Anda di halaman 1dari 6

BAB 4

PUSING BERPUTAR

A. Tujuan pembelajaran

1. Melaksanakan anamnesis pada pasien dengan gangguan pusing berputar


2. Menerangkan mekanisme terjadinya dengan gangguan pusing berputar.
3. Membedakan klasifikasi dengan gangguan pusing berputar.
4. Menjelaskan etiologi dengan gangguan pusing berputar.
5. Mengidentifikasi tanda dan gejala gangguan pusing berputar.
6. Melaksanakan pemeriksaan neurologi pada pasien dengan gangguan
gangguan pusing berputar.
7. Menegakkan diagnosis banding pada pasien dengan gangguan pusing
berputar.
8. Merencanakan manajemen terapi pada pasien gangguan pusing berputar.
9. Menjelaskan prognosis pada pasien dengan gangguan pusing berputar.

B. Pertanyaan dan persiapan dokter muda

Sebagai persiapan, dapatkah Saudara menjawab pertanyaan-pertanyaan


berikut:
1. Apa gejala-gejala gangguan pusing berputar?
2. Apa gejala-gejala penyertanya?
3. apakah etiologi dari pusing berputar?
Panduan Belajar Ilmu Penyakit Saraf – 2006

4. Dapatkah saudara menjelaskan bagaimana mekanisme terjadinya pusing


berputar?
5. Pemeriksaan neurologis apa saja yang harus dilakukan?
6. Terapi apakah yang dapat diberikan pada pasien yang datang dengan
keluhan pusing berputar?
7. Bagaimana prognosis bagi pasien dengan keluhan pusing berputar?
Panduan Belajar Ilmu Penyakit Saraf – 2006

C. Algoritme kasus
Panduan Belajar Ilmu Penyakit Saraf – 2006

D. Daftar keterampilan (kognitif dan psikomotor)

Dokter muda mampu melakukan test romberg, disdiadokokinesis, tes


dismetri, tes nistagmus, tes tandem gait, tes nilen barani, tes kalori,
tes swabach, tes rinne, tes webber

E. Penjabaran prosedur

1. Hal-hal dalam anamnesis yang penting untuk pusing


berputar
• Patient’s precise defeniton of dizziness
• Onsetnya
• Keparahannya
• Ada atau tidaknya ilusi gerakan Presence or absence of an illusion of
motion
• Simtom-simtomnya persinten atau intermiten
• jika intermiten, frekuensinya, If intermittently, frequency, duration, and
timing of attacks
• Hubungannya pusing berputar dan posisi tubuh (misalnya berdiri,duduk,
berbaring)
• Adanya faktor presipitasi dari pusing berputar dengan gerakan kepala
• Gejala-gejala penyerta (misalnya nausea, vomiting, tinnitus, hearing loss,
weakness, numbness, diplopia, dysarthria, dysphagia, difficulty with gait and
balance, palpitations, shortness of breath, dry mouth*, chest pain)
• Obat-obat yang telah digunakan, terutama obat antihipertesni atau
obat ototoksis

* yang disebabkan karena hiperventilasi


Modified from Campell WW, Pridgeon RP. Practical Primer of Clinical Neurology, Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkin, 2002
Panduan Belajar Ilmu Penyakit Saraf – 2006

2. Pemeriksaan fungsi pendengaran :


a. Tes Rinne
Tes Rinne prinsipnya membandingkan hantaran sura lewat udara
dan tulang. Pada orang normal hantaran suara lewat udara adalah
lebih baik dibandingkan lewat tulang (tes ini positif juga pada tuli
Sensori Neural Hearing Loss, meskipun perbandingannya lebih kecil).
Cara periksa:
• garpu tala yang sudah digetarkan diletakkan dengan kaki
menempel os. Mastoideum salah satu pasien
• pasien diminta memberi tanda bila bunyi garpu tala sudah tidak
terdengar lagi. Pada saat itu juga garpu tala dipindahkan ke depan
liang telinga pasien
• bila normal/hantaran udara baik maka bunyi garpu tala masih
terdengar minimal 2 kali lebih lama daripada yang terdengar lewat
tulang mastoideum tadi.
Hasil:
• bila masih terdengar berarti tes Rinne (+) pada tulang tersebut.
Terdapat telinga normal atau tuli saraf (Sensori Neural Hearing
Loss).
• bila sudah tak terdengar lagi alias suar garpu tala lebih baik jika
lewat os. Mastoideum daripada lewat lubang telinga berarti tes
Rinne (-), yang ditemui pada tuli antaran.
b. Tes Weber
Prinsipnya adalah membandingkan antara tulang antara telinga kiri
dan kanan, dimana getaran akan terdengar lebih keras pada tuli
hantaran dibandingkan pada telinga normal dan atau tuli saraf.
Cara periksa:
• Pasien diminta menggigit garpu tala yang sudah digetarkan atau
bisa juga garpu tala tersebut diletakkan di verteks.
Panduan Belajar Ilmu Penyakit Saraf – 2006

Hasil:
• bila suara terdengar sama keras berarti kedua telinga normal
• bila salah satu sisi terdengar lebih keras (terjadi lateralisasi) berarti
kemungkinan:
- sisi tersebut merupakan telinga yang sakit pada pasien tuli
hantaran/tuli konduktif sebab hantaran tulang sisi yang sakit
diperpanjang
- sisi tersebut merupakan telinga yang sehat pada pasien tuli
unilateral; sebab tulang sisi yang sakit diperpendek.
c. Tes Schwabach
Prinsipnya adalah membandingkan hantaran tulang telinga pasien
terhadap hantaran tulang telinga pemeriksa. Dengan catatan hantaran
tulang pemeriksa dianggap normal (standar).
Cara kerja:
• garpu tala yang bergetar langsung diletakkan pada planum
mastoideum pemeriksa, sampai tak terdengar lagi, lalu segera
dipindah ke planum mastoideum pasien
• dapat juga dilakukan sebaliknya pasien duluan.
Hasil:
• bila pasien masih mampu mendengar dibandingkan pemeriksa,
berarti Schwabach diperpanjang, terdapat tuli hantaran
• jika garpu tala diletakkan lebih dulu pada planum mastiodeum
penderita baru setelah tak terdengar olehnya ke telinga
pemeriksa. Dan bila pemeriksa masih mendengar berarti
Schwabach diperpendek. Terdapat tuli saraf (SNHL).

Anda mungkin juga menyukai