Anda di halaman 1dari 3

BAGAIMANA DINAMIKA HISTORIS, DAN URGENSI WAWASAN NUSANTARA

SEBAGAI KONSEPSI DAN PANDANGAN KOLEKTIF KEBANGSAAN INDONESIA


DALAM KONTEKS PERGAULAN DUNIA

A. Menelusuri Konsep dan Urgensi Wawawan Nusantara


Wawasan Nusantara merupakan wawasan nasional (national outlook) bangsa Indonesia yang
selanjutnya dapat disingkat Wasantara. Wawasan nasional merupakan cara pandang bangsa terhadap diri
dan lingkungan tempat hidup bangsa yang bersangkutan. Cara bangsa memandang diri dan
lingkungannya tersebut sangat mempengaruhi keberlangsungan dan keberhasilan bangsa itu menuju
tujuannya.
Wawasan Nusantara bisa kita bedakan dalam dua pengertian yakni pengertian etiomologis dan
pengertian terminologi. Secara etimologi, kata Wawasan Nusantara berasal dari dua kata wawasan dan
nusantara. Wawasan dari kata wawas (bahasa Jawa) yang artinya pandangan. Sementara kata “nusantara”
merupakan gabungan kata nusa yang artinya pulau dan antara. Kata ”nusa” dalam bahasa Sanskerta
berarti pulau atau kepulauan. Sedangkan dalam bahasa Latin, kata ”nusa” berasal dari kata nesos yang
dapat berarti semenanjung, bahkan suatu bangsa. Merujuk pada pernyataan tersebut, maka kata ”nusa”
juga mempunyai kesamaan arti dengan kata nation dalam bahasa Inggris yang berarti bangsa. Dari sini
bisa ditafsirkan bahwa kata ”nusa” dapat memiliki dua arti, yaitu kepulauan dan bangsa.
Pengertian terminologis adalah pengertian yang dihubungkan dengan konteks istilah tersebut
dikemukakan. Berdasar pengertian terminologis, wawasan nusantara merupakan pandangan bangsa
Indonesia terhadap lingkungan tempat berada termasuk diri bangsa Indonesia itu sendiri. Hakikat atau
esensi wawasan nusantara adalah “persatuan bangsa dan kesatuan wilayah”. Wawasan Nusantara adalah
cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

B. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik tentang Wawasan Nusantara


1. Latar Belakang Historis Wawasan Nusantara
Lahirnya konsepsi wawasan nusantara bermula dari Perdana Menteri Ir. H. Djuanda Kartawidjaja
yang pada tanggal 13 Desember 1957 mengeluarkan deklarasi yang selanjutnya dikenal sebagai Deklarasi
Djuanda. Isi deklarasi tersebut sebagai berikut:
"Bahwa segala perairan di sekitar, di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau yang termasuk
Negara Indonesia dengan tidak memandang luas atau lebarnya adalah bagian-bagian yang wajar daripada
wilayah daratan Negara Indonesia dan dengan demikian bagian daripada perairan pedalaman atau
nasional yang berada di bawah kedaulatan mutlak Negara Indonesia. Lalu lintas yang damai di perairan
pedalaman ini bagi kapal-kapal asing dijamin selama dan sekedar tidak bertentangan dengan/mengganggu
kedaulatan dan keselamatan Negara Indonesia. Penentuan batas landas lautan teritorial (yang lebarnya 12
mil) diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung yang terluar pada pulaupulau Negara
Indonesia. Ketentuan-ketentuan tersebut di atas akan diatur selekaslekasnya dengan Undang-Undang".
2. Latar Belakang Sosiologis Wawasan Nusantara
Berdasar sejarah, wawasan nusantara bermula dari wawasan kewilayahan. Namun seiring
tuntutan dan perkembangan, konsepsi wawasan nusantara mencakup pandangan akan kesatuan politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan, termasuk persatuan sebagai satu bangsa. Ini berarti
lahirnya konsep wawasan nusantara juga dilatarbelakangi oleh kondisi sosiologis masyarakat Indonesia.
Berdasar pada kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia, wawasan nusantara yang pada awalnya
berpandangan akan “kesatuan atau keutuhan wilayah” diperluas lagi sebagai pandangan akan “persatuan
bangsa”. Bangsa Indonesia tidak ingin lagi terpecah-pecah dalam banyak bangsa. Untuk mewujudkan
persatuan bangsa itu dibutuhkan penguatan semangat kebangsaan secara terus menerus.
3. Latar Belakang Politis Wawasan Nusantara
Wawasan nusantara pada dasarnya adalah pandangan geopolitik bangsa Indonesia. Geopolitik
berasal dari bahasa Yunani, dari kata geo dan politik. “Geo” berarti bumi dan “Politik” politeia, berarti
kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri (negara) dan teia yang berarti urusan. Sementara dalam bahasa
Inggris, politics adalah suatu rangkaian asas (prinsip), keadaan, cara, dan alat yang digunakan untuk
mencapai cita-cita atau tujuan tertentu. Tindakan, cara dan perilaku masyarakat dipengaruhi oleh kondisi
geografi tempat masyarakat hidup. Selanjutnya geopolitik dipandang sebagai studi atau ilmu. Geopolitik
secara tradisional didefinisikan sebagai studi tentang "pengaruh faktor geografis pada tindakan politik”.
Geopolitik dimaknai sebagai ilmu penyelenggaraan negara yang setiap kebijakannya dikaitkan dengan
masalah-masalah geografi wilayah atau tempat tinggal suatu bangsa. Geopolitik adalah ilmu yang
mempelajari hubungan antara faktor–faktor geografi, strategi dan politik suatu negara. Adapun dalam
impelementasinya diperlukan suatu strategi yang bersifat nasional (Ermaya Suradinata, 2001).
Pandangannya tentang wilayah, letak dan geografi suatu negara akan mempengaruhi kebijakan atau
politik negara yang bersangkutan.

C. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Wawasan Nusantara


Luas wilayah Indonesia tentu memberikan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk mengelolanya.
Hal ini dikarenakan luas wilayah memunculkan potensi ancaman dan sebaliknya memiliki potensi
keunggulan dan kemanfaatan. Wawasan nusantara telah menjadi landasan visional bagi bangsa Indonesia
guna memperkokoh kesatuan wilayah dan persatuan bangsa. Upaya memperkokoh kesatuan wilayah dan
persatuan bangsa akan terus menerus dilakukan. Hal ini dikarenakan visi tersebut dihadapkan pada
dinamika kehidupan yang selalu berkembang dan tantangan yang berbeda sesuai dengan perubahan
zaman. Dinamika yang berkembang itu misalnya, jika pada masa lalu penguasaan wilayah dilakukan
dengan pendudukan militer maka sekarang ini lebih ditekankan pada upaya perlindungan dan pelestarian
alam di wilayah tersebut. Tantangan yang berubah, misalnya adanya perubahan dari kejahatan
konvensional menjadi kejahatan di dunia maya.

D. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Wawasan Nusantara


Sebagaimana telah dikemukakan di muka, esensi atau hakikat dari wawasan nusantara adalah
“kesatuan wilayah dan persatuan bangsa” Indonesia. Wilayah Indonesia sebagai satu kesatuan memiliki
keunikan antara lain: Bercirikan negara kepulauan (Archipelago State) dengan jumlah 17.508 pulau.
Luas wilayah 5.192 juta km2 dengan perincian daratan seluas 2.027 juta km2 dan laut seluas 3.166 juta
km2. Negara kita terdiri 2/3 lautan / perairan. Jarak utara selatan 1.888 km dan jarak timur barat 5.110 km
e. Terletak diantara dua benua dan dua samudra (posisi silang), dan masih banyak lagi.
Wawasan nusantara yang pada awalnya sebagai konsepsi kewilayahan berkembang menjadi
konsepsi kebangsaan. Artinya wawasan nusantara tidak hanya berpandangan keutuhan wilayah, tetapi
juga persatuan bangsa. Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang heterogen. Heterogenitas bangsa
ditandai dengan keragaman suku, agama, ras, dan kebudayaan. Konsep Wawasan Nusantara menciptakan
pandangan bahwa Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah merupakan satu kesatuan politik,
sosialbudaya, ekonomi serta pertahanan dan keamanan.
1. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Politik, memiliki makna:
a. Bahwa kebulatan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya merupakan satu kesatuan
wilayah, wadah, ruang hidup, dan kesatuan matra seluruh bangsa serta menjadi modal dan milik bersama
bangsa.
b. Bahwa bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan berbicara dalam berbagai bahasa daerah
serta memeluk dan meyakini berbagai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa harus
merupakan satu kesatuan bangsa yang bulat dalam arti yang seluasluasnya. Dan lain sebagainya.
2. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Ekonomi, Memiliki makna:
a. Bahwa kekayaan wilayah Nusantara baik potensial maupun efektif adalah modal dan milik bersama
bangsa, dan bahwa keperluan hidupNsehari-hari harus tersedia merata di seluruh wilayah tanah air.
b. Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh daerah, tanpa meninggalkan ciri
khas yang dimiliki oleh daerah dalam pengembangan kehidupan ekonominya.
c. Kehidupan perekonomian di seluruh wilayah Nusantara merupakan satu kesatuan ekonomi yang
diselenggarakan sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan dan ditujukan bagi sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
3. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Sosial Budaya Memiliki makna:
a. Bahwa masyarakat Indonesia adalah satu, perikehidupan bangsa harus merupakan kehidupan bangsa
yang serasi dengan terdapatnya tingkat kemajuan masyarakat yang sama, merata dan seimbang, serta
adanya keselarasan kehidupan yang sesuai dengan tingkat kemajuan bangsa.
b. Bahwa budaya Indonesia pada hakikatnya adalah satu, sedangkan corak ragam budaya yang ada
menggambarkan kekayaan budaya bangsa yang menjadi modal dan landasan 82 pengembangan budaya
bangsa seluruhnya, dengan tidak menolak nilai–nilai budaya lain yang tidak bertentangan dengan nilai
budaya bangsa, yang hasil-hasilnya dapat dinikmati oleh bangsa.
4. Perwujudan Kepulauan Nusantara Sebagai Satu Kesatuan Pertahanan dan keamanan, Memiliki makna:
1) Bahwa ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah pada hakekatnya merupakan ancaman terhadap
seluruh bangsa dan negara.
2) Bahwa tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam rangka pembelaan
negara dan bangsa.

Link video:
https://www.canva.com/design/DAExrbqZ6mw/if2XUM3wHAUNwPmEg9RC4w/view?
utm_content=DAExrbqZ6mw&utm_campaign=designshare&utm_medium=link&utm_source=r
ecording_view

Anda mungkin juga menyukai