sekitar masyarakat.
Teruntum putih atau duduk (Lumnitzera racemosa) adalah sejenis
pohon kecil yang hidup diwilayah mangrove. Diberbagai daerah
tumbuhan ini juga dikenal dengan nama-nama lain seperti truntum
(Jawa), Duduk (Jawa, Bali), duduk laki-laki (Lampung), Adu-adu
(Madura), api-api balah (Simeulue), api-api jambu (Banjar) dan knias
(Timor). Dalam bahasa inggris dikenal sebagai Black Mangrove atau
White flowered Black mangrove (Akbar, 2021).

VI. KESIMPULAN
1. Berdasarkan dari hasil wawancara, tumbuhan truntum/teruntum
sebagian masyarakat juga mengenalnya dengan nama papisangan,
yang mana papisangan ini karena buahnya mirip susunan buah pisang
yang berundun.
2. Diberbagai daerah tumbuhan ini juga dikenal dengan nama-nama lain
seperti truntum (Jawa), Duduk (Jawa, Bali), duduk laki-laki
(Lampung), Adu-adu (Madura), api-api balah (Simeulue), api-api
jambu (Banjar) dan knias (Timor). Dalam bahasa inggris dikenal
sebagai Black Mangrove atau White flowered Black mangrove

VII. DAFTAR PUSTAKA


Akbar, R. (2021). Ordo Mirtales. Retrieved from
https://pdfcoffe.com/ordo-mirtales-pdf-free.html

Dharmono. (2021). Penuntun Praktikum Etnobotani. Banjarmasin: CV


Batang.

Anda mungkin juga menyukai