Anda di halaman 1dari 20

PENETAPAN KADAR SENYAWA OBAT MULTIKOMPONEN SECARA SIMULTAN

MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI

Afifah Aulia Rahmawati (211FF04018)

Fakultas Farmasi, Prodi S1 Ekstensi, Universitas Bhakti Kencana

ABSTRAK

Analisis multikomponen dengan spektrofotometer digunakan untuk menganalisis suatu


sampel yang mengandung 2 atau lebih komponen. Kurva yang terbentuk dari pengukuran
multikomponen dapat menunjukan hasil yang tumpang tindih terutama untuk senyawa dengan
panjang gelombang maksimum yang berdekatan. Kumarin 343 dan kumarin 6 merupakan senyawa
yang mirip sehingga terbentuk kurva di panjang gelombang yang berdekatan dan membentuk titik
isosbes pada 420 nm dan 463 nm. Larutan baku akan diuji pada 2 panjang gelombang tersebut dan
dilakukan pembuatan kurva kalibrasi. Perhitungan kadar dilakukan dengan memenuhi hukum
Lambert Beer dan didapat kadar kumarin 343 adalah 0,247 x 10-5 M dan kumarin 6 adalah 1,98 x
10-5 M.

Kata Kunci multikomponen, spektrofotometri, kumarin-343, kumarin 6

TEORI

Spektrofotometer UV-Vis dapat digunakan untuk identifikasi senyawa baik kualitatif dan
sekaligus dapat digunakan untuk analisis kuantitatif. Data yang diperoleh dari
spektrofotometri UV dan Vis adalah panjang gelombang maksimal, intensitas, efek pH, dan
pelarut, yang kesemuanya itu dapat diperbandingkan dengan data yang sudah dipublikasikan.
Dari spektra yang diperoleh dapat dilihat, misalnya serapan (absorbansi) berubah atau tidak
karena perubahan pH. Jika berubah, bagaimana perubahannya apakah dari batokromik
ke hiposkromik, dan sebagainya; obat-obat yang netral misalnya kofein, kloramfenikol,
atau obat-obat yang berisi auksukrom yang tidak terkonjugasi seperti amfetamin, siklizin, dan
pensilidin (Gandjar dan Rohman, 2007).

Dalam aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan (larutan sampel)
dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan, diukur besarnya. Radiasi yang diserap oleh
cuplikan ditentukan dengan membandingkan intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas
sinar yang diserap jika tidak ada spesies penyerap lainnya. Intensitas atau kekuatan radiasi
cahaya sebanding dengan jumlah foton yang melalui satu satuan luas penampang perdetik.
Serapan dapat terjadi jika foton/ radiasi yang mengenai cuplikan memiliki energi yang
sama dengan energi yang dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya perubahan tenaga.
Kekuatan radiasi juga mengalami penurunan dengan adanya penghamburan dan pemantulan
cahaya, akan tetapi penurunan karena hal ini sangat kecil dibandingkan dengan proses penyerapan
(Gandjar dan Rohman, 2007).

Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh larutan oleh
larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan. Dalam
larutan-Beer tersebut ada beberapa pembatasan, yaitu: sinar yang digunakan dianggap
monokromatis, penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang luas
yang sama, senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang
lain dalam larutan tersebut. Tidak terjadi peristiwa fluoresensi atau fosforisensi, dan indeks
bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan. Analisis kuantiatif dengan metode
spektrofotometri UV-Vis dapat digolongkan atas tiga macam pelaksanaan pekerjaan, yaitu :

1. Analisis zat tunggal atau analisis satu komponen


2. Analisis kuantitatif campuran dua macam zat atau analisis dua komponen
3. Analisis kuantitatif campuran tiga macam zat atau lebih (analisis multi komponen) (Gandjar
dan Rohman, 2007).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri UV-Vis antara lain
pembentukan molekul yang dapat meyerap sinar UV-Vis, waktu operasional untuk
mengetahui waktu pengukuran yang stabil, pemilihan panjang gelombang, pembuatan
kurva baku, serta pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan. Panjang gelombang yang
digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi
maksimal. Beberapa alasan menggunakan panjang gelombang maksimal, yaitu panjang
gelombang maksimal maka kepekaannya juga maksimal, sehingga perubahan absorbansi untuk
setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar; disekitar panjang gelombang maksimal, bentuk
kurva absorbansi datar dan pada kondisi tersebut hukum Lambert-Beer juga terpenuhi; jika
dilakukan pengukuran ulang, maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang
panjang gelombang akan kecil sekali ketika menggunakan panjang gelombang maksimal
(Gandjar dan Rohman, 2007).

Menurut hukum Beer-Lambert, absorbansi sebanding dengan jumlah molekul yang menyerap
radiasi pada panjang gelombang tertentu:

A λ = log (I o / I t ) = ε λ cl
di mana A λ = absorbansi, I o dan I t adalah intensitas ditransmisikan, ε λ = absorptivitas pada
panjang gelombang λ, dan l adalah panjang sampel jalan. Penyerapan sebanding dengan
probabilitas transisi molekul penyerap, yang bergantung pada energi foton, yaitu pada panjang
gelombang. Selain panjang gelombang cahaya, absorptivitas tergantung pada identitas zat
penyerap serta pelarut. Jika konsentrasi diukur dalam mol/L, absorptivitas disebut absorptivitas
molar.
Penyerapan cahaya oleh dua atau lebih senyawa pada panjang gelombang yang sama
bersifat aditif. Artinya, absorbansi pada setiap panjang gelombang campuran sama dengan jumlah
nilai absorbansi setiap komponen dalam campuran pada panjang gelombang tersebut.
Dengan kata lain, hukum Beer-Lambert berlaku secara simultan untuk semua penyerap yang
tidak berinteraksi secara kimia dalam suatu larutan. Jadi total absorbansi panjang gelombang
tertentu, diberikan sebagai:

A λ (total) = (A 1 ) λ + (A 2 ) λ + (A 3 ) λ + ...... = (ε 1 ) λ c 1 l +
(ε 2 ) λ c 2 l + (ε, sub> 3) λ c 3 l +. . .

Dimana Ai adalah absorbansi dan ε i adalah absorptivitas molar spesies ke-i pada panjang
gelombang tertentu, λ, dan c i adalah konsentrasi spesies ke-i dalam campuran. Untuk
campuran dua komponen (misalnya, spesies yang ada adalah X & Y) ketika masing-masing
komponen menyerap cukup besar pada λmaks satu sama lain dan untuk panjang jalur sampel
satuan ( l = 1), dapat ditulis:
A λ (total) = (A X ) λ + (A Y ) λ = (ε X ) λ c X + (ε Y ) λ c, sub> Y

Ada 2 metode pengukuran multikomponen yaitu :


a) Metode I
Pertama-tama dapat mengukur nilai absorbansi masing-masing komponen dan
kemudian mencampurnya dalam rasio konsentrasi yang diberikan dan mengukur nilai
absorbansi untuk campuran. Memperkirakan, konsentrasi X murni = C X0 dan absorbansi yang
sesuai = A X0 pada panjang gelombang, λ; dan konsentrasi murni Y = C Y0 dan absorbansi
yang sesuai = A Y0 pada panjang gelombang yang sama, λ.
Ketika dua larutan dicampur, konsentrasi asli zat murni berubah karena efek pengenceran.
Katakanlah, dalam campuran konsentrasi X = C X dan konsentrasi Y = C Y dan nilai
absorbansi
terukur dari campuran = A campuran pada panjang gelombang, λ. Kemudian, jumlah nilai
absorbansi masing-masing komponen dalam campuran,

A X+Y = (A X0 /C X0 ).C X + (A Y0 /C Y0 ).C Y

Jika prinsip aditif berlaku, maka


A campuran = A X + Y .
Hubungan yang diberikan dalam persamaan (5) harus valid untuk setiap panjang gelombang
tertentu.
b) Metode II
Metode ini membutuhkan pengetahuan tentang nilai absorptivitas (ε) masingmasing komponen
pada panjang gelombang yang berbeda. Jika nilai ε diketahui, terbukti dari
persamaan (3) bahwa seseorang dapat menyelesaikan dua yang tidak diketahui c X dan c Y
dengan membuat dua persamaan. Dua persamaan dibangun dengan mengukur nilai
absorbansi untuk larutan standar dan larutan sampel pada dua panjang gelombang yang
berbeda seperti yang diberikan di bawah ini:
A campuran λ1 = (ε X ) λ1 c X + (ε Y ) λ1 c Y
A campuran λ2 = (ε X ) λ2 c X + (ε Y ) λ2 c Y

di mana A campuran 1 dan A campuran 2 diukur nilai absorbansi campuran (sampel) pada dua
panjang gelombang yang berbeda λ 1 dan λ, sub>2, masing-masing. Kita dapat memecahkan
persamaan simultan di atas untuk konsentrasi X dan Y jika absorptivitas molar kedua
spesies pada kedua panjang gelombang diketahui. Nilai ε untuk dua komponen dapat
ditentukan dari pengukuran absorbansi yang dilakukan pada sekumpulan larutan dengan
konsentrasi berbeda (standar) dari masing-masing komponen diikuti dengan plot absorbansi
(pada panjang gelombang tertentu) vs. nilai konsentrasi (plot hukum Beer-Lambert). Nilai ε
dihitung dari kemiringan plot absorbansi-konsentrasi. Nilai absorbansi campuran pada
masing-masing dua panjang gelombang diperoleh dari pengukuran. Dengan memasukkan
nilai ε dan absorbansi pada persamaan.

Untuk memverifikasi validitas prinsip aditif nilai absorbansi untuk system multikomponen,
nilai konsentrasi yang ditentukan dari pengukuran absorbansi ini harus dibandingkan dengan nilai
konsentrasi yang dihitung dari konsentrasi sebenarnya yang diambil untuk menyiapkan campuran.
(Saat membandingkan, seseorang harus mempertimbangkan kesalahan pengukuran dalam nilai
absorbansi, selain kesalahan kalibrasi dalam nilai εi, yang menghasilkan kesalahan dalam
konsentrasi yang ditentukan dari dua persamaan di atas.)

TUJUAN

Untuk menentukan konsentrasi dua analit serupa, kumarin 343 dan kumarin 6, hadir dalam
larutan menggunakan pengukuran absorbansi.
ALAT DAN BAHAN

ALAT BAHAN
1. Spektrofotometri UV-Vis yang terhubung 1. Larutan baku Kumarin343
pada PC 2. Larutan baku Kumarin6
2. Beaker Glass 3. Larutan blanko
3. Labu Erlenmeyer 4. Larutan mix 1:1
4. Pipet Volume
5. Kuvette

PROSEDUR KERJA

Praktikum dilakukan secara virtual dengan prosedur sebagai berikut :

1. Disiapkan lima standar kalibrasi untuk setiap analit: 0,025 mM, 0,020 mM, 0,015 mM, 0,010
mM, dan 0,005 mM larutan kumarin 343 dan 0,020 mM, 0,015 mM, 0,010 mM, 0,005 Mm
dan 0,025 mM kumarin 6 dalam etanol.
2. Disiapkan juga larutan yang mengandung campuran 1:1 (v/v) 0,025 mM kumarin 343 dan
0,020 mM kumarin 6. (Larutan yang akan dianalisis dipilih dari menu tarik-turun. Konsentrasi
larutan dipilih dari batang skala konsentrasi).
3. Dinyalakan komputer dan daya instrumen; tunggu selama 30 menit untuk pemanasan
dari instrumen. (Dalam instrumen, seseorang dapat memilih sumber cahaya (UV dan tampak),
memilih lebar celah, kecepatan pemindaian, dan tampilan %transmisi atau absorbansi, rentang
panjang gelombang yang diinginkan, dll.
4. Dimbil dua kuvet kuarsa yang bersih dan kering dengan panjang lintasan tertentu (di
sini kami menggunakan kuvet dengan panjang lintasan 1 cm).
5. Diisi satu kuvet dengan blanko sampel (dalam kasus ini etanol) dan kuvet lainnya dengan
larutan kuvet 343 konsentrasi terendah.
6. Ditempatkan sampel kosong di tempat referensi dan sampel di tempat sampel.
7. Dijalankan pemindaian (A versus ).
8. Lalu, dijalankan pemindaian spektral untuk semua sampel lain yang dimulai dari konsentrasi
yang lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi. Setiap kali kuvet harus dibilas dengan
mengambil sebagian kecil larutan dari larutan yang akan dianalisis.
9. Diulangi langkah 5 hingga 8 untuk larutan kumarin 6.
10. Dijalankan pemindaian sampel larutan multikomponen (campuran), yang mengandung larutan
kumarin 343 dan kumarin 6.
11. Ditentukan panjang gelombang absorbansi maksimum (λ max ) untuk kumarin 343 dan
kumarin 6. lalu cari panjang absorbansi pada panjang gelombang, max yang diberikan untuk
semua larutan dan siapkan tabel yang berisi data ini.
12. Ditentukan nilai absorbansi 2,5 10-5 M kumarin 343, 2,0 10-5 M kumarin 6 dan sampel
campurannya 1:1 pada panjang gelombang serapan maksimum max ).
13. Untuk λmax , hitung jumlah nilai absorbansi masing-masing komponen dalam campuran
dari hubungan: A X+Y = (A X0 /C X0 ).C X + (A Y0 /C Y0 ).C Y.
14. Dibandingkan jumlah di atas dengan nilai absorbansi terukur dari campuran = Amix
untuk max yang sama.
15. Dicentang A mix = Hubungan X+Y untuk max lainnya.
16. Dibuat plot kalibrasi dengan memplot absorbansi versus konsentrasi untuk dua panjang
gelombang (misalnya, =420 nm dan 463 nm) untuk larutan kumarin 343 dan kumarin 6.
17. Ditentukan kemiringan plot kalibrasi dan karenanya nilai masing-masing untuk dua
panjang gelombang yang berbeda untuk kumarin 343 dan kumarin 6.
18. Dientukan nilai absorbansi sampel campuran 1:1 pada dua panjang gelombang di atas.
19. Dengan menggunakan nilai absorbansi campuran dan , tentukan konsentrasi kumarin
343 dan kumarin 6 dalam campuran dengan menyelesaikan hukum Beer Lambert untuk sistem
dua komponen.
20. Dihitung konsentrasi sebenarnya dari kumarin 343 dan kumarin 6 dalam campuran dari
konsentrasi dan volume aslinya yang diambil untuk membuat campuran. 20 Bandingkan nilai
konsentrasi yang ditentukan dari pengukuran absorbansi dengan nilai konsentrasi yang
dihitung dari konsentrasi sebenarnya yang diambil untuk menyiapkan campuran untuk
memverifikasi validitas prinsip aditif nilai absorbansi.
21. Dilakukan pemasangan multi-puncak spektrum yang diperoleh dari larutan yang
mengandung kumarin 343 dan kumarin 6.
PENGAMATAN

1. PENGUKURAN BAKU COUMARIN 343

A = 0.224

λ = 445 nm

A = 0.44

λ = 445 nm
A = 0.67

λ = 445 nm

A = 0.89

λ = 445 nm
A = 1,1

λ = 445 nm

TABEL PERBANDINGAN KONSENTRASI DAN ABSORBANSI COUMARIN 343


PADA λMAKS = 445 nm
No Konsentrasi Coumarin 343 (M) Absorbansi
1. 0,5 x 10-6 0,224
2. 1,0 x 10-6 0,44
3. 1.5 x 10-6 0,67
4. 2.0 x 10-6 0,89
5. 2.5 x 10-6 1,1

2. PENGUKURAN BAKU COUMARIN 6


A = 0.135

λ = 460 nm

A = 0,227

λ = 455 nm
A = 0,57

λ = 455 nm

A = 0,81

λ = 455 nm
6

A = 0,89

λ = 455 nm

TABEL PERBANDINGAN KONSENTRASI DAN ABSORBANSI COUMARIN 6


PADA λMAKS = 460 nm
No Konsentrasi Coumarin 343 (M) Absorbansi
1. 0,25 x 10-6 0,135
2. 0,5 x 10-6 0,227
3. 1,0 x 10-6 0,57
4. 1,5 x 10-6 0,81
5. 2,0 x 10-6 0,89

3. PENGUKURAN LARUTAN CAMPURAN (1:1)


A = 1,095

λ = 450 nm

A X+Y = (A X0 /C X0 ).C X + (A Y0 /C Y0 ).C Y

1,095 = (1,1 / 0,025) . Cx + (0,89 / 0,02) . Cy

1,095 = 44.Cx + 44,5.Cy

Karena panjang gelombang maksimum kedua zat ini berdekatan, maka akan terbentuk titik isosbes
dari pengukuran. Titik isosbes didapatkan pada panjang gelombang 420 nm dan 463 nm. Berikut
adalah tabel absorbansi dari kumarin 343 dan kumarin 6 di 2 panjang gelombang 420 nm dan 463
nm.

Konsentrasi Absorbansi Konsentrasi Absorbansi


Kumarin 343 420 nm 463 nm Kumarin 6 420 nm 463 nm
0,5 x 10-5 M 0,20 0,22 0,25 x 10-5 M 0,075 0,135
1,0 x 10-5 M 0,40 0,43 0,5 x 10-5 M 0,180 0,257
1,5 x 10-5 M 0,60 0,65 1,0 x 10-5 M 0,380 0,530
2,0 x 10-5 M 0,80 0,83 1,5 x 10-5 M 0,580 0,800
2,5 x 10-5 M 1,00 1,10 2,0 x 10-5 M 0,800 1,000
Sampel Mixture 0,9 1,05

Dari tabel tersebut kemudian dibuat kurva kalibrasi dari masing-masing serapan, didapatkan data
kurva kalibrasi dan persamaan regresi linear sebagai berikut :

Kurva Kalibrasi Kumarin 343 pada λ 420 nm


1.2
y = 0.4x
1
R² = 1
0.8
Absorbansi

0.6
absorbansi
0.4 Linear (absorbansi)

0.2

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Konsentrasi (M)

Kurva Kalibrasi Kumarin 343 pada λ 463 nm


1.2
y = 0.432x - 0.002
1 R² = 0.9967

0.8
Absorbansi

0.6
abs
0.4 Linear (abs)

0.2

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Konsentrasi (M)
Kurva Kalibrasi Kumarin 6 Pada λ 420 nm
0.9
0.8 y = 0.4112x - 0.0288
R² = 0.9996
0.7
0.6
Absorbansi

0.5
0.4 abs
0.3 Linear (abs)
0.2
0.1
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Konsentrasi (M)

Kurva Kalibrasi Kumarin 6 pada λ 463 nm


1.2
y = 0.5045x + 0.0147
1 R² = 0.9969

0.8
Absorbansi

0.6
abs
0.4 Linear (abs)

0.2

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Konsentrasi (M)

Kemudian, didapatkan nilai sebagai berikut :

K1.1 = Kumarin 343 pada λ 420 nm = 0,4

K1.2 = Kumarin 343 pada λ 463 nm = 0,432

K2.1 = Kumarin 6 pada λ 420 nm = 0,4112

K2.2 = Kumarin 6 pada λ 463 nm = 0.5045

A1 Pada λ 420 nm = 0,9


A1 Pada λ 420 nm = 1,05

Yang ditanyakan adalah absorbansi sampel. Dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :

A1 = K1.1 C1 + K1.2 C2

0,9 = 0,4 C1 + 0,432 C2 ………….(1)

A2 = K2.1 C1 + K2.2 C2

1,05 = 0,4112 C1 + 0,5045 C2 ………… (2)

Eliminasi persamaan 1 dan 2

0,9 = 0,4 C1 + 0,432 C2 ( x 0,4112 )

1,05 = 0,4112 C1 + 0,5045 C2 ( x 0.4 )

0,37 = 0,1645 C1 + 0,1776 C2

0.42 = 0.1645 C1 + 0,2018 C2

0.05 = 0.2018 C2

𝟎,𝟎𝟓
C2 = 𝟎,𝟐𝟎𝟏𝟖 = 0,247 x 10-5 M (Kurkumin 343)

Nilai C2 Kemudian di Substitusi ke persamaan 1

0,9 = 0,4 C1 + 0,432 C2

0,9 = 0,4 C1 + 0,432 (0,247)

0,9 = 0,4 C1 + 0,107

𝟎,𝟗−𝟎,𝟏𝟎𝟕
C1 = = 1,98 x 10-5 M (Kurkumin 6)
𝟎,𝟒

PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini dilakukan penetapan kadar dari senyawa kumarin-343 dan
kumarin-6 dalam sediaan campuran atau multikomponen secara simultan. Prinsip dasar dari
analisis multikomponen dengan spektrofotometer UV adalah total absorbansi larutan yang didapat
merupakan penjumlahan dari tiap tiap absorbansi senyawa dalam sediaan multikomponen. Dalam
melakukan pengukuran sampel multikomponen dengan spektrofotometri, ada 3 kemungkinan jenis
spektra yang terjadi yaitu :

1. Spektra tanpa tumpang tindih


Spektra dari kedua komponen tidak saling tumpang tindih, atau sekurangnya dimungkinkan
untuk menemukan suatu panjang gelombang dimana senyawa pertama (x) menyerap
sedangkan yang senyawa kedua (y) tidak.
2. Tumpang tindih satu arah
Hal ini terjadi saat senyawa pertama memiliki serapan yang sama pada senyawa kedua tetapi
tidak sebaliknya.
3. Tumpang tindih dua arah
Hal ini jika baik senyawa pertama maupun kedua memiliki rentang atau daerah serapan yang
sama sehingga tidak ditemukan daerah yang eksklusif yang hanya diserap oleh masing-masing
senyawa. Sehingga perlu dilakukan pemecahan dua persamaan serempak dengan dua variable.

Pada praktikum ini, diketahui bahwa serapan kumarin 343 dan kumarin 6 ditunjukan pada
panjang gelombang yang berdekatan atau hampir sama dan dapat disebut kurvanya tumpang tindih
dua arah. Dimana panjang gelombang maksimun untuk pengukuran kumarin 343 adalah 445 nm
sedangkan kumarin 6 pada panjang gelombang maksimal 455 nm. Jarak panjang gelombang yang
berdekatan ini membentuk suatu titik isosbes. Titik isosbes dapat diartikan sebagai titik dimana
dua senyawa memberikan absorbansi sama. Dari kurva tumpang tindih antara kumarin 343 dan
kumarin 6 dapat disimpulkan adanya 2 panjang gelombang titik isosbesnya yaitu di panjang
gelombang 420 nm dan 463 nm.

Dari titik isosbes ini dapat dilakukan pengukuran absorban untuk masing-masing senyawa
pada 2 panjang gelombang tersebut, dan akan didapatkan suatu kurva kalibrasi. Sebenarnya, pada
analisis multikomponen ini, perhitungan kadar zat atau senyawa multikomponen dapat dilakukan
dengan berbagai cara yaitu dengan metode nilai absorptivitas atau dengan nilai kurva kalibrasi.
Karena pada percobaan ini digunakan variasi konsentrasi pada tiap larutan baku senyawa kumarin
343 dan kumarin 6, maka metode yang digunakan adalah metode kurva kalibrasi. Variasi
konsentrasi yang digunakan dalam praktikum ini ada 5 variasi konsentrasi.
Penentuan nilai kurva kalibrasi ini digunakan untuk mendapatnya nilai “k” yang kemudian akan
digunakan untuk membuat persamaan untuk menghitung kadar sampel multikomponen. Nilai k
sama dengan nilai slope atau kemiringan dari kurva kalibrasi yang dibuat. Dari kurva kalibrasi
yang dibuat didapatkan empat nilai k yaitu :

1. K1.1 = Kumarin 343 pada λ 420 nm = 0,4


2. K1.2 = Kumarin 343 pada λ 463 nm = 0,432
3. K2.1 = Kumarin 6 pada λ 420 nm = 0,4112
4. K2.2 = Kumarin 6 pada λ 463 nm = 0.5045

Setelah mengetahui nilai k, langkah selanjutnya adalah mengukur nilai absorbansi dari larutan
campuran kumarin 343 dan kumarin 6 yang ekimolar. Ekimolar diartikan sebagai nilai kadar dari
suatu campuran yang sama rata atau seimbang. Pengukuran sampel mixture ini dilakukan di
panjang gelombang yang sama dengan larutan baku, dan diukur absorbansi di 2 panjang
gelombang 420 nm dan 463 nm sesuai dengan titik isobestis yang didapatkan dari pengukuran
larutan uji. Dari hasil pengukuran didapatkan nilai absorbansi 1 pada panjang gelombang 420 nm
adalah 0,9 dan absorbansi 2 pada panjang gelombang 463 nm adalah 1,05.

Untuk mengetahui kadar masing-masing senyawa yang ada pada sampel mixture, dibuatlah
suatu persamaan matematika yang memiliki arti bahwa absorban campuran adalah total dari
absorban 1 dan absorban 2. Persamaan matematika ini diadaptasi dari hukum Lambert Beer.
Dengan menggunakan 2 persamaan matematika ini, kita dapat mencari nilai kadar sampel
menggunakan rumus substitusi dan eliminasi. Didapatlah nilai kadar sampel untuk kumarin 343
adalah 0,247 x 10-5 M dan kumarin 6 adalah 1,98 x 10-5 M.

KESIMPULAN

Dari percobaan ini ada beberapa hal yang dapat disimpulkan yaitu :

1. Panjang gelombang maksimum kumarin 343 adalah 445 nm dan panjang gelombang
maksimun kumarin 6 adalah 455 nm. Karena kurva yang didapatkan terbentuk pada panjang
gelombang yang mirip, maka terbentuk titik isosbes dari pengukuran pada panjang gelombang
420 nm dan 463 nm.
2. Regresi linear yang didapatkan dari masing-masing pengukuran adalah :
a. Regresi Kumarin 343 pada λ 420 nm adalah y = 0.4x dengan nilai R² = 1
b. Regresi Kumarin 343 pada λ 463 nm adalah y = 0.432x - 0.002 dengan nilai R² = 0.9967
c. Regresi Kumarin 6 pada λ 420 nm adalah y = 0.4112x - 0.0288 dengan nilai R² = 0.9996
d. Regresi Kumarin 6 pada λ 463 nm adalah y = 0.5045x + 0.0147 dengan nilai R² = 0.9969
3. Kadar sampel mixture yang didapat adalah untuk kumarin 343 adalah 0,247 x 10-5 M dan
kumarin 6 adalah 1,98 x 10-5 M.

DAFTAR PUSTAKA

Barus, Raesa Ema. 2019. Skripsi : Aplikasi Metode Ratio Absorbansi Terhadap Penetapan Kadar
Simultan Sulfametoxazol dan Trimetoprim dalam Sediaan Suspensi secara
Spektrofotometer. Universitas Sumatera Utara.

Situmorang, Claudia. 2018. Skripsi : Kajian Metode Penentuan Titik Iso-Absorpsi pada Penetapan
Kadar Betametason dan Neomisin dalam Sediaan Krim Secara Spektrofotometri Ultraviolet.
Universitas Sumatera Utara.

Gandjar, Ibnu Gholib dan Rohman, Abdul. 2018. Spektroskopi Molekuler Untuk Analisis
Farmasi. (n.p.): UGM PRESS.

Anda mungkin juga menyukai