Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Media Analis Kesehatan, Vol. 10, No.

1, Juni 2019
http://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediaanalis
e-ISSN : 2621-9557
p-ISSN : 2087-1333

ANALISIS KADAR SERUM GLUTAMIC PYRUVIC TRANSAMINASE (SGPT)


DAN SERUM GLUTAMIC OXALOACETIC TRANSAMINASE (SGOT) PADA
PETANI YANG MENGGUNAKAN PESTISIDA

Widarti1, Nurqaidah2
1,2
Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Makassar

Koresponden : widarti@poltekkes-mks.ac.id

ABSTRAK

SGPT dan SGOT merupakan enzim yang keberadaan dan kadarnya dalam darah
dijadikan penanda terjadinya gangguan fungsi hati. Enzim tersebut normalnya berada
pada sel-sel hati. Kerusakan pada hati akan menyebabkan enzim-enzim hati tersebut
lepas ke dalam aliran darah sehingga kadarnya dalam darah meningkat dan
menandakan adanya gangguan fungsi hati. Hati merupakan salah satu organ target
pestisida. Akumulasipenggunaan pestisida jika masuk kedalam hati tidak dapat
diuraikan serta dieksresikan dan tersimpan dalam hati akan menyebabkangangguan sel
atau organel hati. Hal ini mengakibatkan kerusakan padaparenkim hati atau gangguan
permeabilitas membran sel hati sehingga enzim bebas keluar sel.Sebagai respon
terhadap kerusakan pada hati maka konsentrasi enzim dalam darah akan meningkat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis gambaran kadar SGPT pada petani
yang menggunakan pestisida, dan untuk menganalisis gambaran kadar SGOT pada
petani yang menggunakan pestisida. Penelitian ini dilakukan di RSUD Pangkep pada
tanggal 22 Februari s/d 10 April 2018 dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 10
subjek. Hasil analisa data presentase pada pemeriksaan SGPT dan SGOT didapatkan
hasil yaitu kadar SGPT normal sebesar 100% dan tidak normal sebesar 0%, kadar
SGOT normal sebesar 90% dan tidak normal sebesar 10%.

Kata Kunci = SGPT, SGOT, Pestisida

PENDAHULUAN Organisme pengganggu tanaman/


Bidang pertanian memiliki angkatan tumbuhan ini dikenal sebagai hama
kerja terbesar di Indonesia. Menurut tanaman, penyakit tanaman, dan gulma
data hasil sensus pertanian tahun 2003, (tumbuhan pengganggu). Dalam upaya
sekitar 25,6 juta kepala keluarga meningkatkan mutu dan produktifitas
bertumpu dan bermata pencaharian hasil pertanian, penggunaan pestisda
pertanian. Permasalahan yang sering untuk membasmi hama tanaman sering
dihadapi para petani salah satunya tidak dihindarkan (Sulistyoningrum
adalah gangguan atau dirusaknya SCD, 2008).
tanaman pertanian mereka oleh Banyak zat kimia yang dipakai
organisme pengganggu yang secara dalam pertanian, misalnya pupuk yang
ekonomis sangat merugikan petani. mengandung nitrogen dan sulfur,

35
Jurnal Media Analis Kesehatan, Vol. 10, No.1, Juni 2019
http://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediaanalis
e-ISSN : 2621-9557
p-ISSN : 2087-1333

pestisida (pemeliharaan tanah dan melakukan penyemprotan. Kurangnya


benih), pengatur pertumbuhan kesadaran petani untuk menggunakan
tanaman, desinfektan obat-obatan alat pelindung diri (APD) saat
untuk hewan (termasuk pemberian melakukan penyemprotan menjadi
antibiotic untuk hewan. Diantara semua faktor risiko terjadinya keracunan.
hal diatas pestisida merupakan zat Petani dapat mengalami pusing, iritasi
kimia yang dipakai untuk pada kulit, mata berair, pingsan, hingga
mengendalikan atau membasmi hama. menyebabkan kematian. Hal tersebut
Pestisida atau pembasmi hama dapat disebabkan kurangnya kesadaran
adalah bahan yang digunakan untuk keselamatan kerja dan kesadaran akan
mengendalikan, menolak, atau bahaya racun dari pestisida yang
membasmi organisme pengganggu. digunakan (Ipmawati PA dkk, 2016).
(Wikipedia, 2017). Hati merupakan salah satu organ
Pestisida digunakan untuk target pestisida. Akumulasi
meningkatkan hasil pertanian dan penggunaan pestisida jika masuk
megurangi serangan hama tanaman kedalam hati tidak dapat diuraikan serta
sehingga mendorong petani petani dieksresikan dan tersimpan dalam hati
untuk menggunakan pestisida dengan akan menyebabkan gangguan sel atau
komposisi, takaran, dan frekuensi organel hati. Hal ini mengakibatkan
menyemprot dilakukan tanpa kerusakan pada parenkim hati atau
perhitungan yang benar dan pada gangguan permeabilitas membran sel
akhirnya menimbulkan berbagai hati sehingga enzim bebas keluar sel.
masalah baru, terutama masalah Sebagai respon terhadap kerusakan
kesehatan pada petani itu sendiri. pada hati maka konsentrasi enzim
Kita ketahui bahwa masuknya dalam darah akan meningkat.
racun kedalam tubuh dapat melalui Alanine aminotransferase (ALT)
beberapa cara diantaranya melalui atau Serum Glutamic Pyruvic
dermal (kulit), jalur inhalasi transaminase (SGPT) dan Aspartate
(pernafasan) dan jalur ingesti (melalui aminotransferase (AST) atau Serum
makanan dan minuman). Realita Glutamic Oxsaloasetic transaminase
dilapangan para petani kurang (SGOT), merupakan enzim yang
menyadari daya racun pestisida keberadaan dan kadarnya dalam darah
sehingga dalam melakukan dijadikan penanda terjadinya gangguan
penyimpanan dan penggunaannya tidak fungsi hati. Enzim tersebut normalnya
memerhatikan keselamatan. Petani berada pada sel-sel hati. Kerusakan
sebagai pekerja yang biasa kontaminasi pada hati akan menyebabkan enzim-
dengan pestisida secara langsung enzim hati tersebut lepas ke dalam
mempunyai risiko yang lebih tinggi. aliran darah sehingga kadarnya dalam
Risiko penggunaan pestisida secara darah meningkat dan menandakan
langsung dapat terjadi tidak hanya saat adanya gangguan fungsi hati (Tsani RA
melakukan penyemprotan, namun dkk, 2017).
dapat pula terjadi saat proses Berdasarkan uraian diatas peneliti
mempersiapkan hingga saat setelah telah melakukan penelitian mengenai

36
Jurnal Media Analis Kesehatan, Vol. 10, No.1, Juni 2019
http://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediaanalis
e-ISSN : 2621-9557
p-ISSN : 2087-1333

Analisis Kadar SGPT dan SGOT pada GOT misalnya salisilat dan
Petani yang Menggunakan Pestisida. alkohol.
b. Pengambilan sampel penelitian
METODE Prosedur pengambilan darah
Jenis penelitian yang digunakan vena
adalah jenis penelitian deskriptif. 1) Dibersihkan bagian lengan yang
Penelitian dilaksanakan pada bulan akan ditusuk dengan kapas
Februari– April 2018 di Laboratorium alkohol 70% dan dibiarkan
Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep. sampai kering.
Sampel yang digunakan dalam 2) Jika memakai vena dalam
penelitian ini yaitu sebanyak 10 fossa cubiti, dipasang ikatan
sampel. Pengambilan sampel secara pembendung pada lengan atas
purposive sampling. Adapun kriteria dan diminta pasien untuk
sampel Kriteria Inklusi yaitu Petani mengepalkan dan membuka
yang menggunakan pestisida selama tangannya berkali-kali agar
lebih dari 18 tahun, Petani yang tidak vena terlihat jelas.
memiliki riwayat penyakit hati, Petani 3) Ditegangkan kulit diatas vena
yang tidak mengkonsumsi obat-obatan dengan jari-jari tangan kiri
dan zat yang dapat mempengaruhi agar vena tidak dapat bergerak.
kadar SGPT dan SGOT, misalnya 4) Ditusuk kulit dengan jarum
salisilat dan alcohol, Petani yang tidak dan spoit dalam tangan kanan
menggunakan APD dan Petani yang sampai ujung jarum masuk ke
bersedia menjadi subjek penelitian dan dalam pembuluh vena.
bersedia untuk mengisi informed 5) Dilepaskan atau diregangkan
consent. pembendungan dan perlahan-
Bahan penelitian yang digunakan lahanlah tarik penghisap
dalam penelitian ini adalah serum, semprit sampai jumlah darah
alkohol 70%, reagen mindray GPT dan yang dikehendaki didapat.
GOT. Sedangkan Instrumen yang 6) Dilepaskan pembendungan
digunakan yaitu : spoit, kapas alkohol jika masih terpasang.
70%, clinipet 500 l, tabung vacum, rak 7) Ditaruh kapas diatas jarum dan
tabung, sentrifus, alat Mindray, kuvet dicabut spoit dan jarum itu.
serta alat pelindung diri yang terdiri 8) Diminta kepada pasien agar
dari jas laboratorium, masker, dan tempat tusukan itu ditekan
handscoon. selama beberapa menit dengan
Prosedur Penelitian kapas tadi.
1. Pra Analitik: 9) Diangkat atau dilepaskan
a. Persiapan pasien jarum dari spoit dan darah
1) Hindari latihan fisik yang berat dialirkan ke dalam wadah atau
sebelum pengambilan sampel tabung yang tersedia melalui
2) Hindari obat atau zat yang dapat dinding (Gandasoebrata R,
mempengaruhi kadar GPT dan 2011).
c. Persiapan sampel

37
Jurnal Media Analis Kesehatan, Vol. 10, No.1, Juni 2019
http://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediaanalis
e-ISSN : 2621-9557
p-ISSN : 2087-1333

1) Darah vena di sentrifus untuk sebelum alat digunakan,


memisahkan seldarah merah setelah semua selesai alat
dengan serum. siap dioperasikan.
2) Sampel dihindarkan dari hal- 2) Diambil serum dengan
hal yang dapat menyebabkan menggunakan clinipet 500
hemolisis. l.
2. Analitik: 3) Dimasukkan sampel ke
a. Pengerjaan sampel untuk dalam sampel disk. Diberi
pemeriksaan kadar SGPT label sesuai identitas pasien.
dilakukan prosedur yaitu; 4) Diletakkan cup sampel pada
1) Ditekan on/off, periksa rak sampel.
washer, rinse, rak kuvet, 5) Diklik menu sampel pada
reagen dan dilakukan kontrol display.
sebelum alat digunakan, 6) Dipilih sampel request.
setelah semua selesai alat siap 7) Dicek posisi sampel pada
dioperasikan. sampel disk apakah sesuai.
2) Diambil serum dengan 8) Diinput data pasien.
menggunakan clinipet 500 l. 9) Dipilih parameter yang akan
3) Dimasukkan sampel ke dalam diperiksakan lalu tekan ok.
sampel disk. Diberi label 10) Ditekan ikon play maka
sesuai identitas pasien. secara otomatis proses run
4) Diletakkan cup sampel pada sampel akan bekerja.
rak sampel. 11) Hasil muncul, ditekan print
5) Diklik menu sampel pada untuk mencetak hasil.
display. 3. Pasca analitik:
6) Dipilih sampel request. a. Pencatatan hasil
7) Dicek posisi sampel pada b. Pengelolaan data
sampel disk apakah sesuai. Analisis Data
8) Diinput data pasien. Hasil penelitian ini kemudian akan
9) Dipilih parameter yang akan dianalisa dengan disajikan
diperiksakan lalu tekan ok. menggunakan tabel kemudian dihitung
10) Ditekan ikon play maka persentasinya
secara otomatis proses run
sampel akan bekerja.
11) Hasil muncul, ditekan print HASIL
untuk mencetak hasil. Berdasarkan hasil
b. Pengerjaan sampel untuk penelitian, yakni pemeriksaan
pemeriksaan kadar SGOT kadar SGPT dan SGOT pada
dilakukan prosedur yaitu; petani yang menggunakan
1) Ditekan on/off, periksa pestisida didapatkan hasil sebagai
washer, rinse, rak kuvet, berikut:
reagen dan dilakukan kontrol

38
Jurnal Media Analis Kesehatan, Vol. 10, No.1, Juni 2019
http://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediaanalis
e-ISSN : 2621-9557
p-ISSN : 2087-1333

Tabel 1. : Hasil pemeriksaan kadar SGPT dan SGOT pada petani yang
menggunakan pestisida.
NO. Kode Sampel Hasil Pemeriksaan Satuan
SGPT SGOT
1. A 23,2 65,2 U/L
2. B 16,0 24,0 U/L
3. C 20,6 27,2 U/L
4. D 29,0 21,0 U/L
5. E 23,2 20,6 U/L
6. F 17,0 12,0 U/L
7. G 5,2 19,9 U/L
8. H 13,7 11,5 U/L
9. I 16,0 19,7 U/L
10. J 18,7 30,8 U/L
Nilai normal:
- SGPT : <40
- SGOT : <38
hanya satu sampel yang
Tabel diatas menunjukkan mengalami peningkatan yaitu
bahwa hasil pemeriksaan yang pada kode sampel A pemeriksaan
telah dilakukan dari 10 sampel SGOT.

Tabel 2: Hasil pemeriksaan kadar SGPT dan SGOT


No. Kode Sampel Hasil Pemeriksaan (U/L)
SGPT Ket. SGOT Ket.
1. A 23,2 N 65,2 TN
2. B 16,0 N 24,0 N
3. C 20,6 N 27,2 N
4. D 29,0 N 21,0 N
5. E 23,2 N 20,6 N
6. F 17,0 N 12,0 N
7. G 5,2 N 19,9 N
8. H 13,7 N 11,5 N
9. I 16,0 N 19,7 N
10. J 18,7 N 30,8 N
Keterangan:
- N : Normal
- TN : Tidak Normal
Dari hasil penelitian yang deskriptifdalam pengolahan
diperoleh seperti yang tercantum mencakup hasil presentase SGPT
pada tabel 2, selanjutnya diolah dan SGOT yaitu sebagai berikut:
dengan teknik analisa secara

39
Jurnal Media Analis Kesehatan, Vol. 10, No.1, Juni 2019
http://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediaanalis
e-ISSN : 2621-9557
p-ISSN : 2087-1333

Tabel 3 : Hasil persentase pemeriksaan SGPT dan SGOT


Pemeriksaan Hasil Persentase
Normal Tidak Normal
SGPT 100% 0%
SGOT 90% 10%

yang tidak mengalami peningkatan


PEMBAHASAN sebanyak 9 sampel dan yang
SGPT/ALT adalah enzim mengalami peningkatan sebanyak
yang spesifik untuk hati yang 1 sampel. Kadar SGPT normal
hanya memberikan hasil yang sebesar 100% dan tidak normal
signifikan terhadap adanya sebesar 0%, kadar SGOT normal
peningkatan penyakit sebesar 90% dan tidak normal
hepatobilliary di hati. SGOT/AST sebesar 10%.
adalah enzim yang tidak spesifik Kadar SGPT dan SGOT
hanya terdapat di dalam hati tetapi meningkat pada kerusakan
juga dapat di temukan di sel darah, parenkim hati, juga meningkat
sel jantung dan sel otot, oleh pada hepatitis akut,
karena itu peningkatan SGOT hepatotoksisitas yang
tidak selalu menunjukkan adanya menyebabkan nekrosis hepar
kelainan di sel hati. (toksisitas obat dan
Penelitian ini dilaksakan di kimia)sedangkan agak meningkat
Laboratorium RSUD Pangkep pada sirosis hati, kanker hepar,
yang dimulai pada tanggal 22 gagal jantung kongestif,
Februari s/d 10 April 2018 dengan intoksikasi alkohol akut,
subyek penelitian sebanyak 10 peningkatan marginal, infark
orang petani. miokardio akut.
Interpretasi nilai normal Kadar SGPT dan SGOT
yang dilakukan peneliti pada petani dikatakan normal
menggunakan nilai nirmal karena semua bahan kimia berupa
laboratorium RSUD Pangkep yaitu nutrien dan xenobiotik (misalnya
dengan nilai SGPT  40 U/L dan pestisida) yangterkandung dalam
nilai SGOT  38 U/L. darah akan dimetabolisme dan
Berdasarkan hasil dibiotrasformasi oleh hati. Proses
penelitian terhadap 10 sampel biotransformasi xenobiotik
mengenai analisis kadar SGPT dan (misalnya pestisida) oleh hati yang
SGOT pada petani yang berlangsung baik akan
menggunakan pestisida meliputi: menurunkan bahkan
pada pemeriksaan SGPT tidak ada menghilangkan kadarnya dalam
yang mengalami peningkatan dari darah yang yang keluar dari hati
10 sampel, dan pemeriksaan SGOT sebelum mencapai organ lainnya.

40
Jurnal Media Analis Kesehatan, Vol. 10, No.1, Juni 2019
http://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediaanalis
e-ISSN : 2621-9557
p-ISSN : 2087-1333

Proses biotransformasi akan aminotransferase aspartat


merubah xenobiotik menjadi (aspartate aminotransferase) AST /
bentuk lain dengan tujuan agar (1) serum glutamic oxatoacetic
menjadi inaktif secara biologis transminase (SGOT), dalam kasus
sehingga tidak memberikan efek hepatitis akut serta kerusakan hati
buruk terhadap tubuh, (2) menjadi akibat penggunaan obat dan zat
lebih polar dan lebih mudah larut kimia, dengan stiap serum
pada air sehingga lebih mudah mencapai 200-4000 U/L.
diekskresikan ke luar tubuh Kadar SGOT serum tinggi
(Siwiendrayanti A, 2009). dapat ditemukan setelah terjadi
Proses biotransformasi yaitu: Infark Miokardium (MI) akut dan
1. Reaksi fase I (Reaksi kerusakan hati.Pada penyakit hati,
penguraian), yaitu: pemutusan kadar serum akan meningkat 10
hidrolitik, oksidasi dan kali atau lebih dan tetap demikian
reduksi. Umumnya reaksi fase dalam waktu yang lama (Kee JL,
I mengubah bahan yang 2007).
masuk ke dalam sel menjadi Kadar SGPT seringkali
lebih bersifat hidrofilik dibandingkan dengan SGOT untuk
(mudah larut dalam air) tujuan diagnostik. SGPT
daripada bahan asalnya. meningkat lebih khas daripada
2. Reaksi fase II (Reaksi SGOT pada kasus nekrosis hati dan
konjugasi), terdiri dari reaksi hepatitis akut, sedangkan SGOT
sintesis dan konjugasi. Oleh meningkat lebih khas dari pada
reaksi konjugasi maka zat nekrosis miokardium (infark
yang memiliki gugus polar (- miokardium akut) sirosis, kanker
OH, -NH2, -COOH), hati, hepatitis kronis dan kongesti
dikonjugasi dengan pasangan hati. Kadar SGOT ditemukan
reaksi yang berasal dari tubuh normal atau meningkat sedikit
sendiri dan lazimnya diubah pada kasus nekrosis miokardium.
menjadi bentuk yang larut Kadar SGPT kembali lebih lambat
dalam air, dan dapat ke kisaran normal daripada kadar
diekskresikan dengan baik SGOT pada kasus hati.
oleh ginjal. Reaksi fase II ini Pada salah satu sampel
merupakan proses biosintesis pemeriksaan SGOT dalam
yang mengubah bahan asing penelitian ini terjadi peningkatan,
atau metabolit dari fase I peningkatan tersebut dapat
membuat ikatan kovalen disebabkan karena faktor kelelahan
dengan molekul endogen akibat aktivitas yangberat dan juga
menjadi konjugat (Hayat F, SGOT tidak spesifik hanya
2010). terdapat di dalam hati. SGOT juga
Kadar SGPT serum dapat di temukan di sel darah, sel jantung
lebih tinggi dari kadar sekelompok dan sel otot, oleh karena itu
transferase lainnya (transminase), peningkatan SGOT tidak selalu

41
Jurnal Media Analis Kesehatan, Vol. 10, No.1, Juni 2019
http://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediaanalis
e-ISSN : 2621-9557
p-ISSN : 2087-1333

menunjukkan adanya kelainan di si-toksikan/). Diakses tanggal


sel hati.Oleh karena itu diperlukan 02 Juni 2018
pemeriksaan SGPT juga, ketika Ipmawati PA, Setiani O, Darundiati
kedua enzim ini meningkat maka YH. 2016. Analisis Faktor-
sudah dapat dipastikan adanya Faktor Risiko yang
kerusakan pada sel hati. Mempengaruhi Tingkat
Pada penelitian ini Keracunan Pestisida Pada
memiliki banyak kekurangan yaitu Petani di Desa Jati, Kecamatan
pada kriteria sampel penelitian, Sawangan, Kabupaten
seharusnya lebih diperhatikan dan Magelang, Jawa Tengah.
ditambah dengan kriteria lain (https://media.neliti.com/media
seperti lama penyemprotan dan /publications/18513-ID-
jumlah pestisida yang digunakan. analisis-faktor-faktor-risiko-
yang-mempengaruhi-tingkat-
KESIMPULAN keracun an-pestisida-pada.pdf).
Berdasarkan hasil Diakses pada tanggal 04
penelitian yang dilaksanakan di Desember 2017.
Laboratorium RSUD Pangkep Kee JL. 2007. Pedoman Pemeriksaan
pada tanggal 22 Februari s/d 10 Laboratorium & Diagnostik.
April 2018 dapat disimpulkan Jakarta: EGC.
bahwa kadar SGPT normal sebesar Siwiendrayanti A. 2009. Hubungan
100% dan tidak normal sebesar Riwayat Pajanan Pestisida
0%, kadar SGOT normal sebesar Dengan Kejadian Gangguan
90% dan tidak normal sebesar 10% Fungsi Hati Pada Wanita Usia
dengan jumlah sampel yang Subur (WUS) di Desa Sutamaja
digunakan sebanyak 10 subjek. Kecamatan Kersana Kabupaten
Brebes.
SARAN (https://www.researchgate.net/p
Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan rofile/Arum_Siwiendrayanti/pu
dapat melanjutkan penelitian ini blication/278158749_HUBUN
dengan menambah jumlah sampel GAN_RIWAYAT_PAJANAN
serta memperhatikan lama _PESTISIDA_DENGAN_KEJ
penyemprotan dan jumlah pestisida ADIAN_GANGGUAN_FUNG
yang digunakan SI_HATI_PADA_WANITA_
USIA_SUBUR_WUS_DI_DE
DAFTAR PUSTAKA SA_SUTAMAJA_KECAMAT
Gandasoebrata R. 2011. Penuntun AN_KERSANA_KABUPATE
Laboratorium Klinik. Jakarta: N_BREBES/links/55f7f22f08a
Dian Rakyat. eba1d9f004f56.pdf). Diakses
Hayat F. 2010. Biotransformasi pada tanggal 04 Desember
toksikan. 2017.
(https://fadhilhayat.wordpress. Sulistyoningrum SCD. 2008.
com/2010/10/06/biotransforma Gangguan Kesehatan Akut

42
Jurnal Media Analis Kesehatan, Vol. 10, No.1, Juni 2019
http://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediaanalis
e-ISSN : 2621-9557
p-ISSN : 2087-1333

Akibat Pestisida di Desa Petani di Desa Sumberejo


Kedung Rejo Kecamatan Kecamatan Ngablak Kabupaten
Megaluh Kabupaten Jombang. Magelang.
(https://repository.usd.ac.id/245 (http://ejournal3.undip.ac.id/ind
8/2/038114 048_Full.pdf). ex.php/jkm/article/download/1
Diakses pada tanggal 28 7258/16516). Diakses pada
November 2017. tanggal 28 Desember 2017.
Tsani RA, Setiani O, Dewanti NAY. Wikipedia. 2017. Pestisida.
2017. Hubungan Riwayat (https://id.wikipedia.org/wiki/P
Pajanan Pestisida dengan estisida# Sejarah). Diakses pada
Gangguan Fungsi Hati Pada tanggal 04 Desember 2017.

43

Anda mungkin juga menyukai