DBD Update Dengue IDAI
DBD Update Dengue IDAI
Infeksi dengue dapat memberi spektrum klinis yang beragam (gambar 1). Demam Dengue (DD) ditandai oleh demam tinggi
mendadak disertai nyeri otot, tulang, dan sendi, nyeri retro-orbita, mual, serta muntah. Pada bayi dan anak kecil, seringkali disertai
oleh ruam makulopapular. Pada demam Dengue dapat dijumpai tanda perdarahan seperti petekiae, mimisan, atau perdarahan gusi.
Demam Berdarah Dengue (DBD) ditandai oleh adanya kebocoran plasma dan hemokonsentrasi. Jadi, perbedaan antara DD dan DBD
ialah adanya kebocoran plasma, bukan pada ada/tidaknya perdarahan. Secara klinis, kebocoran plasma ditandai oleh adanya efusi
pleura atau asites, dan bila berlanjut maka akan terjadi kegagalan sirkulasi/syok.
Sindrom Syok Dengue (SSD) ditandai oleh nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menyempit ( < 20 mmHg), hipotensi, akral
dingin, dan penurunan kesadaran pada syok yang telah lanjut. SSD memerlukan penanganan segera karena bila berlanjut akan
menimbulkan berbagai komplikasi seperti disseminated intravascular coagulation (DIC), perdarahan hebat, gagal fungsi organ, dan
kematian.
Diagnosis infeksi dengue, baik DD, DBD, dan SSD dapat ditegakkan dengan gejala klinis di atas. Pemeriksaan diagnostik spesi ik
untuk dengue seperti NS1 dan IgM/IgG Dengue tergantung pada fasilitas yang ada. Perlu diingat bahwa NS1 memiliki keterbatasan
dan nilai negatif palsu, sehingga bila pemeriksaan tersebut memberi hasil negatif, bukan berarti 100% pasien tidak terinfeksi
Dengue. Intepretasi uji serologis pada Dengue harus dicocokkan dengan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium lain.
Tanda-tanda bahaya pada infeksi Dengue perlu diperhatian tiap kali dokter mengelola pasien infeksi Dengue. Tanda bahaya
tersebut ialah: (1) Tidak ada perbaikan pada fase afebris; (2) Menolak makan/minum; (3) Muntah persisten/berulang; (4) Nyeri
perut hebat; (5) Lemah/perubahan perilaku; (6) Tanda perdarahan; (7) giddiness; (8) Pucat dan khaki tangan dingin; (9)Volume urin
menurun. Muntah persisten berarti muntah lebih dari 3 kali/hari.
Penilaian status hemodinamik terdiri dari 9 parameter, yaitu: warna dan suhu dari ekstremitas, nadi perifer, perfusi
perifer, denyut jantung, tekanan nadi, tekanan darah, tingkat kesadaran, produksi urin, dan frekuensi napas.
TATALAKSANA
Pasien yang perlu rawat inap ialah pasien DD dengan tanda bahaya, DBD, dan SSD. Pasien DD tanpa komorbid (DM,obesitas,
sindrom nefrotik,dll) dapat dirawat jalan, namun orang tua perlu dibekali tanda-tanda bahaya kapan pasien harus dibawa kembali ke
rumah sakit/dokter.
Cairan kistaloid isotonik, (ringer laktat/ringer asetat) merupakan cairan pilihan untuk pasien DBD. Jumlah cairan yang
dibutuhkan ialah sejumlah rumatan ditambah 5%. Bila hematokrit meningkat, jumlah cairan ditingkatkan, dan sebaliknya.
Segera berikan oksigen dan bolus cairan 10-20 ml/kgBB dalam 10-20 menit pada pasien yang mengalami syok. Jenis cairan
awal yang dapat diberikan ialah kristaloid isotonik, nilai segera setelah bolus cairan selesai diberikan. Bila syok teratasi, turunkan
cairan bertahap. Bila syok tidak teratasi, lakukan kembali pemeriksaan hematokrit, bila masih tinggi, berikan bolus cairan
kristaloid/koloid kedua. Bila syok masih belum teratasi setelah pemberian bolus cairan berulang, namun hematokrit rendah, cari
apakah ada tanda perdarahan eksternal/internal. Pada kasus perdarahan, pertimbangkan pemberian transfusi darah.
Clinical Updates
Bidang Informasi dan Komunikasi IDAI Cab DIY
Ÿ Perbedaan antara DD dan DBD ialah pada ada/tidaknya kebocoran plasma, bukan pada ada/tidaknya perdarahan.
Ÿ Perhatikan tanda bahaya pada semua pasien DD/DBD. Muntah persisten dan nyeri perut berat kadangkala merupakan tanda akan
terjadi perburukan pada pasien.
Ÿ NS1 dan IgM negatif bukan berarti pasien tidak terinfeksi virus dengue. Kon irmasi dengan perjalanan klinis.
Ÿ Stop pemberian cairan 48 jam setelah syok teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2014. Pedoman diagnosis dan tatalaksana infeksi dengue pada anak. Jakarta: IDAI; 1-80
2. World Health Organization - TDR, 2012. Handbook for clinical management of dengue. Geneva: WHO; 1-111.