Tugas: Beton Prategang Dan Precast
Tugas: Beton Prategang Dan Precast
BETON
PRATEGANG DAN
PRECAST
OLEH :
REZA SYAHPUTRA (100404130)
DICKY ARYA DHARMA (100404156)
1. Sejarah
Beton adalah suatu bahan yang mempunyai kekuatan yang tinggi terhadap tekan, tetapi
sebaliknya mempunyai kekuatan relative sangat rendah terhadap tarik.Beton tidak selamanya
bekerja secara efektif didalam penampang-penampang struktur beton bertulang, hanya bagian
tertekan saja yang efektif bekerja, sedangkan bagian beton yang retak dibagian yang tertarik tidak
bekerja efektif dan hanya merupakan beban mati yang tidak bermanfaat. Hal inilah yang
menyebabkan tidak dapatnya diciptakan srtuktur-struktur beton bertulang dengan
bentang yang panjang secara ekonomis, karena terlalu banyak beban mati yang tidak efektif.
Disampimg itu, retak-retak disekitar baja tulangan bisa berbahaya bagi struktur karena merupakan
tempat meresapnya air dan udara luar kedalam baja tulangan sehingga terjadi karatan. Putusnya
baja tulangan akibat karatan fatal akibatnya bagi struktur.
Dengan kekurangan-kekurangan yang dirasakan pada struktur beton bertulang seperti
diuraikan diatas, timbullah gagasan untuk menggunakan kombinasi-kombinasi bahan beton secara
lain, yaitu dengan memberikan pratekanan pada beton melalui kabel baja (tendon) yang ditarik
atau biasa disebut beton pratekan. Beton pratekan pertama kali ditemukan oleh Eugene Freyssinet
seorang insinyur Perancis. Ia mengemukakan bahwa untuk mengatasi rangkak,relaksasi dan slip
pada jangkar kawat atau pada kabel maka digunakan beton dan baja yang bermutu tinggi.
Disamping itu ia juga telah menciptakan suatu system panjang kawat dan system penarikan yang
baik, yang hingga kini masih dipakai dan terkenal dengan system Freyssinet.
Dengan demikian, Freyssinet telah berhasil menciptakan suatu jenis struktur baru sebagai
tandingan dari strktur beton bertulang. Karena penampang beton tidak pernah tertarik, maka
seluruh beban dapat dimanfaatkan seluruhnya dan dengan system ini dimungkinkanlah penciptaan
struktur-struktur yang langsing dan bentang-bentang yang panjang. Beton pratekan untuk pertama
kalinya dilaksanakan besar-besaran dengan sukses oleh Freyssinet pada tahun 1933 di Gare
Maritime pelabuhan LeHavre (Perancis). Freyssenet sebagai bapak beton pratekan segera diikuti
jejaknya oleh para ahli lain dalam mengembangkan lebih lanjut jenis struktur ini,seperti:
a) Yves Gunyon
Yves Gunyon adalah seorang insinyur Perancis dan telah menerbitkan buku Masterpiecenya
“ Beton precontraint” (2 jilid) pada tahun 1951. Beliau memecahkan kesulitan dalam segi
perhitungan struktur dari beton pratekan yang diakibatkan oleh gaya-gaya tambahan
Page 1
BETON PRATEGANG DAN PRECAST
disebabkan oleh pembesian pratekan pada struktur yang mana dijuluki sebagai “Gaya
Parasit” maka Guyon dianggap sebagai yang memberikan dasar dan latar belakang ilmiah
dari beton pratekan
b) T.Y. Lin
T.Y. Lin adalah seorang insinyur kelahiran Taiwan yang merupakan guru besar di California
University, Merkovoy. Keberhasilan beliau yaitu mampu memperhitungkan gaya-gaya
parasit yang tejadi pada struktur. Ia mengemukakan teorinya pada tahun 1963 tentang “
Load Balancing”. Dengan cara ini kawat atau kabel prategang diberi bentuk dan gaya yang
sedemikian rupa sehingga sebagian dari beban rencana yang telah datetapkan dapat
diimbangi seutuhnya pada beban seimbang ini. Didalam struktur tidak terjadi lendutan dan
karenanya tidak bekerja momen lentur apapun, sedangkan tegangan beton pada
penampang struktur bekerja merata. Beban-beban lain diluar beban seimbang (beban
vertikal dan horizontal) merupakan “inbalanced load”, yang akibatnya pada struktur dapat
dihitung dengan mudah dengan menggunakan teori struktur biasa. Tegangan akhir dalam
penampang didapat dengan menggunakan tegangan merata akibat “balanced” dan tegangan
lentur akibat “unbalanced load”. Tanpa melalui prosedur rumit dapat dihitung dengan
mudah dan cepat. Gagasan ini telah menjurus kepada pemakaian baja tulangan biasa
disamping baja prategang, yaitu dimana baja prategang hanya diperuntukkan guna
memikul akibat dari inbalanced load.
Teori “inbalanced load” telah mengakibatkan perkembangan yang sangat pesat dalam
menggunakan beton pratekan dalam gedung-gedung bertingkat tinggi. Struktur flat slab,
struktur shell, dan lain-lain. Terutama di Amerika dewasa ini boleh dikatakan tidak ada
gedung bertingkat yang tidak menggunakan beton pratekan didalam strukturnya.
T.Y. Lin juga telah berhasil membuktikan bahwa beton pratekan dapat dipakai dengan aman
dalam bangunan-bangunan didaerah gempa, setelah sebelumnya beton pratekan dianggap
sebagai bahan yang kurang kenyal (ductile) untuk dipakai didaerah-daerah gempa, tetapi
dikombinasikan dengan tulangan baja biasa ternyata beton pratekan cukup kenyal,
sehingga dapat memikul dengan baik perubahan-perubahan bentuk yang diakibatkan oleh
gempa.
c) P.W. Abeles
P.W. Abeles adalah seorang insinyur Inggris, yang sangat gigih mendongkrak aliran ”full
prestressing”, karena penggunaanya tidak kompetitif terhadap penggunaan beton bertulang
biasa dengan menggunakan baja tulangan mutu tinggi. Penggunaan full prestressing ini
Page 2
BETON PRATEGANG DAN PRECAST
tidak ekonomis, menurut berbagai penelitian biaya struktur dengan beton pratekan dan full
prestressing dapat sampai 3,5 atau 4 kali lebih mahal dari pada struktur yang sama tetapi
dari beton bertulang biasa dengan menggunakan tulangan baja mutu tinggi. Dengan
demikian timbullah gagasan baru yang dikemukakan oleh P.W. Abeles untuk
mengkombinasikan prinsip pratekan dengan prinsip penulangan penampang atau dikenal
dengan nama “partial prestressing”. Yang mana didalam penampang diijinkan diadakannya
bagi tulangan, lebar retak dapat dikombinasikan dengan baik. “Partial prestressing” telah
disetujui oleh Chief Engineer’s Departement untuk digunakan pada jembatan-jembatan
kereta api di Inggris, dimana tegangan tarik boleh terjadi sampai 45 kg/cm2 dengan lebar
retak yang dikendalikan dengan memasang baja tulangan biasa. Freyssinet sendiri
menjelang akhir karirnya telah mengakui juga bahwa “partial prestressing”
mengembangkan struktur-struktur tertentu. Begitupun dengan teori “load balancing” dari
T.W. Lin yang ikut mendorong dipakainya “partial prestressing” karena pertimbangannya
kecuali segi ekonomis juga segi praktisnya bagi perencanaan.
Beton bertulang atau beton konvensional adalah beton yang di dalamnya terkandung
batang tulangan yang direncanakan berdasarkan anggapan bahwa kedua bahan tersebut
bekerja sama dalam memikul beban (PBI 1971).
Pada beton bertulang seluruh pembebanan dipikul bersama - sama oleh
penampang beton tertekan dan tulangan tarik. Akan tetapi apabila pada daerah tertarik
beton konvensional mengalami retak, daerah ini tidak akan dapat lagi berfungsi untuk
memikul beban. Sehingga seluruh beban akan dipikul oleh penampang beton tertekan yang
masih utuh bersama tulangan tarik yang berfungsi mengambil alih tegangan tarik yang sudah
tidak dapat lagi dipikul oleh beton. Dan transfer tegangan tarik dari beton ke tulangan pada
beton konvensional tercipta karena adanya ikatan antara tulangan dan beton.
Sedangkan definisi yang diberikan oleh Komisi ACI (American Concrete Institute)
mengenai beton prategang yaitu “Beton prategang adalah beton yang mengalami tegangan
internal dengan besar dan distribusi sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi sampai
batas tertentu tegangan yang terjadi akibat beban eksternal”.
Page 3
BETON PRATEGANG DAN PRECAST
3. PRINSIP DASAR
Page 4
BETON PRATEGANG DAN PRECAST
Gambar 2.3 Tegangan yang terjadi pada balok akibat beban hidup + beban mati
Pada prestressed concrete, sistem pemberian gaya prategang atau transfer gaya prategang dari
tendon kepada beton ada dua macam, yaitu Pretensioned Prestressed Concrete (pra tarik)
dan Post-tensioned Prestress Concrete (pasca tarik).
i. Pretensioned Prestressed Concrete (pra tarik)
Adalah sistem pemberian gaya prategang pada beton pratekan dengan menarik baja
prategang (tendon) terlebih dahulu sebelum dilakukannya pengecoran. Cara
ini sering digunakan di laboratorium atau pabrik beton pracetak (PreCast Prestressed
Page 5
BETON PRATEGANG DAN PRECAST
Concrete) dimana terdapat lantai penahan tarikan yang tetap atau di lapangan dimana
dinding penahan dapat dibuat secara ekonomis. Langkah – langkah sistem pemberian
gaya prategang secara pratarik yaitu :
a. Tendon diregangkan diatas landasan (stressing bed) pracetak
berupa slab beton dengan lay out yang disesuaikan menurut perencanaan
dan dipasang atau diangker ke dinding penahan (bulkhead) yang didesain
untuk menahan gaya prategang yang besar. Tegangan ijin maksimum terhadap
gaya prategang yang diberikan pada tendon menurut peraturan ACI dan
AASHTO adalah sebesar 94 % dari kuat leleh tendon tetapi tidak lebih
besar daripada yang terkecil antara 80 % kuat tariknya dengan nilai
maksimum yang disarankan oleh pembuat jangkar atau tendon prategang.
b. Kemudian beton dicor dengan menuangkan adukan beton yang telah
disiapkan sesuai dengan spesifikasi dan mutu yang direncanakan ke dalam
bekisting yang mengelilingi tendon.
c. Setelah beton mengeras dan mencapai tingkat kekuatan
tertentu, pada umumnya sekitar 1@2 hari, baru tendon dipotong pada kedua
ujungnya. Pada kondisi awal ini beton harus mampu memikul tegangan yang
diakibatkan oleh gaya prategang, sedangkan tegangan akibat berat
sendiri gelagar pada umumnya tidak terlalu berpengaruh dikarenakan
konstruksi ini dikerjakan di pabrik dan balok bertumpu pada seluruh
bentangnya. Ketika tendon dipotong, transfer (peralihan) gaya prategang dari
tendon kepada beton terjadi karena ikatan atau lekatan (bond) antara
tendon dengan beton. Keadaan ini merupakan keadaan yang paling kritis
yang dihadapi oleh beton maupun tendon karena keduanya memikul
tegangan tertinggi yang akan terjadi selama waktu manfaat struktur tersebut.
Gaya prategang yang diberikan mengakibatkan beton dalam keadaan
tertekan dan memendek jika letak tendon konsentris yaitu berada pada titik
berat penampang beton (cgc-center gravity of concrete) atau cenderung
melengkung apabila tendon diletakkan diatas atau dibawah titik berat
penampang (eksentris).
d. Dan setelah memenuhi persyaratan serta cukup kuat untuk
Page 6
BETON PRATEGANG DAN PRECAST
dipindahkan, beton dilepas dari bekistingnya dan landasan kerja siap untuk
digunakan lagi.
Batasan yang diberikan ACI terhadap tegangan atau tegangan ijin maksimum
yang terjadi sesaat setelah transfer gaya prategang pada bagian serat terluar yang mengalami
tegangan tekan adalah sebesar 0,6 f’ci dan pada bagian serat terluar yang mengalami
tegangan tarik sebesar 3√f’ci kecuali pada ujung balok yang ditumpu sederhana sebesar
6√f’ci. Apabila tegangan tarik yang dihitung melebihi nilai yang tercantum, maka
penulangan lekatan tambahan baik non prategang ataupun prategang harus digunakan untuk
menahan gaya tarik total yang dihitung dengan asumsi penampang tak retak.
Adalah sistem pemberian gaya prategang pada beton yang metodenya dilakukan dengan cara
menarik baja prategang (tendon) setelah balok dicor dan mencapai sebagian besar dari
kuat betonnya. Adapun langkah –langkah pemberian gaya prategang secara pasca tarik
dibagi menjadi beberapa tahap :
a. Bekisting untuk beton prategang dipasang bersama dengan pipa
saluran (duct) yang akan digunakan untuk menempatkan tendon dan di
susun sedemikian rupa agar tata letak atau lay out pipa saluran tersebut
membentuk desain tertentu sesuai dengan momen lawan yang akan
diciptakan.
b. Kemudian beton dicor dengan menuangkan adukan beton yang telah
disiapkan sesuai dengan spesifikasi dan mutu yang direncanakan ke dalam
bekisting, dan pipa saluran dijaga agar tidak kemasukan adukan
tersebut. Setelah itu dilakukan perawatan terhadap beton selama beberapa
waktu hingga mencapai sebagian besar kekuatan betonnya.
c. Tendon dimasukkan ke dalam pipa saluran (duct) yang telah
disiapkan sebelumnya dan diangkur mati pada salah satu ujungnya, lalu tendon
ditarik dengan menggunakan dongkrak hidrolik pada ujung yang lain untuk
mendapatkan gaya prategang pada tendon sesuai dengan besar gaya prategang
yang direncanakan. Pemberian gaya prategang pada konstruksi ini
Page 7
BETON PRATEGANG DAN PRECAST
Page 8
BETON PRATEGANG DAN PRECAST
bergantung kepada berbagai factor yang saling berkaitan. Contohnya relaksasi pada
tendon, secara terus menerus mengalami perubahan tegangan akibat factor – factor lain,
seperti rangkak pada beton, lalu pada gilirannya laju dari rangkak pada beton diubah oleh
perubahan pada tegangan tendon. Setiap factor pada kondisi yang berbeda dari tegangan,
keadaan lingkungan pembebanan dan factor –faktor lainnya yang tidak pasti juga ikut
mempengaruhi kehilangan sebagian gaya prategang pada tendon. Kehilangan sebagian gaya
prategang secara umum disebabkan oleh kontribusi sebagian atau seluruh factor berikut ini :
a. Kehilangan Prategang Jangka Pendek (Short Term Losses)
i. Perpendekan Elastis Beton (Elastic Shortening)
Terjadi karena beton mengalami perpendekan ketika diberikan gaya
prategang, dan pada saat yang sama tendon yang telah melekat pada beton
yang memendek tersebut juga kehilangan sebagian tegangannya.
ii. Angkur Slip (Anchorage Set)
Kehilangan tegangan karena angkur slip pada struktur pascatarik
disebabkan adanya blok – blok pada angker pada saat gaya pendongkrak
ditranfer ke angker
iii. Gesekan (Friction)
Diakibatkan oleh adanya gesekan antara tendon dengan beton di
sekelilingnya.
Page 9
BETON PRATEGANG DAN PRECAST
Kehilangan yang terjadi akibat beban yang terus menerus selama riwayat
pembebanan suatu elemen structural atau deformasi akibat tegangan
longitudinal. Kehilangan tegangan yang dialami oleh beton prategang
dengan sistem pasca tarik terjadi akibat seluruh factor – factor tersebut
kecuali kehilangan tegangan akibat perpendekan elastis beton apabila
tendon ditarik secara bersamaan. Sedangkan pada beton prategang sistem
pratarik tidak terdapat kehilangan tegangan yang diakibatkan oleh gesekan
dan angkur slip.
6. Aplikasi
Penggunaan sistem prategang pada elemen struktural linier adalah dengan memberikan
gaya konsentris atau eksentris dalam arah longitudinal. Gaya ini mencegah berkembangnya retak
dengan cara mengeliminasi atau sangat mengurangi tegangan tarik di bagian tumpuan dan daerah
kritis pada kondisi beban kerja, sehingga dapat meningkatkan kapasitas lentur, geser, dan torsional
penampang tersebut.
Page
10
BETON PRATEGANG DAN PRECAST
Selain itu, pemberian tegangan (stressing) juga digunakan pada cerobong reaktor nuklir,
pipa, dan tangki cairan, yang pada dasarnya mengikuti prinsip-prinsip dasar yang sama dengan
pemberian prategang linier. Tegangan melingkar pada struktur silindris atau kubah menetralisir
tegangan tarik di serat terluar dari permukaan kurvilinier yang disebabkan oleh tekanan
kandungan internal.
Page
11
BETON PRATEGANG DAN PRECAST
Page
12
BETON PRATEGANG DAN PRECAST
7. Sifat-Sifat Bahan
a. Beton
Untuk beton pratekan diperlukan mutu beton yang tinggi (min K-300) karena
mempunyai sifat penyusutan dan rangkak yang rendah mempunyai modulus
elastisitas dan modulus tekan yang tinggi serta dapat menerima tegangan yang
lebih besar dibandingkan beton mutu rendah,. Sifat-sifat ini sangat penting untuk
menghindarkan kehilangan tegangan yang cukup besar akibat sifat-sifat beton
tersebut.
Page
13
BETON PRATEGANG DAN PRECAST
b. Baja Prategang
Baja mutu tinggi merupakan bahan yang umum dipakai pada struktur
beton prategang. Baja untuk beton prategang terdiri dari:
i. Kawat baja.
Kawat baja disediakan dalam bentuk gulungan, kawat dipotong
dengan panjang tertentu dan dipasang di pabrik atau lapangan.
Baja harus bebas dari lemak untuk menjamin rekatan antara
beton dengan baja prategang.
Page
14
BETON PRATEGANG DAN PRECAST
B. BETON PRECAST
Beton adalah material konstruksi yang banyak dipakai di Indonesia, jika dibandingkan
dengan material lain seperti kayu dan baja. Hal ini bisa dimaklumi, karena bahan-bahan
pembentukannya mudah terdapat di Indonesia, cukup awet, mudah dibentuk dan harganya
relatif terjangkau. Ada beberapa aspek yang dapat menjadi perhatian dalam sistem
beton konvensional, antara lain waktu pelaksanaan yang lama dan kurang bersih,
kontrol kualitas yang sulit ditingkatkan serta bahan-bahan dasar cetakan dari kayu dan
triplek yang semakin lama semakin mahal dan langka.
Konstruksi beton pracetak telah mengalami perkembangan yang sangat pesat di dunia,
termasuk di Indonesia dalam dekade terakhir ini, karena sistem ini mempunyai banyak
keunggulan dibanding sistem konvensional. Khusus di bidang gedung bertingkat medium
seperti Rumah Susun Sederhana, Sistem Pracetak telah terbukti dapat mendukung
pembangunan rumah susun dan rumah sederhana yang berkualitas, cepat dan ekonomis.
Sinergi antara pemerintah, perguruan tinggi, peneliti, penemu, lembaga penelitian, dan
industri pada bidang ini telah menghasilkan puluhan sistem bangunan baru hasil karya putra-
putra bangsa yang telah dipatenkan dan diterapkan secara aktif (Nurjaman dan
Sidjabat,2010 dalam M. Abduh 2007).
Sistem beton pracetak adalah metode konstruksi yang mampu menjawab kebutuhan di era
millennium baru ini. Pada dasarnya sistem ini melakukan pengecoran komponen di tempat
Page
15
BETON PRATEGANG DAN PRECAST
BETON
Aspek KAYU BAJA
Konvensional Pracetak
Pengadaan Semakin terbatas Utamanya impor Mudah Mudah
Permintaan Banyak Banyak Paling banyak Cukup
Pelaksanaan Sukar, Kotor Cepat, bersih Lama, kotor Cepat, bersih
Pemeliharaan Biaya Tinggi Biaya tinggi Biaya sedang Biaya sedang
Kualitas Tergantung spesies Tinggi Sedang‐tinggi Tinggi
Harga Semakin mahal Mahal Lebih murah Lebih murah
Tenaga Kerja Banyak Banyak Banyak Banyak
Lingkungan Tidak ramah Ramah Kurang ramah Ramah
Ada Belum ada
Ada ( sedang Ada ( sedang
Standar (sedang (sedang disusun)
diperbaharui) diperbaharui )
diperbaharui)
Sumber buku kuliah struktur dan konstruksi ( Rahman,2010 )
Sistem pracetak telah banyak diaplikasikan di Indonesia, baik yang sistem dikembangkan di
dalam negeri maupun yang didatangkan dari luar negeri. Biasanya sistem pracetak yang
berbentuk komponen, seperti tiang pancang, balok jembatan, kolom plat pantai.
Page
16
BETON PRATEGANG DAN PRECAST
Sistem pracetak jaman modern berkembang mula-mula di Negara Eropa. Struktur pracetak
pertama kali digunakan adalah sebagai balok beton precetak untuk Casino di Biarritz,
yang dibangun oleh kontraktor Coignet, Paris 1891. Pondasi beton bertulang
diperkenalkan oleh sebuah perusahaan Jerman, Wayss & Freytag di Hamburg dan mulai
digunakan tahun 1906. Th 1912 beberapa bangunan bertingkat menggunakan sistem
pracetak berbentuk komponen- komponen, seperti dinding, kolom dan lantai yang
diperkenalkan oleh John.E.Conzelmann. Struktur komponen pracetak beton bertulang juga
diperkenalkan di Jerman oleh Philip Holzmann AG, Dyckerhoff & Widmann G Wayss &
Freytag KG, Prteussag, Loser dll.
Sistem pracetak tahan gempa dipelopori pengembangannya di Selandia Baru. Amerika
dan Jepang yang dikenal sebagai Negara maju di dunia, ternyata baru melakukan
penelitian intensif tentang sistem pracetak tahan gempa pada tahun 1991. Dengan
membuat program penelitian bersama yang dinamakan PRESS (Precast Seismic Structure
System).
b. Perkembangan Sistem Pracetak di Indonesia
Indonesia telah mengenal sistem pracetak yang berbentuk komponen, seperti tiang
pancang, balok jembatan, kolom dan plat lantai sejak tahun 1970an. Sistem pracetak
semakin berkembang dengan ditandai munculnya berbagai inovasi seperti Sistem
Column Slab (1996), Sistem L-Shape Wall (1996), Sistem All Load Bearing Wall (1997),
Sistem Beam Column Slab (1998), Sistem Jasubakim (1999), Sistem Bresphaka (1999)
dan sistem T-Cap (2000). Di Indonesia bangunan pracetak sering digunakan untuk
pembangunan rumah susun sewa (rusunawa)
Sehubungan dengan adanya Program Percepatan Pembangunan Rumah Susun yang digagas
Pemerintah pada tahun 2006, para pihak yang terkait dengan industri pracetak pada tahun
2007 telah mengembangkan dan menguji tahan gempa sistem pracetak untuk rumah
susun sederhana bertingkat tinggi yang telah siap digunakan untuk mendukung program
tersebut.
Sistem pracetak telah terbukti dapat mendukung pembangunan rumah susun dan rumah
sederhana yang berkualitas, cepat dan ekonomis. Sinergi antara pemerintah, perguruan
tinggi, peneliti, penemu, lembaga penelitian, dan industri pada bidang ini telah
menghasilkan puluhan sistem bangunan baru hasil karya putra-putra bangsa yang telah
Page
17
BETON PRATEGANG DAN PRECAST
Page
18
BETON PRATEGANG DAN PRECAST
dengan mengunakan beton pracetak ini akan mencapai hasil yang maksimal jika pada
proyek konstruksi tersebut tercapai reduksi waktu pekerjaan dan reduksi biaya
konstruksi. Pada beberapa kasus desain propertis dengan metoda beton pracetak terjadi
kenaikkan biaya material beton disebabkan analisa propertis material tersebut harus
didesain juga terhadap aspek instalasi, pengangkatan, dan aspek transportasi sehingga
pemilihan dimensi dan kekuatan yang diperlukan menjadi lebih besar daripada desain
propertis dengan metoda cor ditempat. Selain itu pada proses instalasi elemen beton
pracetak memerlukan peralatan yang lebih banyak dari proses instalasi elemen beton cor
ditempat
Pada dasarnya mendesain konvensional ataupun pracetak adalah sama, beban-beban yang
diperhitungkan juga sama, faktor-faktor koefisien yang digunakan untuk perencanaan
juga sama, hanya mungkin yang membedakan adalah :
a. Desain pracetak memperhitungkan kondisi pengangkatan beton saat umur beton
belum mencapai 24 jam. Apakah dengan kondisi beton yang sangat muda saat
diangkat akan terjadi retak (crack) atau tidak. Di sini dibutuhkan analisa
desain tersendiri, dan tentunya tidak pernah diperhitungkan kalo kita menganalisa
beton secara konvensional.
b. Desain pracetak memperhitungkan metode pengangkatan, penyimpanan beton
pracetak di stock yard, pengiriman beton pracetak, dan pemasangan beton pracetak di
proyek. Kebanyakan beton pracetak dibuat di pabrik.
c. Pada desain pracetak menambahkan desain sambungan. Desain sambungan
di sini, didesain lebih kuat dari yang disambung.
Page
19
BETON PRATEGANG DAN PRECAST
Pada dasarnya penerapan sistem pracetak penuh akan lebih mengoptimalkan manfaat
dari aspek fabrikasi pracetak dengan catatan bahwa segala aspek kekuatan (strength),
kekakuan,layanan (serviceability) dan ekonomi dimasukkan dalam proses perencanaan
Page
20
BETON PRATEGANG DAN PRECAST
Page
21
BETON PRATEGANG DAN PRECAST
produksi.
Namun demikian, selain memilki keuntungan, struktur elemen pracetak juga memiliki
beberapa keterbatasan, antara lain :
i. Tidak ekonomis bagi produksi tipe elemen yang jumlahnya sedikit.
ii. Perlu ketelitian yang tinggi agar tidak terjadi deviasi yang besar antara
elemen yang satu dengan elemen yang lain, sehingga tidak menyulitkan dalam
pemasangan di lapangan.
iii. Panjang dan bentuk elemen pracetak yang terbatas, sesuai dengan
kapasitas alat angkat dan alat angkut.
iv. Jarak maksimum transportasi yang ekonomis dengan menggunakan truk
adalah antara 150 sampai 350 km, tetapi ini juga tergantung dari tipe
produknya. Sedangkan untuk angkutan laut, jarak maksimum transportasi
dapat sampai di atas 1000 km.
v. Hanya dapat dilaksanakan didaerah yang sudah tersedia peralatan untuk
handling dan erection.
vi. Di Indonesia yang kondisi alamnya sering timbul gempa dengan kekuatan
besar, konstruksi beton pracetak cukup berbahaya terutama pada daerah
sambungannya, sehingga masalah sambungan merupakan persoalan yang
utama yang dihadapi pada perencanaan beton pracetak.
vii. Diperlukan ruang yang cukup untuk pekerja dalam mengerjakan
sambungan pada beton pracetak.
viii. Memerlukan lahan yang besar untuk pabrikasi dan penimbunan (stock
yard)
Yang menjadi perhatian utama dalam perencanaan komponen beton pracetak seperti
pelat lantai, balok, kolom dan dinding adalah sambungan. Selain berfungsi untuk
menyalurkan beban-beban yang bekerja, sambungan juga harus berfungsi menyatukan
masing-masing komponen beton pracetak tersebut menjadi satu kesatuan yang monolit
Page
22
BETON PRATEGANG DAN PRECAST
Page
23
BETON PRATEGANG DAN PRECAST
Page
24
BETON PRATEGANG DAN PRECAST
Sambungan basah terdiri dari keluarnya besi tulangan dari bagian ujung
komponen beton pracetak yang mana antar tulangan tersebut dihubungkan
dengan bantuan mechanical joint, mechanical coupled, splice sleeve atau
panjang penyaluran. Kemudian pada bagian sambungan tersebut dilakukan
pengecoran beton ditempat. Jenis sambungan ini dapat berfungsi baik
untuk mengurangi penambahan tegangan yang terjadi akibat rangkak,
susut dan perubahan temperatur. Sambungan basah ini sangat dianjurkan
untuk bangunan di daerah rawan gempa karena dapat menjadikan masing-
masing komponen beton pracetak menjadi monolit.
Page
25
BETON PRATEGANG DAN PRECAST
Page
26
BETON PRATEGANG DAN PRECAST
Page
27
BETON PRATEGANG DAN PRECAST
Page
28
BETON PRATEGANG DAN PRECAST
Page
29
BETON PRATEGANG DAN PRECAST
d. Sistem Struktur Pracetak JEDDS (Joint Elemen Dengan Dua Simpul) Konsep
dari sistem ini yaitu:
i. Penamaan “DUA SIMPUL”, Simpul Pertama yaitu transfer gaya
antar balok melalui besi tulangan yang diikat pada kuping
strand dengan bantuan pelat baja dan baut, sedangkan Simpul
Kedua yaitu lilitan strand yang menghubungkan kedua kuping strand
untuk mendukung gaya gempa
ii. Perkuatan tambahan pada joint melalui besi tulangan & begel arah
vertikal dan arah horisontal.
Page
30
BETON PRATEGANG DAN PRECAST
Page
31