Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 2

ETIKA PROFESI

Disusun Oleh :

Nama : Muhammad Rido Ricardo


NRP : 112017195
Kelas : VII B
Mata Kuliah : Etika Profesi
Dosen Pembimbing :M.ARFAN,S.T.,M.T

FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK


SIPIL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
2020
SOAL

1. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang
prinsip profesionalitas yang digariskan, maksudnya apa?
2. Apa yang dimaksud dengan kode etik profesi merupakan sarana kontrol
sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan. Berikan contohnya?
3. Apa arti dan maksud dari kode etik profesi mencegah campur tangan pihak
diluar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaaan
profesi. Berikan contohnya ?
4. Faktor apa saja yang diperlukan dalam etika profesi ?
5. Sebutkan nilai dasar etika profesi ?

JAWABAN

1. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang
prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode
etik profesi, pelaksana profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh
dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.

2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas
profesi yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat
memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat
memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan
pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja (kalangan sosial).
Contohnya yaitu Kode Etik Sebagai Sarana Kontrol Sosial Bagi Notaris
Sebagai Pejabat Umum. Seorang Notaris dalam menjalankan jabatannya,
tidak cukup hanya memiliki keahlian bidang hukum saja tetapi juga harus
dilandasi tanggung jawab dan penghayatan terhadap keluhuran martabat
dan etika. Peran dan kewenangan Notaris sangat penting bagi lalu lintas
hukum di masyarakat, oleh karena itu Notaris harus dapat menjalankan
profesinya secara profesional, berdedikasi tinggi serta selalu menjunjung
harkat martabatnya dengan menegakkan kode etik Notaris.
Dalam kasus pelanggaran Kode Etik Notaris diatas, ternyata Notaris
X tersebut hanya menjalankan profesinya saja sebagai Notaris tanpa
mengindahkan Kode Etik yang seharusnya berjalan berdampingan dengan
profesinya sebagai seorang Notaris, dengan demikian Notaris X tersebut
telah melanggar ketentuan Pasal 3 Kode Etik Notaris Ikatan Notaris
Indonesia mengenai kewajiban seorang notaris antara lain harus memiliki
moral, akhlak serta kepribadian yang baik, menghormati dan menjunjung
tinggi harkat dan martabat jabatan Notaris, penuh rasa tanggung jawab
dalam arti selalu dapat mempertanggungjawabkan semua tindakannya, akta
yang dibuatnya, dan bertanggung jawab terhadap kepercayaan yang
diberikannya.
Notaris X tersebut juga telah melanggar Pasal 4 ayat (2) Undang-
undang Nomor 30 tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris yaitu mengenai
Sumpah Jabatan yang antara lain berbunyi “Seorang notaris dalam
menjalankan profesinya akan menjaga sikap, tingkah laku dan menjalankan
kewajiban sesuai dengan kode etik profesi, kehormatan, martabat, dan
bertanggung jawab”.
Pelaksanaan pengawasan terhadap Notaris dilakukan oleh Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan membentuk Majelis Pengawas yang
terdiri atas Majelis Pengawas Daerah (MPD), Majelis Pengawas Wilayah
(MPW) dan Majelis Pengawas Pusat (MPP). Masing-masing majelis
tersebut terdiri dari unsur pemerintah, organisasi notaris dan ahli/akademisi.
Dalam melaksanakan pengawasan tersebut, organisasi profesi Ikatan
Notaris Indonesia dalam hal ini pengurus perkumpulan dan dewan
kehormatan dapat memberikan saran dan pendapat kepada Majelis
Pengawas atas dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris. Dalam kasus
pelanggaran yang dilakukan Notaris X tersebut, apabila ada anggota yang
diduga melakukan pelanggaran terhadap Kode Etik Notaris, Dewan
Kehormatan berkewajiban memanggil anggota yang diduga melanggar
tersebut dalam hal ini adalah Notaris X untuk didengar keterangannya.
Dewan Kehormatan baru akan menentukan putusannya mengenai
terbukti atau tidaknya pelanggaran Kode Etik serta menjatuhkan sanksi
terhadap pelanggarnya apabila ternyata terbukti melakukan pelanggaran.
Majelis Pengawas Notaris yang berwenang melakukan pengawasan
terhadap tugas jabatan dan prilaku notaris peranannya belum optimal dalam
menjalankan kewenangannya, mengacu pada Pasal 70 Undang-undang
nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, seharusnya tidak ada masalah
dengan pengawasan Notaris karena Majelis Pengawas Notaris Daerah selain
mempunyai wewenang melakukan pemeriksaan adanya dugaan
pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelanggaran pelaksanaan Jabatan
Notaris juga melakukan pemeriksaan terhadap protokol notaris secara
berkala minimal satu kali setahun. Protokol dimaksud meliputi minuta akta,
buku daftar akta atau repertorium, buku khusus untuk mendaftarkan surat di
bawah tangan, daftar nama penghadap atau klapper, buku daftar protes,
buku daftar wasiat, dan buku daftar lain yang harus disimpan notaris
berdasarkan peraturan perundang-undangan, namun permasalahannya
adalah Majelis Pengawas Notaris tidak bisa bertindak tanpa adanya laporan
dari masyarakat seperti yang diatur dalam Pasal 70 huruf g Undang-undang
nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, dimana Majelis Pengawas
Daerah harus menunggu terlebih dahulu laporan dari masyarakat mengenai
adanya dugaan pelanggaran kode etik.
Untuk melindungi kepentingan masyarakat umum dari kasus
tersebut diatas dan untuk menjamin pelaksanaan jabatan Notaris yang
dipercayakan oleh Undang-undang dan masyarakat pada umumnya, maka
adanya pengaturan secara hukum mengenai pengawasan terhadap
pelaksanaan jabatan Notaris sangat tepat, tetapi perlu ditingkatkan
pembinaan dan pengawasan terhadap kinerja notaris agar lebih efektif, yaitu
dengan memberi kewenangan Majelis Pengawas Daerah untuk lebih
proaktif dalam menjalankan pengawasan tanpa harus menunggu laporan
dari masyarakat tentang adanya pelanggaran kode etik yang dilakukan
seorang Notaris, mengingat Notaris selain sebagai pejabat umum seperti
yang diamanatkan oleh undang-undang tetapi juga berfungsi sebagai
pengabdi hukum yang meliputi bidang yang sangat luas.
Dengan adanya kode etik, kepentingan masyarakat yang dilayani
akan terjamin sehingga makin memperkuat kepercayaan masyarakat kepada
kinerja Notaris.

3. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar


organisasiprofesitentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti
tersebut dapat dijelaskanbahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi
atau perusahaan yang lain tidakboleh mencampuri pelaksanaan profesi
dilain instansi atau perusahaan. Conohnya yaitu dalam lingkup TI, kode etik
profesinya memuat kajian ilmiah mengenai prinsip atau norma-norma
dalam kaitan dengan hubungan antara professional atau developer TI
dengan klien, antara para professional sendiri, antara organisasi profesi serta
organisasi profesi dengan pemerintah. Salaha satu bentuk hubungan seorang
professional dengan klien (pengguna jasa) misalnya pembuatan sebuah
program aplikasi.
Seorang professional tidak dapat membuat program semaunya, ada
beberapa hal yang harus ia perhatikan seperti untuk apa program tersebut
nantinya digunakan oleh klienya atau user; ia dapat menjamin keamanan
(sequrity) system kerja program aplikasi tersebut dari pihak-pihak yang
dapat mengacaukan system kerjanya (misalnya : hacker, cracker, dll).

4. Faktor yang diperlukan dalam etika profesi yaitu :


a) Tanggung jawab
 Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
 Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau
masyarakat pada umumnya.
b) Keadilan. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja
apa yang menjadi haknya.
c) Otonomi. Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki
dan di beri kebebasan dalam menjalankan profesinya.

5. Nilai dasar etika profesi diantaranya yaitu :


a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia 1945.
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan.
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.

Anda mungkin juga menyukai