NIM : C100160246
A. HASIL PENELITIAN
a. Katagori 1(Subjek Perjanjian)
PT BNI LIFE INSURANCE
(Selanjutnya Disebut “Penanggung”
Pasal 1 ayat 26 Polis Asuransi Jiwa “Nasabah, Pemegang polis,tertanggung dan/atau
nasabah amerika serikat di penanggung”
Pasal 1 ayat 32 Polis Asuransi Jiwa “Pemegang Polis, seseorang atau badan hukum
yang mengadakan perjanjian asuransi jiwa dengan penanggung.
Pasal 1 ayat 33 Penanggung, PT BNI LIFE INSURANCE atau penggantinya
menurut hukum
Berdasarkan surat pengajuan asuransi jiwa dan semua pernyataan dan keterangan
yang disampaikan kepada penanggung yang telah diterima dari:
Pasal 1 ayat 38 menyatakan bahwa “Polis, Dokumen perjanjian asuransi jiwa antara
penanggung dan pemegang polis, yaitu ringkasan polis, ketentuan umum polis asuransi jiwa unit
link, ketentuan khusus polis, addendum, lampiran, endorsement, dan/atau dokumen lain yang
terkait dalam proses penutupan asuransi tersebut,serta dokumen lainnya yang terkait dengan
polis yang secara keseluruhan merupakan satu kesatuan dan menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari polis”
Doktrin :
Pasal 1 ayat 32 Polis Asuransi Jiwa “Pemegang Polis, seseorang atau badan
hukum yang mengadakan perjanjian asuransi jiwa dengan penanggung.
Berdasarkan surat pengajuan asuransi jiwa dan semua pernyataan dan keterangan
yang disampaikan kepada penanggung yang telah diterima dari:
Nama : Erlina Widianti
3
H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia & Hukum Pertanggungan, cet. II,
Djambatan, Jakarta, 1990, hlm. 10.
4
Santoso Poedjosoebroto, Beberapa Aspek Hukum Pertanggungan Jiwa di Indonesia, cet. II, Alumni,
Bandung, 1976, hlm. 82
Alamat:Dusun Sidomulyo RT/RW 02/05
Kel.banyuanyar,Kec.Banjarsari Surakarta 57137
(selanjutnya disebut “Pemegang Polis”)
Pasal 11
a. Apabila dalam Polis Asuransi terdapat perumusan yang dapat
ditafsirkan sebagai pengecualian atau pembatasan penyebab risiko
yang ditutup berdasarkan Polis Asuransi yang bersangkutan, bagian
perumusan dimaksud harus ditulis atau dicetak sedemikian rupa
sehingga dapat dengan mudah diketahui adanya pengecualian atau
pembatasan tersebut.
b. Apabila dalam Polis Asuransi terdapat perumusan yang dapat
ditafsirkan sebagai pengurangan, pembatasan, atau pembebasan
kewajiban penanggung, bagian perumusan dimaksud harus ditulis
atau dicetak sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah
diketahui adanya pengurangan, pembatasan, atau pembebasan
penanggung tersebut.
a. 95% (sembilan puluh lima per seratus) dari cadangan premi, untuk
produk asuransi jiwa seumur hidup;
b. 80% (delapan puluh per seratus) dari cadangan premi, untuk produk
asuransi jiwa lainnya; atau
c. Akumulasi dana pemegang polis untuk polis yang dikaitkan dengan
investasi dan polis lainnya yang sejenis
Pasal 13
(1) Dalam hal pembayaran premi dan atau klaim dari Polis Asuransi
dengan mata uang asing dilakukan dengan mata uang rupiah,
pembayaran tersebut harus menggunakan kurs yang ekivalen yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia pada saat pembayaran.
(2) Kurs yang ekivalen sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus
menghasilkan sejumlah mata uang asing yang seharusnya diterima oleh
si penerima pembayaran tersebut apabila pembayaran dilakukan
dengan mata uang asing dimaksud
(3) Dalam polis asuransi dengan indeks rupiah, pembayaran premi atau
manfaat harus didasarkan pada rasio indeks yang berlaku pada saat
pembayaran.
Pasal 14
Doktrin :
Polis asuransi jiwa disebut juga dengan istilah kontrak, kontrak polis, sertifikat
asuransi. Polis asuransi sangat penting untuk nasabah dan perusahaan asuransi,
sebagai:
Objek asuransi dapat berupa benda, hak atau kepentingan yang melekat pada
benda, dan sejumlah uang yang disebut premi atau ganti kerugian. Melalui objek
asuransi tersebut ada tujuan yang ingin dicapai oleh pihak-pihak. Penanggung
bertujuan memperoleh pembayaran sejumlah premi sebagai imbalan pengalihan
resiko. Sedangkan tertanggung bertujuan bebas dari risiko dan memperoleh
penggantian jika timbul kerugian atas harta miliknya.6
5
Abdulkadir Mumammad, Hukum Asuransi Indonesia. (Bandung;PT. Citra Adya Bakti,2002),Hlm. 63
6
Ibid.,Hlm. 73
Pasal 1 ayat 38 Polis Asuransi jiwa menyatakan bahwa “Polis, Dokumen
perjanjian asuransi jiwa antara penanggung dan pemegang polis, yaitu ringkasan
polis, ketentuan umum polis asuransi jiwa unit link, ketentuan khusus polis,
addendum, lampiran, endorsement, dan/atau dokumen lain yang terkait dalam
proses penutupan asuransi tersebut,serta dokumen lainnya yang terkait dengan
polis yang secara keseluruhan merupakan satu kesatuan dan menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari polis”
,maka objek hukumnya berupa sebuah perjanjian asuransi jiwa antara PT BNI
LIFE INSURANCE dengan nasabah pemegang polis asuransi jiwa yang bernama
Erlina Widianti. Dimana pada objek perjanjian ini sesuai dengan norma yng telah
disebutkan diatas dan didukung oleh doktrin dari para ahli yang menyebutkan
bahwa Polis asuransi jiwa disebut juga dengan istilah kontrak, kontrak polis,
sertifikat asuransi. Polis asuransi sangat penting untuk nasabah dan perusahaan
asuransi, sebagai:
Objek asuransi dapat berupa benda, hak atau kepentingan yang melekat pada
benda, dan sejumlah uang yang disebut premi atau ganti kerugian. Melalui objek
asuransi tersebut ada tujuan yang ingin dicapai oleh pihak-pihak. Penanggung
bertujuan memperoleh pembayaran sejumlah premi sebagai imbalan pengalihan
resiko. Sedangkan tertanggung bertujuan bebas dari risiko dan memperoleh
penggantian jika timbul kerugian atas harta miliknya dan dilihat kembali kepada
peraturan polis asuransi jiwa yang terdapat pada Pasal 1 ayat 38 Polis Asuransi
jiwa menyatakan bahwa “Polis, Dokumen perjanjian asuransi jiwa antara
7
Abdulkadir Mumammad, Hukum Asuransi Indonesia. (Bandung;PT. Citra Adya Bakti,2002),Hlm. 63
penanggung dan pemegang polis, yaitu ringkasan polis, ketentuan umum polis
asuransi jiwa unit link, ketentuan khusus polis, addendum, lampiran,
endorsement, dan/atau dokumen lain yang terkait dalam proses penutupan
asuransi tersebut,serta dokumen lainnya yang terkait dengan polis yang secara
keseluruhan merupakan satu kesatuan dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dari polis” maka objek dari perjanjian tersebut adalah prestasi yang wajib untuk
dipenuhi oleh para pihak yang tertuang dalam polis asuransi jiwa.
6. Argumen
Pasal 54
Pasal 26
Pasal 27
Pasal 23
Doktrin :
8
Djoko Prakoso, Hukum Asuransi Indonesia.(Jakarta;PT. Rineka Cipta,1997). Hlm 97
1. Hak dan Kewajiban Tertanggung
a. Hak untuk mendapatkan jaminan dari penanggung untuk
menanggung atas ancaman risiko yang dapat menimbulkan
kerugian bagi tertanggung
b. Hak untuk mendapat ganti kerugian dari penanggung apabila
terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian.
c. Kewajiban memberitahukan yang lengkap dan jelas mengenai
objek yang akan diasuransikan kepada penanggung.
d. Kewajiban membayar uang premi kepada penanggung. 2.
2. Hak dan Kewajiban Penanggung
a. Hak untuk memperoleh pemberitahuan yang lengkap dan jelas
mengenai objek yang akan diasuransikan dari tertanggung;
b. Hak untuk memperoleh premi dari tertanggung;
c. Kewajiban untuk memberikan jaminan kepada tertanggung
untuk menanggung tertanggung atas ancaman risiko yang dapat
menimbulkan kerugian bagi tertanggung:
d. Kewajiban membayar ganti kerugian kepada tertanggung
apabila terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian9
2. Tulis isi perjanjian yang mengatur Tentang Hak dan Kewajiban para pihak
dalam Polis Asuransi Jiwa
Pasal 1 ayat 40 “Premi Berkala:Premi yang disetor secara berkala oleh pemegang
polis sehubungan dengan pertanggungan yang diminta”
Pasal 1 ayat 41 “Premi Dasar:Sejumlah nilai uang yang wajib dibayarkan oleh
pemegang polis secara berkala atau sekaligus selama masa pembayaran premi
9
Ibid.,Hlm. 130
berdasarkan uang pertanggungan asuransi jiwa. Polis ini kecuali menggunakan
fasilitas cuti premi sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 polis ini.
Pasal 2 ayat 1 “Setiap orang atau badan hukum yang bermaksud mengadakan
perjanjian asuransi jiwa dengan penanggung diwajibkan mengisi dan
menandatangani surat pengajuan asuransi jiwa dan dokumen-dokumen terkait
lainnya serta formulir-formulir yang dikaitkan dengan permintaan pertanggungan
asuransi jiwa yang telah disediakan oleh penanggung
Pasal 2 ayat 2 “Calon pemegang polis dan/atau tertanggung wajib untuk mengisi
dan menjawab pertanyaan dengan jujur,benar,lengkap, dan menandatangani
semua keterangan dan pernyataan pada surat pengajuan asuransi jiwa,termasuk
memberikan data tambahan lainnya yang diminta penanggung sebagai syarat
diterbitkannya polis ini.
Pasal 53
Pasal 54
Bahwa dalam isi perjanjian yang dimuat didalam pasal-pasal di dalam polis
asuransi jiwa antara penanggung yaitu PT BNI LIFE INSURANCE dengan
nasabah asuransi jiwa yang bernawa Erlina Widianti, dan didalam data tersebut
terdapat hak-hak dan kewajiban dimana berdasarkan isi perjanjian polis tersebut
kewajiban pihak penanggung yaitu memberikan jasa pelayanan kepada pihak
tertanggung yang kemudian menjadi hak dari pihak tertnggung,
5. Berikan pernyataan sesuai atau tidaknya isi peerjanjian dengan norma dan
doktri yang mengatur hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian
Berdasarkan data perbandingan diatas maka dapat dikatakan didalam isi perjanjian
polis asuransi jiwa yang mengatur mengenai hak-hak dan kewajiban para pihak
dalam perjanjian asuransi jiwa sudah sesuai dengan norma perundang-undangan
serta doktrin dari para ahli yang telah dipaparkan diatas, baik dari segi hak dan
kewajiban pihak pertama yaitu PT BNI LIFE INSURANCE ataupun hak dan
kewajiban pihak kedua yaitu pihak nasabah pemegang polis asuransi atas nama
Erlina Widianti.
6. Argumen
Berdasarkan isi dari perjanian yang ada pada polis asuransi jiwa dengan nomor
polis BMPR9182003875 dengan pihak pertama atau pihak penanggung yaitu PT
BNI LIFE INSURANCE dengan Nasabah asuransi jiwa yang disebut pihak kedua
dengan atas nama Erlina Widianti, bahwa penulis berpendapat bahwa mengenai
hal-hal yang mengatur tentang hak-hak dan kewajiban para pihak yang tertuang
dialam polis asuransi jiwa dengan nomor polis BMPR9182003875 dengan merujuk
pada norma dan peraturan perundang-undangan serta doktrin dari para ahli penulis
berpendapat bahwa isi perjanjian telah sesuai dan memenuhi syarat sebagai
perjanjian yang sah menurut Undang-Undang dan didalam keduanya baik didalam
polis asuransi jiwa maupun didalam norma telah sama-sama mengatur dengan rinci
tentang hak dan kewajiban para pihak.
D. Tentang Katagori 4 Mengenai Wanprestasi dalam suatu perjanjian
1. Norma :
Pasal 37 PP No. 73 Tahun 1992 Tentang Penyelenggaraan Usaha
Perasuransian “Setiap Perusahaan Perasuransian yang tidak memenuhi ketentuan
dalam Peraturan Pemerintah ini dan peraturan pelaksanaannya tentang perizinan
usaha, kesehatan keuangan, penyelenggaraan usaha, penyampaian laporan,
pengumuman neraca dan perhitungan laba rugi, atau tentang pemeriksaan langsung,
dikenakan sanksi peringatan, sanksi pembatasan kegiatan usaha, dan sanksi
pencabutan izin usaha”
Pasal 1238 “Debitur dinyatakan Ialai dengan surat perintah, atau dengan akta
sejenis itu, atau berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu bila perikatan ini
mengakibatkan debitur harus dianggap Ialai dengan lewatnya waktu yang
ditentukan”
Pasal 1239 “ Tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat
sesuatu, wajib diselesaikan dengan memberikan penggantian biaya, kerugian dan
bunga, bila debitur tidak memenuhi kewajibannya”
Pasal 1243 KUHPerdata “Penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tak
dipenuhinya suatu perikatan mulai diwajibkan, bila debitur, walaupun telah dinyatakan
Ialai, tetap Ialai untuk memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau
dilakukannya hanya dapat diberikan atau dilakukannya dalam waktu yang melampaui
waktu yang telah ditentukan”
Doktrin :
10
Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis(BW),(Jakarta;2008). Hlm.180
Mengenai pengertian dari wanprestasi, menurut Ahmadi Miru wanprestasi
itu dapat berupa perbuatan
11
Ahmadi Miru, Op, Cit, Hlm.74
12
A. Qirom Syamsuddin Meliala, Pokok-pokok Hukum Perjanjian, (Yogyakarta: Liberty, 1985), Hlm.26
3. Dapat diminta untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya, artinya
bukan orang gila atau lemah ingatan13
13
Sri Soedewi Masyohen Sofwan, Hukum Acara Perdata Indonesia dalam Teori dan Praktek,
(Yogyakarta: Liberty, 1981), Hlm.15
14
C.S.T.Kansil, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), Hlm. 246-247
15
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: PT.Intemasa, 1982), Hlm. 148
sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur
dengan debitur. Wanprestasi atau tidak dipenuhinnya janji dapat terjadi baik
karena disengaja maupun tidak disengaja”
dan dengan yang ada dalam isi perjanjian Pasal 20 ayat 2 huruf d
“Apabila karena suatu hal manfaat asuransi tidak diambil pada tanggal yang
telah ditentukan oleh Penanggung, Penanggung dibebaskan dari kewajiban
melakukan pembayaran bunga atau penggantian lainnya.”
Dari isi polis asuransi jiwa dan dengan peraturan perundang-undangan
tersebut diatas wanprestasi adalah keadaan dimana salah satu pihak baik kreditur
atau debitur tidak memenuhi prestasi yang seharusnya harus dipenuhi dengan atau
karena kesalahan yang dilakukan oleh pihak yang terikat dalam perjanjian
5. Pernyataan sesuai atau tidaknya isi perjanjian dengan norma dan doktrin
yang mengatur tentang Wanprestasi
Berdasarkan data dari polis asuransi jiwa dengan nomor polis
BMPR9182003875 yang memuat ketentuan wanprestasi yakni yang terdapat
dalam Pasal 20 ayat 2 huruf d “Apabila karena suatu hal manfaat asuransi tidak
diambil pada tanggal yang telah ditentukan oleh Penanggung, Penanggung
dibebaskan dari kewajiban melakukan pembayaran bunga atau penggantian
lainnya.”
6. Argumen
Berdasarkan apa yang terdapat pada isi perjanjian dengan dikaitkan
dengan peraturan perundang-undangan serta doktrin para ahli penulis menilai isi
dalam perjanjian polis asuransi jiwa dengan nomor polis BMPR9182003875
dengan segala konsekuensinya telah sesuai dan saling berkaitan satu sama lain.
Dimana wanprestasi dapat dilakukan oleh kedua belah pihak baik kreditur yakni
PT BNI LIFE INSURANCE maupun Nasabah pemegang polis asuransi karena
jelas dalam polis dan peraturan yang ada bahwa kelalaian juga dapat dilakukan
oleh pihak penanggung dengan contoh terlambatnya membayar klaim asuransi
baik karena kesalahan atau tidak dari pihak kreditur. Sedangkan dari pihak debitur
atau pihak tertanggung sebagai contoh keterlambatan membayar premi asuransi
baik karena suatu kelasahan dari pihak nasabah ataupun tidak.
E. Tentang katagori ke 5(Suatu keadaan memaksa/Overmacht/Froce Mejeure)
1. Norma
Pasal 1244-1245 KUHPerdata
Pasal 1244 “Debitur harus dihukum untuk mengganti biaya, kerugian dan bunga.
bila ia tak dapat membuktikan bahwa tidak dilaksanakannya perikatan itu atau
tidak tepatnya waktu dalam melaksanakan perikatan itu disebabkan oleh sesuatu
hal yang tak terduga, yang tak dapat dipertanggungkan kepadanya. walaupun tidak
ada itikat buruk kepadanya”
Pasal 1245 “ Tidak ada penggantian biaya. kerugian dan bunga. bila karena
keadaan memaksa atau karena hal yang terjadi secara kebetulan, debitur terhalang
untuk memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau melakukan suatu
perbuatan yang terlarang baginya”
(1) Keadaan Kahar adalah suatu keadaan yang terjadi diluar kehendak para
pihak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban
yang ditentukan dalam Kontrak menjadi tidak dapat dipenuhi.
(2) Yang dapat digolongkan sebagai Keadaan Kahar dalam Kontrak
Pengadaan Barang/Jasa meliputi
a) bencana alam;
b) bencana non alam;
c) bencana sosial;
d) pemogokan;
e) kebakaran; dan/atau
f) gangguan industri lainnya sebagaimana dinyatakan melalui
keputusan bersama Menteri Keuangan dan menteri teknis terkait.
(3) Dalam hal terjadi Keadaan Kahar, Penyedia Barang/Jasa
memberitahukan tentang terjadinya Keadaan Kahar kepada PPK secara
tertulis dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kalender sejak
terjadinya Keadaan Kahar, dengan menyertakan salinan pernyataan
Keadaan Kahar yang dikeluarkan oleh pihak/instansi yang berwenang
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Tidak termasuk Keadaan Kahar adalah hal-hal merugikan yang
disebabkan oleh nerbuatan atau kelalaian nara pihak
(5) Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh terjadinya
Keadaan Kahar tidak dikenakan sanksi.
(6) Setelah terjadinya Keadaan Kahar, para pihak dapat melakukan
kesepakatan, yang dituangkan dalam perubahan Kontrak
Doktrin :
16
Rahmat S.S. Soemadipradja, Penjelasan Hukum Tentang Keadaan Memaksa, Nasional Legal Reform Program,
Jakarta, 2010, hal. 7
a. R. Subekti Debitur menunjukkan bahwa tidak terlaksananya apa yang
dijanjikan itu disebabkan oleh hal-hal yang sama sekali tidak dapat
diduga, dan di mana ia tidak dapat berbuat apa-apa terhadap keadaan
atau peristiwa yang timbul diluar dugaan tadi. Dengan perkataan lain,
hal tidak terlaksananya perjanjian atau kembatan dalam pelaksanaan itu,
bukanlah disebabkan karena kelalaiannya. la tidak dapat dikatakan salah
atau alpa, dan orang yang tidak salah tidak boleh dijatuhi sanksi-sanksi
yang diancamkan atas kelalaian. Untuk dapat dikatakan suatu "keadaan
memakssa (overmacht), selain dapat dikatakan suatu "keadaan
memaksa" (overmacht), selain keadaan itu "di luar kekuasaannya" si
debitur dan "memaksa", keadaan yang telah timbul itu juga harus berupa
keadaan yang tidak dapat diketahui pada waktu perjanjian itu dibuat,
setidak-tidaknya tidak dipikul risikonya oleh si debitur.
b. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan Overmacht adalah keadaan di mana
debitur sama sekali tidak mungkin memenuhi perutangan (absolute
overmacht) atau masih memungkinkan memenuhi perutangan, tetap
memerlukan pengorbanan besar yang tidak seimbang atau kekuatan jiwa
di luar kemampuan manusia atau dan menimbulkan kerugian yang
sangat besar (relative overmacht).
c. Purwahid Patrik C. Mengartikan overmacht atau keadaan memaksa
adalah debitur tidak melaksanakan prestasi karena tidak ada kesalahan
maka akan berhadapan dengan keadaan memaksa yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kepadanya.17
Overmacht ini tidak ada kesalahan dari pihak yang tidak memenuhi
prestasinya, sehingga menyebabkan suatu hak atau suatu kewajiban dalam suatu
perhubungan hukum tidak dapat di laksanakan. Unsur-unsur yang terdapat dalam
keadaan memaksa itu ialah : 18
17
Munir Fuady, Hukum Kontrak, PT Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2015, hlm. 89.
18
Ibid.,Hlm 90
a. Tidak dipenuhi prestasi karena suatu peristiwa yang membinasakan
benda yang menjadi objek perikatan, ini selalu bersifat tetap Tidak dapat
dipenuhi prestasi karena suatu peristiwa yang
b. mengha langi perbuatan debitur untuk berprestasi, ini dapat bersifat
tetap atau sementara. Peristiwa itu tidak dapat diketahui atau diduga
akan terjadi pada
c. waktu membuat perikatan baik oleh debitur maupun oleh kreditur.19
19
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hlm.27
pembayaran selama tenggang waktu yang dibutuhkan 6 (enam) bulan dari
tanggal pengajuan. Penarikan tersebut disebabkan oleh suatu kondisi yang
diumumkan secara resmi oleh Pemerintah
Berdasarkan isi data yang terdapat dalam polis perjanjian asuransi jiwa maka
yang dikatakan overmacht atau keadaan memaksa menurut norma yaitu bila ia tak
dapat membuktikan bahwa tidak dilaksanakannya perikatan itu atau tidak
tepatnya waktu dalam melaksanakan perikatan itu disebabkan oleh sesuatu hal
yang tak terduga, yang tak dapat dipertanggungkan kepadanya. walaupun tidak
ada itikad buruk kepadanya, dan karena itu debitur tidak harus melakukan ganti
rugi. Sedangkan dalam isi polis perjanjian asuransi jiwa terdapat dalam Pasal 22
Pengaturan Dalam Keadaan Khusus(Force Majeur)
1. Penanggung dan/atau Pemegang Po!lis dibebaskan dari tuntutan
hukum, bilamana tidak terpenuhinya pelaksanaan Perjanjian ini
disebabkan karena keadaan memaksa, termasuk tidak terbatas pada
kejadian -kejadian seperti kebakaran, bencana alam, wabah penyakit
dan segala jenis radiasi
2. Peristiwa-peristiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini,
harus dibenarkan oleh Penguasa setempat dan diberitahukan secara
tertulis oleh pihak yang tidak dapat melaksanakan kewajiban kepada
pihak lainnya selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender sejak
peristiwa dimaksud.
3. Bilamana dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak diterimanya
pemberitahuan dimaksud, belum atau tidak ada tanggapan dari pihak
yang menerima pemberitahuan, maka adanya peristiwa tersebut
dianggap telah disetujui oleh pihak tersebut.
4. Dalam hal terjadinya krisis nasional (devaluasi atau situasi lainnya)
yang dapat membawa efek pada kemampuan Penanggung untuk
membayar hak Pemegang Polis/Penerima Manfaat, Penanggung tetap
sepenuhnya mengakui hak Pemegang Polis/Penerima Manfaat, dengan
ketentuan pelaksanaannya bertahap sesuai kemampuan Penanggung.
5. Apabila terjadi penarikan Dana Investasi dalam jumlah yang besar
secara serentak maka Penanggung memiliki hak untuk melakukan
penundaan pembayaran selama tenggang waktu yang dibutuhkan 6
(enam) bulan dari tanggal pengajuan. Penarikan tersebut disebabkan
oleh suatu kondisi yang diumumkan secara resmi oleh Pemerintah
a. bencana alam;
b. bencana non alam;
c. bencana sosial;
d. pemogokan;
e. kebakaran; dan/atau
f. gangguan industri lainnya sebagaimana dinyatakan melalui
keputusan bersama Menteri Keuangan dan menteri teknis
terkait
didalam dua pernyataan diatas terdapat suatu penjelasan yang spesifik dan
terdapat kaitan satu dengan yang lain mengenai Overmacht atau keadaan
memaksa.
5. Pernyataan sesuai atau tidaknya isi perjanjian dengan norma dan doktrin
yang mengatur tentang Wanprestasi
Pasal 1245 “ Tidak ada penggantian biaya. kerugian dan bunga. bila karena
keadaan memaksa atau karena hal yang terjadi secara kebetulan, debitur terhalang
untuk memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau melakukan suatu
perbuatan yang terlarang baginya”
Dan kemudian dibandingkan dengan pendapat dari R. Subekti yang menyatakan bahwa
“Debitur menunjukkan bahwa tidak terlaksananya apa yang dijanjikan itu
disebabkan oleh hal-hal yang sama sekali tidak dapat diduga, dan di mana ia tidak
dapat berbuat apa-apa terhadap keadaan atau peristiwa yang timbul diluar
dugaan tadi. Dengan perkataan lain, hal tidak terlaksananya perjanjian atau
kembatan dalam pelaksanaan itu, bukanlah disebabkan karena kelalaiannya. la
tidak dapat dikatakan salah atau alpa, dan orang yang tidak salah tidak boleh
dijatuhi sanksi-sanksi yang diancamkan atas kelalaian. Untuk dapat dikatakan
suatu "keadaan memakssa (overmacht), selain dapat dikatakan suatu "keadaan
memaksa" (overmacht), selain keadaan itu "di luar kekuasaannya" si debitur dan
"memaksa", keadaan yang telah timbul itu juga harus berupa keadaan yang tidak
dapat diketahui pada waktu perjanjian itu dibuat, setidak-tidaknya tidak dipikul
risikonya oleh si debitur”
Para ahli menyebutkan bahwa apabila terdapat keadaan memaksa, pihak debitur
dibebaskan dari biaya ganti kerugian namun tidak serta merta dapat mengabaikan
ganti rugi begitu saja, menurut pernyataan Pasal 1244 KUHPerdata debitur
terlebih dahulu harus membuktikan bahwa hal yang terjadi kepadanya sehingga
tidak dapat memenuhi prestasi yang seharusnya ia penuhi adalah suatu keadaan
yang memaksa/Overmacht
6. Argumen
Setelah pemaparan poin-poin diatas penulis berpendapat bahwa apa yang telah
diatur didalam isi dari polis asuransi jiwa dengan nomor polis BMPR9182003875
apabila mengacu pada pengaturan yang terdapat dalam Undang-Undang serta diperkuat
dengan pendapat para ahli menyatakan bahwa sangat berkaitan dan tidak adanya
pelanggaran yang terdapat didalam isi polis asuransi jiwa. Sehingga apa yang telah diatur
didalam polis asuransi jiwa tersebut telah mempunyai kekuatan hukum yang jelas.
Keadaan memaksa sendiri atau Overmacht menurut penulis adalah keadaan diluar
keinginan dari para pihak sehingga tidak dapat diperkirakan,dicegah kapan terjadinya
sehingga hal tersebut membuat pihak yang terkena keadaan memaksa tersebut dibebaskan
dari perjanjian yang telah ditetapkan diawal dengan syarat pihak tersebut dapat
membuktikan bahwa hal tersebut adalah keadaan memaksa.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
1. Pengaturan tentang aspek : (a) subjek hukum, (c) hak dan kewajiban para pihak, (d)
wanprestasi, dan; (e) Overmacht/Force Mejeure/Keadaan Memaksa dalam Perjanjian
asuransi jiwa antara PT BNI Life Insurance dengan Nasabah asuransi dengan nama Erlina
Widianti telah sesuai dengan Pasal 1 ayat (15,17,20,29,22,23,24), Pasal 28-29, Pasal 53-54
UU No. 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian, Pasal 1 angka 2 dan 3 UU No. 37 tahun
2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 26-27
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.422/KMK.06/2003 Tentang
Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, Pasal 8, Pasal
22-23,Pasal 37 PP No. 73 Tahun 1992 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian,
Pasal 91 ayat 1 Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/jasa,
Pasal 1238, Pasal 1239, Pasal 1330, Pasal 1243, Pasal 1244, Pasal 1245, Pasal 1548
KUHPerdata. Dan Pendapat R. Subekti, Abdul Kadir Muhammad, Sudikno Mertokusumo ,
J. Satrio, Ahmadi Miru , A. Qirom Syamsudin Meliala, Sri Soedewi Masjchoen Sofwan,
Purwahid Patrik C, Dr. Van Oostveen, Peter F Drucker, H.M.N. Purwosutjipto, Santoso
Poedjosoebroto, Djoko Prakoso.
2. Pengaturan tentang aspek : (b) Objek hukum dalam perjanjian asuransi jiwa antara PT BNI
Life Insurance dengan Nasabah asuransi dengan nama Erlina Widianti tidak sesuai dengan
Pasal 1 ayat 25 UU No. 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian, Pasal 7-18 Keputusan
Menteri Keuangan Republik Indonesia No.422/KMK.06/2003 Tentang Penyelenggaraan
Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, Pasal 20 PP No. 73 Tahun 1992
Tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian, Pasal 499,Pasal 504,Pasal 505, Pasal 506
KUHPerdata dan pendapat R.Subekti, Prof. Abdulkadir Muhammad, S.H.