Anda di halaman 1dari 103

Aditya Wardhana

Panduan Praktis
Manajemen Awal

LUI$A
BAKAR
EDISI PERTAMA REVISI
@
PANDUAN PRAKTIS
MANAJEMEN AWAL LUKA BAKAR
Author:
dr. Aditya Wardhana, SpBP-RE (K)
Head of Burn Unit Plastic Surgery Division Cipto Mangunkusumo Hospital Faculty Medicine University of Indonesia

Illustrator:
dr. Fahmi Riza Amrusi

Contributor :
dr. Gentur Sudjatmiko, SpB, SpBP (K)
dr. Nilam Permatasari Salam, BMedSc
dr. Tara S. Putri Joesoef
dr. Adi Eriko Triseptian
dr. Tommy Narottama
dr. Nandya T. Putri
Copyright by @ 2014 Divisi Press Lingkar Studi Bedah Plastik

5.3 inch x 8.26 inch

104 pages

ISBN:

DITERBITKAN OLEH:
LINGKAR STUDI BEDAH PLASTIK FOUNDATION (YAYASAN LINGKAR STUDI BEDAH PLASTIK). Gedung
CHS LANTAI 2, JLN. SALEMBA RAYA No. 6

JAKARTA PUSAT, INDONESIA.


EMAIL: LSBPINDONESIA@GMAIL.COM
WEBSITE: WWW.LINGKARSTUDIBEDAHPLASTIK.COM

Edisi Pertama: Maret 2014


Isi dari buku ini merupakan hak cipta Yayasan Lingkar Studi Bedah Plastik yang dilindungi oleh hu-
kum. Memperbanyak, menyebarkan tanpa izin merupakan pelanggaran hukum dan akan ditindak pi-
dana
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR iii
PENDAHULUAN 4
BAB 1
7
BAB 2 PENILAIAN DAN PENATALAKSANAAN EMERGENSI
LUKA BAKAR
First Aid 8

Survei Primer (ABODE) 1


2
Survei Sekunder 1
7
BAB 3 RESPON LOKAL DAN SISTEMIK LUKA BAKAR 20
TRAUMA INHALASI 29
BAB 4
PENILAIAN LUKA BAKAR 36
BAB 5
SYOK DAN RESUSITASI OAIRAN 48
BAB 6
PENANGANAN LUKA BAKAR 5
BAB 7
4
BAB 8 INDIKASI KRITERIA RUJUK & PERSIAPAN RUJUK 6
1
Kriteria Pemulangan Pasien dari Ruang Rawat 65

BAB 9 LUKA BAKAR LISTRIK & KIMIA 66

Luka Bakar Listrik 6


7 7
Luka Bakar Kimia
2
TEORI DASAR LUKA BAKAR 76
BAB 10
Anatomi dan Fisiologi Kulit 7
7
BAB 11 KOMPLIKASI PADA LUKA BAKAR 8
2
Parut Hipertrofik dan Keloid 83

Kontraktur 88
OONTOH KASUS 9
BAB 12
1
REFERENSI 95

i
i
Ass. Wr. Wb
KATA Alhamdulillahirabbil alamiin, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu
PENGANTAR “The Wataala atas terbuatnya buku saku petunjuk praktis manajemen
medical professionals who treat burns are a Iuka bakar.
multidisciplinary team of dedicated healers

doing punishing work for little in the way of Buku ini mengemas dengan meringkas dengan padat mengenai
glory or riches” -Barbara ravage in Burn Unit, dasar dan manajemen Iuka bakar berat pada 24 jam pertama
Texas, USA-
pascaluka bakar yang perlu diketahui oleh setiap dokter dan
tenaga medis yang bekerja pada pusat pelayanan kesehatan
maupun rumah sakit. Penanganan awal dalam 24 jam pertama
sangatlah penting karena angka kematian berupa sepsis, ARDS
(Acute Respiratory Distress Syndrome) atau gagal napas, gagal
ginjal bahkan kecacatan akibat Iuka bakar dapat dicegah dan
ditekan.

Buku ini disusun mengacu pada kepustakaan, kursus- kursus Iuka


bakar dan critical care yang dibuat oleh asosiasi Iuka bakar dan
critical care luar negeri yang sudah diakui dan dipakai dibanyak
negara, serta standar pelayanan Iuka bakar di Unit Pelayanan
Khusus Luka Bakar RSCM yang telah berdiri sejak 1976.

Akhir kata kami memohon maaf bila ada kekurangan pada buku
saku ini dan semoga buku ini dapat membantu sejawat dalam
menolong penderita Iuka bakar di seluruh Indonesia di tempat
sejawat bekerja. Wabillahitaufiq walhidayah,
Wassalamualaikum wrwb.

Penulis.

dr. Aditya Wardhana, SpBP-RE (K)

i
i
i
PENDAHULUAN

DEFINISI
Luka bakar adalah kerusakan kulit tubuh yang
disebabkan oleh truama panas atau trauma dingin (frost
bite) penyebabnya adalah api air panas, listrik, bahan
kimia, radi- asi dan trauma dingin (frost bite). Kerusakan
ini dapat menyertakan jarin- gan bawah kulit.hi
EPIDEMIOLOGI

Luka bakar masih merupakan tantangan bagi para tenaga kesehatan dan juga
salah satu krisis kesehatan utama bagi masyarakat secara global dimana berdampak
kepada gangguan permanen pada penampilan dan fungsi diikuti oleh
ketergantungan pasien, kehilangan pekerjaan dan ketidakpastian akan masa depan.
h-21. Menurut WHO, Sekitar 90 persen Iuka bakar terjadi pada so- sial ekonomi
rendah di negara-negara berpenghasilan menengah kebawah, daerah yang
umumnya tidak memiliki infrastruktur yang dibutuhkan untuk men- gurangi insiden
Iuka bakar. H

Data yang diperoleh dari WHO menyebutkan bahwa wanita di wilayah Asia
Tenggara memiliki angka kejadian Iuka bakar yang tertinggi, 27% dari angka ke-
seluruhan secara global meninggal dunia dan hampir 70% diantaranya adalah
wanita.

Data Nasional mengenai Angka mortalitas atau data kejadian Iuka bakar di
seluruh Indonesia masih belum ada. Umumnya pusat Iuka bakar di level RSUP atau
RSUD yang ada bedah plastik mempunyai data pasien yang dirawat di unit Iuka
bakar RSUP I RSUD tersebut.

RSUPN Cipto Mangunkusumo, dari studi Epidemiologi di Rumah Sakit Cipto


Mangunkusumo (RSCM) tahun 2011-2012 data pasien yang dirawat se- lama
periode dua tahun adalah 303 pasien. Perbandingan antara pria dan wanita adalah
2,26: 1 dan usia rata-rata adalah 25,7 tahun (15-54 tahun). Se- bagian besar pasien
dengan Iuka bakar berat 20-50% adalah 45, 87%. Rata- rata pasien dirawat adalah
13,72 hari dengan angka kematian sebanyak 34% pada tahun 2012 dan sebanyak
33% pada tahun 2011.

Data dari RSUP daerah diluar Jakarta, RSU. Sanglah denpasar tahun 2012 dari
total 154 pasien yang dirawat 13 orang meninggal ( 8,42%) akibat ledakan api
dengan Iuka bakar luas dan dalam, RSUP Sardjito Jogjakarta, pada tahun 2012
terjadi bencana gunung merapi meletus yag kedua kali, dari total pasien 49 yang
dirawat di unit Iuka bakar, 30 pasien adalah korban gunung meletus dimana 21
orang (70%) terkena trauma inhalasim dan meninggal sebanyak 16 pa- sien (53.3%),
selanjutnya RSUD Soetomo Surabaya tahun 2011 dari total pa- sien 145, 127 pasien

5
(87.6%) sembuh dipulangkan, dan 15 pasien (10.3%) meninggal.

ETIOLOGI

Penyebab terbanyak Iuka bakar pada dewasa berdasarkan data pasien yang di
rawat di Unit Luka Bakar RSCM tahun 2012-2013 adalah :
Tabel 1. Penyebab Luka Bakar Pada Dewasa (%)

Api 53.1
%
Air Panas 19.1
%
Listrik 14%
Kimia 3%
Kontak 5%
Tabel 2. Penyebab Luka Bakar Pada Anak (%)

Air Panas 52
% 26
Api
%
Listrik 6
%
Kimia 1
%
15
Kontak
%

Penyebab Iuka bakar bisa berbeda-beda antar daerah dan di Rumah Sakit.
Umumnya Iuka bakar yang terjadi dapat di cegah.

6
PENILAIAN DAN
BAB 1

PENATALAKSANAAN
EMERGENSI LUKA BAKAR
1. Tindakan yang harus dilakukan ketika terpapar api menghentikan proses
pembakaran dengan cara:[18 191

a. Stop: Tetap diam di tempat dan hentikan gerakan yang tidak perlu seperti berlari
karena akan semakin menyulut api. Biasanya orang yang terbakar akan panik
sehingga membuat gerakan yang justru akan menambah koba- ran api.

1.STOP

8
b. Drop: Jatuhkan diri ke lantai.

c. Roll and cover: Gulingkan badan ke kiri dan ke kanan hingga api padam dan
usahakan untuk melindungi wajah dan mulut dengan menggunakan tan-
gan.

3. ROLL

(gambar-gambar diatas diunduh dari international fire protection association, “Know when to stop, drop and roll in
burn first aid” www.nfpa.org/learnnottoburn. Quincy, MA. 2012.)

2. Irigasi dengan air yang mengalir [18J9]

Irigasi dengan air dingin yang engalir selama 20 menit adalah waktu yang
terbaik, paling lambat irigasi adalah 1-3 jam setelah kejadian.

9
Tujuan irigasi: mendinginkan Iuka bakar, mengurangi nyeri dan mengurangi
edema, dan improvisasi di re-epitelisasi jaringan setelah 2 minggu Iuka bakar dan
kurangnya jaringan skar dalam 6 minggu post-luka bakar.

Gambar 1. Irigasi Iuka bakar dengan air mengalir dapat mengurangi edema dan nyeri.

Mendinginkan Luka Bakar (Minor):

1. Irigasi dengan air dingin yang mengalir (air keran suhu 2-15 derajat celcius) se- lama 20
menit adalah waktu terbaik, 10 menit -1 jam masih dapat diterima, paling lambat irigasi
adalah 1 - 3 jam setelah kejadian.

a. Tujuan irigasi : mendinginkan Iuka bakar, mengurangi nyeri dan mengurangi edema,
dan improvisasi di reepitelisasi jaringan setelah 2 minggu Iuka bakar dan kurangnya
jaringan skar dalam 6 minggu post-luka bakar.
2. Melepaskan semua perhiasan, jam tangan, pakaian yang menempel di badan dan tutup
dengan kain yang bersih (Sedang-Berat). contoh: Handuk/Sprei Bersih.

2. Segera bawa ke Rumah Sakit terdekat untuk tindakan selanjutnya. [5]

Jangan pernah memberikan pertolongan pertama dengan metode lain seperti batu

es, pemberian pasta gigi/kecap, sabun colek, mentega, tidak pada tempatnya.

Analgesia : pendinginan dan penutupan Iuka akan menurunkan rasa nyeri. atau da- pat

dengan medikasi yaitu paracetamol, antiinflamasi ibuprofen dan opioids. [5]

1
0
Gambar 2,3. Penutupan Iuka : proteksi terhadap hipotermi, polyvinyl chloride (cling film), tidak melekat, lentur/elastis,dan transparan untuk
pemeriksaan inspeksi.[2]

1
1
SURVEY PRIMER
(ABCDE) ■
PENDAHULUAN t418191

Petugas medik melakukan penilaian cepat secara efektif dalam waktu 3 jam
pertama sejak kebakaran guna menyelamatkan korban Iuka bakar. Petugas juga
harus mewaspadai adanya cedera lain pada Iuka bakar yang biasanya terli- hat
maupun tersembunyi. Prinsip-prinsip survei primer, survei skunder pada trauma
(ATLS) dan resusitasi secara simultan harus diterapkan.

Sebelum melakukan pertolongan pertama, petugas medik diharuskan


menggunakan alat pelindung diri (sarung tangan, goggle glass, dan baju pe- lindung
khusus) sebelum menangi pasien.
Survey Primer t19l

Segera identifikasi kondisi-kondisi mengancam jiwa dan lakukan manaje- men


emergensi yaitu berdasarkan tata laksana survei primer dari Emergency
Management of Severe Burn (EMSB) course oleh asosiasi Iuka bakar Australia &
New Zealand yaitu :
Algoritma Survei Primer pada pasie trauma Luka Bakar Berat

Airway
Ama • ch n lift/jaw
• rigid colla
n

Look, Listen.
Kosmtersar
Suara rafas
tambahan,
Krep tas

Circulatio
n

• Jaga agar pasen tctap hargat


• Area Iuka bakar aihitung
mcnggurakar rictoco Rule of N res atau
palmar s (Rule of One)
• bcnkan resusitas cairan kr staod sesua ccngan
kebutubar
• Mon tor kcbcrbas Ian resus tas
• Pasang pipa nasogastrik & ur no katetcr
• Pemeriksaan radiologi ain scsLsa kebutuhar

Bagan 1. Survei Primer pada pasien Iuka bakar yang datang ke IGD.

1
4
Dibawah ini adalah Algoritma dalam mengidentifikasi dan tata laksana pasien Iuka bakar berat pada survei
primer berdasarkan fundamental critical care support (FCCS course) oleh asosiasi critical care dunia, Early
Management of Severe Burn course, dan ABC of Burn.

A- Airway
• Look : Nilai tanda klinis trauma inhalasi dengan Iuka bakar pada wajah, alis dan bulu hidung
terbakar, edema mukosa bibir dan intraoral, lidah bengkak, jika ragu, lakukan laringoskop
lihat edema taring
• Listen : suara napas berubah (hoarseness), wheezing, gargling
• Feel: penurunan atau tidak adanya aliran udara.
• Tindakan : patensi jalan napas, jika ada 3 tanda terakhir pada pemeriksaan look maka
lakukan definitive airway (intubasi). Jaga gerakan tulang servikal (gunakan collar neck)

B - Breathing
• Look: paparkan dad a, lihat penurunan usaha napas, sianosis, tracheal tug, penggunaan otot-otot aksesoris bantu napas, gangguar
pola napas, kesimetrisan dan kedaJaman napas, dan lihat saturasi oksigen. lihat tanda keracunan CO (pasien berwama merah buah
cherry, dan tidak bemapas), dan nilai eskar melingkar dad a untuk dilakukan eskarotomi.
• Listen : sesak napas. tidak dapat bicara. suara napas tambahan (hoarseness, stridor, wheezing),
• Feel: simetris pergerakan dan pengembangan binding dada, deviasi trachea, krepitasi, dan distensi abdominal.
• Tindakan :
• hati hati bi la napas < 1Ox/menit atau > 30x/menit.
• Berikan High Flow Oksigen 100% (12-15 L/menit) menggunakan Non Rebreathing mask, nilai indikasi untuk dilakukan intubasi.

C - Circulation
• Look : Periksa Tekanan da rah, capillary refill time < 2 detik (normal), lihat tanda hipovolemia atau eskar melingkar di ekstremitas
untuk dilakukan eskarotomi.
• Feel: Raba pulsasi nadi perifer. dan serrtral (kuat atau lemah)
• Tindakan:
• Pasang IV 2 jalur diameter besar (abocath no. 16) pada vena dalam (femoralis dan antebrachii) drtempat yang tidak terbakar bila
ada. Jika tidak memungkinkan lakukan vena seksi dengan mengambil vena yang besar.
• Ambil darah untuk pemerksaan darah perifer lengkap, elektrolit, agd, laktat.
• Masukkan bolus cairan kristaloid (Ringer Laktat) untuk mempertahankan denyut arteri radialis atau arteri ulnaris.
• Mencari perdarahan dari sistem organ lain (toraks, abdomen, pelvis, dan femur)
• Indikasi resusitasi cairan pada pasien dewasa > 20% luas Iuka bakar dan pasien anak-anak > 10% luas Iuka bakar

1
5
D- Disability
• Menilai GCS
• Menilai derajat kesadaran dengan :
• Alert (sadar, waspada)
• Vocal (respon rangsang suara)
• Pain (respon rangsang nyeri)
• Unresponsive (tidak memberi respon)
• Lihat respon pupil terhadap cahaya pada kedua mata.

E - Exposure
• Lepas semua aksesoris, perhiasan, dan pakaian yang menutupi pasien
• Miringkan pasien untuk dapat melihat sisi posterior tubuh
• Jaga agar pasien tetap hangat
• Menghitung luas Iuka bakar dengan metode Rule of nines

F - CAIRAN, ANALGESIA, PEN I LAI AN dan TUBES (PIPA)

Resusistasi Cairan
- Cairan inisial dioerikan dongan monggunakan rumus Pardand yang
dimodifikasi:
• 3-4 mL/kg bo rat badan/ % luas Iuka bakar dan pada anak-anak ditambah
cairan maintenance
- Kristaloid (larutan Hartmann atau Ringor Lactato) adalah cairan yang
direkomendaskan
■ Sc oar uh cairan berdasarkan oorhitungan dioerikan da lam delaoan jam
pertama, sisanya diborikan solama onam bolas jam borikutnya.
* Saat terjadinya trauma ditetapkan sebagai awal resusitasi cairan
* Monitor kooerhasilan resusitasi dengan:
- Ukur producsi urin molalui catheter setiap jamnya.
- EKG. pulsasi. tocanan darah. frekuensi pornafasan, pulse
oximetry, dan analisis gas darah
- Sesuaikan (titrasi) cairan resusitasi sesuai indikasi

Pemeriksaan - Radiologi
• Tulang bolakang scrvikal Pipa
• Toraks • Pemasangan oipa Nasogastrik
- Panggul • Insersi pioa Nasogastric pada Iuka Dakar
• Poncitraan lain sesuai luas ( > 10% pada anak-anac. 20% oada
indikasi Minis dewasa) oil a dijumpai codera ponyorta.
atau untuk molakukan dekomprosi
saluran ccrna. Gastropararcsis
Analgesia mcruoakan hal yang umum terjadi.
• Nyori: borikan morfin iv • Volley catheter untuk memantau urine
0,05-0.1 mg/kg output
■ Titrasi untuk mcmporoleh
ofek

Bagan 2. Algoritma Penatalksanaan


Survei Primer pasien dengan Iuka bakar mayor.

1
6
SURVEI
SEKUNDER .
Merupakan pemeriksaan menyeluruh mulai dari kepala sampai kaki. Pemerik- saan
dilaksanakan setelah kondisi mengancam nyawa diyakini tidak ada atau te- lah
diatasi. Tujuan akhirnya adalah menegakkan diagnosis yang tepat. t18191

IRiwayat penyakit:

A - Alergy

M - Medicine (obat-obat yang dikonsumsi)

P - Past Illness (penyakit sebelum terjadi

trauma) L - Last Meal (Makan terakhir)

E - Event (Peristiwa yang terjadi saat trauma)

1
7
MEKANISME TRAUMA

Informasi yang harus didapatkan mengenai interaksi antara pasien dengan lingkun gan:

bi

• Durasi paparan
Kecepatan proyektil
• Jenis pakaian yang dikenalan
Jarak
• Suhu dan kondisi air, jika penyebab Iuka
bakar adalah air panas Arah gerakan pasien saat terjadi
trauma
• Kecukupan tindakan pertolongan pertama
Panjang pisau, jarak dimasukan, arah

Kecepatan dan arah benturan

1
8
• Penggunaan sabuk pengaman • Jumlah kerusakan kompartemen penumpang

Ejeksi (terlontar)

• J at uh dari ketinggian

Jenis letupan atau ledakan dan jarak terhempas

1
9
PEMERIKSAAN SURVEI SEKUNDER

1. Lakukan pemeriksaan Head to toe examination (merujuk pada pemerik- saan


sekunder ATLS course (Advanced Trauma Life support)

2. Penutupan Iuka bakar dengan balutan

3. Eskaratomi jika diperlukan

4. Fasciotomi jika diperlukan

5. Monitoring / Chart / Hasil resusitasi tercatat

6. Persiapkan dokumen transfer.

DOKUMENTASI PADA SURVEI SEKUNDER

• Hemoglobin/hematokrit
• Mintakan persctujuan untuk • Urea/kreatinin
dokumentasi fotografi dan • Elektrolit
persctujuan prosedur • Urine mikroskopik
• Berikan profilaksis tetanus • Analisis gas darah
jika diperlukan • Karboksi haemoglobin
• Kadar gula darah

Gangguan pernafasan
Insufiensi sirkulasi perifer
Gangguan neurologis
Kecukupan resusitasi cairan
Penilaian radiologi: foto radiologi toraks
Warna urine untuk deteksi haemochromogens

Bagan 3. Algoritma Survei Sekunder persiapan dokumen transfer dari asosiasi Iuka bakar Australia (ANZBA ) tahun 2013 dan ATLS (
Advanced Trauma Life Support).

★(Emergency Management of Severe Burn Manual Course, Chapter 2: emergency examination & management. 17th ed. feb 2013)

2
0
BAB 2
RESPON LOKAL DAN
SISTEMIK LUKA BAKAR
"•

REAKSI LOKAL

Berdasarkan penelitian yang dilakukan


pada tahun 1950 oleh Jackson di
Birmingham, sebuah model tiruan Iuka
bakar dibuat dengan tujuan mengerti
patofisi- ologi sebuah Iuka bakar.[5]

Gambar 4. Zona Luka Jackson

2
1
Berdasarkan gambar Iuka bakar ini, tampak yang paling dekat dengan sum- ber
panas merupakan tempat dimana hantaran panas tidak dapat terkonduksi ce- pat untuk
mencegah koagulasi protein seluler, disitulah terjadi kematian sei cepat. Daerah pusat dari
jaringan yang mati disebut Zona Koagulatif Nekrosis, atau dise- but juga zona koagulasi.t 8]

Di sekeliling zona koagulatif nekrosis terdapat area jaringan dimana keru- sakan
yang terjadi tidak seberat zona koagulatif dan tidak segera menyebabkan kematian
jaringan, tetapi sirkulasi di area kulit dan jaringan subkutannya tidak me- madai akibat
kerusakan pada mikrosirkulasi. Karena sirkulasi di area ini cenderung melambat, maka
disebut Zona Stasis. Apabila tidak ditangani, zona ter- sebut mulai mengalami nekrosis
sebagai reaksi inflamasi yang berkembang di ba- wah pengaruh mediator yang dihasilkan
dari respon jaringan yang cedera. Secara klinis hal ini dilihat sebagai deretan kedalaman
Iuka bakar. Akibatnya, timbul se- buah fenomena dimana area yang terbakar terlihat
masih fungsional tetapi sebe- narnya (dalam 3-5 hari setelah terbakar) berkembang
menjadi nekrotikJ8!

Di sekeliling zona dengan vaskularisasi yang tidak memadai, terdapat daerah yang
akibat kerusakan jaringan memproduksi mediator inflamasi yang membuat terjadinya
dilatasi pembuluh darah. Daerah ini dinamakan Zona Hiperemia. Pada keadaan Iuka
bakar yang meliputi 10% luas di anak-anak atau 20% pada orang de- wasa menurut total
area yang terbakar atau total body surface area (TBSA), zona hiperemia dapat mencakup
seluruh permukaan tubuhJ8 5i

Pada keadaan zona stasis meliputi mid dermis, tetapi progresivitas vaskular nya
yang tidak memadai membuat zona nekrosis, maka terjadilah Iuka bakar yang
dalam. Umumnya hal ini terjadi pada pasien tua, pasien yang tidak mendapat terapi
adekuat dan menjadi syok akibat Iuka bakar dan sepsis.

REAKSI SISTEMIK

Perubahan patofisiologis yang terjadi pada pasein Iuka bakar bergantung pada luas
dan kedalaman Iuka bakar. Pada Iuka bakar dengan luas 25% atau le- bih, tubuh
melakukan respon secara sistemik sehingga mempengaruhi seluruh sistem. Perubahan
fisiologis yang terjadi pada pasien Iuka bakar antara lain:[5]

a. Keseimbangan cairan dan elektrolit

Segera setelah terjadi Iuka bakar, terjadi proses inflamasi, tubuh melepaskan
substansi vasoaktif seperti (katekolamin, Histamin, serotonin, Leukotrien, Kinin dan
Prostaglandin) pada daerah Iuka, terjadi respon utama vaskular yaitu vasodila- tasi yang
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik di kapiler sehingga terbuka semua
pembuluh kapiler sehingga bersama substansi vasoaktif ini mengaki- batkan permeabilitas
pembuluh darah kapiler meningkat yang selanjutnya terjadi peningkatan transpor zat
melalui mekanisme difusi, filtrasi, dan transpor molekul pada akhirnya terjadi perpindahan
plasma (albumin) dari dalam vaskular ke jarin- gan interstisium, perpindahan Na ke dalam
sei dan K ke luar sei, dan terjadi aku- mulasi kebocaran berupa edema. [5]

b. Sistem persarafan

Pada Iuka bakar jarang terjadi masalah yang serius kecuali yang disebabkan oleh
ledakan atau disertai trauma penyerta. Pasien biasanya sadar. Gelisah terjadi karena
nyeri. Penurunan kesadaran terjadi karena hipovolemia atau hipoksia. [5]

c. Sistem Kardiovaskular

Pada Iuka bakar, denyut nadi dan resistensi perifer akan meningkat sebagai re- spon

2
3
terhadap peningkatan pelepasan katekolamin dan respon terhadap kondisi hipovolemia.
Setelah 24 jam pertama pemberian cairan resusitasi, curah jantung akan kembali normal
dan kemudian meningkat untuk memenuhi kebutuhan peningkatan metabolisme tubuhJ 5!

d. Sistem Pernafasan

Pada pasien dengan trauma inhalasi akan ditemukan insufisiensi paru. Venti- lasi
akan menurun atau normal di awal Iuka bakar dan meningkat saat proses resusitasi
cairan. Hiperventilasi mengakibatkan peningkatan frekuensi pernapasan dan volume tidal.
Tahanan pembuluh darah paru dapat meningkat dan ekspansi paru mengalami
penurunan. Perubahan ekspansi paru mengakibatkan peningkatan dalam upaya napas.
Selanjutnya pada paru juga terjadi proses inflamasi sampai ke alveoli, sehingga alveoli
tidak dapat berkembang dengan baik , mengganggu proses difusi oksigen akhirnya terjadi
[5>6]
Acute Respiratory Distress Sindrome

e. Sistem Berkemih

Respon ginjal terhadap perubahan sirkulasi dan perfusi pada Iuka bakar be- rupa
penuruan fungsi glomerulus dan produksi urin. Jika resusitasi tidak adekuat dan
hipovolemia terus berlanjut berakibat pada kegagalan fungsi ginjal.[5>6]

f. Sistem Pencernaan

Penurunan perfusi aliaran darah mesenterika mengakibatkan ileus paralitik dan


penurunan fungsi sistem pencernaan terutama pada pasien dengan luas Iuka bakar lebih
dari 25%. Dengan menurunnya aliran darah ke mukosa gaster, mengaki- batkan iskemia
saluran cerna bagian atas dan berlanjut dengan erosi mukosa gaster dan duodenum. Jika
erosi ini tidak ditangani maka dapat terjadi ulkus pada saluran cerna (Curling’s Ulcer) dan
perdarahan saluran cerna. fungsi barier usu terganggu juga akan diikuti translokasi
bakteri, hal ini dapat dicegah dengan pemberian nutrisi enteral dini. [5>6]

2
4
g. Sistem Kekebalan Tubuh

Penurunan aktivitas limfosit, penurunan produksi imunoglobulin, supresi dari ak-


tivitas komplemen, gangguan fungsi netrofil dan makrofag akan mengakibatkan
penurunan fungsi sistem imun. oleh sebab itu infeksi merupakan faktor penyebab tertinggi
mortalitas pada Iuka bakar. @

h. Sistem metabolisme

Pada Iuka bakar terjadi kondisi hipermetabolik akibat dari sekresi hormon korti- sol,
katekolamin, dan supresi hormon anabolik, seperti growth hormone, insulin, dan steroid),
dan dapat terjadi penguraian protein otot. segala perubahan ini secara klinis dapat dilihat
berupa gejal takikardia, hiperteia, dan balans protein negatif.

PROSES PENYEMBUHAN LUKA BAKAR t2 5

Proses penyembuhan derajat Iuka bakar berbeda - beda dan tergantung pada
dalamnya Iuka bakar yang terjadi. Sebagaimana yang sudah dipelajari bahwa kulit terbagi
atas epidermis dan dermis. Epidermis berfungsi sebagai barrier terhadap infeksi luar dan
menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh. Sei basal, yang terdapat di dasar epidermis
adalah satu-satunya dapat berproliferasi dan migrasi. Bagian sei basal ini berdiferensiasi
dan migrasi menjauhi membran basalis yang kemudian akan terjadi kematian sei dan
mengelupas (kondisi normal dari sei keratin). Selanjutnya

ada bagian dermis yang terbuat dari kolagen dan protein matriks sebagai penunjang
kekuatan jaringan kulit. pada strukturd dermis juga terdapat pleksus pembuluh da- rah
(vaskuler) dan saraf.

Fase penyembuhan Iuka terdiri dari fase inflamasi, fase proliferasi dan fase remodelling.

2
5
Fase inflamasi (2-3 hari) :

Terjadi segera setelah cedera jaringan, berfungsi untuk mencapai hemostasis,


pembersihan jaringan yang mati, pencegahan kolonisasi infeksi invasif oleh mikroba
patogen, khususnya bakteri.H

Fase Proliferasi (3 hari - 3 minggu) :

Dimulai hari ke-3, setelah fibroblas datang, dimana fibrolas diaktifkan oleh PDG dan TGF
beta dan mencapai julmah terbanyak di hari ke-7. Jaringan granulasi mulai menutupi Iuka
dan terjadi migrasi keratinosit untuk mengembalikan kontinuitas epitelisasi. Terjadi
kaskade angiogenesis dan sintesis kolagen. t4 2°1

Fase Remodelling (21 hari - 1 tahun) :

Peningkatan produksi maupun penyerapan kolagen berlangsung se I a m a 6 bulan hingga


1 tahun. Kolagen tipe I menggantikan kolagen tipe III (mencapai perbandingan 4:1).
Kekuatan Iuka meningkat sejalan dengan reorganisasi kolagen sepanjang garis tegangan
kulit dan terjadinya cross-link kolagen, dan vaskularisasi mulai menurun t2°]

2
6
Inflammatory Phase Proliferative Phase Remodeling Phase
■>

O 5 10 15 20 25
<FaHmi O- Days

Gambar 5. Sel-sel yang berperan pada proses penyembuhan Iuka.

Tipe-tipe penyembuhan pada Iuka bakar [6J9]

• Reepitelisasi : Ketika Iuka bakar telah mencapai derajat dua (dermis dangkal), maka
keseluruhan epidermis akan direkonstruksi dari adneksa kulit. adneksa kulit (folikel
rambut, kelenjar minyak, kelenjar keringat dan lainnya) akan menerima stimulus
bersama dengan sel-sel keratin di bagian membran basal untuk melaku- kan migrasi
kearah permukaan jaringan yang terbakar. Keratinosit kemudian akan bermigrasi
menuju dasar Iuka yang dapat diselamatkan (viable). Pada permukaan yang yang
lembab dan layak, migrasi sei akan semakin cepat dan dimulai proses diferensiasi
pembentukan seluruh struktur epidermis yang utuh. Pada proses penyembuhan juga
terbentuk proses repigmentasi, dimana pada Iuka bakar derajat dua dan yang lebih
dalam akan tampak titik-titik repigmentasi berwarna coklat secara bertahap. Ukuran dari
area yang mengalami pigmentasi perlahan akan mele- bar dan saling menyatu.

2
7
• Pembentukan Parut: Selama proses pertumbuhan dermis baru ini berjalan, jarin- gan
ikat baru akan terbentuk. Terbentuknya parut memiliki nilai manfaat (mencegah dehisensi
Iuka) dan juga merugikan yaitu adanya fibrosis yang berlebihan yang da- pat berkembang
menjadi (kontraktur, parut hipertrofik, keloid, fibrosis paru, sirosis, artritis, dan lainnya).

• Kontraksi I Kerutan : Bagian dari Iuka yang terutama akan mengalami kontraksi
reduksi Iuka secara secara mekanik adalah bagian yang berada dekat dengan jarin- gan
kulit yang lebih longgar dibandingkan sekitarnya. Oleh karena itu, bagian tu- buh yang
memiliki kulit cenderung tegang (tight), seperti bagian dorsal dari jari-jari atau tumit, akan
mengalami proses penyembuhan Iuka yang lebih lama dan sering- kali menimbulkan
berbagai kendala parut. Proses kontraksi memiliki waktu yang lebih singkat, yaitu dalam
hitungan minggu.

2
8
TRAUMA
INHALASI
Insiden

Trauma inhalasi meningkatkan risiko kematian pada kasus Iuka bakar men- capai
angka mortalitas 30%. Pada anak - anak, Iuka bakar > 50% disertai trauma inhalasi
memiliki mortalitas yang sama dengan 73% tanpa trauma inhalasi. Di unit Iuka bakar
RSCM dilakukan penelitian terdapat pasien trauma inhalasi dengan komplikasi acute
respiratory distress syndrome atau gagal napas se- banyak 8,7% dari 275 pasien
dirawat di Iuka bakar dengan Iuka bakar luas dan dalam (Nungki Martina, 2012).

Diagnosis

Tersangka trauma inhalasi membutuhkan intubasi segera akibat edema ja- lan
napas yang progresif. Kegagalan dalam mendiagnosis trauma inhalasi dapat berakibat
obstruksi jalan nafas. Konsekuensi klinis dapat berupa edema saluran napas atas,
bronkospasme, oklusi saluran napas, hilangnya klirens silier, pening- katan ruang rugi,
intrapulmonary shunting, menurunnya compliance dinding dada, tracheobronkitis, dan
pneumonia.^!

Tanda-tanda dari keracunan Karbondioksida yang perlu diwaspadai yaitu rasa sakit
3
0
kepala, bingung, koma, dan aritmiaJ8]

Tata laksana trauma inhalasi pada pasien Iuka bakar yaitu:

1. Tetapkan adanya indikasi trauma inhalasi : adanya riwayat trauma pada ruan- gan
tertutup, Iuka bakar wajah, bulu hidung/ mata terbakar, jelaga pada lu- bang hidung
atau rongga mulut, suara serak (hoarseness), konjungtivitis, takipnea, sputum
berjelaga, meningkatnya level CO dalam darah (tampak darah lebih merah cerah).

2. Lakukan intubasi segera karena edema jalan napas bisa progresif. Kega- galan
dalam mendiagnosis trauma inhalasi dapat berakibat obstruksi jalan nafas yang bisa
menyebabkan kematian.

GAMBAR 6. Contoh kasus pasien Iuka bakar dengan trauma inhalasi dipasang ETT dan ventilator.
3. X-ray dada dan analisa gas darah dapat digunakan untuk mengeksklusikan trauma
inhalasi. Perlu diingat tindakan ini memperlambat tindakan terapi kita.

4. Direk Bronkoskopi saat ini digunakan sebagai alat bantuk terakurat untuk diagnosis
pasien trauma inhalasi

3
1
Pemeriksaan fisik menilai tanda-tanda trauma inhalasi :

Look Listen
Suara serak
Luka bakar pada wajah Bulu
Batuk kasar Stridor
hidung terbakar
inspiratoir Batuk produktif
Sputum berjelaga Cuping
hidung membesar
Sesak napas Retraksi trakea
Retraksi supraclavicula
Retraksi interkostal

Tabel 1. Pemeriksaan fisik untuk menilai tanda tanda trauma inhalasi berdasarkan EMSB (Emergency Management of Severe Burn).

Tanda dan Gejala Trauma Inhalasi dapat berubah dan bertambah buruk seiring
berjalannya waktu, sehingga perlu dilakukan monitor jalan napas dan perna- pasan
sesering mungkin.

3
2
GAMBAR 7. Ilustrasi pemasangan ETT Pada Pasien Trauma Inhalasi

Diagnosis trauma Inhalasi yang mengarah kepada intoksikasi sistemik :

Intoksikasi sistemik tersering akibat trauma inhalasi adalah akibat karbon monksida (CO).
Gas lainnya yang dapat menyebabkan intosikasi yang sama yaitu yang dihasil- kan dari
proses pembakaran umumnya didapat dari cat reagen seperti fosfor, nitrat, sulfur yang bisa
membuat iritasi dan edema pada saluran nafas.

Tanda dan Gejala berupa :

1. Penurunan kesadaran

2. Nyeri kepala

3. Bingung dan disorientasi

4. Tanda- tanda hipoksia seperti pada trauma kepala dan intoksikasi alkohol
3
3
5. Kulit tampak merah cerah (cherry red)

6. Konfirmasi diagnosis dengan analisa gas darah untuk mengetahui kadar


Carboxyhaemoglobin (%)

Carboxyhaemoglobin Gejala
(%)
0-15 Tidak ada (terdapat pada perokok)

15-20 Nyeri kepala, bingung


20-40
Mual, lelah, disorientasi, mudah
terganggu
40-60
Halusinasi, ataksia, sinkop, kejang,
koma
>60 Kematian
Tabel 2. Ringkasan kadar Carboxyhaemoglobin dalam darah dengan gejala -gejala yang dapat timbul.

Tatalaksana Intoksikasi sistemik :


• Respiratory support dengan high flow oksigen menggunakan Non rebreathing Mask (15
L/per menit)

• Lakukan perlindungan terhadap pasien dengan penurunan kesadaran :

• Left lateral coma position

• C-spine protection

• Intubasi endotrakeal

• Washout CO akan dipercepat dengan pemberian oksigen konsentrasi tinggi

3
4
Tatalaksana Trauma Inhalasi

Bagan 4. Algoritma Tata laksana trauma inhalasi pada pasien Iuka bakar berdasarkan algoritma EMSB course.

3
5
PENILAIAN LU
KA BA^AR
KLASIFIKASIIDERAJAT LUKA BAKAR [4,18,19]

Dalam melakukan diagnosis, beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu dera- jat atau

kedalaman Iuka bakar, luas area tubuh yang terkena, lokasi, penyebab Iuka bakar, dan

kelainan atau penyakit komorbid yang menyertai pasien. Klasifikasi dari derajat kedalaman

Iuka bakar dapat terlihat pada Tabel 3.

Cap
Kedalaman Warna Bula Sensasi Kesembuhan
Refill

Epidermal Merah - Ada Ada Ya

Superficial Dermal Pink pucat Kecil Ada Nyeri Ya

Mid Dermal Pink gelap Ada Lam bat +/- Biasanya

Merah
Deep Dermal +/- Tidak Tidak Tidak
berbercak

Full Thickness Putih Tidak Tidak Tidak Tidak


Tabel 3. Klasifikasi Derajat Kedalaman Luka Bakar Berdasarkan EMSB (Emergency Management of Severe Burn).
LUKA
BAKAR
DERAJAT
1

GAMBAR 8. Sketsa kulit normal GAMBAR 9. Sketsa kedalaman kerusakan


pada Iuka bakar derajat 1

LUKA BAKAR DERAJAT


2 DANGKAL

GAMBAR 10. Sketsa kedalaman kerusakan


pada Iuka bakar derajat 2 dangkal ( Super-
ficial Partial Thickness)
3
8
GAMBAR 11. Sketsa kedalaman kerusakan
pada Iuka bakar Iuka bakar derajat 2B (Deep
Partial Thickness Burn)

GAMBAR 12. Luka Bakar Derajat 2 Dalam. awas NVD pada kasus seperti ini. Aliran darah ke distal "terjepit" dan mengaki-
batkan gejala 4P.

3
9
GAMBAR 13. Sketsa kedalaman kerusakan pada Iuka GAMBAR 14. Sketsa kedalaman kerusakan pada Iuka
bakar derajat 3 (Full thickness) bakar derajat 3 (Full thickness)

Gambar 15. Luka Bakar Derajar 3, tampak gambaran pembuluh darah yang trombosis di bawah eskar.
GAMBAR 16. Salah satu cara membedakan Derajat 2 dangkal dan da- lam. Dangkal, bila capillary refill
lebih cepat.

GAM BAR 17. Bila setelah ditekan masih terdapat capillary refill dalam darah lambat, maka daerah tersebut
merupakan derajat 2 dalam. Terlihat bekas tekanan jari memerah kembali. Tampak bekas tekanan jari
memerah kembali.
Bagan 5. Klasifikasi Luka Bakar

4
2
PENILAIAN LUAS AREA LUKA BAKAR
Untuk menghindari overestimasi dalam cairan yang diberikan saat resusi- tasi, area
eritema yaitu derajat 1 tidak perlu dimasukkan dalam perhitungan. Berikut adalah metode
yang sering dan biasa digunakan dalam menghitung luas area Iuka bakar. [ 5]

a. Palmar Surface Method

PALMAR SURFACE METHODS


1. Permukaan palmar tanaan oasien
(termasuk jari) secara kasar meliouti
078% dari Total Body Surface Area
(TBSA)
2. Dapat digunakan untuk menghitung Iuka
bakar kecil (<15%) dan Luka bakar besar
(>85%)
3. Tidak berguna untuk luas Iuka bakar
menengah.
*Untuk menfthmdori overestimosi, area eritema tidak oerlu dimasukkan dalam
perhitungan, denean earn menunggu eritema teraebut hilantf.

( Amirsheybani HR CG, Timothy NH, et al. P/astic and Reconstructive Surgery. 2OOi;iO7(3):?2&}}.)

Gambar 18. Palmar Surface Method (ABC of Burn: Initial management of a major burn & Amirsheybani HR, Cre- celius GM, Timothy
NH,Pfeiffer M, Saggers GC, Manders EK. Plastic & Reconstructive Surgery. 107(3): 726-733, Mar 2001)

4
3
b. Metode Wallace Rules of Nine

Metode yang baik dan cepat untuk mengestimasi luas Iuka bakar dari me- nengah
ke besar pada dewasa. Tubuh dibagi menjadi beberapa area bernilai 9 %. Kurang akurat
pada anak-anakJ5]

Back

GAMBAR 19. Wallace rules of nine method

4
4
C. The Lund and Browder Chart.

Metoda yang baik dan akurat untuk mengestimasi luas Iuka bakar dari me- nengah
ke besar pada dewasa dan anak-anak.

LUND AND BROWDER CHART

4
5
13 13
2 2
;2 i
.

%
P FT
REGION
T L
Head
Neck
Ant. trunk
Post,
trunk
Right arm
Left arm
Buttocks
Genitalia
Right leg
Left leg
Total bum

%Total Body Surface Area Burn

Be clear and accurate and do not


include erythema

.5

1.5

1.5

4
6
Beberapa contoh kasus tampilan Iuka bakar derajat II A.

A B C
Gambar 21. Gambar A: Iuka bakar derajat II a (superficial - mid dermal burn), warna kemerahan, CRT <2 pada
ekstremitas atas superior kanan; Gambar B : Luka bakar derajat II a (mid dermal bum) dengan bulla (+), CRT <2
lambat; Gambar C: Iuka bakar derajat II a- II b.

Beberapa contoh kasus tampilan Iuka bakar derajat II B-lll

Gambar 22: Tampak pada gambar Iuka bakar dalam derajat III dengan eskar melingkar di dada dan ditangan.

4
7
SYOK DAN
BAB 5

RESUSITASI
CAIRAlT5*
RESUSITASI G AI RAN
DAN MONITOR
TERAPI CAIRAN

Pasien dewasa yang memerlukan resusitasi yaitu menderita luas Iuka bakar >
20% dan anak-anak luas Iuka bakar > 10% menggunakan formula resusitasi dengan
berdasarkan Berat Badan (Kg) dan persen luas permukaan terbakar (% TBSA).
Rekomendasi cairan resusitasi yang digunakan adalah cairan solusi kristaloid. [10]

formula yang umum dipakai dalam memulai resusitasi cairan kristaloid


(Parkland/Baxter Formula) yaitu 3-4 ml/kgBB/%TBSA dalam 24 jam pertama.

Resusitasi cairan, tanpa memperhatikan jenis cairan yang dipakai dan ban-
yaknya estimasi cairan yang diperlukan, harus mencapai target Urine Output (UO)
[10]
sebanyak 0.5-1.0 ml/kgBB/jam pada dewasa dan 1.0-1.5 ml/kgBB/jam pada anak.

Formula 4ml/KgBB/%TBSA diberikan pada pasien dengan trauma inhalasi, full


thickness injury, trauma multipel, trauma listrik, dan pasien yang terlam- bat di
resusitasi (delayed resuscitation).

4
9
akses dan rute untuk resusitasi:

Rute oral, dengan solusi-garam-seimbang dapat diberikan jika peralatan untuk


resusitasi formal (intra vena) terbatas, tidak lupa untuk memperhatikan kon- disi
saluran cerna pasien. Resusitasi dengan rute oral dapat dilakukan juga pada TBSA <
20%.[10]

Cairan rumatan harus diberikan ke pasien anak sebagai tambahan, diluar dari
perhitungan cairan awal yang berdasarkan KgBB dan % TBSA.

Resusitasi Cairan Kristaloid:

Penggunaan yang cukup popular dan direkomendasikan yaitu solusi Ringer


Lactate (RL) yang mengandung 130 meq/L sodium.[1°1 Pergunakan jumlah cairan
seminimal mungkin, tetapi sekiranya adekuat untuk mencapai perfusi optimal. [10]

Volume cairan yang masuk hendaknya dititrasi secara kontinu, untuk men-
gihndari kelebihan dan kekurangan-resusitasi.[17] Titrasi dipertahankan untuk mencapai
perfusi renal dengan target Urine Output (UO) sebanyak 0.5-1.0 ml/ kgBB/jam pada
dewasa dan 1.0-1.5 ml/kgBB/jam pada anak. [1°1

Beberapa formula resusitasi cairan yang biasa digunakan dalam 24 jam pertama
seperti:

Parkland Formula:

3 - 4ml x kgBB x %TBSA

Menggunakan cairan RL, 50% total perhitungan cairan dibagi menjadi 2 tahap dalam
waktu 24jam pertama. tahap I diberikan 8 jam dan tahap 2 16 jam sete- lahnya.

Untuk pasien anak dengan prinsip yang sama menggunakan Formula Parkland +

5
0
Cairan Rumatan : 3-4 ml x kgBB x %TBSA dan ditambah rumus maintenance dengan
5% dextrose (glukosa) dalam 0.45% (1/2 normal) saline.

• Rumus maintenance anak ( Post resusitasi fase akut 24 jam pertama): 100ml/kg

pada 10 kg pertama berat badan + 50ml/kg untuk setiap kenaikan kg diatas 10 kg &

kurang dari 20 kg berat badan + 20ml/kg untuk kenaikan setiap 20 kg berat badan. t 5’19!

• Rumus maintenance dewasa (Post resusitasi fase akut 24 jam pertama):

(1500xTBSA) + ((25+%LB)xTBSA))

Notes:

*dicatat perjam adapun mengetahui TBSA dapat dilihat pada lampiran tabel body
surface area dihalaman belakang.

MONITOR KECUKUPAN RESUSITASI

Pemasangan kateter urin menjadi sangat penting pada pemantauan dan menjadi
suatu keharusan dilakukan pada :

• Luka Bakar >10% pada anak-anak, dan

• Luka Bakar > 20% pada dewasa.

Pengawasan Resusitasi: Urine Output adalah parameter utama dalam menilai


keberhasilan resusitasi, dengan target Urine Output (UO) 0.5-1.0 ml/kgBB/jam pada
dewasa dan 1.0-1.5 ml/kgBB/jam pada anak.

Lakukan pemeriksaan diagnosis laboratorium : Darah perifer lengkap, analisa gas


darah, elektrolit serum,serum lactate, albumin, SGOT, SGPT, Ureum/ Creatinin,
glukosa darah, urinalisa, dan foto toraks.

5
1
Asidosis yang jelas (pH <7.35) pada analisa gas darah menunjukkan adanya per- fusi
jaringan yang tidak mencukupi dan menyebabkan asidosis laktat. maka da- pat
dilakukan penambahan cairan resusitasi merupakan indikasi. bila tindakan gagal dan
dijumpai adanya hemochromogen di urin, pertimbangkan pemberian bikarbonat
setelah konsul dengan dokter anastesi.

Hemoglobinuria : kerusakan jaringan otot akibat termal, iskemia menyebabkan


terlepasnya mioglobin dan hemoglobin. Urine yang mengandung hemochromogen ini
berupa warna merah gelap. Gagal ginjal akut, merupakan kondisi yang sangat
mungkin ditemui karena penimbunan deposit hemochromogen di tubulus proksimal
dan dibutuhkan terapi yang sesuai yaitu :

1. Penambahan cairan hingga produksi urin mencapai 2ml/Kg/jam

5
2
2. Pemberian manitol 12,5g dosis tunggal selama 1 jam/L dalam pola resusitasi cairan
dan observasi respon yang terjadi.

Masalah yang sering dijumpai saat resusitasi selama pemantauan ketat dapat terjadi
oliguria. Dapat ditindak lanjuti dengan meningkatkan jumlah tetesan cairan (diure- tikum
hanya diberikan pada penderita dengan hemokromogen di urin dan kadang pada
penderita Iuka bakar luas.)[19]

Tabel dibawah ini adalah ringkasan resusitasi cairan pada Iuka bakar fase akut (24
jam pertama)

Prinsip Intervensi
Luka bakar derajat dua atau tiga dengan luas lebih dari >
Kapan harus diresusitasi? 20%

Gunakan rumus 4 mL/Kg/% TBSA, berikan setengah dari


Bagaimana harus dimulai? jumlah volume pada 8 jam pertama

Pastikan luas Iuka bakar dengan tepat


Yang harus diperhatikan dalam Meninjau kembali formula cairan yang diberikan, tetesan
memberikan cairan sebelum di infus, dan urin output secara teratur.
transfer ke unit Iuka bakar?
Gunakan formula untuk menentukan jumlah tetesan infus
Pantau urin output setiap 1-2 jam
Pikirkan untuk memberikan bolus atau tingkatkan jumlah
tetesan infus ketika terjadi oliguria
Titrasi ? Kurangi infusan sebanyak kurang lebih 10% dari pemberian
atau 100 mL/h ketika urin output > 50mL/h

Pertimbangkan Albumin 5% ketika jumlah cairan lebih dari


Cairan koloid? 120%-200% dari jumlah yang dihitung

Ulangi pemeriksaan edema, tekanan jalan nafas dan volume


tidal
Pantau adanya edema? Periksa tekanan kandung kemih ketika jumlah cairan
mencapai > 200-250 ml/kg atau > 500 mL/h

Tabel 4. Ringkasan resusitas cairan pada Iuka bakar fase akut (24 jam pertama). (Clinical Plastic Surgery 36.

obert Cartoto, MD. Fluid Resuscitation of the Thermally Injured Patient, hal 57-8, Elsevier; 2009)

53
A. Balutan (wound dressing)

Salah satu manajemen Iuka bakar adalah penggunaan balutan atau wound
dressing. Pemilihan pembalut Iuka (dressing) harus menyerupai fungsi normal ku- lit
yaitu sebagai proteksi, menghindari eksudat, mengurangi nyeri lokal, respon
psikologis baik, dan mempertahankan kelembaban dan menghangatkan guna
mendukung proses penyembuhan.

Kekurangan dari pembalut Iuka tradisional (kasa, kasa tulle) adalah adhesi dan
oklusi, sakit pada saat ganti balutan, dan penumbuhan bakteri. Sedangkan pembalut
Iuka modern seperti Transparent Film Dressing (Cling Film), Foam Dressing,
Hydrogel, dan yang terbaru Nano Crystalline Silver (Aquacel ag.)> memiliki kelebihan
mudah, simpel tidak nyeri saat diganti, bacterial barrier, lem- bab dan hangat, dan
membantu proses penyembuhan luka.[6]

5
5
Balutan untuk Iuka bakar full thickness dapat menggunakan silver based
dressing sementara (contohnya : Acticoat). Namun Gold standard nya adalah early
excision dan skin graft untuk Iuka bakar deep dermal dan full thickness. Manfaat dari
tindakan tersebut adalah menurunkan pelepasan mediator infla- masi kolonisasi
bakterial, sepsis, dan MOF yang pada akhirnya dapat menurunkan mortalitas dan
lama rawat.

Di unit Iuka bakar kami, untuk kedalaman Iuka bakar superficial thickness (IIA)
kami berikan terapi konservatif dengan MEBO dan ditutup dengan transparant film
dressing (opsite).

Pada Iuka bakar deep partial thickness (derajat 2B) kami berikan terapi
konservatif dan operatif sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan Iuka bakar full
thickness (derajat 3) maka dilakukan tindakan operatif.

B. KAPAN MENGGANTI BALUTAN? t18191

1. Dressing terlepas dengan sendirinya

2. Kebocoran eksudat

3. Cairan tembus pada balutan

4. Pireksia (demam) tidak dapat dijelaskan

5. Bau busuk

6. Pembengkakan padajaringan perifer

5
6
Dibawah ini adalah panduan dalam memilih produk balutan yang tepat untuk perawatan Iuka
bakar yang diterapkan oleh Australian & New Zealand Bum Association-.

Produk Balutan Fungsi Indikasi Aplikasi Catatan


Silikon/hidrofilik
Gunakan setelah
foam + lapisan Non-adrehent Luka bakar Tidak digunakan
wound bed dan tutup
silikon lembut + dan conformable superfisial jika ada infeksi
dengan fiksasi
lapisan luar
waterproof
1. Membantu Menutupi 2-5cm dari
Superfisial dan
autolisis margin Iuka. Dapat
mid dermal Tidak digunakan jika
2. Memberikan menempel hingga 2-3
Hidrokoloid Luka eksudat ada infeksi.
kelembaban Iuka hari dan 5 hari jika tidak
rendah hingga
3. Menyerap ada tanda eksudat
moderate
eksudat 1. Gunakan langsung
pada Iuka
2. 2-3 lapisan untuk
1. Luka dermal Lepaskan jika
Gauze Vaselin Iuka akut
Balutan antiseptik thickness menempel pada
Petroleum coated 3. Ditutup dengan
conformable 2. Grafts dan area dasar Iuka.
gauze balutan sekunder
donor
4. Diganti tiap 1-3 hari

Antimikrobial Spektrum luas


Silver (aquacel ag) Luka m/ddan deep dermal thickness
Digunakan untuk
melembabkan setelah
Sodium wound bed. ditutup lagi
Memfasilitasi Tingkatan eksudat
carboxymethycellu dengan balutan
debridement dan Luka tereksudasi mengindikasikan
lose (CMC) & 1.2% sekunder. dilihat
menyerap sedang frekuensi dari
ionic Ag in Fibrous balutan setelah 7-10
eksudat penggantian balutan
material hari. biarkan balutan
tersebut hingga
sembuh.
Silver (cth: Acticoat, Luka dermal H2O; keringkan dan diganti 3- 4hari
nanocrystaline ag, Proteksi hingga full gunakan bagian Pewarnaan pada kulit
coated mesh) antimikrobial thickness. Grafts bawah warna biru/ yang temporer,
dengan lapisan spektrum luas dan dan area donor, silver. Melembabkan Cegah jika alergi. dan
rayon dalam menurunkan dan Iuka terinfeksi balutan sekunder, cegah hipotermia.
formasi eksudat Dibasahi dengan
Tabel 5. Klasifikasi Derajat Kedalaman Luka Bakar Berdasarkan EMSB (Emergency Management of Severe
Burn).

57
D. Macam - macam dressing dan krim dan salep antibiotik broad spectrum yang
digunakan di unit Iuka bakar kami untuk manajemen Iuka bakar derajat II dan III.

Foam dressing

Transparent film dressing

Moist exposed burn ointment


Tulle moist gauze

Nano-cristal silver
Silver sulfadiazine cream
Salep antibiotik

GAMBAR 23. Macam-macam balutan Iuka berdasarkan derajat Iuka bakar

5
8
GAMBAR 24. Contoh Pemakaian Foam Dressing. Men- guntungkan GAMBAR 25. Balut Luka Dengan Menggu- nakan
dari segi penyerapan eksudat dan kenya- man bagi pasien. Cling Wrap (Belakang)

GAMBAR 26. Contoh Pemakaian Transparent Dressing. Memudahkan pengamatan.

59
GAMBAR 27. Macam-macam krim dan balutan untuk Iuka bakar

60
BAB 7

INDIKASI DAN
KRITERIA RCfJUK
• Pasien dengan Iuka bakar luas dan dalam harus mendapatkan perawatan lebih in- tens
yaitu dengan merujuk ke RS yang memiliki fasilitas sarana pelayanan Iuka bakar yang
memadai.
• Sebelum dilakukan transfer pasien, harus dilakukan assessment segera dan
stabilisasi di rumah sakit yang terdekat.
• Tatalaksana awal mencakup survei primer dan sekunder serta evaluasi pasien un- tuk
kemungkinan rujukan.
• Seluruh assessment dan tatalaksana yang diberikan harus dicatat sebelum dilakukan
transfer pasien ke unit Iuka bakar.
• Lakukan komunikasi via telepon segera dengan unit tujuan rujuk sebelum transfer
pasien.
• Sesuaikan dengan protokol rujukan masing- masing rumah sakit.

KRITERIA RUJUK
1. Luka bakar lebih dari 10% Total Body Surface Area (TBSA)
2. Luka bakar lebih dari 5% TBSA pada anak
3. Luka bakar full thickness lebih dari 5% TBSA
4.Luka bakar pada area khusus (Wajah, tangan, kaki, genitalia,
perineum, sendi utama, dan Iuka bakar yang mengelilingi
ekstremitas serta Iuka bakar pada dada)
5. Luka bakar dengan trauma inhalasi
6. Luka bakar listrik
7. Luka bakar karena zat kimiawi
8. Luka bakar dengan penyakit yang menyertai sebelumnya
9. Luka bakar yang disertai trauma mayor
10. Luka bakar pada usia ekstrem : anak sangat muda dan orang
tua
11 .Luka bakar pada wanita hamil
12.Luka bakar bukan karena kecelakaan

Tabel 6. Kriteria rujuk diunduh dari EMSB course oleh ANZBA.

6
2
Dibawah ini adalah algoritma langka - langkah persiapan rujuk pasien :

PERSIAPAN TRANSFER PASIEN


4. Meredakan Nyeri
- Memberikan analgesik intravena
- Dapat diberikan morfin dengan dosis awal 0.05 - 0.1 mg / kg, dengan
cara perlahan mulai dari dosis rendab ke tinggi dengan jeda tiap
pemberian 3-5 menit, dengan melihat respon pasien

4.Sistem Gastrointestinal
- Proses transfer sebaiknya dilakukan dalam keadaan lambung pasien
kosong untuk meminimalisir resiko muntah dan aspirasi
- Pasang Nasogastric Tube dan dilakukan dramase lambung secara
berkala, pada pasien dewasa dengan Iuka bakar > 20% TBSA dan pasien
anak > 10% TBSA

5. Profilaksis Tetanus
- Profilaksis tetanus diberikan saat awal pasien ditangani.
- Pastikan dokumentasi tertulis sebelum dilakukan transfer.

Bagan 6. Algoritma persiapan transfer pasien Iuka bakar yang diadopsi dari pelatihan EMSB dan FCCS.
KRITERIA' PEMULANGAN
PASIEN DARI RUANG
RAWAT

.Pada Unit Luka Bakar kami, pasien dapat dipulangkan dari ruang rawat Unit Luka Bakar
jika sudah mencapai kriteria dibawah ini. Kriteria pasien dapat dipulangkan dari ruang rawat
Iuka bakar adalah :
a. Tidak adalagi permukaan yg telanjang (epitelisisasi spontan atau tertutup skin graft.
b. Dipastikan pasien sudah membawa atau mempunyai alat bantu (tongkat, splinting, bidai)
untuk mencegah kontraktur.
c. Sudah mendapatkan petunjuk merawat diri di rumah.
d. Sudah mendapatkan jadwal untuk kontrol poliklinik bedah plastik
e. Sudah mendapatkan bantuan atau dukungan psikologis dari bagian kesehatan jiwa.
f. Sudah mendapatkan program peningkatan gizi dari departemen gizi klinik
g. Sudah mendapatkan program cara untuk mencegah kontraktur dan mobilisasi dari DPJP
merawat dan Departemen Rehabilitasi medik.

(SPO Kriteria Pemulangan Pasien Luka Bakar dari R. Rawat Step Down Luka Bakar. Unit Kerja UPK Luka Bakar, RSCM,
November 2013)
LUKA BAKAR
KIMI A DAN
LISTRIK
LUKA BAKAR LISTRIK
Trauma Iuka bakar listrik dibagi menjadi 3 berdasarkan penyebabnya : t18191

• Voltase rendah

• Voltase tinggi

• Tersambar petir

Voltase Kulit Jaringan dalam Aritmia Kardiak


Luka masuk Jarang Cardiac arrest
Rendah (<
dan keluar lokal mungkin
1000 V)
Listrik
rumah
tangga
Luka bakar Kerusakan pada otot
Tinggi (> masuk dan dengan rhabdomiolisis Aliran transtorakal
1000 V) menyebabkan
keluar full
Kabel Sindrom kompartemen kerusakan
thickness
tegangan miokardium dan
tinggi delayed arritmia

Petir Luka bakar


Perforasi membrana Respiratory arrest,
superfisial atau
timpani membutuhkan
dermal. Luka
resusitasi
keluar pada
Kerusakan kornea kardiopulmonal
kaki
Tabel 7. Kedalaman kerusakan jaringan berdasarkan tinggi rendahnya voltase listrik

67
TATALAKSANA LUKA BAKAR LISTRIK

Aman<an pas on dengan mcmatikan sumbe' istrik penyebab atau


mcnymgkrkan pasicn dar sumbe* istn< dengan banan non kondudor

•A, B, C. D. E
Primary Survey • C-spme control sangat penting
• Mungkm tcrjadi honti napas, lakukan
rosusitasi kardiopuimonai dan
pertimbangkan intubasi endotrakoal
\ _____________

Anamnesis • Bag ai mana kcjadiannya ?


• Bcrapa lama terjadi ?
• Riwayat niiang kosadaran ?
• Amnesia ?
• Adakan trauma penyorta ?
• Hiwayat cardiac arest atau drsntma ?

—_______/
•Singkirkan semua pakaian, termasuk jam
^Secondary Survey^ tangan dan porn asan
• Lakukan pemoriksaan adanya Iuka bakar
iistnk masuk, terutama pada kopaia, tangan
dan kaki
• Lakukan porkiraan luas Iuka bakar dan
kedaiamannya
• Lakukan pemoriksaan nourologis termasuk
nervus porifor dan spnal
• Dokumcntasi semua nasii pemonksaan

—_______>
■>
Resusitasl
• Sctclah survey sokundcr sclcsa, jika pasicn mcmbutuhkan rcsusitas cairan,
pasang 2 kanul bcsar sepcrti pada kasus Iuka baker mayor
• Kcbutunen ca ren mungkin icbih banyak danpede Iuka bakar yang tampek kercne
adanya kcrusakan otct yang mcnycbebkan komiangan cairan yang tdak tampek
• Depet torjedi homokromogrnuna. pasang katctcr unn untuk monitor pcrubanan
warne unn dan urin output
• Jika tcrdapat pigmcntasi pada unn, tingkatkan rcsusitasi ningga unn output
scbanyak 70 -100 ml / jam untuk dcwasa dan 2 ml / kg / jam pada anak.
• jika unn output tidak tercapai, tambankan 12.5 g manitoi untuk sctiap liter cairan
yang dibutunkan untuk mcnghasikan diuresis osmotik.
• Jika hcmokromogonuria toratasi, kurangi rcsustasi cairan hinggan unn output 30
• 50 mi / jam pada dcwasa dan 1 ml /kg / jam pada anak < 30 kg.
X __ — /

/ Dlsrltmia

LakcKan monitoring ECG 24 .am ,ika pasicn ;


• Mengalam uka Dakar istrik vctase tirtggi
• Riwayat keni angan kcsaoa'an
• Has i reKam ECG abnormal paoa saat pasicn oatang
X _____________________

Pcnllalan Slrkulasl Perlfcr

Lakukan pen a an sctiap jam ternadap .


• Warna kulit
• Edema
• Capil ary refill
• Donyut nadi pentcr
• Sensors kulit

Jika tcrdapat tanda sindrom kompartcmcn. pcrtimbangkan fasciotomi X


_____/

69
Fasciotomi:
"X
• Tujuan untuk mcngatasi sindrom kompartcmcn dan mengombaiikan pertusi otot.
- Sebaiknya dilakukan dalam anastesi gonc'a dan kcnd si stem.

• F ascot cm ckstrom tas atas :


• Dilakukan nsis longitud nai pada gans md modal dan mid lateral tangan
sepanjang dar sku h ngga perge angan tangan.
• insist dilakukan sedaiam icmak subkutan nmgga deep fascia ternnat laJu
insisi pada tasca.
• Hati- nat ternadap nervus ulnans pada siku
• Kontrol pendarahan dengan diatermi atau pengi<atan.
• Pada Iuka bakar tolapak tangan, mungkin dilakukan re ease carpal tunnel,
dengan konsuitasi terebih danuiu dengan unit Iuka bakar.

• Fascotomi ckstrom tas bawan


- Terdapat 4 kom parte men pada ekstremitas bawan
• periu dilakukan insist pada semua kompa'temen dengan 2 insist:
ms si lateral dan media

Pcrawatan Luka

Menggunakan prnsip perawatan uka pada uka bakar.

Bagan 7. Algoritma penatalaksanaan trauma Iuka bakar listrik menurut pelatihan emergency

management of severe burn oleh asosiasi Iuka bakar Australia & New Zealand

70
Gambar 28. Trauma Luka Bakar pada dorsum pedis dextra akibat listrik. Kedalaman rusaknya jaringan sukar dipre- diksi
dalam waktu singkat. Tulang merupakan penghantar listrik yang buruk sehingga timbul panas pada tulang yang diterima
otot disekitar tulang tersebut dan kemudian terjadi nekrosis, yang harus di nekrotomi dalam beberapa kali sesi operasi.

71
Proteksi t418191

Perawat dan petugas medis perlu menyadari pentingnya melindungi diri mereka dari
kontaminasi dengan menggunakan sarung tangan, apron, masker dan sebagai- nya.
Seluruh pakaian harus dilepaskan segera jika terkontaminasi dan disimpan di tempat
khusus untuk dibuang kemudian.

Etiologi dan KlasifikasH41819]

Kecelakaan di laboratorium, penyerangan di antara masyarakat sipil, kecelakaan


industri, dan aplikasi suatu bahan oleh sesorang yang tidak ahli yang digunakan untuk
tujuan medis merupakan penyebab Iuka bakar kimia yang paling sering ditemukan di
masyarakat.

Kerusakan jaringan sebagai akibat langsung dari paparan zat kimia bergantung dari:
Kekuatan atau konsentrasi agen, kuantitas agen, lamanya kontak terhadap kulit/ mukosa,
luasnya penetrasi ke jaringan, mekanisme kerja.

7
2
Sangat nyeri. Irigasi dengan air mengalir Asam hydrofluoric
Tampilan bervariasi mulai dari dan terapi bedah seperti Iuka
eritema (superficial) hingga bakar akibat panas
black
Luka Bakar eschar (dalam).
Asam Beratnya cedera tergantung dari konsentrasi asam dan
lama kontak. Aritmia dapat muncul mengikuti hipokalemia dan
hypomagnesaemia
Irigasikan lebih lama daripada
Semen basah menyebabkan
asam (setidaknya 1 jam).
Semen (Luka keadaan pH hingga 12,9. Terapi bedah diperlukan
Bakar basa Rasa nyeri dan sensasi untuk Iuka bakar yang dalam
(alkali)) terbakar terjadi lambat
(setelah beberapa jam)
Menyebabkan Iuka bakar Pemberian cairan kerap Mixtur kompleks dari
dermal thickness. Risiko diperlukan. alkanes,
tinggi pada pekerja yang sikloallkanes; dan
Petrol
sering kontak dengan bahan hidrokarbon.
(Gasoline)
petrol
lama, dan kontak dengan
listrik statis.
Luka bakar akibat cairan Lepaskan baju yang Petrolum (kerosene,
panasnya bukan efek toksik menempel. medicinal paraffin,
Jangan menggosok paraffin wax) dan
dari bitumen.
Bitumen bitumennya, dan irigasi vegetable oil.
dengan air mengalir untuk
pendinginan.
Tabel 8. Beberapa macam Iuka bakar yang disebabkan trauma bahan kimia dengan tanda dan gejala serta terapi.
Komplikasi Anatomi Khusus:

1. Gastrointestinal : Kecelakaan kebakaran dari agen korosif yang digunakan di ru- mah
umumnya terjadi pada anak-anak 1/3 pasien dengan Iuka bakar intra-oral I mengenai
daerah mulut terbukti memiliki hubungan dengan cedera esofagus. Diagnosis definitif
dengan evaluasi endoskopi. Foto x-ray dada dan abdomen; CT scan dada/abdomen
dapat menunjukkan kerusakan extra-lumen. Eksplorasi be- dah dan pembersihan
jaringan nekrosis diperlukan. Steroid tidak terbukti memberi- kan keuntungan.
Seringkali terbentuk striktur esofagus.

2. Mata : Luka bakar kimia yang mengenai mata berkaitan dengan tinginya insidensi
gangguan mata residual. Tanda fisik termasuk blefarospasme, mata berair, kon-
jungtivitis, dan dorongan untuk menggaruk mata yang tidak terkontrol. Pembeng-
kakan cepat epitel kornea irigasi dengan air. Antibiotik topikal mencegah infeksi
sekunder. Komplikasi yang dapat terjadi ulkus kornea dan perforasi, glaukoma
sekunder, symblepharon.

Pertolongan Pertama

Lcoaskan oakaian yang tcrkontaminasi dan bcrsihkan zat kimia bubuk (disapu). Aliran air
yang konstan morupakan hal terpenting untuk hampir somua kasus lu<a ba«ar kimia. kecuali
demon sodium, ootassium, dan lithium. Untuk hasil terbaik torapi ini harus dimulai dalam 10
monit setolah konta<
Gambar 29 . Luka Bakar pada wajah akibat tersiram cairan keras asam sulfat pekat pasca debridement.

Gambar 30. Luka Bakar Kimia pada dada dan leher akibat cairan keras asam sulfat pasca debridement.

75
TEORI
DASAR LUKA
BAKAR
ANATOM I DAN
FISIOLOGITULk
T
Kulit adalah sistem integumen, merupakan organ tubuh yang terletak paling
luar dan melapisi seluruh tubuh, membatasinya dari lingkungan hidup manusia.
Luas kulit berkisar 0,025 m2 pada anak baru lahir hingga pada orang dewasa 1.8 m2,
dengan berat kira-kira 4,5 - 5 kg (15% total berat badan)J 1i Tebalnya kulit bervariasi
mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis
terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan
atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung,
bahu dan bokongJ2! Kulit memiliki sistem yang menakjubkan, lapisan epidermis
mengontrol penguapan, sedangkan dermis memberikan fleksibilitas dan kekuatan.

7
7
EPIDERMIS/Kutikel

Lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel berlapis gepeng
bertanduk, mengandung sei melanosit, Langerhans dan Merkel. Tebal epidermis
berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan
kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi
regenerasi setiap 4-6 minggu. hl

Epidermis terdiri atas lima lapisan, yaitu:

1. Stratum Korneum : Lapisan sei Keratinosit, yang mengelupas dan berganti.

2. Stratum Lusidum : Sei gepeng tanpa inti dan terdapat protein Eleidin, Biasanya
lebih mudah terlihat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan.

3. Stratum Granulosum : Terdiri dari 3-5 lapis sei polygonal gepeng yang disebut
Granula Keratohialin yang mengandung protein kaya akan Histidin. Pada lapisan ini
terdapat sei Langerhans.

4. Stratum Spinosum : Filamen Monofibril berperan penting mempertahankan


kohesi sei dan melindungi terhadap efek abrasi.

5. Stratum Basale (Stratum Germinativum) : Terdapat aktifitas mitosis yang hebat


dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sei epidermis secara konstan.
Epidermis diperbarui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, Hal ini tergantung
letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sei yang mengandung Melanosit.

DERMIS

Lapisan lebih tebal (0,06 -1,2 mm) terdiri atas jaringan ikat yang menyokong
epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Terutama tersusun
atas kolagen dan serabut elastin, pembuluh darah, dan ujung-ujung saraf. Lebih

7
8
dalam dari dermis terdapat kelenjar keringat yaitu kelenjar sebasea dan folikel
rambut serta pleksus - pleksus kapiler dan lapisan lemak subdermalJ 2]

Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan


bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal. Pada
usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan serabut

Bata ng
Rambut

Papilla dermis

Ujung Saraf Bebas Folikel Rambut

Art.eri KqVinm
Pjre.kta

Arteri
Perforator

Jaringan. Lemak

Taftmi

Gambar 31. Gambar Penampang Kulit

elastin berkurang. Hal ini menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan
tampak mempunyai banyak keriputJ1

7
9
Fungsi utama kulit adalah sebagai :t2 4i

1 Proteksi (pelindung I barrier dari invasi bakteri eksogen) : mencegah penetrasi


mikroorganisme ke dalam jaringan subdermal.

2 Termoregulasi : yaitu pleksus vaskular pada strukstur dermis yang mengatur


homeostasis suhu tubuh. Jika suhu tinggi akibat suhu lingkungan/aktivitas maka
terjadi penguapan kulit untuk menurunkan suhu dan vasodiltasi pembu- luh darah
di dermis, serta peningkatan aliran darah menuju dermis. Sebali- knya jika suhu
rendah maka terjadi penurunan sekresi keringat dan vasokon- striksi pembuluh
darah sehingga aliran darah menurun guna mengurangi pele- pasan panas.

3 Permukaan Sensoris : salah satu proteksi tubuh dimana ujung saraf senso- ris di
dermis berperan dalam mendeteksi sensasi sentuhan, tekanan, nyeri, dingin dan
panas.

4. Respon imun : sistem imun tubuh pertama sebagai pelindung dari


mikroorganisme juga menghasilkan suatu protein (keratin) sehingga sulit di
dekompo- sisi oleh bakteri/mikroorganisme dan juga menghasilkan keringat dan
minyak yang memberikan suasana asam pada kulit.

5 Sebagai Reservoir darah dimana dermis mengan jaringan pembuluh darah yang
luas, yaitu sekitar 8%-10% volume darah dari total darah pada resting adult.
Vitamin D selanjutnya di metabolisme di hepar.

8
0
6. Pengontrol kehilangan cairan :

7 Fungsi metabolik : kulit sebagai produksi vitamin D dimana sintesis vitamin ini
memerlukan aktivasi dari molekul prekursor oleh sinar UV.

8 Fungsi psikososial: kulit penting sebagai estetika/keindahan dan cermin ke-


sehatan serta kepribadian

GAMBAR 32. PENAMPANG KULIT

8
1
HIPERTROFI
DAN KE LB ID
PARUT HIPERTROFI [4,18,2O]

Parut hipertrofik dan keloid pasca Iuka bakar merupakan masalah mayor yang
masih sulit untuk diatasi pada kasus Iuka bakar. Biasanya Iuka yang hipere- mis mulai
kembali normal sekitar 9 minggu setelah cedera, pada Iuka yang memiliki
kecenderungan menjadi hipertrofik, pembentukan pembuluh darah baru meningkat,
sehingga menyebabkan eritema dan kontraksi lalu setelah itu terbentuk hipertrofik.
Parut hipertrofi adalah pertumbuhan jaringan parut yang berlebihan yang tidak
melebihi batas Iuka aslinya. Etiologinya dikaitkan dengan penyembuhan Iuka yang
tidak normal, epitelisasi lama baru terjadi, akibat penanganan yang tidak memadai dari
sejak awal sampai Iuka matang.

Tanda atau penampakan yang terlihat adalah terjadi parut yang menebal, tidak
rata, lebih gelap dan dapat menimbulkan gangguan kepercayaan diri pada pasien.

83
KELOID

Keloid adalah jaringan parut yang tumbuh melebihi area Iuka pada kulit yang
menyembuh. tempat predileksi keloid ditunjukkan pada area deltoid sternum,
punggung dan telinga.

Perbedaan parut hipertrofik dan keloid dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Parut Hipertrofik Keloid

Onset Muncul dini, dalam 4 minggu pasca trauma Muncul lambat, setelah beberapa bulan /
tahun

Riwayat Mengecil / tetap seiring waktu, mengalami Membesar seiring waktu


maturasi
Batas Tetap di batas Iuka Melewati batas Iuka
Di area pergerakan / Iya Tidak
melibatkan sendi
Predileksi Permukaan fleksor, persendian Sternum, lobulus telinga, deltoid, punggung

Faktor risiko Ras tertentu Wanita muda dan ras afroamerika. Risiko
terjadi pada kulit berwarna 15x daripada kulit
putih.
Respon terhadap pembedahan Membaik dgn pembedahan Terkadang memburuk setelah pembedahan

Warna Lebih Pucat Seperti otot kemerahan

Gejala Tidak seberat keloid Dapat gatal / nyeri

Mikroskopik struktur nodular, sei fibroblast, pembuluh darah kecil dan halus, serat kolagen meningkat serat kolagen tebal, besar,
terdiri dari banyak serat fibrin yang tersusun rapat dan tidak teratur

Tabel 9. Perbedaan parut hipertrofik dan keloid.

84
Tanda dan Gejala Keloid

- Pada lesi kulit: warna keloid seperti otot, kemerahan atau merah muda

- Berbentuk nodular atau berkelompok.

- Dapat gatal dan nyeri selama pertumbuhannya

- Benjolannya lebih besar dari Iuka awal sehingga berbentuk seperti bunga koi

Pemeriksaan

- Diagnosis berdasarkan penampakan pada kulit atau bekas Iuka.

- Biopsi kulit

Pencegahan

Lakukan pencegahan komplikasi kulit dengan scar massage, kompresi garmen,


silicon topical, steroid injection, dan surgical excision sebagai alternatif terapi jika tidak
dapat dilakukan. Pada scar lakukanlah dengan pemijatan dan peregangan pada
daerah parut yang berkembang setelah pengaplikasian salep dimana idealnya
dilakukan beberapa kali per hari.

Manajemen Non Operatif

• Injeksi Keloid Intralesi: Triamnicolone Acetonide 10 mg/ cm keloid setiap 2-6


minggu. Dapat mengurangi rasa gatal.

• Radiasi

• Silicon Gel

• Salep steroid

• Preassure garment

Pada Iuka bakar, jarang terjadi keloid karena sejak awal parut menebal sedangkan
pada keloid timbulnya sekitar setahun sejak trauma.

85
Manajemen Operatif Keloid

Manajemen operatif pada keloid bertujuan untuk mempermudah terapi lanjutan-


nya, sehingga terapi kombinasi dengan non-operatif sangat disarankan. Sayatan be-
dah atau eksisi, mengeluarkan, dan membut tandur kulit dapat efektif dalam
menurunkan ketegangan lokal dan ketebalan bekas Iuka. Belum ada pengobatan
yang dapat menyembuhkan keloid. Terapi kombinasi sering lebih bermanfaat pada
pasie keloid.

BALUT TEKAN

Pressure garment telah digunakan sejak tahun 1970, yang termasuk dalam me-
tode ini adalah sebagai berikut:

- anting-anting penekan
- kancing penekan
- elastic bandage
- lycra bandages
- compression wrap/compression garment
Garmen digunakan setelah Iuka tertutup epitel. Tekanan yang direkomen- dasi
dalam penggunaan pressure garment adalah 24-30 mmHg selama 18-24 jam sehari
selama 6-12 bulan. Fungsi pemberian tekanan adalah untuk menim- bulkan hipoksia
jaringan sehingga mereduksi jaringan fibroblas dan menurunkan a-macroglobulin
sehingga menghambat kolagenase untuk mende- gradasi kolagen sehingga dapat
menghasilkan parut yang lebih tipis, matang dan elastis. Keberhasilan penggunaan
metode ini antara 60-85%. Bila dikombi- nasi dengan teknik operatif dapat
memberikan respon hingga 90-100%.

8
6
Gambar 33. Contoh Parut Hipertrofik pada tangan. Cara mencegahnya adalah pemakaian
preassure garment sejak awal sampai parut lemas dan tidak merah.
KONTRAKTUR
Kontraksi ialah proses penyembuhan fisiologis normal yang terjadi pada margin
Iuka dan mengurangi ukuran akhir dari Iuka. Sementara Kontraktur ada- lah efek
patologis jaringan parut yang mungkin timbul dari proses penyembuhan Iuka.
Kontraktur dapat menyebabkan deformitas yang memerlukan pembe- basan kulit
dengan graft atau flap.

Luka Bakar menyebabkan kehilangan jaringan, menyembuhkan Iuka dengan


kontraksi, dan dapat menghasilkan kontraktur. Kontraktur dapat berupa in- trinsik atau
ekstrinsik. Kontraktur Intrinsik merupakan hasil dari cedera atau kehilangan jaringan di
daerah yang terkena Iuka bakar, yang menyebabkan distorsi lajutan dan deformitas
bagian tersebut. Kontraktur ekstrinsik terjadi ketika jaringan yang hilang di area yang
terkena Iuka bakar menyebabkan ketegangan yang mendistorsi struktur bagian
daerah lain. Kelopak mata ektropion, misalnya, dapat mengakibatkan baik dari
kontraktur intrinsik atau ekstrinsik. Meskipun kon- sep ini jelas dan terkenal namun
sering terabaikan.
Seiring dengan perkembangan kemampuan menyelamatkan kelangsungan
hidup dalam cedera Iuka bakar dalam beberapa dekade terakhir, perhatian ber- alih
ke isu morbiditas dan fungsi. Pasien dengan Iuka bakar sering terpaksa ti- dak bisa
bergerak, baik sebagai akibat dari penyakit kritis, dan sebagai akibat dari Iuka bakar
itu sendiri karena sakit/nyeri bila bergerak. Kontraktur menempat- kan pasien pada
risiko masalah kesehatan tambahan dan defisit fungsional. Kontraktur ekstremitas
atas dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari, seperti pera- watan, berpakaian,
makan, dan mandi, serta motorik halus.

Deformitas kontraktur harus ditangani dengan sangat hati-hati, dievaluasi dan


didiagnosis dengan akurat dalam jangka panjang. Tindakan korektif kemu- dian dapat
dilakukan untuk mengembalikan fungsi dan memperbaiki penampi- lan. Para peneliti
telah mendalami pencegahan kontraktur dan pilihan pengo- batan, termasuk splint,
serial casting, ultrasound, gel silikon, iontophoresis, olah- raga, dan bedah
rekonstruksi.

Gambar 34. Kontraktur tangan pasca Iuka bakar, yang menyebab- kan
gangguang fungsi maupun estetik. Dressing secara terpisah sejak awal dapat
mencegah hal diatas.
Gambar 35. Kontraktur kaki post Iuka bakar. Pasien seperti ini sulit me- makai sepatu, selain
itu terdapat gangguan pertumbuhan pada jari kaki. Ini akibat splinting sejak awal sampai 2
tahun kemudian tidak dikerjakan pada pasien ini.

90
BAB 11

CONTOH
KASUS
TANYA - JAWAB
LUKA BAh&R
Berapa banyakah resusitasi cairan harus diberikan untuk pasien laki-laki den- gan
berat badan 70 Kg dengan 40% TBSA, Iuka bakar derajat 2-3, dalam waktu 3 jam
setelah terkena Iuka bakar?

4cc X 70 Kg X 40%= 11.200 cc RL untuk 24 jam.


1
/2 total cairan diberikan dalam 8 jam pertama, 1/2 sisanya dalam waktu 16 jam.

11.220 : 2= 5600 cc dibutuhkan dalam 8 jam pertama.

5.600 : 5 = 1.120 cc/jam

Soal 1

Seorang perempuan berusia 55 tahun dengan berat 50 kg terkena ledakan kom- por gas
pukul 00.00 dengan luas Iuka bakar sebagai berikut:

Iuka bakar derajat 1:10%

Iuka bakar derajat II: 20%


Iuka bakar derajat III: 30%

9
2
Tiba di puskesmas setengah jam kemudian dan tiba di sebuah rumah sakit umum (RS.A)
satu jam setelah cedera. Di RS.A mendapat resusitasi cairan 2.500 cc dan kemudian dirujuk
ke Unit Pelayanan Luka Bakar, tiba di 09.00 di pagi hari.

a. Apa yang Anda lakukan jika Anda adalah seorang dokter di RS.A?

b. Apa yang Anda lakukan jika Anda adalah seorang dokter di Unit Luka Bakar?

Jawab:

a. Yang harus dilakukan di RS A

Resusitasi cairan menurut rumus parkland-baxter:[10’17]

(4 x kgBB x TBSA) dimana TBSA yang dihitung adalah derajat II dan III

4x50 kg x 50% = 10.000.

8 jam pertama= 5000cc yang berarti 625cc/jam

16 jam berikutnya = 5000cc; 313cc/jam.

Tiba di RS. A 1 jam pasca trauma, maka pemberiannya 5000cc/7jam = 715cc/jam untuk
grup 8 jam pertama. Untuk 16 jam berikutnya tetap menggunakan perhitun- gan 313 cc/jam

Buka 2 jalur infus dengan menggunakan abocath ukuran besar (no 18 -20) usahakan vena
dalam.

Segera kirim Ke Unit Iuka bakar dengan ETT dan cairan seperti diatas, sebaiknya su- dah
tiba di unit Iuka bakar Dalam, waktu kurang dari 1 jam. Sertakan dokumen resusitasi.

Bilatidak dimungkinkan untuk pengiriman cepat lakukan hal dibawah:

• ETT terpasang posisi setengah Duduk,

• Oksigen nasal 3 liter per menit.

• Titrasi per jam Target sesuaikan Artikel Baru.

Target:

93
• Urin Output 0.5-1 cc/kgBB/jam yang berarti 25-50cc/jam

• Nadi <140, MAP 65, respirasi 16-24 kali per menit.

b. Penanganan di Unit Luka Bakar

• Selalu dilakukan survei primer dan sekunder

• Hitung TBSA, berat badan, kedalaman Iuka bakar

• Hitung ulang resusitasi cairan

• Melakukan koreksi jika diperlukan (CVC dan lain rute vena)

• Laboratorium dilakukan dan dada X-ray

• Titrasi sesuai dengan target/jam

• Rawat di Intensive Care Unit dengan ventilator bila terdapat indikasi ICU

Indikasi pasien untuk dirawat di ICU adalah (SPO UPKLB RSCM):

• Setiap Iuka bakar dewasa > 30% dengan atau tanpa trauma inhalasi (<24 jam
pascatrauma)

• Setiap Iuka bakar anak > 10% dengan atau tanpa trauma inhalasi (<24 jam
pascatrauma)

• Setiap Iuka bakar dewasa > 30%, 24 jam pascatrauma dengan salah satu atau lebih
gangguan saluran nafas (airway), pernafasan (breathing), sirkulasi (circulation).

• Setiap pasien Iuka bakar dewasa dan anak dengan trauma inhalasi.

9
4
SsfijMa&a

•*’• V < M>. •


• •. •: • • • ■

.
. ■ . •■ .. '. ' M -
* *'• WSti * W

REFERENSI
L
*•••
•• ■ • ■ s- ' ' «Ry ’ ■•■'

.z••<V••••’• ■•
1. Settle, John AD. Principles and Practice of Burns www.cdc.gov/HomeandRecreationalSafety/Fire-Preventio
Management. Churchil Livingstone: 1996. n/fires-factsheet.html (Accessed on September 26, 2011).

2. Siobhan Conolly MB, et al. Clinical Practice Guidelines: Burn 16. Rossi LA, Braga EC, Barruffini RC, Carvalho EC. Childhood
Wound Management NSW Health. NSW Health: 2009. burn injuries: circumstances of occurrences and their
prevention in Ribeirao Preto, Brazil. Burns 1998; 24:416.
3. Klaus Wolff, Lowell A. Goldsmith. Fitzpatrick's Dermatology in
General Medicine, 7th Edition.Vol.2. Elsevier: 2008. 17. Hemeda M, Maher A, Mabrouk A. Epidemiology of burns
admitted to Ain Shams University Burns Unit, Cairo, Egypt.
4. Grabb &Smith. Text book of plastic surgery 7th Edition. Burns 2003; 29:353.
Churchil Livingstone: 2013.
18. Fundamental Critical Care Support. FCCS Textbook New
5. Shehan Hettiaratchy PD. ABC of Burns. BMJ. 2004; 329:158-
60.
19. Emergency Management of Sever Burns Course Manual
6. Herndon, David N., Total Burn Care. 4th edition. Saunders El. Book. The education commitee of ANZBA/Kolegium llmu
London: 2012. Bedah. 17th Edition. Feb 2013.

7. Jackson D. The diagnosis of the depth of burning. British 20. Sudjatmiko,Gentur. Petunjuk Praktis ilmu bedah plastik.
Journal of Plastic Surgery. 1953;40:588-96 cetakan ketiga . 2011.

8. Roth, Jeffrey J., Hughes B. William. The Essential Burn Unit


Handbook. Quality Medical Publishing Clinical Handbook;
Missouri: 2004.

9. American College of Surgeon Committee in Trauma.


Advanced Trauma Life Support for Doctor Manual Handbook.
8th Edition: 2010

10. Forjuoh SN. Burns in low- and middle-income countries: a


review of available literature on descriptive epidemiology, risk
factors, treatment, and prevention. Burns 2006; 32:529.

11. Peck MD, Kruger GE, van der Merwe AE, et al. Burns and
fires from non-electric domestic appliances in low and middle-
income countries Part I. The scope of the problem. Burns
2008; 34:303.

12. World Health Organization. The Global Burden of Disease:


2004 Update. World Health Organization, Geneva 2 0 0 8
www.who.int/healthinfo/global_burden_disease/GBD_rep
ort_2004update_full.pdf Murray CJL, Lopez, AD. The global
burden of disease: a comprehensive assessment of mortality
and disability from diseases, injuries, and risk factors in 1990
and projected to 2020, World Health Organization,
Swizerland 2006.

13. The World Bank. World Development Report 1993: Investing


in Health, 16th edition, Oxford University Press, New York
19914..

15. Center for Disease Control. Fire deaths and injuries: Fact
sheet overview 2 008

96
• A - (/Vrway) Penatalaksanaan jalan nafas dan managemen tulang se* *vikal
• B (Breathing) Pernafasan dan ventilasi

• C - (Circulation} Siddilasi deng an kontrol perdarahan

• D - Disabilitas - Status neurogenik

• E - (Exposure) Paparan ♦ pengendalian lingkungan

• F - (Fluids) Cairan. Pemenksanaan, Pipa, Analgesi

Anda mungkin juga menyukai