Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

EKOLOGI LAHAN KERING

OLEH
MARIA A.M NGGALUDJAWA(1906050077)

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang masih memberikan kita
kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini dengan judul
‘KENDALA DAN SOLUSI PERTANIAN LAHAN KERING”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah EKOLOGI LAHAN
KERING.Dalam makalah ini mengulas materi kendala dan solusi pertanian lahan kering.

Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyusun makalah ini. Saya juga berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan dari para
pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada tugas yang lain
pada waktu mendatang.

KUPANG, NOVEMBER 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..
BABIPENDAHULUAN.............................................................................
1.1Latar Belakang………………………………………………………………
1.2Rumusan Masalah……………………………………………...........
1.3Tujuan………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………..
2.1 Kendala dan Solusi dalam Pertanian Lahan Kering ……….........................
BAB III PENUTUP………………………………………………………………
3.1Kesimpulan……………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar balakang

Pertanian Lahan Kering merupakan budidaya tanaman pertanian di lahan yang kurang air
dan tanah yang kurang subur. Lahan kering ditandai dengan rendahnya curah hujan ( < 250 - 300
mm/tahun), indek kekeringan (rasio)/perbandingan antara curah hujan dan evapotranspirasi
kurang dari 0.2), variasi tanaman sangat terbatas (hanya semak belukar, rerumputan dan
pepohonan kecil di daerah tertentu), suhu yang sangat tinggi (+49oC pada musim panas), tekstur
tanah adalah pasir dan memiliki salinasi yang tinggi pada tanah dan air tanahnya yang
diakibatkan oleh tingginya evaporasi dan infiltrasi. Lahan kering ini terjadi sebagai akibat dari
curah hujan yang sangat rendah, sehingga keberadaan air sangat terbatas, suhu udara tinggi dan
kelembabannya rendah. Lahan kering sering dijumpai pada daerah dengan kondisi antisiklon
yang permanen, seperti daerah yang terdapat pada antisiklon tropisme. Daerah tersebut biasanya
ditandai dengan adanya perputaran angin yang berlawanan arah jarum jam di utara garis
khatulistiwa dan perputaran angin yang searah jarum jam di daerah selatan garis khatulistiwa.

Istilah pertanian lahan kering menurut Tejoyuwono (1989) dalam Suwardji (2003)
menyarankan beberapa pengertian sebagai berikut : untuk kawasan atau daerah yang memiliki
jumlah evaporasi potensial melebihi jumlah curah hujan actual atau daerah yang jumlah curah
hujannya tidak mencukupi untuk usaha pertanian tanpa irigasi disebut dengan “Daerah Kering”
sedangkan untuk lahan dengan draenase alamiah lancar dan bukan merupakan daerah dataran
banjir, rawa, lahan dengan air tanah dangkal, atau lahan basah alamiah lain istilahnya lahan
atasan atau Upland, dan untuk lahan pertanian yang diusahakan tanpa penggenangan, istilahnya
lahan kering. Kesepakatan pengertian lahan kering dalam seminar nasional pengembangan
wilayah lahan kering ke 3 di Lampung : (upland dan rainfed) adalah hamparan lahan yang
didayagunakan tanpa penggenangan air, baik secara permanen maupun musiman dengan sumber
air berupa hujan atau air irigasi (Suwardji, 2003)). Definisi yang diberikan oleh soil Survey
Staffs (1998) dalam Haryati (2002), lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah
tergenang atau digenangi air selama periode sebagian besar waktu dalam setahun. Tipologi lahan
ini dapat dijumpai dari dataran rendah (0-700 m dpl) hingga dataran tinggi (> 700m dpl). Dari
pengertian diatas, maka jenis penggunaan lahan yang termasuk dalam kelompok lahan kering
mencakup: lahan tadah hujan, tegalan, lading, kebun campuran, perkebunan, hutan, semak,
padang rumput, dan padang alang-alang. 

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja kendala dalam pertanian lahan kering dan solusinya ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui kendala dalam pertanian lahan kering dan solusinya.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kendala dalam pertanian lahan kering dan solusinya

1. Pertanian Lahan Kering

Pertanian Lahan Kering merupakan budidaya tanaman pertanian di lahan yang kurang air
dan tanah yang kurang subur. Lahan kering ditandai dengan rendahnya curah hujan ( < 250 - 300
mm/tahun), indek kekeringan (rasio)/perbandingan antara curah hujan dan evapotranspirasi
kurang dari 0.2), variasi tanaman sangat terbatas (hanya semak belukar, rerumputan dan
pepohonan kecil di daerah tertentu), suhu yang sangat tinggi (+49oC pada musim panas), tekstur
tanah adalah pasir dan memiliki salinasi yang tinggi pada tanah dan air tanahnya yang
diakibatkan oleh tingginya evaporasi dan infiltrasi. Lahan kering ini terjadi sebagai akibat dari
curah hujan yang sangat rendah, sehingga keberadaan air sangat terbatas, suhu udara tinggi dan
kelembabannya rendah. Lahan kering sering dijumpai pada daerah dengan kondisi antisiklon
yang permanen, seperti daerah yang terdapat pada antisiklon tropisme. Daerah tersebut biasanya
ditandai dengan adanya perputaran angin yang berlawanan arah jarum jam di utara garis
khatulistiwa dan perputaran angin yang searah jarum jam di daerah selatan garis khatulistiwa.

Terdapat tiga jenis iklim di daerah lahan kering, yakni

(1).Iklim Mediterania : hujan terjadi di musim gugur dan dingin,

(2).Iklim Tropisme : hujan terjadi di musim panas,

(3).Iklim Kontinental : hujan tersebar merata sepanjang tahun.

2. Kendala dalam Pertanian Lahan Kering

Kondisi ekstrim dan tidak bersahabat yang terjadi di daerah lahan kering tersebut menyebabkan
beberapa kendala untuk membudidayakan tanaman pertanian, beberapa kendala tersebuat adalah sebagai
berikut

(a).Air sebagai faktor pembatas dalam memproduksi tanaman pertanian,


(b).Musim tanam yang sangat pendek dan hanya beberapa tanaman yang dapat dibudidayakan,

(c).Sodium Klorida (NaCl) sebagai penyebab utama terjadinya tanah mengandung kadar garam
tinggi,

(d).Daya kapilaritas tanaman yang sangat tinggi akibat tingginya evaporasi menyebabkan tanah
mengandung kadar garam yang tinggi

3. Solusi dalam Pertanian Lahan Kering


Adapun beberapa solusi yang dapat diaplikasikan untuk mengatasi kendala-kendala yang
ada tersebut, yakni :

(1).Mencari sumber mata air alternatif,

(2).Menginformasikan kondisi lahan kering dan cara penanggulangannya kepada pihak


pemerintah, swasta dan masyarakat,

(3).Menggunakan tanaman yang resisten dan sistem irigasi yang efektif dan efisien,

(4).Manajemen sumberdaya air secara terpadu,

(5).Meningkatkan sistem pemanenan air hujan.


Faktor
No Kendala Sousi
Pertumbuhan
1 Media Tanam Tanah Pasir : Infiltrasi tinggi. Soil Amendment, Pupuk Organik,
Tanah Lempung : tanpa cukup air, rekahan Kapur, Gipsum.
besar, infiltrasi tinggi.
2 Air Terbatas, karena curah hujan rendah. Soil Amendment, Mulsa, Sistem
Irigasi Tepat Guna.
3 Cahaya Radiasi tinggi, suhu cenderung tinggi. Penghijauan atau Kegiatan
Pertanian.
4 Angin Minimnya vegetasi mengakibatkan Penanaman tanaman pagar
kecepatan angina tinggi. pemecah angin.
5 Nutrisi Kombinasi tingginya evaporasi dan infiltrasi Pemupukan Organik Terpadu.
mengakibatkan tanah salin (kadar garam
tinggi), sehingga nutrisi rendah.

Faktor
No Kendala Sousi
Pertumbuhan
1 Media Tanam Tanah Pasir : Infiltrasi tinggi. Soil Amendment, Pupuk Organik,
Tanah Lempung : tanpa cukup air, rekahan Kapur, Gipsum.
besar, infiltrasi tinggi.
2 Air Terbatas, karena curah hujan rendah. Soil Amendment, Mulsa, Sistem
Irigasi Tepat Guna.
3 Cahaya Radiasi tinggi, suhu cenderung tinggi. Penghijauan atau Kegiatan
Pertanian.
4 Angin Minimnya vegetasi mengakibatkan Penanaman tanaman pagar
kecepatan angina tinggi. pemecah angin.
5 Nutrisi Kombinasi tingginya evaporasi dan infiltrasi Pemupukan Organik Terpadu.
mengakibatkan tanah salin (kadar garam
tinggi), sehingga nutrisi rendah.

Faktor
No Kendala Sousi
Pertumbuhan
1 Media Tanam Tanah Pasir : Infiltrasi tinggi. Soil Amendment, Pupuk Organik,
Tanah Lempung : tanpa cukup air, rekahan Kapur, Gipsum.
besar, infiltrasi tinggi.
2 Air Terbatas, karena curah hujan rendah. Soil Amendment, Mulsa, Sistem
Irigasi Tepat Guna.
3 Cahaya Radiasi tinggi, suhu cenderung tinggi. Penghijauan atau Kegiatan
Pertanian.
4 Angin Minimnya vegetasi mengakibatkan Penanaman tanaman pagar
kecepatan angina tinggi. pemecah angin.
5 Nutrisi Kombinasi tingginya evaporasi dan infiltrasi Pemupukan Organik Terpadu.
mengakibatkan tanah salin (kadar garam
tinggi), sehingga nutrisi rendah.

 Media Tanam

Tanah pasiran yang terdapat di sebagian besar daerah kering di Negara Timur Tengah menjadi
kendala besar bagi usaha pertumbuhan tanaman. Kendala-kendala tersebuat adalah terlalu
besarnya pori-pori tanah yang mengakibatkan infiltrasi tinggi sehingga tidak dapat menahan air
serta memiliki kadar garam yang tinggi sebagai dampak dari kombinasi tingginya
evapotranspirasi akibat suhu yang tinggi dan tingginya infiltrasi akibat tanah yang terlalu porous.

Lahan Kering (Tanah Lempung) Lahan Kering (Tanah Pasir)

 Sedangkan tanah lempung yang terdapat pada lahan kering juga terkendala dengan sifatnya yang
labil. Sifat tanah lempung yang kekurangan air akan merekah (nelo:jawa), sehingga tidak dapat
ditumbuhi tanaman dengan optimal. Tanah sebagai media tanam seharusnya memiliki
kemampuan menahan air dari infiltrasi dan evapotranspirasi, mampu memberikan nutrisi bagi
tanaman, serta memiliki pori-pori proporsional untuk sirkulasi udara (O 2 dan CO2). Untuk
mengatasi hal tersebut, maka diperlukan soil amendment atau pengatur tanah, pupuk organik
untuk meningkatkan kesuburan tanah, dan kapur untuk meningkatkan pH tanah atau gypsum
untuk menurunkan pH tanah.

 Air

Rendahnya curah hujan yang menjadi ciri-ciri khas daerah lahan kering mengakibatkan
ketersediaan air untuk irigasi sangat terbatas. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan soil
amendment untuk meningkatkan kapasitas tanah dalam menahan air (water holding capacity),
mulsa untuk mengurangi evapotranspirasi dan penggunaan sistem irigasi yang tepat guna seperti
irigasi tetes ataupun sprinkler tergantung dengan topografi lahan. Bila lahan datar, maka dapat
digunakan irigasi tetes, dan apabila lahan bergelombang, maka penggunaan sistem irigasi
sprinkler lebih tepat. Kolaborasi penggunaan soil amendment, mulsa dan sistem isrigasi tepat
guna tersebut bertujuan untuk menghemat penggunaan air dan meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pendistribusian nutrisi tanaman.

Springkler Irrigation Drip Irrigation

 Cahaya

Tingginya radiasi cahaya matahari di daerah lahan kering mengakibatkan tingginya


evapotranspirasi, rendahnya suplai oksigen (O2), dan salinasi / penggaraman di tanah. Cara
mengatasi kendala tersebut dengan melakukan penghijauan, atau secara terintegrasi melakukan
kegiatan pertanian dan perkebunan di lahan kering dapat mengurangi dampak tingginya radiasi
cahaya matahari. 

 Angin

Minimnya vegetasi di daerah lahan kering mengakibatkan termodinamika pindah panas terjadi
secara monoton/ single direction, hal tersebut mengakibatkan angin melaju dengan kencang,
karena angin merupakan dampak dari udara yang digerakkan oleh perbedaan suhu. Salah satu
dampak dari hal tersebut adalah terjadinya badai gurun (sand storm atau orang arab menyebutnya
haboob) yang membawa banyak material pasir di daerah pemukiman maupun areal pertanian.
Tentu saja hal tersebut sangat menghambat pelaksanaan kegiatan pertanian. Adapun alternatif
untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan tanaman pohon sebagai pemecah laju
kecepatan angina (wind breaker). Aplikasi penanaman pohon sebagai wind breaker di areal
pertanian lahan kering biasanya ditanam mengelilingi areal pertanian. Adapun berikut ini
merupakan contoh desain lahan pertanian lahan kering yang terdapat di Negara Timur Tengah.

 
Desain Lahan Pertanian Lahan Kering

 Nutrisi

Dengan mengambil analogi manusia, nutrisi sebagai makanan bagi tanaman itu diumpamakan
seperti adanya karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin bagi manusia. Namun bagi tanaman
membutuhkan nutrisi makro (N, P, K, Ca, Mg, S) dan mikro (Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn dan Cl).
Tingginya kadar garam di tanah pertanian lahan kering mengakibatkan unsur-unsur nutrisi yang
diperlukan tanaman tersebut tidak tersedia dalam jumlah yang cukup, karena garam sifatnya
mereduksi unsur-unsur makro dan membuat unsur-unsur mikro bersifat toksit atau beracun bagi
tanaman. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dibutuhkan pemupukan organik terpadu yang
menyediakan unsur hara tanaman dari bahan-bahan alam untuk mereduksi kandungan unsur
logam dari pupuk-pupuk kimia serta memberikan unsur mikro tanaman dalam bentuk organik
(chillate) yang tidak beracun bagi tanaman di daerah dengan kadar garam yang tinggi.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pertanian Lahan Kering merupakan budidaya tanaman pertanian di lahan yang


kurang air dan tanah yang kurang subur. Lahan kering ditandai dengan rendahnya curah
hujan ( < 250 - 300 mm/tahun), indek kekeringan (rasio)/perbandingan antara curah hujan
dan evapotranspirasi kurang dari 0.2), variasi tanaman sangat terbatas (hanya semak
belukar, rerumputan dan pepohonan kecil di daerah tertentu), suhu yang sangat tinggi
(+49oC pada musim panas), tekstur tanah adalah pasir dan memiliki salinasi yang tinggi
pada tanah dan air tanahnya yang diakibatkan oleh tingginya evaporasi dan infiltrasi.

Kondisi ekstrim dan tidak bersahabat yang terjadi di daerah lahan kering tersebut
menyebabkan beberapa kendala untuk membudidayakan tanaman pertanian, beberapa kendala
tersebuat adalah sebagai berikut: Air sebagai faktor pembatas dalam memproduksi tanaman
pertanian,Musim tanam yang sangat pendek dan hanya beberapa tanaman yang dapat
dibudidayakan, .Sodium Klorida (NaCl) sebagai penyebab utama terjadinya tanah mengandung
kadar garam tinggi, Daya kapilaritas tanaman yang sangat tinggi akibat tingginya evaporasi
menyebabkan tanah mengandung kadar garam yang tinggi

Adapun beberapa solusi yang dapat diaplikasikan untuk mengatasi kendala-


kendala yang ada tersebut, yakni : Mencari sumber mata air alternatif, Menginformasikan
kondisi lahan kering dan cara penanggulangannya kepada pihak pemerintah, swasta dan
masyarakat, Menggunakan tanaman yang resisten dan sistem irigasi yang efektif dan
efisien, Manajemen sumberdaya air secara terpadu, danMeningkatkan sistem pemanenan
air hujan.

DAFTAR PUSTAKA
Soemarwoto, O. 1991. Indonesia Dalam Kancah Isu Lingkungan Global. Gramedia Pustaka
Utma. Jakarta.
Trihardi, B. 1997. Berbagai kegiatan yang dapat mempengaruhi kualitas air sungai di Propinsi
Bengkulu: Penentuan titik-titik monitoring. Universitas Bengkulu. Bengkulu.

Achlil, R. (1978). Ekologi. Diklat Kursus Petugas Khursus Penghijauan. Dirjen Kehutanan,
Bogor. Arsyad, S. (1991). Konservasi Tanah dan Air.

Abdulrachman, A. dan Prawirodiputra, (1983). Pendekatan Penelitian Sistem Usahatani Lahan


Kering di DAS Bantas dan Jratunseluna.

Dalam Abdulrachman et.al. 1993. Risalah Lokakarya Pelembagaan Penelitian dan Pengem-
bangan Sistem Usahatani Konservasi di Lahan Kering Hulu Das Jratunseluna dan Brantas,

Tawangmangu 7-8 Desember 1992, Badan Litbang Pertanian P3HTA, Salatiga, 1993.

Anda mungkin juga menyukai