PENDAHULUAN
Pengertian Irigasi sendiri ialah upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan
pertanian.Dalam dunia modern, saat ini telah banyak model irigasi yang dapat dilakukan
manusia.Sistem irigasi memiliki beberapa jenis irigasi ialah irigasi permukaan, irigasi lokal,
irigasi penyemprotan, irigasi tradisional, irigasi pompa air, dan irigasi tanah kering dengan
terasisasi.
Dalam rangka meningkatkan serta mempertahankan produksi tanaman pangan terutama padi
dan palawija, maka oleh pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat ataupun Dinas di Pemerintah kabupaten/ provinsi hingga sekarang telah
membangun prasarana irigasi. Kabupaten Gunungkidul sesuai Permen PUPR nomor 14 tahun
2015 memiliki kewenangan sebanyak 239 Daerah Irigasi. Dari sekian banyak Daerah Irigasi
tersebut saat ini masih banyak yang hanya saluran dari tanah dan bangunan utama/bendung
bangunan lama (belum teknis).
Sebagai akibat adanya pertambahan penduduk, kebutuhan beras dari tahun ketahun semakin
meningkat pula. Guna mengatasi peningkatan kebutuhan tersebut perlu peningkatan intensitas
tanam dengan mengadakan rehabilitasi/pembangunan/ peningkatan jaringan irigasi yang ada.
1
1.3 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam pekerjaan ini adalah :
a. Tersedianya dokumen Perencanaan Detail Enginering Design (DED) /desain pada Daerah
Irigasi/Bendung secara utuh yang siap dilaksanakan baik untuk tender maupun pelaksanaan
lapangan.
b. Terciptanya pelaksanaan pekerjaan dengan baik dan benar, sesuai dengan ketentuan yang
ada, sejak dari tahap persiapan sampai paska konstruksinya.
1.4 Lokasi Pekerjaan
Lokasi kegiatan berada di : DI.Kali Jamus dan DI Bd.Wonosadi Kabupaten Gunungkidul
1.5 Nama dan Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen
Pejabat Pembuat Komitmen Pengadaan Barang dan Jasa Supartono, ST, MT. Kepala Bidang
Pengairan, Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat Dan Kawasan Permukiman
Kabupaten Gunungkidul
1.6 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan laporan ini mencakup antara lain :
1. Perencanaan petak, saluran, dan bangunan air
2. Kebutuhan air
3. Sistem irigasi yang digunakan
Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran volume air, waktu pengairan dan
kelengkapan fasilitas, jaringan irigasi dapat dibedakan menjadi :
a. Irigasi sederhana
b. Irigasi semi teknis
c. Irigasi teknis
Di dalam laporan ini akan disajikan petak-petak primer, saluran primer, saluran
sekunder, saluran tersier, bangunan utama da, saluran pembuang termasuk juga
desain saluran irigasi, dengan menggunakan kombinasi antara saluran primer dan
sekunder. Bangunan terbagi menurut fungsinya dan pemakaiannya yang pada
akhirnya untukmendesain suatu daerah irigasi. Untuk mendapatkan perencanaan
jaringan irigasi yang tepat dibutuhkan data-data seperti data curah hujan,
evapotranspirasi, dan data debit andalan. Sehingga dari data tersebut, dapat diolah
sehingga diperoleh output yang maksimal dari jaringan irigasi tersebut.
1.7 Metodologi
1.4.1 Tahapan Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan adalah sebagai berikut:
2
1. Data topografi
2. Data hidrologi
3. Data iklim
1.4.2 Tahapan Pengerjaan
Tahapan pengerjaan adalah sebagai berikut:
1. Penghitungan kebutuhan air
2. Penghitungan luas area yang dapat diairi
3. Perencanaan petak dan saluran irigasi
4. Penghitungan dimensi saluran dan tinggi muka air
1.8 Sistematika Penyusunan
Dalam laporan ini, sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang pendahulan yang terdiri dari latar belakang, maksud dan tujuan,
ruang lingkup, metodologi penyusunan tugas, dan sistematika.
BAB II DASAR PEMIKIRAN
Berisi tentang dasar pemikiran tentang irigasi serta acuan yang dipakai dalam
perencanaan saluran irigasi.
BAB III DAERAH ALIRAN BENDUNG DI WANASADI
Berisi tentang kondisi sungai, DAS (daerah aliran sungai), stasiun hujan, data curah
hujan dan data iklim.
BAB IV SISTEM IRIGASI BENDUNG DAN JARINGAN AIR TANAH
Berisi tentang tahap-tahap pembuatan perencanaan sistem mulai dari perencanaan
petak, perencanaan saluran, perencanaan bangunan air, dan juga skema dari masing-
masing perencanaan. Terdapat juga perhitungan ketersediaan air, perhitungan
kebutuhan air, dan evaluasi keseimbangan air.
BAB V PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN
Berisi tentang perencanaan saluran, penentuan dimensi saluran, dan perhitungan
tinggi muka air dan tentang perencanaan disertai perhitungan dimensi saluran
buang.
BAB VI KESIMPULAN
Berisi tentang kesimpulan dan saran yang dari hasil laporan perencanaan.
3
4
BAB II
DASAR PEMIKIRAN
5
Tanah akan tergenangi oleh air irigasi sehingga mengakibatkan terjadinya
perembesan yang akhirnya menyebabkan naiknya permukaan air tanah. Dengan
naiknya muka air tanah, maka debit sungai pada musim kemarau akan naik.
8. Memperbaiki struktur tanah
Bila tanah berbutir, maka ia akan mempunyai banyak pori dan perlu banyak air
untuk mengairinya. Akan tetapi, dengan adanya bahan-bahan yang dibawa oleh
sungai maka butir-butir tanah akan menjadi lebih padat.
Terdapat tiga jenis sistem irigasi yang bisa gunakan dalam perencanaan suatu sistem
irigasi. Pemilihan sistem irigasi yang digunakan bergantung pada keadaan topografi,
biaya, dan teknologi yang tersedia. Berikut adalah penjelasan mengenai jenis–jenis
sistem irigasi.
a. Sistem Gravitasi
Sistem gravitasi merupakan sistem irigasi yang sumber airnya diambil dari air
yang ada di permukaan bumi, yaitu dari sungai, waduk, dan danau di dataran
tinggi. Pengaturan dan pembagian air irigasi menuju ke petak-petak yang
membutuhkan air dilakukan secara gravitasi.
b. Sistem Pompa
Tipe irigasi ini digunakan apabila pengambilan air secara gravitasi tidak layak
dan membutuhkan biaya yang jauh lebih banyak serta tidak dapat secara teknis.
Sistem ini menggunakan pompa untuk mengambil air dari sumbernya, seperti
sungai dan waduk.
c. Sistem Pasang Surut
Irigasi pasang surut adalah suatu tipe irigasi yang memanfaatkan pengempangan
air sungai akibat peristiwa pasang surut air laut. Daerah yang direncanakan untuk
tipe irigasi ini adalah daerah yang mendapat pengaruh langsung dari peristiwa
pasang surut air laut.
Jaringan irigasi apabila ditinjau dari cara pengukuran aliran air dan lengkapnya
fasilitas dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu :
a. Irigasi Sederhana
Di dalam irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atau diatur, air lebih
akan mengalir ke saluran pembuang. Para petani pemakai air itu tergabung
dalam satu kelompok jaringan irigasi yang sama sehingga tidak memerlukan
6
keterlibatan pemerintah di dalam organisasi jaringan irigasi semacam ini.
Persediaan air biasanya berlimpah dengan kemiringan berkisar antara sedang
sampai curam. Oleh karena itu, hampir-hampir tidak diperlukan teknik yang
sulit untuk sistem pembagian airnya.
Jaringan irigasi yang masih sederhana itu mudah diorganisasi, tetapi memiliki
kelemahan-kelemahan yang serius. Pertama-tama, ada pemborosan air dan,
karena pada umumnya jaringan ini terletak di daerah yang tinggi, air yang
terbuang itu tidak selalu dapat mencapai daerah rendah yang lebih subur.
Kedua, terdapat banyak penyadapan yang memerlukan lebih banyak biaya lagi
dari penduduk karena setiap desa membuat jaringan dan pengambilan sendiri-
sendiri. Karena bangunan pengelaknya bukan bangunan tetap/permanen, maka
umurnya mungkin pendek.
b. Irigasi Semiteknis
Dalam banyak hal, perbedaan satu-satunya antara jaringan irigasi sederhana
dan jaringan semiteknis adalah bahwa jaringan semiteknis ini bendungnya
terletak di sungai lengkap dengan bangunan pengambilan dan bangunan
pengukur di bagian hilirnya. Mungkin juga dibangun beberapa bangunan
permanen di jaringan saluran. Sistem pembagian air biasanya serupa dengan
jaringan sederhana. Adalah mungkin bahwa pengambilan dipakai untuk
melayani/mengairi daerah yang lebih luas dari daerah layanan pada jaringan
sederhana. Oleh karena itu, biayanya ditanggung oleh lebih banyak daerah
layanan. Organisasinya akan lebih rumit jika bangunan tetapnya berupa
bangunan pengambilan dari sungai karena diperlukan lebih banyak keterlibatan
dari pemerintah, dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum.
c. Irigasi Teknis
Salah satu prinsip dalam perencanaan jaringan teknis adalah pemisahan antara
jaringan irigasi dan jaringan pembuang/pematus. Hal ini berarti bahwa baik
saluran irigasi maupun pembuang tetap bekerja sesuai dengan fungsinya
masing-masing, dari pangkal hingga ujung. Saluran irigasi mengalirkan air
irigasi ke sawah-sawah dan saluran pembuang mengalirkan air lebih dari
sawah-sawah ke saluran pembuang alamiah yang kemudian akan diteruskan ke
laut.
Petak tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi teknis. Sebuah
petak tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhan yang idealnya
7
minimum 50 ha. Semakin kecil luas petak dan luas kepemilikan, maka semakin
mudah organisasi setingkat P3A/GP3A untuk melaksanakan tugasnya dalam
melaksanakan operasi dan pemeliharaan. Pembagian air di dalam petak tersier
diserahkan kepada para petani. Jaringan saluran tersier dan kuarter mengalirkan
air ke sawah. Kelebihan air ditampung di dalam suatu jaringan saluran
pembuang tersier dan kuarter dan selanjutnya dialirkan ke jaringan pembuang
primer.
2.2 Perencanaan Petak, Saluran, dan Bangunan Air
Dalam perencanaan ini, sistem irigasi yang digunakan adalah sistem irigasi teknis.
Terdapat beberapa kelebihan dalam penggunaan irigasi permukaan ini yaitu sebagai
berikut:
1. Keseragaman
Keseragaman ini menunjukkan bahwa dalam pengairan, distribusi air ke lahan
sawah terdistribusi secara merata
2. Efisiensi
Efisiensi pengaliran air dari bangunan air ke petak-petak sawah mempunyai
efisiensi kurang lebih sebesar 65%
2.2.1 Teori Perencanaan Petak
Petak irigasi adalah petak-petak atau daerah-daerah yang akan diairi dari suatu
sumber air baik dari waduk, sungai, bendungan, rumah pompa atau
pengambilan bebas. Perencanaan petak sawah yang ditugaskan adalah
perencanaan luas dan batas petak tersier serta tempat penyadapan airnya. Ada
tiga macam petak irigasi, yaitu :
a. Petak Primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil air
langsung dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran
primer yang mengambil airnya langsung dari sumber air, biasanya sungai.
Daerah di sepanjang saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan
mudah dengan cara menyadap air dari saluran sekunder.
b. Petak Sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang semuanya dilayani
oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari
bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder. Batas-batas
8
petak sekunder pada umumnya berupa tanda-tanda topografi yang jelas,
misalnya saluran pembuang. Luas petak sekunder bisa berbeda-beda,
tergantung pada situasi daerah.
c. Petak Tersier
Perenc anaan dasar yang berkenaan dengan unit tanah adalah petak
tersier. Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada
bangunan sadap (off take) tersier yang menjadi tanggung jawab Dinas
Pengairan. Bangunan sadap tersier mengalirkan airnya ke saluran tersier.
Di petak tersier pembagian air, eksploitasi, dan pemeliharaan menjadi
tanggung jawab para petani yang bersangkutan, di bawah bimbingan
pemerintah. Ini juga menentukan ukuran petak tersier. Petak yang kelewat
besar akan mengakibatkan pembagian air menjadi tidak efisien. Faktor-faktor
penting lainnya adalah jumlah petani dalam satu petak, jenis tanaman, dan
topografi. Di daerah-daerah yang ditanami padi luas petak tersier idealnya
minimun 50 ha. Petak tersier harus mempunyai batas-batas yang jelas, seperti
parit, jalan, batas desa, dan batas perubahan bentuk medan (terrain fault).
2.2.2 Perencanaan Saluran
1. Saluran primer
Saluran primer merupakan saluran yang berhubungan langsung dengan
sungai.
2. Saluran sekunder
Saluran sekunder merupakan saluran yang menyadap air dari saluran
primer ke saluran tersier.
3. Saluran tersier
Saluran tersier merupakan saluran yang membawa air dari saluran
sekunder dan membagikannya ke petak-petak.
4. Saluran pembuang
Saluran pembuang merupakan saluran yang berfungsi untuk membuang
air-air yang berlebihan dari petak-petak sawah ke sungai.
2.2.3 Perencanaan Bangunan Air
1. Bendung
Bendung merupakan bangunan yang dibangun di sungai untuk
meninggikan pemukaan air pada sungai sehingga air pada sungai dapat
9
dialirkan menuju petak-petak sawah melalui saluran-saluran yang sudah
didesign. Terdapat beberapa jenis bendung:
a. Bendung tetap (weir)
10
Gambar 2. 6 Saluran Kantong Lumpur
f. Tanggul banjir
2. Pengambilan bebas
Pengambilan bebas merupakan bangunan yang dibangun ditepi sungai
untuk menyadap air sungai dan dialirkan ke daerah irigasi. Pengambilan
bebas tidak mengatur tinggi muka air pada sungai untuk pengambilan
air. Pengambilan bebas memanfaatkan perbedaan ketinggian sungai dan
daerah irigasi.
3. Pengambilan dari waduk
Waduk merupakan bangunan untuk menampung air yang berlebih dan
mengalirkan airnya sewaktu-waktu air dibutuhkan. Waduk merupakan
bangunan multi guna. Beberapa fungsi waduk:
a. Irigasi
b. Pembangkit listrik
c. Peredam banjir
d. Pariwisata
e. Perikanan
4. Stasiun pompa
Stasiun pompa merupakan bangunan pendukung yang digunakan untuk
memompa air dari ketinggian yang lebih rendah ke ketinggian yang lebih
tinggi. Pompa digunakan jika penyadapan air secara gravitasi tidak
memungkinkan untuk digunakan.
2.3 Perhitungan Ketersediaan Air
Air yang digunakan untuk irigasi menggunakan air dari sungai yang telah
ditetapkan. Dalam hal ini sungai adalah Sungai Wanasadi. Sungai umumnya
mendapat tambahan air dari air hujan atau dari daerah di sekitarnya. Daerah yang
11
mempengaruhi jumlah air dan curah hujan yang berpengaruh kepada sungai disebut
Daerah Aliran Sungai. Untuk menentukan ketersediaan air, diperlukan data-data
curah hujan selama 10 tahun dan tiga stasiun dari DAS yang telah ditentukan sesuai
dengan ketentuan tugas besar irigasi dan bangunan air. Setelah data diperoleh dan
diolah dapat ditentukan debit air yang mengaliri Sungai Wanasadi. Setelah itu ada 2
metode untuk mengolah data menjadi data hujan regional yaitu:
Metode Thiessen
Metode Aritmatik
Untuk menentukan metode yang dipakai digunakan cara error checking dengan
memilih metode yang menghasilkan error yang lebih kecil dari kedua metode
tersebut. Dari error checking yang telah dihitung maka dalam perhitungan ini
digunakan Metode Aritmatik.
Metode Error Checking ini menggunakan persamaan:
Keterangan:
Ŕ =Curah hujan rata-rata tiap metode yang digunakan
Ri= Curah hujan 3 stasiun tiap satu bulannya
Untuk mencari data yang hilang dari data-data hujan yang telah dikumpulkan digunakan
persamaan:
Keterangan :
Ŕ = curah hujan rata-rata awal ketika masih ada data hilang
R= curah hujan dari stasiun lain yang tersedia datanya.
Setelah itu mencari rata-rata regional dari masing-masing metode,
Keterangan :
A1 = Luas dari DAS stasiun 1
Atotal = Luas DAS total
R1 = Curah hujan dari stasiun 1 tiap bulannya.
Dan seterusnya hingga R3
12
Keterangan :
R1 = Curah Hujan stasiun 1
Dan seterusnya hingga R3
n = jumlah stasiun
2.4 Teori Perhitungan Kebutuhan Air
Banyaknya kebutuhan air dalam suatu sistem irigasi dipengaruhi oleh :
a. Jenis Tanaman
Dalam sistem irigasi, tanaman membutuhkan air yang berbeda-beda junlahnya.
Contohnya jika ditanami padi maka membutuhkan air yang banyak atau
menggenang karena padi tumbuh di daerah yang menggenangi tempat hidupnya.
b. Jenis tanah
Tanah yang memiliki permeabilitas yang kecil dan mampu menahan air lebih sedikit
membutuhkan air daripada yang memiliki permeabilitas yang besar dan menyerap air
lebih banyak.
c. Topografi wilayah
Air yang mengalir di permukaan daerah yang miring membutuhkan air yang lebih
banyak dari air yang mengalir di daerah yang datar. Karena pada daerah yang miring air
yang mengalir akan lebih banyak daripada air yang meresap ke tanah, berbeda dengan
air yang mengalir di daerah yang datar.
d. Iklim
Daerah yang memiliki iklim yang panas, kebutuhan airnya akan lebih besar daripada
daerah yang iklimnya dingin. Hal ini disebabkan karena besarnya penguapan di daerah
yang panas.
e. Cara bercocok tanam
Penanaman secara bergilir lebih sedikit membutuhkan air maksimum yang dialirkan ke
suatu daerah dibandingkan dengan penanaman yang dilakukan dengan cara serentak.
Penentuan kebutuhan air ini dimaksudkan untuk menentukan banyaknya air yang
diperlukan untuk dapat mengoptimalkan lahan yang dikelola. Selain itu, kebutuhan air
harus disesuaikan dengan efisiensi saluran dan koefisien tanaman sesuai dengan
tanaman yang akan ditanami. Unsur-unsur yang mempengaruhi penentuan kebutuhan
air diantaranya:
13
Evapotranspirasi Potensial
Evapotranspirasi adalah banyaknya air yang dilepaskan ke udara dalam
bentuk uap air yang dihasilkan dari proses evaporasi dan transpirasi.
Evaporasi terjadi pada permukaan badan-badan air, misalnya danau, sungai
dan genangan air. Sedangkan transpirasi terjadi pada tumbuhan akibat proses
asimilasi.
Metode Penman:
ET= c.( w . Rn + ( 1 - w ) . f(u) . ( ea - ed ) )
Keterangan :
ET : Evapotranspirasi dalam mm/hari
c : Faktor koreksi akibat keadaan iklim siang dan malam
w : Faktor bobot tergantung dari temperatur udara dan
ketinggian
Rn : Radiasi netto ekivalen dengan evaporasi mm/hari = Rns - Rnl
1 - w : Faktor bobot tergantung pada temperatur udara
f(u) : Fungsi kecepatan angin
ea : Tekanan uap jenuh tergantung pada temperatur
ed : ea . Rh/100
Dimana:
P = probabilitas
m = Ranking setelah sorting
n = jumlah tahun yang disorting
14
Mencari R80 dan R50 dengan melakukan interpolasi dari masing-masing
bulan
Pola Tanam
Pola tanam akan ditinjau dengan memperhatikan kemampuan tanah menurut
hasil-hasil survey. Kalau perlu diadakan penyesuaian-penyesuaian. Dalam
membuat pola tanam ini yang sangat perlu diperhatikan adalah curah hujan
yang terjadi. Baik curah hujan maksimum ataupun minimum. Dengan
melihat kondisi curah hujan tersebut akan bisa direncanakan berbagai pola
tanam dengan masing-masing keuntungan dan kekurangan.
Tabel 2. 1 Pola Tanam
Ketersediaan Air untuk Jaringan Irigasi Pola Tanam dalam 1 Tahun
Tersedia air cukup banyak Padi-padi-palawija
Tersedia air dalam jumlah cukup Padi-padi-bera
Padi-palawija-bera
Daerah yang cenderung kekurangan air
Palawija-padi-bera
Koefisien Tanaman
Koefisien Tanaman digunakan untuk pengolahan data skema tanam. Untuk
koefisien tanaman padi unggul dan palawija adalah:
Tabel 2. 2 Koefisien Tanaman Padi Unggul dan Palawija
Koefisien Tanaman Koefisien Tanaman
Periode
pada Padi (unggul) untuk Palawija
1 1,2 0,5
2 1,27 0,75
3 1,33 1
4 1,3 1
5 1,3 0,82
6 0 0,45
15
a) Kebutuhan air pada masa penyiapan lahan
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan
maksimum air irigasi pada suatu proyek irigasi. Faktor-faktor yang menentukan
besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah:
- Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
penyiapan lahan
Yang menentukan lamanya jangka waktu penyiapan lahan adalah :
Tersedianya tenaga kerja dan ternak penghela atau traktor untuk
menggarap tanah.
Perlunya memperpendek jangka waktu tersebut agar tersedia cukup
waktu menanam padi sawah atau padi ladang kedua.
Kondisi sosial budaya yang ada di daerah penanaman padi akan
mempengaruhi lamanya waktu yang diperlukan untuk penyiapan lahan.
Untuk daerah-daerah proyek baru, jangka waktu penyiapan lahan akan
ditetapkan berdasarkan kebiasaan yang berlaku di daerah sekitarnya.
Sebagai pedoman diambil jangka waktu 1.5 bulan untuk menyelesaikan
penyiapan lahan di seluruh petak tersier. Bilamana untuk penyiapan lahan
diperkirakan akan dipakai mesin secara luas maka jangka waktu penyiapan
lahan akan diambil 1 bulan.
- Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan.
Pada umumnya jumlah air yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan dapat
ditentukan berdasarkan kedalaman serta porositas tanah di sawah. Untuk
perhitungan kebutuhan air total selama penyiapan lahan digunakan metode
yang dikembangkan oleh Van de Goor dan Zijlstra (1968). Metode ini
didasarkan pada laju air yang konstan l/dt selama periode penyiapan lahan
dan menghasilkan rumus sebagai berikut :
IR = M.ek / (ek - 1)
dengan:
IR = kebutuhan air total dalam mm/hari
M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan
perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan .
M = Eo + P
Eo = 1.1 * Eto
P = perkolasi
K = M.T/S
16
T = jangka waktu penyiapan lahan, hari
S = 300 mm
Adapun kebutuhan air total untuk penyiapan lahan sawah dihitung dengan
prosedur sebagai berikut :
a. Menghitung kebutuhan air total seperti yang sudah diterangkan diatas
(LP).
b. Menghitung curah hujan efektif ( Re)
c. Menghitung kebutuhan air selama penyiapan lahan dengan rumus:
DR = (LP - Re) / ( 0.65 * 8.64 )
dengan:
0.65 adalah perkalian harga efisiensi saluran tersier, sekunder
dan primer.
adalah konstanta untuk mengubah satuan dari mm/hari ke
liter/detik/ha.
Secara lebih jelas diuraikan langkah-langkahnya di bawah ini:
Menghitung curah hujan efektif (Re) dengan cara seperti yang sudah
diterangkan diatas.
Menghitung evapotranspirasi potensial dengan metode Penmann
Modifikasi yang sudah diterangkan diatas.
Menentukan perkolasi (P), jangka waktu penyiapan lahan (T). dan
kebutuhan penjenuhan (S).
Menghitung kebutuhan air total.
Eo = 1.1 * Eto
Menghitung M = Eo + P
Menghitung K = M * T/S
Menghitung kebutuhan bersi air di sawah untuk padi (NFR)
NFR = LP - Re
dengan
LP = ( M * ek)/(ek - 1)
Menghitung kebutuhan air irigasi untuk padi
IR = NFR/0.64
Menghitung kebutuhan air untuk irigasi (DR=a)
DR(a) = IR/8.64 (l/dt/ha)
b) Kebutuhan Air Pada Masa Tanam
-Untuk Padi Sawah
17
Secara umum unsur-unsur yang mempengaruhi kebutuhan air pada
masa tanam adalah sama dengan kebutuhan air pada masa penyiapan
lahan. Hanya ada tambahan yaitu:
Penggantian lapisan air
Setelah pemupukan, diusahakan untuk menjadwalkan dan
mengganti lapisan air menurut kebutuhan. Jika tidak ada
penjadwalan semacam itu maka dilakukan penggantian air sebanyak
2 kali masing-masing 50 mm (atau 3.3 mm/hari selama 0.5 bulan)
selama sebulan dan 2 bulan setelah transplantasi.
Perhitungan kebutuhan pada masa tanam diuraikan secara mendetail
secara berikut sehingga dapat dilihat perbedaannya pada
perhitungan kebutuhan air pada masa penyiapan lahan, yaitu:
Menghitung curah hujan efektif (Re) dengan cara seperti yang
sudah diterangkan diatas.
Menghitung evapotranspirasi potensial dengan metode Penmann
modifikasi yang sudah diterangkan diatas.
Mencari data perkolasi (P) dan Penggantian lapisan air (WLR)
Menghitung ETc = Eto * c dengan c adalah koefisien tanaman
Menghitung kebutuhan air total (bersih) disawah untuk padi
NFR = Etc + P + WLR - Re
Menghitung kebutuhan air irigasi untuk padi (IR)
IR = NFR/0.64
Menghitung kebutuhan air untuk irigasi (DR=a)
DR(a) = IR/8.64
Untuk keperluan perencanaan jaringan irigasi maka harga “a”
yang diambil adalah harga “a“ yang terbesar.
- Untuk Palawija
Kebutuhan air untuk palawija diperhitungkan dari harga Etc dan Re,
dalam hal ini langkah pengerjaannya sama seperti pada padi. Jadi yang
mempengaruhi adalah evapotranspirasi dan curah hujan efektif.
2.5 Teori Keseimbangan Air
Keseimbangan air ditentukan oleh besarnya kebutuhan dan ketersediaan air. Untuk
menentukan kebutuhan air, dibuat golongan-golongan atau kelompok rotasi yang
18
dianggap sama luasnya. Kebutuhan pengambilan air berbeda untuk masing-masing
golongan. Untuk menentukan luas areal yang dapat diairi, kebutuhan air yang
dipakai adalah yang terbesar dari aternatif yang ada. Kebutuhan air yang
diperlukan kemudian dibandingkan dengan jumlah ketersediaan air. Jumlah
ketersediaan air ditentukan dengan cara menganalisis data yang ada sehingga
menghasilkan debit andalan dimana besaran debit andalan & kebutuhan
pengambilan air menentukan areal lahan yang dapat diairi. Dengan kata lain,
kebutuhan air pada luasan areal tertentu dapat ditentukan terpenuhi atau tidak dari
ketersediaan air yang ada.
Nama saluran primer mengikuti nama sungai, contohnya di atas, Sungai Wanasadi
disingkat menjadi WNSD yang digunakan sebagai nama saluran primer.
Selanjutnya, saluran sekunder terdekat dengan saluran primer diberi nama S1, untuk
saluran sekunder setelahnya diberi nama S2 dan seterusnya. Untuk penamaan petak,
nama disingkat menjadi T (tersier), penamaan petak mengikuti saluran sekunder dan
primer yang mengalirinya. Contohnya untuk petak tersier pertama yang dialiri oleh
saluran primer 1 dan sekunder 3 diberi nama WNSD1.S3.T1.
19
BAB III
DAERAH ALIRAN KALI WANASADI
20
Tabel 3. 1 Data Curah Hujan Bulanan
Curah Hujan (mm)
Bulan
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Januari 226.17 213.81 357.06 442.78 499.78 387.94 373.28 243.67 349.06 479.44 505
Februari 265.11 212.36 408.33 322.39 296.11 332.78 265.61 371.94 368.39 200.67 200
Maret 125.17 187.81 325.81 397.5 168.83 108.22 390.72 257.11 280.78 241.5 527
April 126.67 213.09 241.24 158.5 198.78 179.89 330.72 243.94 196.11 90.72 164
Mei 109.67 264.64 134.2 73.11 172.78 63.89 81.61 126.78 57.22 14.17 36
Juni 36.67 86.64 0 0.92 334.17 56.5 11.39 199.83 37.17 0.56 0
Juli 1.72 63.22 0 0 131.67 59.56 0.61 65.11 17 0.06 0
Agustus 0.5 58.1 0 0 0.06 0.83 0 82.11 4.28 - 0
September 0 316.83 0 0 0.06 0 0 210.83 44.28 - 0
Oktober 56.19 168.53 43.17 78.44 68.22 0.44 1.22 262.39 121.72 1.89 0
November 101.38 201.83 256.78 227.25 245.28 220.11 109.94 361.67 577.28 121.33 131
Desember 126.31 308.83 389.39 399.25 374.17 471.78 248.22 303.94 277.22 116.06 274
Total 1175.56 2295.69 2155.98 2100.14 2489.91 1881.94 1813.32 2729.32 2330.51 1266.4 1837
21
Tabel 3. 3 Data Kecepatan Angin dan Tekanan Udara
Kecepatan Angin (m/detik) Tekanan Udara (mb)
Bulan Maksimum Rata-rata Minimum Maksimum Rata-rata Minimum
2020 2020 2020 2020 2020 2020
Januari 15 3 - 993.4 991 988.3
Februari 12 3 - 993.9 991.5 988.4
Maret 20 3 - 993.5 991.2 989.6
April 16 3 - 993 991.5 990.4
Mei 15 3 - 994.1 991.2 988.8
Juni 12 4 - 993.9 992.1 990.2
Juli 12 4 - 993.1 991.8 990.1
Agustus 12 4 - 994.8 992.4 990.7
September 13 5 - 994.4 992.8 990.4
Oktober 15 4 - 998.9 991.9 990.5
November 14 4 - 998.1 991.3 989.8
Desember 13 4 - 990.8 989.2 987.2
22
BAB IV
SISTEM IRIGASI DAERAH KALI WANASADI
23
tersier. Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada
bangunan sadap tersier yang menjadi tanggung jawab dinas
pengairan. Bangunan sadap tersier mengalirkan airnya ke saluran tersier.
Saluran ini mengalirkan air ke petak-petak yang telah direncanakan
seluas 50-100 ha. Saluran tersier yang direncanakan dinamai WNSD1-
S1-T1, WNSD1-S1-T2, WNSD1-S2-T1, WNSD1-S2-T2, WNSD1-S53-
T1, WNSD2-S1-T1, WNSD2-S2-T1, WNSD2-S3-T1, WNSD2-S4-T1.
4.1.3 Perencanaan Bangunan Air
Bangunan irigasi yang dipakai adalah bangunan utama, dalam hal ini
bendung (untuk meninggikan tinggi muka air di sungai sampai ketinggian
yang diperlukan sehingga air dapat dialirkan ke lahan di sekitarnya). Selain
itu, dalam sistem irigasi daerah Sungai Wanasadi ini juga digunakan :
Bangunan bagi
Bangunan yang terletak pada saluran primer yang membagi air ke saluran-
saluran sekunder atau pada saluran sekunder yang membagi air ke saluran
sekunder lainnya. Bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang dengan teliti
mengukur dan mengatur air yang mengalir ke berbagai saluran.
Bangunan sadap
Bangunan yang terletak di saluran primer ataupun sekunder yang memberi air
kepada saluran tersier
Bangunan bagi sadap
Bangunan yang berupa bangunan bagi dan juga sebagai bangunan sadap.
Bangunan bagi-sadap merupakan kombinasi dari bangunan bagi dan
bangunan sadap (bangunan yang terletak di saluran primer atau sekunder
yang memberi air ke saluran tersier).
24
NAMA DAERAH_INDEKS PRIMER_SEKUNDER_TERSIER_POSISI
A (hektar) Q (m3/s)
Kali
Tanggul
Intake
Sungai CBS 1 CBS 2
Cibeusi Bangunan bagi/sadap
Bendung
CBS1_S1 Saluran sekunder
CBS1_S1 Saluran primer
CBS2_S1 CBS2_S2 CBS2_S3 CBS2_S4
Saluran tersier
CBS 1 _ S1 _ T1 CBS 1 _ S1 _ T2 `
64.48 0.113258 50.88 0.08937 CBS 2 _ S1 _ T1 CBS 2 _ S2 _ T1 CBS 2 _ S3 _ T1 CBS 2 _ S4 _ T1
50 0.087824 50 0.087824 50 0.087824 92.12 0.161808
CBS1_S2 CBS1_S2 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
25
2. Stasiun No. 200c
Tabel 4. 2 Data Stasiun Hujan
Curah Hujan (mm) Bulan
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1969 231 197 117 243 18 124 53 0 25 119 324 243
1970 360 313 559 431 491 113 92 0 34 56 185 641
1971 489 188 399 296 430 144 77 77 10 327 709 387
1972 324 315 546 96 128 0 0 0 0 0 153 365
1973 315 396 272 213 520 338 25 48 165 48 287 380
1974 102 267 253 295 177 11 111 417 95 253 293 400
1975 478 311 401 333 175 63 25 0 166 487 450 262
1976 92 259 431 76 47 19 0 47 3 239 224 258
1977 246 448 561 245 136 342 0 0 57 44 292 461
1978 162 264 561 84 126 121 188 131 153 43 362 459
Perhitungan:
Menghitung data yang hilang menggunakan metode Reciprocal
Stasiun Leles, Agustus 1975
Hx 10 0
Σ 2 (
2
)+( )
R 13535.5864
x 24137.54392
H a= = =0,00000005458155 mm
1 1 1
Σ 2 ( )+( )
Rx 13535.58642 24137.54392
26
R1 + R2 + R3 + Rn = Curah hujan bulanan di tiap titik pengamatan (mm)
Sebagai contoh perhitungan, nilai curah hujan rata-rata yang akan dihitung
adalah pada tahun 1969.
Diketahui:
Curah hujan Januari 1969 (R1) = 300 mm
Curah hujan Januari 1969 (R2) = 231 mm
Curah hujan 1969 (R3) = 290 mm
1
R= (321+641+197) = 273.67 mm
3
Hx=
∑ AxH
∑A
Dengan:
A = Luas pengaruh stasiun
H = Curah hujan per bulan
Hx = Curah hujan rata-rata wilayah per bulan
Untuk mencari luas pengaruh stasiun dibutuhkan bantuan aplikasi Global
Mapper, WMS, dan Autocad. WMS berguna untuk mengkonversi gambar
DAS agar bisa dibuka di Global Mapper. Penentuan letak stasiun akan
dilakukan di global mapper dengan menyesuaikan jarak dan koordinat
stasiun pada peta. Global Mapper juga akan mengkonversi gambar agar dapat
dibuka di file autocad. Selanjutnya jika DAS sudah terbentuk di autocad
maka dicari poligon thiessen-nya dengan cara yang sudah dijelaskan di teori
umum.
27
Gambar 4. 2 Luas Poligon Thiessen untuk DAS Wanasadi
Sebagai contoh perhitungan, curah hujan rata-rata wilayah yang dicari adalah
data tahun 1969 pada bulan Januari. Dengan memakai rumus diatas
perhitungannya menjadi:
( A 1 x H 1 )+ ( A 2 x H 2 ) +( A 3 x H 3)
Hx=
A 1+ A 2+ A 3
Dari tiap metode yang digunakan untuk mencari curah hujan rata-rata, akan
dicari errornya, dan metode dengan error yang paling kecil yang akan
digunakan untuk pengolahan data selanjutnya.
Perhitungan error dapat dituliskan sebagai berikut:
n
∑ |Rrata 2−Ri|/ Ri
Error= i=1
n
Dengan:
Rrata2 = rata-rata curah hujan bulanan
Ri = curah hujan pada bulan ke-i
n = jumlah pembanding (stasiun)
28
Untuk contoh perhitungan error dengan metode rata-rata aritmatik, diambil
data tahun 1969 sebagai berikut:
Curah hujan Stasiun Cicalengka Januari 1969 = 300 mm
Curah hujan Stasiun Cadasngampar Januari 1969 = 231 mm
Curah hujan Stasiun Leles Januari 1969 = 290 mm
Curah hujan rata-rata bulanan metode aritmatik 1969 = 273.67 mm
Maka,
|300−273.67| |231−273.67| |290−273.67|
+ +
300 231 290
Error= =0.1096
3
Dengan cara yang sama, dilakukan perhitungan error untuk perhitungan curah
hujan rata-rata dengan Metode Thiessen, misalnya untuk tahun 1969:
Curah hujan Stasiun Cicalengka Januari 1969 = 300 mm
Curah hujan Stasiun Cadasngampar Januari 1969 = 231 mm
Curah hujan Stasiun Leles Januari 1969 = 290 mm
Curah hujan rata-rata bulanan metode Thiessen 1969 = 289.39 mm
Maka,
|300−289.39| |231−289.39| |290−289.39|
+ +
300 231 290
Error= =0.0967
3
Perhitungan error dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
29
Tabel 4. 4 Perhitungan Error Curah Hujan Rata-Rata
Curah Hujan (mm) Bulan
Rerata
1969 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Cicalengka 300 482 365 298 50 140 20 0 0 195 190 405 203.8
Cadasngampar 231 197 117 243 18 124 53 0 25 119 324 243 141.2
Leles 290 344 177 123 35 30 0 0 63 217 129 250 138.2
Rerata Aritmatik 273.67 341.00 219.67 221.33 34.33 98.00 24.33 0.00 29.33 177.00 214.33 299.33
Rerata Error
Rerata Theissen 289.39 345.67 181.38 129.72 35.17 34.50 1.36 0.00 60.66 214.91 133.65 254.25
Error Aritmatik 0.1096 0.3441 0.5056 0.3820 0.4133 0.9254 0.2525 0.0000 0.2359 0.2547 0.3760 0.2300 0.3358
Error Theissen 0.0967 0.3474 0.3594 0.3618 0.4184 0.5418 0.6355 0.0000 0.4878 0.3059 0.3067 0.1452 0.3339
30
Curah Hujan (mm) Bulan
Rerata
1976 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Cicalengka 102 90 216 114 72 15 4 0 21 268 390 241 127.8
Cadasngampar 92 259 431 76 47 19 0 47 3 239 224 258 141.3
Leles 332 49 122 52 0 0 0 0 0 147 297 180 98.3
Rerata Aritmatik 175.33 132.67 256.33 80.67 39.67 11.33 1.33 15.67 8.00 218.00 303.67 226.33
Rerata Error
Rerata Theissen 321.93 53.31 129.29 54.10 2.73 0.71 0.11 0.71 0.64 151.78 298.51 182.89
Error Aritmatik 0.6989 0.8898 0.5644 0.3017 0.2017 0.2160 0.2222 0.2222 0.7619 0.2525 0.1998 0.1470 0.3898
Error Theissen 1.5619 0.4299 0.3871 0.2847 0.6347 0.6385 0.3240 0.3283 0.5860 0.2770 0.1908 0.1828 0.4855
Dari perhitungan di atas, kita mengambil rata-rata dari seluruh rerata error
antara metode Aritmatik dan Theissen sehingga didapat tabel berikut ini:
Error
0.4276
Aritmatik
Error
0.3661
Theissen
Dapat dilihat bahwa perhitungan curah hujan rata-rata dengan metode Thiessen
memiliki error yang lebih kecil, dengan kata lain, prediksi dari curah hujan rata-
rata di DAS lebih akurat, sehingga pada pengolahan data selanjutnya, bila
diperlukan, curah hujan rata-rata yang lebih tepat untuk diambil adalah curah
hujan rata-rata metode Theissen.
31
Jawa Barat. Data-data yang dipergunakan berawal dari tahun 1969 hingga
1978.
4.3.2 Perhitungan Evapotranspirasi
Menghitung nilai evapotranspirasi potensial (ETo) dengan menggunakan
metode Pennman seperti tabel yang disajikan berikut:
32
Tabel 4. 8 Koreksi nilai Ra terhadap bulan dalam satu tahun
33
Dengan menggunakan interpolasi dari Tabel 4.8 terhadap koordinat,
dihitung nilai Ra=15.9425 mm/hari.
Rs = (0.25+0.5 n/N)Ra
= (0.25+0.5 × 40.4%)×15.9425
= 7.206 mm/hari
10) Menghitung f(n/N)
f(n/N) =0.1+(0.9 ×40.4%)
=0.4636
11) Menghitung f(u)
f(u) = 0.27 × (1 + 𝑈 𝑥 0,864)
= 0.27 × (1 + 1.3671 𝑥 0,864)
= 0.2737 m/detik
12) Menghitung radiasi gelombang pendek yang dipancarkan Rnl
Rnl = f(T) × f(ed) × f(n/N)
= 15.808 × 0.1059 ×0.4636
= 0.7758 mm/hari
13) Menghitung gelombang pendek radiasi matahari yang diserap
Rns = (1−𝛼)Rs
= (1−0,25)× 7.206
= 5.4045 mm/hari
14) Menghitung radiasi netto
Rn = Rns-Rnl
= 5.4045-0.7758
= 4.6287 mm/hari
15) Menentukan nilai C dari interpolasi Tabel 4.7
16) Menghitung Evapotranspirasi Potensial
𝐸𝑇𝑜 = 𝐶[𝑊.𝑅𝑛+(1−𝑊)𝑓(𝑢)(𝑒𝑎−𝑒𝑑)]
𝐸𝑇𝑜 = 4.125 mm/hari
𝐸𝑇𝑜 = 127.874 mm/bulan
4.3.3 Nilai Perkolasi
Kehilangan air akibat perkolasi dalam kasus ini diasumsikan sebesar 2
mm/hari.
34
4.3.4 Perhitungan Curah Hujan Efektif
Sebelum menghitung curah hujan efektif, kita tentukan terlebih dahulu stasiun
yang paling dekat dengan daerah irigasi. Setelah ditentukan maka kita baru
bisa menentukan curah hujan efektifnya. Nilai Re padi merupakan
kemungkinan 80% terjadinya curah hujan pada suatu bulan dikali dengan
safety factor 0,7 dan dibagi dengan jumlah tinjauan hari, sedangkan nilai Re
palawija merupakan kemungkinan 50% terjadinya curah hujan pada suatu
bulan dikali dengan safety factor 0,7 dan dibagi dengan jumlah tinjauan hari.
Tabel 4. 10 Re 80 dan Re 50
Tahun Rank P Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1969 1 9.1 357 355 543 349 231 254 249 749 687 601 440 423
1970 2 18.2 324 321 277 244 214 84 146 359 573 320 303 378
1971 3 27.3 297 295 269 207 155 81 68 21 445 261 299 378
1972 4 36.4 289 289 209 170 140 76 29 2 319 215 198 313
1973 5 45.5 245 243 205 136 132 35 25 1 124 190 191 293
1974 6 54.5 238 236 181 130 122 15 1 1 118 152 181 276
1975 7 63.6 222 221 169 100 101 7 1 1 61 55 170 254
1976 8 72.7 215 215 140 54 35 0 0 0 15 55 134 194
1977 9 81.8 140 140 124 32 24 0 0 0 0 37 89 183
1978 10 90.9 63 82 25 25 2 0 0 0 0 7 85 91
R80 (mm/bulan) 155.25 154.87 127.16 36.69 26.28 0.06 0.01 0.00 2.96 40.71 97.83 185.03
R50 (mm/bulan) 241.0968381 239.4581807 193.1508931 132.8864293 126.93447 24.74793084 13.06 1.20265898 121.04 170.901752 185.7196581 284.5761504
n hari 31 28 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31
Re 80 mm/bulan 108.6727687 108.4084274 89.01249707 25.6804677 18.3974 0.044640315 0.00650376 0 2.07322226 28.497 68.47879822 129.5193227
Re 80 mm/hari 3.505573184 3.87172955 2.871370873 0.85601559 0.593464516 0.00148801 0.0002098 0 0.06910741 0.919258065 2.282626607 4.178042669
Re 50 mm/bulan 168.7677867 167.6207265 135.2056252 93.0205005 88.85412898 17.32355159 9.142 0.84186129 84.728 119.6312264 130.0037606 199.2033053
Re 50 mm/hari 5.444122152 5.986454519 4.36147178 3.10068335 2.866262225 0.57745172 0.29490323 0.02715682 2.82426667 3.85907182 4.333458688 6.425913075
Contoh: pada Bulan Januari curah hujan padi adalah 155.25 mm/bulan,
sedangkan curah hujan palawija pada bulan Januari adalah 241.0968
mm/bulan. Namun karena yang akan dianalisis adalah per harian selama 15
hari, maka nilai Re padi dan Re palawija dibagi dengan 30 dengan asumsi
bahwa selama sebulan curah hujan sama. Jadi nilai Re bulan Januari per hari
adalah:
0,7 x 155.25
ℜ padi= =3.505573 mm/hari
30
0,7 x 241.0968
ℜ palawija= =5.444122 mm/hari
30
35
Grafik 4. 1 Re 80
Grafik 4. 2 Re 50
36
Tabel 4. 13 Koefisien Tanaman Kelompok B
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
C1 1,20 1,27 1,33 1,30 1,30 0 LP 1,20 1,27 1,33 1,30 1,30 0 0,50 0,75 1 1 0,82 0,45 LP
C2 LP 1,20 1,27 1,33 1,30 1,30 0 LP LP 1,20 1,27 1,33 1,30 1,30 0 0,50 0,75 1 1 0,82 0,45 LP
C3 LP LP 1,20 1,27 1,33 1,30 1,30 0 LP LP LP 1,20 1,27 1,33 1,30 1,30 0 0,50 0,75 1 1,00 0,82 0,45 LP
c LP LP 1,27 1,30 1,31 0,87 0,65 0 LP LP LP 1,27 1,30 1,31 0,87 0,60 0,42 0,75 0,92 0,94 0,76 0,64 0,45 LP
a. Menghitung ETc
ETc=ETo x C
ETc=5.24 x LP
ETc=11.41
Untuk c rata-rata bernilai LP, ETc dicari dengan mencari nilai Eo + P
terlebih dahulu (Eo + P = 1,1ETo + P) kemudian nilai yang diperoleh
dari Eo + P diinterpolasi dengan tabel Eo + P untuk T 45 hari dan S
300mm.
37
b. Menentukan NFR
NFR=ETc−ℜ
NFR=11.41−2.36335
NFR=9.05
Bila hasil NFR bernilai negatif, maka nilai NFR sama dengan 0.
c. Menentukan DR
NFR
DR=
( 0,65 ×8,64 )
9.05
DR=
( 0,64 × 8,64 )
DR=1.64
Tabel 4. 16 Tabel Interpolasi untuk ETc
Eo + P T 45 hari
S 300 mm
5 9,5
5,5 9,8
6 10,1
6,5 10,4
7 10,8
7,5 11,1
8 11,4
8,5 11,8
9 12,1
9,5 12,5
10 12,9
10,5 13,2
11 13,6
38
Tabel 4. 18 Kebutuhan Air kelompok C
ETo P Re WLR
Periode C1 C2 C3 c rata-rata ETc NFR DR
mm/h mm/h mm/h mm/h
Eo+P (10) (11) (12)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)+(3)+(9)- (11)/(0.64*8
(9)x(2) (4) .64)
1 5.80 2 0.94033 1.1 1.33 1.3 1.2 1.28 7.40 9.74 1.76
NOV
2 1.27277 1.1 1.3 1.33 1.3 1.31 7.60 9.63 1.74
1 5.08 2 1.00032 2.2 1.3 1.3 1.33 1.31 6.66 8.97 1.62
DES
2 1.9782 1.1 0 1.3 1.3 0.87 6.66 7.55 1.36
1 4.12 2 4.02808 1.1 0 1.3 0.65 2.68 1.30 0.24
JAN
2 3.84775 0 0.00 0.00 0.00 0.00
1 4.97 2 4.01138 LP LP LP LP 7.4687103 11.17 7.16 1.30
FEB
2 3.81092 1.2 LP LP LP 7.4687103 11.17 7.36 1.33
1 4.41 2 3.37437 1.27 1.2 LP LP 6.8462499 10.61 7.23 1.31
MAR
2 2.93523 1.1 1.33 1.27 1.2 1.27 6.50 3.56 0.64
1 4.33 2 1.87239 1.1 1.3 1.33 1.27 1.30 6.50 4.63 0.84
APR
2 2.46857 2.2 1.3 1.3 1.33 1.31 5.67 6.51 1.18
1 3.68 2 2.31716 1.1 0 1.3 1.3 0.87 3.75 4.30 0.78
MEI
2 1.82937 1.1 0.5 0 1.3 0.60 2.21 2.98 0.54
1 3.64 2 0.64431 0.75 0.5 0 0.42 1.53 3.31 0.60
JUN
2 0.34951 1 0.75 0.5 0.75 2.73 5.13 0.93
1 3.95 2 0.30013 1 1 0.75 0.92 3.34 5.95 1.08
JUL
2 0.30934 0.82 1 1 0.94 3.71 6.34 1.15
1 4.55 2 0.00662 0.45 0.82 1 0.76 2.99 5.74 1.04
AGT
2 0.0495 0.45 0.82 0.64 2.89 5.47 0.99
1 5.41 2 1.60353 0.45 0.45 2.05 2.89 0.52
SEP
2 2.35044 LP LP LP LP 7.9483041 11.56 9.21 1.67
1 5.24 2 2.36335 1.2 LP LP LP 7.7621526 11.41 9.05 1.64
OKT
2 3.21944 1.3 1.2 LP LP 7.7621526 11.41 8.19 1.48
Alternatif 2 : Golongan B
Alternatif 3 : Golongan C
39
Tabel 4. 20 Luas Area Berdasarkan Alternatif Pola Tanam
Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Alternatif 4 Alternatif 5 Alternatif 6 Alternatif 7
Periode
A B C (A+B)/2 (B+C)/2 (A+C)/2 (A+B+C)/3
NOV 1 7528.435 7528.435 8474.070 7528.435 7973.312 7973.312 7819.291
2 8773.552 7970.570 8567.159 8352.807 8258.104 8669.127 8423.056
DES 1 45742.169 46800.261 45742.169 46265.166 46265.166 45742.169 46089.510
2 51340.794 51340.794 54357.004 51340.794 52805.863 52805.863 52308.304
JAN 1 49101.614 25292.179 90940.814 33386.840 39577.254 63771.255 42313.113
2 79886.722 45688.196 MAKS 58130.720 91376.392 159773.444 87196.080
FEB 1 MAKS 133273.351 34792.462 266546.701 55179.670 69584.925 82769.505
2 33845.392 MAKS 33845.392 67690.784 67690.784 33845.392 50768.088
MAR 1 63477.853 63477.853 63477.853 63477.853 63477.853 63477.853 63477.853
2 59844.716 59844.716 128804.894 59844.716 81720.734 81720.734 72844.696
APR 1 7528.084 5961.834 11188.921 6654.034 7778.840 9000.493 7693.419
2 8015.860 8470.085 7950.268 8236.715 8201.949 7982.929 8138.967
MEI 1 12878.625 13344.100 17416.108 13107.231 15110.580 14807.559 14285.331
2 17715.198 11971.142 25137.821 14287.457 16218.638 20783.669 16688.582
JUN 1 47268.791 26322.327 59168.650 33814.531 36435.578 52553.510 39449.282
2 54599.180 34500.206 38140.240 42282.737 36229.021 44909.184 40805.414
JUL 1 6421.679 7442.481 5836.452 6894.500 6542.346 6115.096 6501.623
2 5580.692 9259.815 5479.101 6964.206 6884.558 5529.430 6387.131
AGU 1 11314.218 13251.970 14215.012 12206.671 13716.608 12599.812 12809.947
2 13264.702 11591.338 14900.415 12371.693 13039.209 14035.061 13113.516
SEP 1 15289.993 10635.275 23603.752 12544.772 14663.524 18558.316 14866.564
2 26954.245 15178.932 7414.463 19421.116 9962.525 11629.838 12612.873
OKT 1 5646.797 14197.686 5646.797 8079.974 8079.974 5646.797 7065.189
2 6237.028 6237.028 6237.028 6237.028 6237.028 6237.028 6237.028
Nilai total dari alternatif 2 merupakan yang terbesar di antara alternatif lainnya
sehingga dipilih alternatif ke-2 tersebut sebagai luas pengairan, yaitu 21458.68
ha. Setelah mengetahui luas sawah yang dapat diairi, kemudian sawah-sawah
potensial diberi tanda mana saja yang dapat diairi. Dengan DR max yang
didapat dari Kelompok A sebesar 1.9825
Tabel 4. 21 Pemilihan Alternatif Pola Tanam
Luas Lahan
Alternatif Padi I Padi II Palawija Jumlah
Alt 1 Gol A 5646.797 7528.084 5580.692 18755.57
Alt 2 Gol B 6237.028 5961.834 9259.815 21458.68
Alt 3 Gol C 5646.797 7950.268 5479.101 19076.17
Alt 4 Gol A+B 6237.028 6654.034 6964.206 19855.27
Alt 5 Gol B+C 6237.028 7778.840 6542.346 20558.21
Alt 7 Gol A+B+C 6237.028 7693.419 6387.131 20317.58
40
dipilih nilai yang paling besar dari setiap nilai minimum. Nilai yang paling
besar itu merupakan luas maksimum sawah yang dapat dialiri.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa alternatif 1 adalah alternatif
yang memiliki luas paling besar dengan nilai 21458.68 hektar.
4.4.2 Luas Sawah Rencana yang dapat Diairi
Luas sawah rencana yang dapat diari dengan menggunakan perhitungan luas
tiap masing-masing sawah dengan menggunakan skala pada peta topografi
adalah sebagai berikut:
Luas Pelayanan
No Jenis Petak Ruas
(Ha)
41
BAB V
PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN DIMENSI
SALURAN
42
5.1.3 Penentuan Tinggu Muka Air (TMA)
Sama seperti pendimensian saluran supply, terdapat beberapa langkah yang
dilakukan untuk menentukan tinggi muka air (TMA) antara lain:
Membaca elevasi tertinggi dari saluran dan petak yang telah dibuat
Menentukan jarak terdekat ke pintu air
Perkalian antara kemiringan dan jarak terdekat ke pintu air
Menentukan tipe Pintu Romijin
Menentukan jumlah pintu air yang diperlukan untuk tiap saluran
Menentukan lebar pintu dengan membaca tabel Pintu Romijin
Menghitung tinggi muka air dekat pintu ukur baik di hilir maupun hulu
dan menentukan tinggi muka air maksimum
Menghitung perkalian antara kemiringan dan panjang saluran
43
Nilai DR didapatkan dari perhitungan alternatif pada BAB IV.
DR maksimum yang digunakan sebesar 1.9825 L/detik Ha.
2. Menghitung nilai debit rencana Q (m3/s)
Debit rencana saluran tersier dapat ditentukan dengan cara sebagai
berikut:
DRmax∗Luas Kumulatif
Q=
e∗1000
1.9825∗64.48
Q=
0,648∗1000
Q=0.216 m3/ s
3. Menentukan Kecepatan
Cara menentukan Kecepatan adalah dengan menggunakan rumus sebagai
berikut, yaitu :
v=0,42∗Q 0,182
v=0,42∗0.0320,182
v=0.224 m/s
4. Menentukan m
Cara menentukan m adalah dengan melihat Q (m3/s) yang telah
didapatkan sebelumnya. Catat nilai m berdasarkan besarnya nilai Q (m 3/s)
seperti pada tabel berikut.
44
Tabel 5. 1 Karakteristik Saluran
Contoh Perhitungan :
Debit WNSD1.S1.T1 yang dihitung bernilai 0.032 m3/s. Maka dengan
melihat tabel, m yang didapatkan adalah sebesar 1.
5. Menentukan n
Cara menentukan n adalah dengan menggunakan rumus berikut, yaitu :
1
(
n= 0,96∗Q 4 +m )
Dimana : n adalah perbandingan b terhadap h.
m adalah perbandingan tinggi terhadap jarak melintang trapesium.
Contoh Perhitungan SP1.S1.T1 :
1
n=( 0,96∗0,216 )+ 1
4
n=¿1.654
6. Menentukan h
Cara menentukan h adalah dengan menggunakan rumus berikut, yaitu :
h=3∗v 1,56
Dimana : h adalah ketinggian muka air.
v adalah kecepatan aliran air.
Contoh Perhitungan SP1.S1.T1:
h=3∗0.3181,56
h=0.501 m
7. Menentukan b
Cara menentukan b adalah dengan cara menggunakan rumus berikut,
yaitu:
b=n∗h
45
Dimana : n adalah perbandingan b terhadap h.
b adalah lebar penampang.
h adalah ketinggian saluran.
Setelah menentukan b, maka kita cari nilai b’ dengan cara membulatkan
nilai b ke atas dengan kelipatan 0.5.
Contoh Perhitungan WNSD1.S1.T1:
b=n∗h
b=1,654∗0,501
b=0.829 ≈ 0.83 m
8. Menentukan A’
Cara menentukan A’ adalah dengan cara menggunakan rumus berikut,
yaitu :
' '
A =( b + ( m∗h ))∗h
Dimana : A’ adalah luas penampang basah
b’ adalah lebar penampang.
m adalah perbandingan tinggi terhadap jarak melintang trapesium.
h adalah ketinggian saluran.
Contoh Perhitungan SP1.S1.T1:
A' =( 0.83+ ( 1∗0,501 ) )∗0.501
A' =0.668m 2
9. Menentukan P’
Cara menentukan P’ adalah dengan cara menggunakan rumus berikut,
yaitu :
P '= √m 2 +1(b ' +2 h)
Dimana : P’ adalah keliling basah.
m adalah perbandingan tinggi terhadap jarak melintang
trapesium.
b’ adalah lebar penampang.
h adalah ketinggian muka air.
Contoh Perhitungan SP1.S1.T1:
P '= √12 +1(0.83+2∗0,501)
P' =2,248 m
10. Menentukan R
46
Cara menentukan R adalah dengan cara menggunakan rumus berikut,
yaitu :
A'
R=
P'
Dimana:
R adalah perbandingan luas basah dengan keliling penampang.
A’ adalah luas penampang basah.
P’ adalah keliling basah.
Contoh Perhitungan WNSD1.S1.T1:
0,668
R=
2.248
R=0.297
11. Menentukan k
Cara menentukan k adalah dengan membandingkan nilai Q terhadap k
pada tabel.
Contoh perhitungan WNSD1.S1.T1:
Debit yang dihitung bernilai 0,216 m3/s. Maka dengan melihat tabel 1, k
yang didapatkan adalah sebesar 35.
12. Menentukan V’
Cara menentukan V’ adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut
:
Q
V '=
A'
Dimana : V’ adalah kecepatan aliran.
Q adalah debit.
A’ adalah luas penampang basah.
Contoh Perhitungan WNSD1.S1.T1:
0,216
V '=
0,668
V ' =0,323 m/s
13. Menentukan i
Cara menentukan i adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
V '2
i= 4
2
k R3
Dimana : I adalah kemiringan.
47
Contoh Perhitungan SP1.S1.T1:
0,3232
i= 4
2
35 ¿ 0,297 3
i=0,0004
14. Menentukan Freeboard
Cara menentukan Free Board adalah dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
f =0,676∗√ h
Contoh Perhitungan SP1.S1.T1:
f =0,676∗√ 0,501
f =0,502 m
15. Menentukan ketinggian saluran (H)
Ketinggian saluran (H) adalah penjumlahan dari ketinggian freeboard (f)
dan ketinggian muka air (h).
Conoh perhitungan SP1.S1.T1:
H=f +h
H=0,502+ 0,501=1,003 m
Dalam pembangunan saluran, diusahakan agar ukuran saluran mudah
dibuat sehingga tinggi saluran dibulatkan menjadi h’, untuk
WNSD1.S1.T1 tinggi saluran menjadi 1 m.
48
1. Menentukan elevasi sawah tertinggi
Cara menentukan elevasi sawah tertinggi adalah dengan melihat kontur
elevasi tertinggi pada peta terhadap petak ruas yang ditinjau.
49
Kemiringan diambil dari i yang diperhitungkan sebelumnya di dimensi
saluran. Untuk WNSD1 diperoleh i = 0.0003.
Dengan debit yang diperoleh, dapat ditentukan jenis Pintu Romijn yang
digunakan untuk setiap saluran sesuai dengan debit saluran masing-masing.
Pintu Romijn untuk WNSD1 adalah nomor VI.
10. Menentukan z
Hmax
z=
3
50
0.082
jumlah pintu yang diperlukan adalah =0.273atau dibulatkan menjadi
0.3
1 pintu.
TMA dekat pintu ukur diperoleh dari penjumlahan TMA sawah atau petak
dengan perkalian kemiringan dan jarak (i * jarak).
Bagian Hilir Hilir(i) = Hulu(i-1) + (Jarak * i)(i)
Ket : i = kemiringan
Misalnya untuk SP1, TMA dekat pintu ukur bagian hilir adalah 663.15+
0.239 = 663.389 m, sedangkan bagian hulu adalah 663.389 + 0.167 =
663.556 m.
51
petak sawah dan berakhir di sungai yang ditinjau atau di sungai terdekat.
Perencanaan saluran pembuang perlu memperhatikan beberapa hal seperti
kontur. Dalam perencanaannya, saluran pembuang memiliki sifat yang mirip
dengan saluran sekunder dan diusahakan agar turun mengikuti kontur.
5.2.2 Pendimensian Saluran Pembuang
Langkah-langkah perhitungan dimensi saluran pembuang adalah:
1. Perencanaan trase, saluran pembuang umumnya terletak di daerah
cekungan jika mungkin mengikuti saluran pembuang yang ada.
Untuk saluran pembuang ekstern, saluran yang sudah ada akan
lebih dikembangkan daripada saluran pembuang intern. Oleh karena
itu, trase baru untuk jaringan pembuang intern harus ditentukan
berdasarkan peta di sepanjang daerah cekungan dan daerah-daerah
rendah.
2. Perhitungan luas daerah yang akan dibuang airnya
3. Perhitungan pembuang permukaan (D(n))
4. Perhitungan modulus pembuang rencana (Dm)
5. Perhitungan debit rencana (Qd)
6. Perhitungan kecepatan aliran (V)
7. Perhitungan luas penampang basah (A)
8. Penentuan kemiringan talud (m), perbandingan lebar saluran (n), dan
kofisien kekasaran (k)
9. Perhitungan lebar dasar saluran (b) dan tinggi aliran air (h)
10. Perhitungan lebar dasar saluran di lapangan (b’)
11. Perhitungan luas basah rencana (A’)
12. Perhitungan keliling penampang hydraulic (P)
13. Perhitungan jari-jari hidraulik (R)
14. Perhitungan kecepatan aliran rencana (V’)
15. Perhitungan kemiringan rencana (I)
16. Perhitungan tinggi freeboard
17. Perhitungan keliling penampang (B)
5.2.3 Perhitungan Saluran Pembuang
Contoh perhitungan menggunakan data bulan Januari dan petak SP1.S1.T1
Perhitungan luas daerah yang akan dibuang airnya.
52
Luas ini berupa luas masing-masing petak sawah yang akan dibuang
airnya, yaitu:
53
Tabel 5. 4 Luas Petak Sawah
Luas
Petak layanan
Hektar
CBS1_S1_T1 64.48
CBS1_S1_T2 50.88
CBS1_S2_T1 79.2
CBS1_S2_T2 54.6
CBS1_S3_T1 90
CBS2_S1_T1 50
CBS2_S2_T1 50
CBS2_S3_T1 50
CBS2_S4_T1 92.12
D ( n )=R ( n ) T + n ( IR−ET −P ) −∆ s
Keterangan:
n : Jumlah hari berturut-turut.
D(n) : Limpasan air hujan pembuang permukaan selama n hari (mm).
R(n)T : Curah hujan selama n hari berturut-turut dengan periode ulang T
tahun (mm).
IR : Pemberian air irigasi (mm/hari).
ET : Evapotranspirasi (mm/hari).
P : Perkolasi (mm/hari).
ΔS : Tampungan tambahan (mm)
Perhitungan untuk bulan Januari dengan jumlah hari adalah 3.
D ( 3 )=345.71+3 ( 0−4.294−0 ) −20=1.688
54
- Tampungan di sawah dengan lapisan air maksimum 150 mm.
Tampungan tambahan s di akhir n hari berturut-turut maksimum 50
mm.
- Perkolasi P sama dengan nol.
17.621
Dm= =0.68
3 x 8.64
Perhitungan Debit Rencana (Qd)
Kapasitas rencana jaringan pembuang intern untuk sawah dihitung
dengan rumus berikut:
Qd=1.62 Dm A0.92
Keterangan:
Qd : Debit rencana (liter/detik).
Dm : Modulus pembuang (liter/detik/ha).
A : Luas daerah yang akan dibuang airnya (ha).
l m3
Qd=1.62× 0.68 ×64.480.92=50.885 =0.051
detik s
55
0.051
A= =0.208 m2
0.244
Penentuan Nilai Kemiringan Talud (m), Perbandingan Lebar Saluran
(n), dan Koefisien Kekasaran (k)
Nilai kemiringan talud (m), perbandingan lebar saluran (n), dan
koefisien kekasaran (k) untuk saluran pembuang ditentukan
berdasarkan debit yang akan dialirkan oleh saluran tersebut.
n=0.96 ×Q 0.25 +m
n=0.96 ×0.0510.25 +1=1.456
Tabel 5. 5 Nilai kemiringan talud, perbandingan b/h dan kofisien k
Perhitungan lebar dasar saluran (b) dan tinggi aliran air (h)
Nilai h dihitung dengan menggunakan rumus:
h=3 ×V 1.56
h=3 ×0.244 1.56=0.333 m
Kemudian lebar dasar saluran dihitung dengan rumus:
b=n ×h
b=1.456 ×0.333=0.485 m
Perhitungan Lebar Dasar Saluran Di lapangan (b’)
Pembulatan harga b ke atas.
Perhitungan Luas Basah Rencana (A’)
Luas basah rencana saluran pembuang dapat dhitung dengan
menggunakan rumus:
A' =b' h+m h2
A' =0.5× 0.333+1× 0.3332=0.277 m2
Perhitungan Keliling Penampang Hidraulis (P)
56
Keliling penampang hidraulis saluran pembuang dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
P=b '+2 h(1+m2)0.5
P=0.5+2× 0.333(1+12)0.5 =1.648 m
Perhitungan Jari-Jari Hidraulis (R)
Jari-Jari Hidraulis saluran pembuang dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
A'
R=
P
0.277
R= =0.168 m
1.648
Perhitungan Kecepatan Aliran Rencana (V’)
Kecepatan aliran rencana saluran pembuang dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
Q
V '=
A'
0.051
V '= =0.184 m/s
0.277
Perhitungan Kemiringan Rencana (I)
Kemiringan rencana saluran pembuang dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
V '2
I= 4
2
k R3
0.184 2
I= 4
=0.0003
2 3
35 × 0.168
Perhitungan Tinggi Freeboard (F)
F=0.676 × h0.5
F=0.676 × 0.3330.5=0.390 m
Perhitungan keliling penampang (B)
B=b ' +2 × m× H
B=0.5+ 2× 1× 0.723=2.149 m
57
Tabel 5. 6 Perhitungan DN dan DM
Bulan
m Prob T Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1 0.090909 11 357.3915 354.9681 542.66 348.9495 230.58 254.2178 248.5122 749.39 687.033628 600.5607 440.11 423
2 0.181818 5.5 324.4095 321.0007 276.7621 243.89 214.0698 84.11282 145.95 358.5208 573.49278 319.97 302.54 378.42
3 0.272727 3.666666667 297.16 295.23 268.98 206.96 155.43 80.98 67.58 21.49 444.967375 261.3329 298.51455 377.69
4 0.363636 2.75 289.39 289.39 209.15 169.95 140.19 75.61 28.68983 2.490636 318.64 214.91 197.62658 312.74669
5 0.454545 2.2 244.52 242.8 204.9218 136.0529 132.2789 34.5 24.76 1.245318 124 190.02 190.81932 293.1923
6 0.545455 1.833333333 237.6737 236.1164 181.38 129.72 121.59 14.99586 1.36 1.16 118.08 151.7835 180.62 275.96
7 0.636364 1.571428571 221.64 221.15 169.49 100.3 101.2894 6.79 1.16 0.707082 60.6 55.48478 170.36 254.25
8 0.727273 1.375 215.0741 215.0659 139.5629 54.39191 35.17 0.118859 0.046455 0 14.51 55.43 133.65 193.58915
9 0.818182 1.222222222 140.29 139.82 124.0602 32.26 24.06 0.05 0 0 0.07468261 37.03 88.871068 182.88722
10 0.909091 1.1 63.47 82.49 25.38 25.10383 2.043823 0 0 0 0 6.75 85.37 90.67
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
T(3)(mm) 316.978 313.972 274.640 233.818 198.077 83.258 124.576 266.603 538.440 303.978 301.442 378.221
Rn (3hari) 31.698 31.397 27.464 23.382 19.808 8.326 12.458 26.660 53.844 30.398 30.144 37.822
IR 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Eto 4.125 4.972 4.406 4.329 3.683 3.639 3.947 4.547 5.408 5.238 5.798 5.082
P 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
ΔS 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000
DN -0.677 -3.517 -5.753 -9.606 -11.240 -22.592 -19.383 -6.980 17.621 -5.317 -7.251 2.575
DN maximum 17.621
DM 0.680
58
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan untuk merencanakan
sistem irigasi di daerah Wanasadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Sistem irigasi yang digunakan adalah sistem irigasi gravitasi.
2. Luas daerah yang dapat diairi oleh DAS kali Wanasadi adalah sebesar 80 ha.
Namun karena keterbatasan lahan untuk irigasi, maka luas daerah yang diairi
hanya 60 ha.
3. Kapasitas layanan dikembangkan seluas 20 ha sehingga lahan sawah beririgasi
menjadi 80 Ha.
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Data-data masih ada yang belum lengkap baik dalam curah hujan maupun data
klimatologi sehingga perlu updating data untuk pengembangan dan
pengelolaan irigasi yang lebih baik.
2. Dalam perencanaan skema irigasi, yang perlu diperhatikan adalah geometri dari
lahan, bentuk lahannya, dan elevasi.
59
LAMPIRAN
60
RENCANA ANGGARAN BIAYA ( BQ )
61
IV Pekerjaan Saluran baru pjg. 610 m
1 Galian tanah 423.70 m3 49,015.00 20,767,459.44
2 Galian tanah berbatu 105.92 m3 140,345.00 14,865,903.78
3 Pasangan Batu belah putih 1pc : 4ps 206.03 m3 903,808.00 186,209,754.62
4 Plester camp. 1pc :4ps 1,105.80 m2 67,200.00 74,309,760.00
5 Pipa D PVC Ø 6" Inlet/ Pengambilan 7.50 m1 202,000.00 1,515,000.00
6 Beton plat bertulang
a. Beton K 125 77.07 m3 1,048,996.00 80,844,862.92
b. Besi tulangan 2,878.71 kg 16,411.00 47,242,493.40
c. Begesting 81.64 m2 75,038.00 6,125,802.17
431,881,036.34
V Pekerjaan Bok/bak bagi 4 bh
1 Galian tanah 18.43 m3 49,015.00 903,444.48
2 Pasangan Batu belah putih 1pc : 4ps 7.68 m3 903,808.00 6,940,160.87
3 Plester camp. 1pc :4ps 41.36 m2 67,200.00 2,779,660.80
4 Beton plat bertulang
a. Beton K 125 2.42 m3 1,048,996.00 2,537,731.12
b. Besi tulangan 94.08 kg 16,411.00 1,544,015.81
5 Pintu besi Uk.50 x 50 cm 3.00 bh 1,750,000.00 5,250,000.00
6 Pintu besi Uk.40 x 40 cm 6.00 bh 1,250,000.00 7,500,000.00
27,455,013.08
VI Pekerjaan Rehab bendung
1 Bongkaran 91.30 m3 123,280.00 11,255,464.00
2 Galian tanah/walet 288.00 m3 49,015.00 14,116,320.00
3 Pasangan Batu belah lama 1pc : 4ps 45.65 m3 782,608.00 35,726,055.20
4 Pasangan Batu belah putih 1pc : 4ps 346.20 m3 903,808.00 312,898,329.60
5 Plester camp. 1pc :4ps 268.90 m2 67,200.00 18,070,080.00
6 Plester voch camp. 1pc :2ps 414.90 m2 54,221.00 22,496,292.90
7 Beton plat bertulang
a. Beton K 125 12.60 m3 1,048,996.00 13,217,349.60
b. Besi tulangan 161.50 kg 16,411.00 2,650,376.50
c. Begesting 22.27 m2 75,038.00 1,670,721.07
8 Suling - suling PVC Ø 2" 30.00 m1 32,000.00 960,000.00
433,060,988.87
62
REKAPITULASI BIAYA ( BQ )
JUMLAH 3,296,715,798.48
PPN 10 % 329,671,579.85
JUMLAH 3,626,387,378.33
DIBULATKAN 3,626,387,000.00
Terbilang : Tiga Milyar Enam Ratus Dua Puluh Enam Juta Tiga Ratus Dua Puluh Tujuh Ribu Rupiah
63
DAFTAR HARGA SATUAN DASAR TENAGA KERJA ( BQ )
Harga
No Uraian Satuan Kode Satuan Dasar Ket.
( Rp. )
1 2 3 4 5 6
I UPAH TENAGA KERJA
1 Pekerja OH L.01 75,000.00 UMK Kab.Gunungkidul
2 Tukang OH L.02 86,000.00 Tahun 2021
3 Tukang Pipa OH L.03 86,000.00 Rp. 1,770,000,00
4 Tukang Kayu OH L.04 103,000.00
5 Kepala Tukang OH L.05 105,000.00
6 Mandor OH L.06 112,000.00
7 Penjaga malam/Satpam OH L.07 75,000.00
8 Operator (Sopir ) OH L.08 94,000.00
64
DAFTAR HARGA SATUAN DASAR BAHAN DAN ALAT ( BQ )
Harga
No Uraian Satuan Kode Satuan Dasar Ket.
( Rp. )
I BAHAN / MATERIAL
1 Air m3 M.02 15,000.00
2 Batu bata kecil bh M.04.c 1,000.00
3 Batu bata besar bh M.04.d 1,200.00
4 Batu / batu kali/ batu belah m3 M.05 200,000.00
5 Kerikil/Koral/Agregat Beton/ SPLIT m3 M.12 350,000.00
6 Pasir beton m3 M.14.a 320,000.00
7 Pasir pasang kali/gunung m3 M.14.b 320,000.00
8 Pasir urug m3 M.14.d 150,000.00
9 Portland Cement (PC 40 kg / zak) zak M.15 60,000.00
10 Kayu balok klas 3 (Albasia) m3 M.33.d 3,603,600.00
11 Kayu papan bekisting kelas 3 m3 M.35.a 3,604,000.00
12 Kayu papan klas 3 (Albasia) m3 M.35.e 800,000.00
13 Multiplek lbr M.38.d 250,000.00
14 Baja Tulangan U 24 (besi beton biasa) Polos kg M.55.d 14,000.00
15 Kawat beton / Bendrat kg M.60 18,000.00
16 Paku biasa 4 cm - 7 cm kg M.65.b 18,000.00
17 Pipa PVC dia. 2" m' M.107.k 32,000.00
18 Pipa GI Medium A dia. 150 mm m' M.107.l 645,000.00
19 linggis ( Baja keras ) Sewa-hari E.14 10,000.00
20 Molen (Concrete Mixer 0.35 m3) Sewa-hari E.28.b 150,000.00
21 Pahat Beton (baja keras) bh E.29 15,000.00
22 Palu/godam pemecah batu bh E.30 125,000.00
23 Minyak bekisting ltr M.129 20,000.00
41 Pipa D PVC Ø 6" Inlet/ Pengambilan m 202,000.00
42 Papan nama kegiatan bh 200,000.00
65
DAFTAR ANALYS ( BQ )
66
T.14c 1 m3 Timbunan pasir sebagai bahan pengisi
Harga Satuan Jumlah
No Uraian Kode Satuan Koefisien
(Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6 7
A Tenaga Kerja
1 Pekerja L.01 OH 0.400 75,000.00 30,000.00
2 Mandor L.06 OH 0.040 112,000.00 4,480.00
Jumlah Harga Tenaga Kerja 34,480.00
B Bahan
1 Pasir pasang M.14.b m3 1.200 150,000.00 180,000.00
Jumlah Harga Bahan 180,000.00
C Peralatan
Jumlah Harga Peralatan -
D Jumlah Harga tenaga, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 214,480.00
E Overhead + Profit (Contoh 15%) 1% x D 2,144.80
F Harga Satuan Pekerjaan per - m 3 (D+E) 216,624.80
216,624.00
T.14a 1 m3 Timbunan tanah atau urugan tanah kembali
Harga Satuan Jumlah
No Uraian Kode Satuan Koefisien
(Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6 7
A Tenaga Kerja
1 Pekerja L.01 OH 0.330 75,000.00 24,750.00
2 Mandor L.06 OH 0.033 112,000.00 3,696.00
Jumlah Harga Tenaga Kerja 28,446.00
B Bahan
Jumlah Harga Bahan -
C Peralatan
Jumlah Harga Peralatan -
D Jumlah Harga tenaga, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 28,446.00
E Overhead + Profit 2% x D 568.92
F Harga Satuan Pekerjaan per - m 3 (D+E) 29,014.92
Dibulatkan 29,014.00
67
P.01c Mortar tipe N (mutu PP tertentu setara dengan campuran 1 PC:4 PP) Pasangan menggunakan hasil bongkaran
Harga Satuan
No Uraian Kode Satuan Koefisien Jumlah (Rp)
(Rp)
1 2 3 4 5 6 7
A Tenaga Kerja
1 Pekerja L.01 OH 1.800 75,000.00 135,000.00
2 Tukang batu L.02 OH 0.900 86,000.00 77,400.00
3 Mandor L.06 OH 0.180 112,000.00 20,160.00
Jumlah Harga Tenaga Kerja 232,560.00
B Bahan
1 Batu kali M.05 m3 0.600 200,000.00 120,000.00
2 Pasir Pasang M.14.b m3 0.520 320,000.00 166,400.00
3 Portland Cement M.15 kg 163 1,500.00 244,500.00
Jumlah Harga Bahan 530,900.00
C Peralatan
1 Molen E.28.b Sewa-hari 0.076 150,000.00 11,400.00
Jumlah Harga Peralatan 11,400.00
D Jumlah Harga Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 774,860.00
E Overhead + Profit 1% x D 7,748.60
F Harga Satuan Pekerjaan per - m 3 (D+E) 782,608.60
Dibulatkan 782,608.00
A.2 PEKERJAAN PASANGAN (P.xx)
(Normatif)
P.01c Mortar tipe N (mutu PP tertentu setara dengan campuran 1 PC:4 PP)
Harga Satuan
No Uraian Kode Satuan Koefisien Jumlah (Rp)
(Rp)
1 2 3 4 5 6 7
A Tenaga Kerja
1 Pekerja L.01 OH 1.800 75,000.00 135,000.00
2 Tukang batu L.02 OH 0.900 86,000.00 77,400.00
3 Mandor L.06 OH 0.180 112,000.00 20,160.00
Jumlah Harga Tenaga Kerja 232,560.00
B Bahan
1 Batu belah M.05 m3 1.200 200,000.00 240,000.00
2 Pasir Pasang M.14.b m3 0.520 320,000.00 166,400.00
3 Portland Cement M.15 kg 163 1,500.00 244,500.00
Jumlah Harga Bahan 650,900.00
C Peralatan
1 Molen E.28.b Sewa-hari 0.076 150,000.00 11,400.00
Jumlah Harga Peralatan 11,400.00
D Jumlah Harga Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 894,860.00
E Overhead + Profit 1% x D 8,948.60
F Harga Satuan Pekerjaan per - m 3 (D+E) 903,808.60
Dibulatkan 903,808.00
68
P.03 PekerjaanPlesteran dengan mortar jenis PC-PP (1 m 2)
P.04f Plesteran tebal 1,5 cm, dengan mortar jenis PC-PP tipe N (mutu PP tertentu setara dengan campuran 1 PC:4 PP)
Harga Satuan
No Uraian Kode Satuan Koefisien Jumlah (Rp)
(Rp)
1 2 3 4 5 6 7
A Tenaga Kerja
1 Pekerja L.01 OH 0.384 75,000.00 28,800.00
2 Tukang batu L.02 OH 0.192 86,000.00 16,512.00
3 Kepala Tukang L.05 OH 0.019 105,000.00 1,995.00
4 Mandor L.06 OH 0.019 112,000.00 2,128.00
Jumlah Harga Tenaga Kerja 49,435.00
B Bahan
1 Pasir Pasang M.14.b m3 0.024 320,000.00 7,680.00
2 Portland Cement M.15 kg 6.280 1,500.00 9,420.00
Jumlah Harga Bahan 17,100.00
C Peralatan
Jumlah Harga Peralatan -
D Jumlah Harga Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 66,535.00
E Overhead + Profit 1% x D 665.35
F Harga Satuan Pekerjaan per - m 2 (D+E) 67,200.35
Dibulatkan 67,200.00
69
A.3 PEKERJAAN BETON (B.xx)
B.02 1 m3 beton mutu, f’c = 7,4 MPa (K100), slump (12±2) cm, w/c = 0,87
B.02a Manual
Harga Satuan
No Uraian Kode Satuan Koefisien Jumlah (Rp)
(Rp)
1 2 3 4 5 6 7
A Tenaga Kerja
1 Pekerja L.01 OH 1.650 75,000.00 123,750.00
2 Tukang batu L.02 OH 0.275 86,000.00 23,650.00
3 Kepala tukang L.05 OH 0.028 105,000.00 2,887.50
4 Mandor L.06 OH 0.165 112,000.00 18,480.00
Jumlah Harga Tenaga Kerja 168,767.50
B Bahan
1 PC / Portland Cement M.15 kg 247 1,500.00 370,500.00
2 PB / Pasir Beton M.14.a m3 0.621 320,000.00 198,720.00
3 Kr / Krikil M.12 m3 0.74 350,000.00 259,000.00
4 Air M.02 L 215 15.00 3,225.00
Jumlah Harga Bahan 831,445.00
C Peralatan
Jumlah Harga Peralatan
D Jumlah Harga Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 1,000,212.50
E Overhead + Profit 1% x D 10,002.13
F Harga Satuan Pekerjaan per - m 3 (D+E) 1,010,214.63
Dibulatkan 1,010,214.00
B.02b Menggunakan Molen
Harga Satuan
No Uraian Kode Satuan Koefisien Jumlah (Rp)
(Rp)
1 2 3 4 5 6 7
A Tenaga Kerja
1 Pekerja L.01 OH 1.323 75,000.00 99,225.00
2 Tukang batu L.02 OH 0.189 86,000.00 16,254.00
3 Kepala tukang L.05 OH 0.019 105,000.00 1,995.00
4 Mandor L.06 OH 0.132 112,000.00 14,784.00
Jumlah Harga Tenaga Kerja 132,258.00
B Bahan
1 PC / Portland Cement M.15 kg 247 1,500.00 370,500.00
2 PB / Pasir Beton M.14.a m3 0.621 320,000.00 198,720.00
3 Kr / Krikil M.12 m3 0.74 350,000.00 259,000.00
4 Air M.02 L 215 15.00 3,225.00
Jumlah Harga Bahan 831,445.00
C Peralatan
1 Molen 0,35 m3 E.28.b Sewa-hari 0.250 150,000.00 37,500.00
Jumlah Harga Peralatan 37,500.00
D Jumlah Harga Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 1,001,203.00
E Overhead + Profit 1% x D 10,012.03
F Harga Satuan Pekerjaan per - m 3 (D+E) 1,011,215.03
Dibulatkan 1,011,215.00
70
B.03 1 m3 beton mutu, f’c = 9,8 MPa (K125), slump (12±2) cm, w/c = 0,78
B.03a Manual
Harga Satuan
No Uraian Kode Satuan Koefisien Jumlah (Rp)
(Rp)
1 2 3 4 5 6 7
A Tenaga Kerja
1 Pekerja L.01 OH 1.650 75,000.00 123,750.00
2 Tukang batu L.02 OH 0.275 86,000.00 23,650.00
3 Kepala tukang L.05 OH 0.028 105,000.00 2,940.00
4 Mandor L.06 OH 0.165 112,000.00 18,480.00
Jumlah Harga Tenaga Kerja 168,820.00
B Bahan
1 PC / Portland Cement M.15 kg 276 1,500.00 414,000.00
2 PB / Pasir Beton M.14.a kg 828 228.57 189,257.14
3 Kr / Krikil M.12 kg 1012 259.26 262,370.37
4 Air M.02 L 215 15.00 3,225.00
Jumlah Harga Bahan 868,852.51
C Peralatan
Jumlah Harga Peralatan
D Jumlah Harga Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 1,037,672.51
E Overhead + Profit 1% x D 10,376.73
F Harga Satuan Pekerjaan per - m 3 (D+E) 1,048,049.24
Dibulatkan 1,048,049.00
1 2 3 4 5 6 7
A Tenaga Kerja
1 Pekerja L.01 OH 1.323 75,000.00 99,225.00
2 Tukang batu L.02 OH 0.189 86,000.00 16,254.00
3 Kepala tukang L.05 OH 0.019 105,000.00 1,995.00
4 Mandor L.06 OH 0.132 112,000.00 14,784.00
Jumlah Harga Tenaga Kerja 132,258.00
B Bahan
1 PC / Portland Cement M.15 kg 276 1,500.00 414,000.00
2 PB / Pasir Beton M.14.a kg 828 228.57 189,257.14
3 Kr / Krikil M.12 kg 1012 259.26 262,370.37
4 Air M.02 L 215 15.00 3,225.00
Jumlah Harga Bahan 868,852.51
C Peralatan
1 Molen E.28.b Sewa-hari 0.250 150,000.00 37,500.00
Jumlah Harga Peralatan 37,500.00
D Jumlah Harga Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 1,038,610.51
E Overhead + Profit 1% x D 10,386.11
F Harga Satuan Pekerjaan per - m 3 (D+E) 1,048,996.62
Dibulatkan 1,048,996.00
71
A.3.3 Koefisien untuk analisa harga satuan pekerjaan pembesian beton
B.17 Pembesian 100 kg dengan besi polos atau ulir
Harga Satuan
No Uraian Kode Satuan Koefisien Jumlah (Rp)
(Rp)
1 2 3 4 5 6 7
A Tenaga Kerja
1 Pekerja L.01 OH 0.700 75,000.00 52,500.00
2 Tukang besi L.02 OH 0.700 86,000.00 60,200.00
3 Kepala tukang L.05 OH 0.070 105,000.00 7,350.00
4 Mandor L.06 OH 0.070 112,000.00 7,840.00
Jumlah Harga Tenaga Kerja 127,890.00
B Bahan
1 Besi Beton (polos/ulir) M.55.d kg 105 14,000.00 1,470,000.00
2 Kawat Ikat M.60 kg 1.5 18,000.00 27,000.00
Jumlah Harga Bahan 1,497,000.00
C Peralatan
Jumlah Harga Peralatan
D Jumlah Harga Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 1,624,890.00
E Overhead + Profit 1% x D 16,248.90
F Harga Satuan Pekerjaan per - 100kg (D+E) 16,411.39
Dibulatkan 16,411.00
B.22 1 m2 Bekisting untuk lantai permukaan beton biasa dengan papan ukuran 3/20 cm (tanpa perancah)
Harga Satuan
No Uraian Kode Satuan Koefisien Jumlah (Rp)
(Rp)
1 2 3 4 5 6 7
A Tenaga Kerja
1 Pekerja L.01 OH 0.300 75,000.00 22,500.00
2 Tukang kayu L.02 OH 0.150 103,000.00 15,450.00
3 Kepala tukang L.05 OH 0.015 105,000.00 1,575.00
4 Mandor L.06 OH 0.030 112,000.00 3,360.00
Jumlah Harga Tenaga Kerja 42,885.00
B Bahan
1 Papan 3/20 cm kayu kelas II M.35.e m3 0.014 800,000.00 11,200.00
2 Kaso 5/7 cm m3 0.0030 3,603,600.00 10,810.80
3 Paku 5 cm dan 7 cm M.65.b kg 0.3 18,000.00 5,400.00
4 Minyak bekisting M.129 L 0.2 20,000.00 4,000.00
Jumlah Harga Bahan 31,410.80
C Peralatan
Jumlah Harga Peralatan
D Jumlah Harga Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 74,295.80
E Overhead + Profit 1% x D 742.96
F Harga Satuan Pekerjaan per - m2 (D+E) 75,038.76
Dibulatkan 75,038.00
CATATAN: * Bahan digunakan lebih dari 1 (satu) kali, yang ke-1, koefisien 0,040 (papan) dan 0,020 (Kaso)
yang ke-2, koefisien menjadi 0,028 (papan) dan 0,0135 (Kaso)
yang ke-3, koefisien menjadi 0,024 (papan) dan 0,0113 (Kaso)
72
A.8.4.1.4 Pemasangan 1 m' pipa PVC Ø 150 mm
Harga Satuan
No Uraian Kode Satuan Koefisien Jumlah (Rp)
(Rp)
1 2 3 4 5 6 7
A Tenaga Kerja
1 Pekerja L.01 OH 0.1180 75,000.00 8,850.00
2 Tukang pipa L.03 OH 0.0590 86,000.00 5,074.00
3 Mandor L.06 OH 0.0120 112,000.00 1,344.00
Jumlah Harga Tenaga Kerja 15,268.00
B Bahan
1 Pipa PVC Ø 150 mm m 1.00 32,000.00 32,000.00
1 2 3 4 5 6 7
A Tenaga Kerja
1 Pekerja L.01 OH 0.5060 75,000.00 37,950.00
2 Tukang pipa L.03 OH 0.2530 86,000.00 21,758.00
3 Mandor L.06 OH 0.0510 112,000.00 5,712.00
Jumlah Harga Tenaga Kerja 65,420.00
B Bahan
1 Pipa GIP Ø 150 mm m 1.00 645,000.00 645,000.00
C D
Pasangan Batu
2
Jumlah (a) 6365.00 m
I Plat beton
3
I
Saluran Kiri P0 - P36 0.12 1.30 0.12 0.156 27.00 4.21 m
H
3
J
Plat Beton
Saluran Kanan P0 - P31 0.12 1.30 0.12 0.156 18.00 2.81 m
3
7.02 m
3
Jumlah beton K125 437.16 m
74
b. Besi tulangan
Saluran Kiri P0 - P3a
D
berat/m
Saluran Kiri P0 - P36 5.00 0.393 1800.00 3537.00 kg Tul pokok
A C 0.20 0.90 0.20 0.393 9000.00 4598.10 kg Tul bagi
Saluran Kanan P0 - P31 5.00 0.393 1550.00 3045.75 kg Tul pokok
B 0.20 0.90 0.20 0.393 7750.00 3959.48 kg Tul bagi
c. Begesting
Konst. Luas Panjang
2
A B
Saluran Kiri P0 - P36 0.12 0.12 0.50 0.24 1800.00 216.00 m
2
Begisting plat beton saluran
Saluran Kanan P0 - P31 0.12 0.12 0.50 0.24 1550.00 186.00 m
B A C
D F
Plat beton penutup sal
2
Saluran Kiri P0 - P36 0.50 1.00 0.50 27.00 13.50 m
2
0.12 0.12 1.30 27.00 1.60 27.00 1.00 0.12 56.90 6.83 m
2
G Saluran Kanan P0 - P31 0.50 1.00 0.50 18.00 9.00 m
Begisting plat penutup saluran 2
0.12 0.12 1.30 18.00 1.60 18.00 1.00 0.12 38.90 4.67 m
2
Jumlah begisting 436.00 m
75
IV Pekerjaan Saluran Baru
1 Galian tanah biasa Jml Luas Panjang
3
Saluran Kiri P38 - 43 1.30 0.70 1.00 0.91 247.00 224.77 m
3
A Saluran Kanan P31-P38 1.30 0.70 1.00 0.91 335.00 304.85 m
3
Jumlah galian tanah biasa 529.62 m
C D
Pasangan Batu
I Plat beton
3
I
Saluran Kiri P38 - 43 0.12 1.30 0.12 0.156 6.00 0.94 m
H
3
J
Plat Beton
Saluran Kanan P31-P38 0.12 1.30 0.12 0.156 9.00 1.40 m
3
2.34 m
3
Jumlah beton K125 77.07 m
76
b. Besi tulangan
D
berat/m
Saluran Kiri P38 - 43 5.00 0.393 247.00 485.36 kg Tul pokok
A C 0.20 0.90 0.20 0.393 1235.00 630.96 kg Tul bagi
Saluran Kanan P31-P38 5.00 0.393 335.00 658.28 kg Tul pokok
B 0.20 0.90 0.20 0.393 1675.00 855.76 kg Tul bagi
c. Begesting
Konst. Luas Panjang
2
A B
Saluran Kiri P38 - 43 0.12 0.12 0.50 0.24 247.00 29.64 m
2
Begisting plat beton saluran
Saluran Kanan P0 - P31 0.12 0.12 0.50 0.24 335.00 40.20 m
B A C
D F
Plat beton penutup sal
2
Saluran Kiri P0 - P36 0.50 1.00 0.50 6.00 3.00 m
2
0.12 0.12 1.30 6.00 1.60 6.00 1.00 0.12 14.90 1.79 m
2
G Saluran Kanan P0 - P31 0.50 1.00 0.50 9.00 4.50 m
Begisting plat penutup saluran 20.90 2
0.12 0.12 1.30 9.00 1.60 9.00 1.00 0.12 2.51 m
2
Jumlah begisting 81.64 m
3
Jumlah galian tanah 18.43 m
D
Galian Tanah
77
3 Pasangan Batu belah putih 1pc : 4ps
Jml Luas Panjang
3
Pas batu full dinding 0.27 0.27 0.80 0.60 0.20 1.60 9.00 0.22 3.60 7.00 m
Pasangan batu belah putih 1pc : 4ps
3
Pas batu bawah pintu 0.20 0.27 0.27 0.40 0.50 9.00 0.05 1.40 0.68 m
3
7.68 m
D
50
A 7 Ø 8 mm
B C
G H G
F I
G H G
7 - Ø8mm
A
B
F
F
E
C
G
3
a. Beton K 125 0.105 1.60 9.000 2.560 2.42 m
78
b. Besi tulangan berat/m
Tul pokok 0.20 0.20 1.50 7.00 0.393 9.000 1.90 47.04 kg
Tul bagi 0.20 0.20 1.50 7.00 0.393 9.000 1.90 47.04 kg
Jumlah besi tulangan 94.08 kg
2
c. Begesting 0.12 1.60 9.00 6.40 6.91 m
Ø8mm - 200mm B
C
DINDING MERCU LAMA
Ø8mm - 200mm
E
Beton K125
D
3
a. Beton K 125 Beton K125 2.00 4.00 2.00 1.50 1.43 8.00 11.40 m
3
0.50 0.50 0.15 8.00 1.20 m
3
Jumlah beton 12.60 m
b. Besi tulangan berat/m
Lantai + mercu 2.00 4.00 2.00 1.50 0.393 34.000 8.00 106.90 kg Tul pokok
0.393 40.000 8.00 125.76 kg Tul bagi
Lantai penguras 2.20 0.393 11.000 1.50 6.48 kg Tul pokok
0.393 8.000 6.80 21.38 kg Tul bagi
Jumlah besi tulangan 260.52 kg
2
c. Begesting Mercu 2.50 8.00 20.00 m
2
Lantai depan belakang 0.15 15.10 2.27 m
2
Jumlah begisting 22.27 m
79