Anda di halaman 1dari 2

UAS-MFTAHUL RIZKI-ULUMUL HADIS HES

1.Definisi Hadits dhaif menurut Imam Al-Baiquni adalah:


"Setiap hadis yang tingkatannya berada dibawah hadits hasan
(tidak memenuhi syarat sebagai hadis shahih maupun hasan) maka
disebut hadits dho'if dan hadis (seperti) ini banyak sekali
ragamnya."
2. Ini Lima Motivasi Orang Membuat Hadits Palsu (Hadits Maudhu) Sabtu 6 Januari 2018
06:05 WIB BAGIKAN: Hadits berarti setiap informasi yang disandarkan kepada Nabi SAW.
Informasi tersebut adakalanya benar. Tidak sedikit informasi itu bohong. Informasi yang
benar disebut hadits shahih. Sementara informasi bohong disebut hadits palsu. Sebab
itu, Mahmud Thahan dalam Taysiru Musthalahil Hadits mendefinisikan hadits palsu
(maudhu’) dengan kalimat berikut ini: ‫للا‬ ‫للا صلى ه‬ ‫هو الكذب المختلق المصنوع المنسوب إلى رسول ه‬
‫ عليه وسلم‬ADVERTISEMENT Artinya, “Hadits maudhu’ adalah perkataan bohong dan
mengada-ada yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW.” Mayoritas ulama
sepakat meriwayatkan hadits maudhu’, apalagi berkata bohong atas nama Nabi
Muhammad, adalah dilarang. Rasulullah SAW berkata: ‫من كذب علي متعمدا فليتبوأ مقعده من النا هر‬
ADVERTISEMENT Artinya, “Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja,
maka kelak posisinya di neraka,” (HR Ibnu Majah). Tidak hanya pemalsu hadits yang
diancam oleh Rasulullah, orang yang menyebarkan hadits palsu pun juga diancam oleh
Rasulullah. Rasulullah bersabda: ADVERTISEMENT ‫من حدث عني بحديث يرىه أنه كاذب فهو أحد‬
‫ الكاذبين‬Artinya, “Siapa yang menyampaikan informasi tentangku padahal ia mengetahui
informasi itu bohong, maka ia termasuk pembohong,” (HR Muslim). ADVERTISEMENT
Berdasarkan hadits itu, para ulama memahami bahwa meriwayatkan hadits maudhu’
tidak boleh, begitu pula menyampaikan dan menyebarkan hadits maudhu’. Dibolehkan
menyampaikannya dengan syarat untuk memberi tahu kepada khalayak kalau hadits
tersebut bukanlah hadits shahih, tetapi hadits maudhu’. Dalam Taysiru Musthalahil
Hadits, Mahmud Thahan memerinci ada lima hal yang mendorong orang untuk
memalsukan hadits: Pertama, untuk mendekatkan diri kepada Allah. Maksudnya,
pemalsu hadits membuat hadits dan mengatasnamakan Rasulullah agar orang lain
termotivasi untuk beribadah. Memang niatnya bagus, tetapi caranya tidak benar. Salah
satu pemalsu hadits yang melakukan cara ini adalah Maysarah bin Abdu Rabbihi. Ibnu
Mahdi, sebagaimana diriwayatkan Ibnu Hibban, pernah bertanya kepada Maysarah: ‫من‬
‫ من قرأ كذا فله كذا؟ قاله وضعتها أرغب الناس‬،‫ أين جئت بهذه األحاديث‬Artinya, “’Dari mana kamu
mendapatkan hadits ini, orang yang membaca ini mendapatkan ganjaran ini?’ Maysarah
menjawab, ‘Saya memalsukannya supaya orang-orang termotivasi.’” Kedua, untuk
merusak Islam dari dalam. Sebagian musuh Islam membuat hadits palsu agar umat Islam
terpecah belah dan salah memahami agamanya. Di antara orang yang pernah
melakukan ini adalah Muhammad bin Sa’id As-Syami. Ketiga, untuk mendekati
penguasa. Sebagian pemalsu hadits membuat hadits palsu yang berkaitan dengan
penguasa. Tujuannya untuk memuji dan mendekati penguasa. Misalnya, kisah Ghiyats
bin Ibrahim An-Nakha’i yang memalsukan hadits supaya bisa dekat dengan Amirul
Mukminin Al-Mahdi.
1. Menurut saya hal itu biasa terjadi di kalangan para rawi hadis.menurut saya itu tergantung
kepada hadis yg di riwayatkanya apabila hadis nya kuat atau shahih itu tidak masalah.
2. Hadis Mahfudh
3. Hadist maudhu'(di terima)
-hadis ma'ruf (di terima)
-hadis mutawatir. (Di terima)
-hadis hasan lighairihi (di terima)
-hadis Munkar.(ditolak)
-hadis mahfudh(di terima)
-hadis maqlub(di tolak)
-hadis syaz(di tolak)
-hadis mushahaf(di terima)
-hadis munqathhti(di tolak)

Anda mungkin juga menyukai