Anda di halaman 1dari 22

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMK N 1 Sedan


Mata pelajaran : Bahasa Jawa
Kelas/Semester : XI/Genap
Materi Pokok : Seni Pertunjukan Tradisional
Pembelajaran ke : 4
Alokasi Waktu : 4 x 2 JP @ 45 Menit

A. Kompetensi Dasar dan Indikator

No Kompetensi Dasar No Indikator


3. 3.1 Menelaah teks eksposisi tentang 3.1.1 Membuat pertanyaan yang
Seni Pertunjukan Jawa (Drama berhubungan dengan Teks
Tradisional) eksposisi tentang Seni
Pertunjukan Drama
Tradisional untuk memahami
isi Teks eksposisi tentang Seni
Pertunjukan Drama
Tradisional.
3.1.2 Mengidentifikasi nilai-nilai
simbolis yang terkandung
dalam Teks eksposisi tentang
Seni Pertunjukan Drama
Tradisional lisan maupun
tulisan.
3.1.3 Menganalisis penggunaan
kagunan basa dalam Teks
eksposisi tentang Seni
Pertunjukan Drama
Tradisional lisan maupun
tulisan.
3.1.4 Mengevaluasi relevansi nilai-
nilai simbolis Teks eksposisi
tentang Seni Pertunjukan
Drama Tradisional dengan
kondisi masyarakat masa kini
lisan maupun tulisan
4. 4.1 Menanggapi isi, menulis, dan 4.1.1 Menginterpretasi dengan
menyajikan teks eksposisi memberi tanggapan isi Teks
tentang Seni Pertunjukan eksposisi tentang Seni
Drama Tradisional Pertunjukan Drama
Tradisional dengan bahasa
sendiri lisan maupun tulisan.
4.1.2 Menulis kembali isi Teks
eksposisi tentang Seni
Pertunjukan Drama
Tradisional lisan maupun
tulisan.
4.1.3 Menyunting kesalahan
penceritaan kembali Teks
eksposisi tentang Seni
Pertunjukan Drama
Tradisional karya teman.
4.1.4 Menyajikan Teks eksposisi
tentang Seni Pertunjukan
Drama Tradisional lisan
maupun tulisan.

B. Tujuan Pembelajaran
KI 3: Setelah mendiskusikan seni pertunjukan Jawa siswa dapat :
1. Membuat pertanyaan yang berhubungan dengan Teks eksposisi tentang Seni
Pertunjukan Drama Tradisional.
2. Mengidentifikasi nilai-nilai simbolis yang terkandung dalam Teks eksposisi
tentang Seni Pertunjukan Drama Tradisional.
3. Menganalisis penggunaan kagunan basa dalam Teks eksposisi tentang
Seni Pertunjukan Drama Tradisional.
4. Mengevaluasi relevansi nilai-nilai simbolis Teks eksposisi tentang Seni
Pertunjukan Drama Tradisional dengan kondisi masyarakat masa kini.
KI 4 : Setelah mendiskusikan seni pertunjukan Jawa siswa dapat :
1. Memberi tanggapan isi Teks eksposisi tentang Seni Pertunjukan Drama
Tradisional dengan bahasa sendiri.
2. Menulis kembali isi Teks eksposisi tentang Seni Pertunjukan Drama
Tradisional.
3. Menyunting kesalahan penceritaan kembali Teks eksposisi tentang Seni
Pertunjukan Drama Tradisional karya teman.
4. Menyajikan Teks eksposisi tentang Seni Pertunjukan Drama Tradisional

C. Materi Pembelajaran
Teks Seni Pertunjukan Drama tradisional

D. Metode Pembelajaran
Diskusi, Eksperimen, Kerja Kelompok

E. Media dan Alat Pembelajaran


- Media/Alat : Power Point Seni pertunjukan Tradisional Jawa, Laptop, LCD dll

F. Sumber Belajar
1. Kalawarti Panyebar Semangat
2. Prigel Basa Jawa kanggo SMA/SMK/MA kelas Xl
3. Poerdarminta, W.J.S. 1939. Baoesastra Djawa. Batavia: J.B. Wolters’ Uitsgevers
Maatschappij.
G. Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan I

No Kegiatan Pembelajaran Waktu


1 Kegiatan Pendahuluan 10 Menit
a. Siswa merespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan
kondisi dan pembelajaran sebelumnya
b. Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran
sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
c. Siswa menerima informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan
langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan
d. Apersepsi dan Motivasi.
Contoh teks dan gambar Teks eksposisi tentang Seni Pertunjukan
Tradisional / drama tradisional digunakan sebagai stimulan dengan
sejumlah pertanyaan untuk memasuki kegiatan ini.

2 Kegiatan Inti 70 menit


a. Kelas dibagi menjadi 6 kelompok.
b. Tiap-tiap kelompok membaca dan mencermati teks eksposisi tentang
Seni Pertunjukan Drama Tradisional Jawa.
c. Tiap-tiap kelompok mencari dan menemukan penggunaan kagunan
basa dalam Teks eksposisi tentang Seni Pertunjukan Drama
Tradisional yang dibacanya dan mendokumentasikan kata-kata sukar
temuannya.
d. Secara individu siswa berkontribusi dalam mengidentifikasi
menemukan penggunaan kagunan basa dalam teks eksposisi tentang
Seni Pertunjukan Drama Tradisional berdasarkan teks yang
dicermatinya dengan acuan kata tanya fakta (apa, siapa, kapan,
dimana, dan sejenisnya).
e. Antar siswa dalam kelompok saling bertanya dan berkonfirmasi
tentang penggunaan kagunan basa yang ditemukan dalam teks
eksposisi tentang Seni Pertunjukan Drama Tradisional untuk dibahas
jika terdapat perbedaan atas temuan masing-masing.
f. Dalam kelompok siswa membuat pertanyaan yang berhubungan
dengan Teks eksposisi Seni Pertunjukan Drama Tradisional yang telah
dibacanya.
g. Dalam kelompok, siswa mengidentifikasi nilai-nilai simbolis yang
terkandung dalam Teks eksposisi Seni Pertunjukan Drama Tradisional
yang telah dibacanya.
h. Dalam kelompok, siswa menganalisis penggunaan kagunan basa
dalam Teks eksposisi Seni Pertunjukan Drama Tradisional yang telah
dibacanya.
3 Kegiatan Akhir 10 Menit
a. Bersama siswa menyimpulkan karakteristik teks eksposisi tentang Seni
Pertunjukan Drama Tradisional
b. Memberikan tugas mencari contoh karya lain yang tergolong pada teks
eksposisi tentang Seni Pertunjukan Drama Tradisional.
Pertemuan 2

No Kegiatan Pembelajaran Waktu


1 Kegiatan Pendahuluan 10 Menit
a. Siswa merespon salam dan pertanyaan dari guru berkaitan dengan
materi pembelajaran sebelumnya.
b. Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran
sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
c. Apersepsi dan Motivasi mengenai teks pertujukan drama tradisional
yang telah dibaca pada pertemuan yang lalu.

2 Kegiatan Inti 60 menit


a. Secara bergantian Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok
mereka pada pertemuan sebelumnya.
b. Siswa dalam kelompok lain diminta untuk memperhatikan dan
memberikan tanggapan terhadap hasil yang disampaikan.
c. Guru memandu jalannya presentasi.
d. Masih dalam kelompok yang sama, siswa diminta untuk menulis
kembali Teks eksposisi tentang Seni Pertunjukan Drama Tradisional
yang telah dibaca pada pertemuan sebelumnya dengan bahasa mereka.
e. Guru membimbing siswa dalam kegiatan tersebut.
3 Kegiatan Akhir 20 Menit
a. Bersama dengan siswa, guru melakukan refleksi kegiatan
pembelajaran yang sudah dilaksanakan.
b. Siswa diberi tugas untuk melanjutkan hasil diskusi mereka dirumah.
c. Guru menyampaikan rencana pertemuan pada minggu yang akan
datang.

Pertemuan 3

No Kegiatan Pembelajaran Waktu


1 Kegiatan Pendahuluan 10 Menit
a. Siswa merespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan
Seni Pertunjukan Drama Tradisional.
b. Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran
sebelumnya (Seni Pertunjukan Drama Tradisional) dengan
pembelajaran yang akan dilaksanakan
c. Siswa menerima informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan
langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan

2 Kegiatan Inti 60 Menit


a. Siswa duduk kembali dalam kelompoknya.
b. Hasil menulis kembali Teks eksposisi tentang Seni Pertunjukan
Drama Tradisional Jawa, ditukar dengan kelompok lain.
c. Menyunting kesalahan penceritaan kembali Teks eksposisi tentang
Seni Pertunjukan Drama Tradisional karya teman.
d. Setiap kelompok mempresentasikan hasil suntingan kelompok
mereka.
e. Kelompok yang lain diminta untuk memberikan tanggapan dan
komentar.
f. Guru menjadi fasilitator dalam kegiatan presentasi.
g. Siswa berbagi peran sesuai dengan teks drama yang telah ditulis.
h. Siswa dalam kelompok berlatih memerankan tokoh sesuai dengan
yang diperankannya.
i. Guru menjadi fasilitator dalam kegiatan tersebut.
3 Kegiatan Akhir 20 Menit
a. Bersama siswa, guru merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
b. Siswa diberi tugas untuk berlatih berpain peran sesuai dengan
bagiannya masing-masing.
c. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
selanjutnya.

Pertemuan 4

No Kegiatan Pembelajaran Waktu


1 Kegiatan Pendahuluan 10 Menit
a. Siswa merespon salam dan dilanjutkan dengan penkondisian kelas
b. Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran
sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
c. Siswa menerima informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan
langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.

2 Kegiatan Inti 60 Menit


a. Secara bergantian, siswa dengan satu kelompoknya mempresentasikan
teks drama tradisional yang telah disiapkan.
b. Kelompok yang lain diminta untuk memperhatikan penampilan
kelompok yang sedang presentasi.
c. Guru menjadi pemandu dalam kegiatan presentasi.
d. Kelompok lain diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan atau
komentar terhadap penampilan kelompok yang telah melaksanakan
presentasi.
e. Guru memberikan apresiasi terhadap kelompok yang telah
melaksanakan presentasi.
f. Kelompok yang lain diberi kesempatan untuk melaksanakan
presentasi.
3 Kegiatan Akhir 20 Menit
a. Guru beserta siswa melaksanakan refleksi terhadap pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
b. Guru memberi tugas kepada siswa untuk membuat video praktik
drama tradisional jawa.
c. Guru menyampaikan rencana pembelajaran minggu yang akan datang.
H. Penilaian Hasil Pembelajaran
a. Penilaian Sikap
1. Teknik : Observasi
2. Instrumen : Lembar pengamatan

Nama Butir Tindak


‘No Waktu Catatan Perilaku
Siswa Sikap Lanjut

b. Penilaian Pengetahuan
1. Teknik : Tes Tertulis dan Tes Lisan
2. Bentuk : Terlampir
3. Instrumen : Terlampir

c. Penilaian Keterampilan
1. Teknik : Kinerja
2. Bentuk : Praktik dan tes tulis ketrampilan
3. Instrumen : Terlampir

Semarang, 22 Maret 2017


Mengetahui Guru Mata Pelajaran
Kepala Sekolah

........................... ................................
Lampiran 1 :
Materi Ajar

A. Drama Tradisional

Tembung drama tradisional iku asale saka tembung drama lan tradisional. Tembung drama
iku minangka bedhahan (istilah) kanggo ngarani crita kang diwedhar kanthi lantaran omong-
omongan utawa pacelathon/crita ing drama bisa dinikmati kanthi cara maca naskah (teks)
lan bisa uga digelar ing panggung minangka totonan. Dene tembung tradisional iku tegese
apa-apa kang asale saka run-tumurun. Dadi yen kaya mengkono, sing diarani drama
tradisional yaiku kagunan (kesenian) drama kang diturunake dening para leluhur dhek jaman
biyen marang para wong wong ing jaman saiki.
Tembung tradisional kang nempel ing drama mau uga nudhuhake anane sambung rapete
karo wektu-wektu sing wis kapungkur. Sawijining wektu kang wis mlumpat saka sak turunan
(satu generasi), mula saka iku kedadeyan lan lelakone manungsa kang dicritakake ing
drama tradisional iku wis kedaden ing atusan taun kapungkur. Mula saka iku sing dadi tuk
utawa sumber cerita ing drama tradisional bisa arupa crita babad jaman kerajaan, utawa
crita-crita biyen kang minangka hasil kasusastran jaman biyen. Dene tontonan kang kalebu
golongane drama tradisional yaiku kethoprak, wayang wong lan ludruk.

Adhedasar andharan-andharan mau mula banjur kena dijupuk dudutan (kesimpulan)


ngenani tontonan tradisional, yaiku :
1) Tontonan tradisional iku asli kagunan (seni) kang diwarisake run-temurun saka para
leluhur marang wong-wong ing jaman saiki.
2) Sumber utawa tuke crita iku asale saka crita babad, crita kerajaan, utawa crita-crita
saka asil kasusastran dhek jaman kerajaan, umpamane serat Panji, serat Menak lan
liya - liyane. Dene yen wayang wong babon critane bisa saka Serat Ramayana lan
Serat Bharatayuda.
3) Sandhang penganggone para paraga tontonan drama tradisional uga ngemba (niru)
sandhang pangangone wong-wong jawa dhek jaman biyen, cundhuk karo lelakon
kang digelar.
4) Tontonan drama tradisional nggunakake gamelan Jawa kanggo ngrenggani
pagelarane.

Coba rungokna drama tradisional kanthi lelakon “Brandhal Lokajaya” iki!

Brandhal Lokajaya

Jejer 1
Diwiwiti ana ing jero omah. Pak Karto lungguhan ing kursi. Ing sangarepe ana meja lan ana
damar ublik. Ing damar ublik iku Pak Karto nylomot rokok. Nuli Nyi Karto mlebu ngomah karo
nggawa wedang ing cangkir. Dhipan lan bantal wis ditata apik ing kursi.
Nyi Karto : Tak sawang-sawang panjenengan niku kok legok-legok niku wonten napa
ta pakne?
Ki Karto watuk-watuk banjur sumaur
Ki Karto : Bune-bune. Jan jane anggonku legok-legok iki rak mikirne bocah-bocah
sing nyambutgawe ngeculne dhuwit. Sing tak sumelangake kuwi, aja-aja
wong sing diutangi dhuwit kuwi, wong sing kontrak, dudu penduduk tetep
ngono lo bune. Njur wong sing kontrak mau lunga. Yen ngono kuwi sing
rugi sapa? Rak ya awake dhewe ta bune.
Nyi Karto : Panjenengan pun was sumelang. Bocah-bocah niku anggone nyambut
damel sae kok pakne.
Ki Karto : Tenan pa piye?
Nyi Karto : Estu menika
Ki Karto : Buktine apa?
Nyi Karto : Wonten!!!
Nyi Karto banjur mlebu senthong
Ki Karto : Pengin ngerti aku. Yen ana untunge kuwi aku melu seneng.
Nyi Karto : Hla meniko njenengan persani rumiyin.
Pak Karto dilungi kotak isi mas rajabrana
Ki Karto : Iki sing tahun iki?
Nyi Karto : Inggih, taun kepengker sampun kula caosne panjenengan.
Ki Karto : Iki berleyane iki. Iki emas lempengan. Bukune-bukune, iki wis kok cathet
neng buku!
Nyi Karto : Sampun-sampun! Sedaya sampun.
Ki Karto : Iki jambrut, jambrut Kolombia?
Nyi Karto : Menawi kula mboten titen.
Ki Karto : Sapi-sapi, iki sapi Bangkok iki.
Nyi Karto : Ngremenaken ta?
Ki Karto : Ya...ya... Kaya ngene iki rak nyenengake. Tegese olehe nyambut gawe iki
ana asile.
Ujuk-ujuk ana wong dhodhok-dhodhok banter. Ki Karto lan Nyi Karto keweden. Raja branane
banjur didelikake neng ngisor (klasa) ing dipan kono. Wong sakloron katon keweden. Jebul kang
dhodok-dhodok karo bengak-bengok mau sawijine perampok kanthi sikep gegamane landhep.
Glati lan pedang. Nyi Karto dibanda dening perampok.
Perampok : Mas-masanmu endi ?!
Ki Karto : Kula boten gadhah napa- napa den.
Ki Karto didugang nganti tiba.
Perampok : Kok wehne apa ora? Tega karo bojomu? Yen ra kokwehne tak pateni
kowe...!!
Ki Karto : Estu, kula boten gadah napa-napa dipateni dipejahi kula nggih purun.
Ki Karto terus dipulasara, saperangan perampok nggledhah omah.
Perampok : Mas-masan neng ngendi ?!
Salah siji perampok ngunus gaman arep dibacokne ing Ki Karto. Ki Karto keweden.
Perampok : Kowe omong apa? Kowe ora nduwe mas-masan. Apa kowe pengin tak
pateni.
Ki Karto : Kula nyuwun gesang.
Perampok : Kowe njaluk urip ?
Ki Karto : Nggih? Niku bojo kula pun dinapak-napakne niku!
Perampok : Kowe tak uripi, nanging kowe tak elekne. Kowe aja lapur neng Tuban!
Upama kowe lapur tanpa guna. Merga ngertenana, aku Raden Said putra
raja Tuban. Ha...ha...Wis cah ayo metu!!!
Ki/Nyi Karto : Tulung – tulung! Bandhaku entek. Tulung!!!!!

Jejer 2
Kedadeane ing tengah dalan, ana salah sawijineng wong desa Brondong kepethuk rombongan
punggawa praja.
Wong Brondong : Tulung – tulung!!!!!
Punggawa praja : Sapa kowe tatu arang kranjang?
Wong Brondong : Kula menika tiyang Brondong. Nyuwun sewu sinuwun, papan kula menika
desa Brondong. Papan kula menika ketaman kraman, ngantos banda
donya kula menika dipun rampok. Tiyang jaler sami dipun pejahi, dene
para wanita menika dipun noda paripaksa. Adhuh sinuwun kula nyuwun
pangayoman.
Punggawa praja : Aku nayaka praja ing Tuban, wajib ngayomi marang kowe, kamangka
Brondong wilayah Tuban. Banjur sapa sing milara kowe lan abdi-abdimu
kabeh.
Wong Brondong : Nun inggih, ingkang milara kula sakaluarga ing Brondong......
Punggawa praja : Sing ngrampok , mbegal, kacu sapa ?
Wong Brondong : Inggih menika, andhahanipun Raden Said.
Punggawa praja : Raden Said? Ora ngira yen Raden Panji, putra dalem tumindak murang
tata kaya mengkono iki trus piye.
Prajurit : Prayogine tiyang menika dipun beta dhateng panti usada, supados
tatunipun punika enggal saras.
Punggawa praja : Prajurit, yen ngono iki gawanen ing panti usada!!
Ora dinyana-nyana rombongan rampok kepethuk gapruk karo rombongan nayaka praja saka
Tuban. Para perampok katon murang tata/gumuyu jegagakkan ora karu-karuan.
Perampok : Sajake awake dhewe ketemu karo nayaka praja. Ayo deloken sandhang
pengagone sarwa emas. Yen awake dhewe isa mbegal nayaka praja iki,
mbok menawa anake dhewe pitung turunan wis kecukupan ha haha....
Punggawa praja : Cukup! aja kok bacutne anggonmu sesongahan. Aku ngerti, kowe ngguyu
cekak-cekak iki mesti kowe begal. Seneng mbegal duweke liyan.
Perampok : Iya-iya.
Punggawa praja : Ya kowe kuwi sing tak goleki arep tak rangket. Tak gawa menyang
Tuban, tak lebokne pakunjaran.
Perampok : Kowe durung ngerti sapa brandale Lokajaya he... Yen kowe bisa
ngrangket aku, ayo jajalen. Cah ayo dikroyok!!!
Wusana perampok lan nayaka praja saka Tuban padha pasulayan kaya dene peperangan.

Jejer 3
Bupati Tuban ngenekake pasewakan ngrembug Brandal Lokajaya. Ya ngrembuk Raden Said, ing
pasewakan iki garwa prameswari, putri-putri, patih, senopati lan prajurit padha ngumpul.
Prameswari : Menawi njenengan dalem duka perkawis ingkang putra. Putra njenengan
punika namung kalih .ingkang mbajeng Raden Said ingkang ragil putra
njenengan Rasawulan. Coba ta sang adipati, njenengan sampun kesesa
dhahar aturipun para kawula, ing mangkenipun badhe mecahaken
kaluwarga adipati ing Tuban Njeng Adipati...
Patih : Mekaten. Miturut pelaporanipun para telik sandi lan para kawula ing
kabupaten Tuban. Raden Said punika malah sampun nglumpati lima ingkang
dados larangane negri.
Bupati Tuban : Said kuwi???
Patih : Malah nembe-nembe punika, Panjenengan nali pirsa, dening Merok Arok,
Merok Arok punika rak gadhah damel mantu ngrabekaken anakipun.
Dumadak sakbibaripun subuh, sak bibaripun rame-rame, ing wanci subuh
menika wonten putri ical. Lajeng para warga ngoyak maling, sapa sing wani
maling temanten putri menika, ingkang maling temanten putri menika
kecepeng, nanging sedaya ingkang ngoyak maling punika boten wantun
menapa-menapa!
Bupati Tuban : Sebab apa?
Patih : Inggih menika, andhahanipun Raden Said.
Bupati Tuban : Raden Said? Ora ngira yen Raden Panji, putra dalem tumindak murang tata
kaya mengkono iki trus piye.
Patih : Sebabipun ingkang wani nyolong temanten putri menika ingkang putra
piyambak Raden Mas Said. Pramila lajeng bab menika kula pasrahne
panjenengan Kanjeng Bupati ing Tuban.
Senopati manembah banjur matur
Senopati : Kejawi punika kanjeng, keparenga ingkang abdi manyuk nyuwun sih
pangapunten, sesambatan kaliyan atinipun ndara patih dhumateng
panjenengan. Katemben punika kula ndenangi piyambak, tiyang Brondong
ingkang rojah-rajeh, dipilara ing durjana juti. Tiyang-tiyang Brondong sami
ajrih mboten wani dhateng putra dalem mas Said. Sebab sedaya kalawan
pratelanipun judi menapa kemawon, menika saking putra panjenengan
piyambak, pun Mas Said.
Tumenggung : Malah ing kalenggahan punika sampun dugi Ngerek. Ing kademangan
Ngerek nembe dipun gegeraken maling, kentong titir wonten wetan, wonten
kilen maling. Sedaya bebaon kademangan Ngerek sami matur, menawi
pandheganipun sedaya maling punika mboten sanes nggih Raden Said,
putra panjenengan dalem kanjeng adipati.
Rasawulan : Nanging nyuwun sewu kanjeng Rama. Sampun ndhahar kanthi wantah
aturipun sedaya nayaka. Dipun talisih langkung rumiyin, mbok menawi
paman patih saha paman tumenggung nika rumaos serik sanget dhateng
kang mas Said, Rama.
Bupati Tuban : Menenga ya nak!!
Rasawulan : Nanging Rama...
Bupati Tuban : Wis-wis !
Ngomong karo prameswari
Bupati Tuban : Kowe krungu dhewe, ora mung siji loro sing matur ing ngarsaku. Aku iki
adipati mandhegani kabeh kawula ing Tuban padha manut. Anakmu Said
kok mrojol solahe guru kuwi piye??? ta bu...???
Prameswari : Kanjeng Adipati, ingkang kula suwun sageda sareh lan sabar penggalihe
panjenengan. Jalaran panjenengan kagungn putra Said, Said punika
sampun ngancik dewasa menawi ta panjenengan duka kaki ingkang putra,
mangga dipun timbali ingkang putra.
Bupati Tuban : Ah... Kowe kuwi ngono. Saben saben aku ndukani Said kowe mbela.
Prajurit!!
Prajurit : Inggih.
Bupati Tuban : Said timbalana !
Prajurit : Sendika dhawuh.
Ora suwe Said marak sowan ing Ramane kanthi sembah sungkem
Bupati Tuban : Kowe wis nggadhang? Lagi ngapa kowe?
Said : Netepi kewajiban gladhen, olah guna raga para magang enggal. Sageda
magang enggal menika saged ndherek mbebethengi katentremanipun
kadipaten Tuban Rama....
Bupati Tuban : Gladhen, apa kowe ngluyur??
Ngadek saka palenggahan nyedheki Said
Bupati Tuban : Said kowe aja mbodho wong tuwa ya kaki..... Sawangen bapak iki umure
wus anguk-anguk kubure. Upama srengenge ngono adoh saka pletheke.
Chedak karo surute. Mbesuk sing tak gala-gala dadi Adipati Tuban ora liya
kejaba kowe! Nanging Said, tumindakmu aleman, nglengserake asmane
Adipati ing Tuban, kowe wani nglakoni 5 lima. Coba, neng Merak Urak kowe
ngglandhang temanten, neng Ngerek mandhegani para maling, kowe neng
kademangan Brondong mandhegani wong judi, iya!!!
Prameswari : Sareh-sareh njeng dipati
Said : Nyuwun sewu. Sampun kesesa paring duka, kanjeng Rama ndakwa kula
ingkang mekaten, awit saking aturipun sinten?!
Bupati Tuban : Kowe aja takon sapa sing wadul Said! Rama iki midhangatake para sandi
sing wis gumathok. Said anaku ngger. Bocah bagus. Yen kowe ora tumindak
sokur, nanging yen kowe tumindak lerenana ya ngger, mesakna Rama.
Krungu Said....!!!
Said : Rama kula mboten ngrumaosi tumindak ingkang mekaten.
Bupati Tuban : Said? Kowe isik selak??? Pira kawula sing jerit-jerit merga polahmu sing ora
pener, nek kowe ra ngakoni tumindakmu Said. Kelangan anak siji aku ora
getun.
Bupati Tuban ngunus pusaka arep ditamakne ing Said. Prameswari lan Rasawulan bebarengan
njerit nggondheli sang adipati, sakala pada tangisan Raden Said mlayu saka pasewakan
Prameswari : Rama? Kenging punapa badhe mejahi ingkang putra?
Bupati Tuban : Isin aku
Prameswari : Menawa katemahan pejah Said estu panjenengan sinten ingkang kecalan!!!
Kula, kula ingkang kecalan kanjeng!!!!
Bupati Tuban : Anu kakang patih, pancene keladuk sapa ngerti Said iku bisa nglereni
tumindake. Nanging saka korban sing wis tumpuk-matumpuk, atiku dadi
cupet. Aku iki pangayoman, yen kabeh para kawula manut dhawuhku kok
anakku dhewe tumindak ngono???
Patih : Inggih-inggih njeng adipati.
Kula mboten maido dhateng sempaling penggalih panjenengan lan dukane
penggalih panjenengan. Nanging kula aturi enget, punika putra
panjenengan, calon bupati, salengser panjenengan. Putra panjenengan
ingkang gedhe pangestuti. Mas Said punika ingkang gedhe anglenggahi
dhampar kencana, ing kadipaten Tuban punika, kanjeng adipati.
Bupati Tuban : Kakang patih iya mengkana kakang tumenggung, mula golekana separan
lakune si Said, pipilen supaya gelem kondur ing kadipaten Tuban.
Tumenggung : Nun inggih njeng adipati.
Bupati Tuban : Wis aja nangis ngono lo bune.

Jejer 4
Sunan Bonang lagi tindakan ing satengahe marga, diendheg tindake dening Raden Said, nedya
dibegal.
Raden Said : Yen kowe ngeman nyawamu tinggalen tekenmu sing lapis emas iku!
Sunan Bonang mungkur banjur mlaku ngedohi Said
Raden Said : He kowe nyepelekke marang aku. Yen teken iki ora kok lungne aku, tak
tugel gulumu.
Sunan Bonang : Kowe mbutuhke teken iki ?
Raden Said : Aku butuh teken iki mergo ana emase.
Sunan Bonang : Emase mung sethithik ora ana regane, yen kowe pengin luwih akeh kae
sawangen!
Sunan Bonang nudingi woh aren.
Raden Said : Oh...emas
Said arep menek wit aren, sedya njupuk emas.
Raden Said : Mandheg, kowe adol sulap, kae dudu mas. Kowe aja mbarang sulap neng
ngarepe brandal Lokajaya.
Sunan Bonang : O......Lokajaya iku kowe ta?
Raden Said : He eh.
Sunan Bonang : Lokajaya kowe kena kandha mengkono nanging kuwi jeneng kowe
nyimpen diri pribadi, Said !!
Sunan Bonang nggetak.
Raden Said : Aja mandheng aku kowe!!! mripatmu mblerengi aku, aja kok pandheng
aku sulap, sapa kowe, dene kowe ngerti marang aku.
Sunan Bonang : Aku Mahdum Ibrahim, para santri – santriku ngarani aku Sunan Bonang.
Raden Said : O.......Kanjeng Sunan Bonang
Said sungkem ana pepadane.
Sunan Bonang : Yen kowe mbutuhake teken, nya gawanen !
Raden Said : Mboten.
Sunan Bonang : Apa meneh Said, ora papa yen iki kok butuhke.
Raden Said : Mboten. Nyuwun gunge pangaksami.
Sunan Bonang : Genea kok tumungkul marang aku ?
Raden Said : Karana panjenengan salah satunggale waliyyullah ing tanah Jawi. Dosa
menapa ingkang kula sandhang, Kanjeng Sunan samenika sanes emas
ingkang kula betahaken nanging kula pengin uwal saking sedaya
lelampahan menika Kanjeng Sunan, kula sampun mboten kiyat. Kula
tumindak mekaten jalaran kepeksa ing kahanan. Kula mbrandhal, main,
ngacu, lan sapiturute. Krana kula boten saged, lan boten kiyat nyawang
kahanan Tuban, ingkang mboten adil, kathah para panggawa, kathah
para nayaka ingkang boten jujur. Kula tumindak ngaten menika kangge
mitulungi dhateng tiyang-tiyang ingkang mbetahaken. Kula maling kula
ngrampok, kula nyolong gadhahane liyan saperlu kangge mitulungi
dhateng kawula ingkang kasisahanlan ingkang kasiksa.
Sunan Bonang : Said, sakabehe tumindakmu kuwi satemene kowe kuwi manungsa
nanging ora diuwongake dening wong kiwa tengenmu. Mula banjur kowe
tumindak kejem wengis jalaran kowe manungsa sing ora diuwongke mau.
Sawise kowe ketemu klawan aku, taktuding mau apa? Kae wit aren kang
uwoh kolang-kaling. Wis sak mesthine kowe kudu leren kudu eling,
jumbuh karo wit aren kang uwoh kolang kaling. lerenana pakertimu kang
kebak kadurhakan.
Raden Said : Napa saged ?
Sunan Bonang : Elinga marang kautaman. Jalaran yen pakertimu sing kaya mengkene iki
mbok terus terusne, banget gawe rugine diri pribadhimu dhewe. Said
kowe ngerti?? tenane kowe kuwi dudu turunane wong mikat manuk
ngundhuh kroto, nanging kusuma rembesing madu upama kowe tak
bukak lelakon kang sak tenane ngenani magepokan karo uripmu kepriye?
apa kowe bisa nerima?
Raden Said : Dangu anggen kula nganti–anti kapingin mangertos, sinten sejatosipun
kula menika lan kenging punapa kula menika tansah nggadhahi raos
mboten sekeca. Dhateng swasana-swasana ingkang mboten adil ing
Tuban, pramila Kanjeng Sunan, menawi ta panjenengan kersa mbukak
sinten sejatosipun kula, kula remen sanget lan gunging panuwun ingkang
kula aturaken.
Sunan Bonang : Said, yen mengko wis kelakon tak bukak sejarah uripmu aja rumangsa
nduwe gedhe atimu, nanging syukura marang Gusti kang maha kuasa.
Adipati Wilwatikta lan Dewi Candrawati ing Tuban iku mung nggedhekne
kowe. Wiwit parang jabang bayi kowe diupakara digedhekake lan
dipinterake, mula kowe wajib mbales budi kabecikan marang adipati ing
Tuban Wilwalitikta. Ning saktenane kowe kuwi isih trah luhur ngersa
dalem ingkang sinuwun Prabu Brawijaya iku tenane sudarmamu salut.
Raden Said : Nun inggih.
Sunan Bonang : Nah saka kuwi, jumbuh kowe ketemu klawan aku dak wenehi hal wit aren
lan woh kolang kaling kang dadi mas picis raja brana. Nganti kowe bakal
anggayuh kahanane kolang kaling. Tumindake kaya ngono kuwi kowe
bakal bisa nglereni pakartimu jalaran dak deleng saka sinaring lan
cahyaning sariramu, kowe patut dadi sunabi makna sing tegese wohing
pambudi kabeh mau bakal dadi sawiji marang kowe minangka dadi wali
pinutup Said.
Raden Said : Kanjeng Sunan punapa menika mboten kalangkung awrat. Menapa saged
krana kula sampun asring tumindak awon. Tangan kula sampun
makaping kaping milara tiyang, mejahi tiyang wisuh getih manungsa.
Mbok menawi mboten wonten dalem malik kanggenipun saking martobat.
Sunan Bonang : Rungokna ya! Wong sing kasebut kopi kae ngenteni cawange
pamartobat. Dheweke isih menang manggon ana ing suwarga mbesuk
ing alam pangrantunan. Dosamu pindhane abang kaya glugu, bisa putih
memplak kaya salju yen ngerteni lawange pamartobat. Mula tobata
mumpung kowe durung kebacut, banget rekasa dosamu yen kebacut
bacut tumindak kaya ngono Said.
Raden Said : Inggih. Menawi ta tasih saged dipun bilasi tumindak kula ingkang lepat,
wiwit samenika ugi kula pasrah jiwa raga. Kados pundi sagedipun kula
nebusi dosa-dosa ingkang sampun kula tindakaken.
Sunan Bonang : Sranane kowe kudu mbangun miturut kang dadi dhawuhku.
Raden Said : Inggih.
Sunan Bonang : Kae ana pinggir kali, mertapaa lan semedia ana kana papan dunung sing
cedhak nggonmu semedi bakal tak encepi teken iki. Aja jugar yen dudu
aku sing njugarake.
Raden Said : Menawi ngaten ngestokaken dhawuh pangandika panjenengan,
kaparenga kula nindakaken wajib.
Sunan Bonang : Gawanen iki ! Sing ngati ati. Muga muga Said kasembadan apa kang dadi
sedyamu. Kowe bisa ngilangake coba ing atimu!
Sauntara iku Rasawulan teka. Rasawulan nggoleki kakangmase yaiku Raden Mas Said.

B. Nemokake Isi utawa Makna “tersurat”saka Drama


Sawijining drama digelar dadi sawenehe tontonan iku mesthi ana tujuwan (motivasi).
Lumrahe tujuan yaiku aweh kaca benggala, kaca pangilon, marang wong kang mersani
amrih bisa oleh pengalaman kang becik kanggo sangu urip ing bebrayan. Maknane, isine
utawa piwulang luhur kang kinandhut ing tontonan drama mau kudu digoleki saka
kedadeyan-kedadeyan lan saka kang dirembug dening paragane. Kang kaya mangkene iki
diarani nggoleki makna sing katon (tersurat).
Tuladhane :
Sunan : Nah saka kuwi, jumbuh kowe ketemu klawan aku dak wenehi kae
Bonang wit aren lan woh kolang-kaling kang dadi mas picis raja brana.
Nganti kowe bakal nggayuh kahanane kolang-kaling tumindakmu
kaya ngono kuwi kowe bakal bisa nglereni pakartimu.

Saka tuladha cuplikan wawan pangandikan Sunan Bonang lan Raden Said mau ditemokake
piwulang luhur, yaiku :
1. Kita kabeh manungsa iki kudu bisa nglereni tumindak ala.
2. Gelem nglereni tumindak ala iku tegese bisa eling marang bebener atawa tumindak
kang apik.
3. Eling lan gelem nglereni tumindak ala iku luwih aji ketimbang oleh emas picis raja
brana.

C. Nggoleki Piwulangan Luhur kang Sinamur (tersirat) ing Sajroning Drama


Nggoleki piwulangan luhur kang sinamur ing sajroning drama iku diwiwiti kanthi ngoleki sarta
nemokake apa kang ana ing sajroning drama (konteks) saha nggandhengake karo kang ana
sajabane naskah/teks drama (diluar konteks). Mula saka iku nggoleki piwulang luhur kang
sinawur (tersirat) iku mbutuhake tajeme ati/lantipe ati jalaran piwulung luhur mau ora
disebutake kanthi trawaca (jelas) ing naskah drama.
Tuladhane :
Sunan : Nah saka kuwi, jumbuh kowe ketemu klawan aku dak wenehi kae
Bonang wit aren lan woh kolang-kaling kang dadi mas picis raja brana.
Nganti kowe bakal nggayuh kahanane kolang-kaling tumindakmu
kaya ngono kuwi kowe bakal bisa nglereni pakartimu.
Saka cuplikan mau piwulang kang sinamur (tersirat), yaiku:
1) Jane sadar (insaf), bisa nglereni tumindak ala iku butuh bantuane wong liya kang
arupa pitutur utawa nasihat.
2) Ora ana telate wong kang kepengin mertobat.
3) Wong ala durung mesti yen ala seteruse, isih ana wektu kanggo ndandani urip yen
gelem tobat.

D. Sambung Rapete Isi/maknane Drama Brandhal Lokajaya Karo Bebrayan Jaman


Saiki
Lelakone manungsa wiwit jaman biyen nganti jaman saiki iku prasasat mung
mubeng/munyer kaya dene cakra panggilingan (kaya dene roda kang mlaku). Mula kang
dumadi ing jaman biyen, bisa uga dumadi ing jaman saiki. Kang mangkene iku njalari apa
kang ana lelakon crita ing drama ya banjur cocog (relevan) karo kahanan jaman saiki.
Tuladha ing drama :
Raden Said : …………”Kula tumindak mekaten jalaran kapeksa ing kahanan. Kula
brandhal, ngecu lan sapiturute, krana kula mboten saged lan mboten
kiyat nyawang kahanan Tuban ingkang mboten adil. Kathah para
Punggawa, kathah para nayaka ingkang mboten jujur”.

Cuplikan ature Raden Said marang Sunan Bonang iku ana sambung rapete (relevan) karo
kahanan ing jaman saiki ing wektu iki, ing Indonesia uga isih akeh pejabat sing korupsi, akeh
wong sing kelah (nuntut) keadilan, nanging keadilan isih angel digayuh.

Lampiran 2
Penilaian Pengetahuan
Indikator Pencapaian Teknik Bentuk
Instrumen
Kompetensi Penilaian Penilaian
Memahami seni Tes lisan/ Uraian Apa kang diarani drama tradisional
pertunjukkan Jawa / drama tertulis iku?
tradisional.

Mengidentifikasi Tes lisan/ Uraian Sebutna kang kalebu seni


penggunaan kagunan basa tertulis pertunjukan tradisional!
dalam seni pertunjukkan
Jawa / drama tradisional.

Menganalisis nilai-nilai Uraian Pitutur luhur apa kang bisa


simbolis yang terkandung Tes lisan/ kotemokake ing wacana eksposisi
dalam seni pertunjukkan tertulis drama tradisional.
Jawa / drama tradisional. kang kowaca?
Mengevaluasi relevansi Pitutur luhur kang kotemokake ing
dengan masa kini nilai- Tes lisan/ Uraian wacana eksposisi seni
nilai simbolis yang tulis pertunjukkan Jawa / drama
terkandung dalam seni tradisional.
pertunjukkan Jawa / drama kang kowaca apa isih jumbuh yen
tradisional. dicakake/ diterapake ing jaman
saiki?
Menginterpretasi nilai-nilai Tes lisan/ Uraian Golekana piwulang kang sinamur
simbolis yang terkandung tertulis (tersirat) saka wacana eksposisi
dalam seni pertunjukkan seni pertunjukkan Jawa / drama
Jawa / drama tradisional. tradisional kang kowaca?
.

Memroduksi penceritaan Tes lisan/ Uraian Critakkna kanthi ringkes


kembali seni pertunjukkan tertulis rerangkening drama tradisional
Jawa / drama tradisional. migunakake basa Jawa kang trep!
lisan maupun tulisan.

Menyunting penceritaan Tes Uraian Golekana sambung rapete


kembali seni pertunjukkan tertulis (relevansi) isine drama tradisional
Jawa / drama tradisional. karo jaman saiki.
karya teman.
Menyajikan penceritaan Tes Demonstrasi/ Wacanen crita kang kogawe
kembali seni pertunjukkan praktik penampilan babagan drama tradisional.
Jawa / drama tradisional. ing ngarepe kelompokmu utawa
lisan maupun tulisan. ngarep kelas!

Kunci Jawaban
1. Drama tradisional inggih punika kagunan (kesenian) drama kang diturunake dening
para leluhur dhek jaman biyen marang para wong wong ing jaman saiki.
2. Kethoprak, wayang wong, ludruk. Reog.
Pedoman Peskoran:

Pedoman Penskoran penilaian pengetahuan


1. Soal nomor 1
Aspek Tingkat Skor
Siswa menjawab dengan benar dan sangat baik AB 4
Siswa menjawab benar dan baik B 3
Siswa menjawab benar dan sedang S 2
Siswa menjawab kurang benar K 1
SKOR MAKSIMAL 4

2. Soal nomor 2
Aspek Tingkat Skor
Siswa menjawab dengan benar dan sangat baik AB 4
Siswa menjawab benar dan baik B 3
Siswa menjawab benar dan sedang S 2
Siswa menjawab kurang benar K 1
SKOR MAKSIMAL 4

3. Soal nomor 3
Aspek Tingkat Skor
Siswa menjawab dengan benar dan sangat baik AB 4
Siswa menjawab benar dan baik B 3
Siswa menjawab benar dan sedang S 2
Siswa menjawab kurang benar K 1
SKOR MAKSIMAL 4

4. Soal nomor 4
Aspek Tingkat Skor
Siswa meneksposisikan dengan benar dan sangat baik AB 4
Siswa meneksposisikan dengan benar dan baik B 3
Siswa meneksposisikan dengan benar dan sedang S 2
Siswa meneksposisikan dengan kurang benar K 1
SKOR MAKSIMAL 4

5. Soal nomor 5
Aspek Tingkat Skor
Siswa meneksposisikan dengan benar dan sangat baik AB 4
Siswa meneksposisikan dengan benar dan baik B 3
Siswa meneksposisikan dengan benar dan sedang S 2
Siswa meneksposisikan dengan kurang benar K 1
SKOR MAKSIMAL 4

6. Soal nomor 6
Aspek Tingkat Skor
Pekerjaan siswa benar dan sangat baik AB 4
Pekerjaan siswa benar dan baik B 3
Pekerjaan siswa benar dan sedang S 2
Pekerjaan siswa kurang benar K 1
SKOR MAKSIMAL 4

7. Soal nomor 7
Aspek Tingkat Skor
Siswa menyunting dengan benar dan sangat baik AB 4
Siswa menyunting benar dan baik B 3
Siswa menyunting benar dan sedang S 2
Siswa menyunting kurang benar K 1
SKOR MAKSIMAL 4

8. Soal nomor 8
Aspek Tingkat Skor
Siswa menyajikan sinopsis dengan benar dan sangat baik AB 4
Siswa menyajikan sinopsis dengan benar dan baik B 3
Siswa menyajikan sinopsis dengan benar dan sedang S 2
Siswa menyajikan sinopsis dengan kurang benar K 1
SKOR MAKSIMAL 4

Pedoman Penskoran penilaian proyek


No Kunci/Kriteria jawaban/Aspek yang dinilai Tingkat Skor
1. Isi
 Amat memahami; amat luas dan lengkap; amat Amat baik 4
terjabar; amat sesuai dengan kutipan.
 Memahami; luas dan lengkap; terjabar; sesuai Baik 3
dengan kutipan, meskipun kurang terinci.
 Memahami secara terbatas; kurang lengkap; Sedang 2
kurang terjabar; kurang terinci.
 Tidak memahami isi; tidak mengena. Kurang 1
2. Organisasi
 Amat teratur dan rapi; amat jelas; kaya akan Amat baik 4
gagasan; urutan amat logis; kohesi amat tinggi.
 Teratur dan rapi; jelas; banyak gagasan; urutan Baik 3
logis; kohesi tinggi.
 Kurang teratur dan rapi; kurang jelas; kurang Sedang 2
gagasan; urutan kurang logis; kohesi kurang
tinggi.
 Tidak teratur; tidak jelas; miskin gagasan; urutan Kurang 1
tidak logis; tidak ada kohesi.
3. Kosakata dan Diksi
 Amat luas; penggunaan amat efektif; amat Amat baik 4
menguasai pembentukan kata; pemilihan kata amat
tepat.
 Luas; penggunaan efektif; menguasai Baik 3
pembentukan kata; pemilihan kata yang tepat.
 Terbatas; kurang efektif; kurang menguasai Sedang 2
pembentukan kata; pemilihan kata kurang tepat.
 Seperti terjemahan; tidak memahami pembentukan Kurang 1
kata; tidak menguasai kata-kata.
4. Bahasa (Tata Bahasa dan Struktur)
 Amat menguasai tata bahasa; amat sedikit Amat baik 4
kesalahan penggunaan dan penyusunan kalimat
dan kata-kata.
 Penggunaan dan penyusunan kalimat sederhana; Baik 3
sedikit kesalahan tata bahasa tanpa mengaburkan
makna.
 Kesulitan dalam penggunaan dan penyusunan Sedang 2
kalimat sederhana; kesalahan tata bahasa yang
mengaburkan makna.
 Tidak menguasai penggunaan dan penyusunan Kurang 1
kalimat ; tidak komunikatif.
5. Penulisan (Ejaan dan Tanda Baca)
 Amat menguasai kaidah penulisan kata dan ejaan. Amat baik 4
 Menguasai kaidah penulisan kata dan ejaan, Baik 3
dengan sedikit kesalahan.
 Kurang menguasai kaidah penulisan kata dan Sedang 2
No Kunci/Kriteria jawaban/Aspek yang dinilai Tingkat Skor
ejaan, dengan banyak kesalahan.
 Tidak menguasai kaidah penulisan kata dan ejaan, Kurang 1
tulisan sulit dibaca.
6. Kerapian
 Terbaca, bersih dan rapi. Amat baik 4
 Terbaca, bersih, tapi tidak rapi. Baik 3
 Terbaca, tidak bersih dan tidak rapi. Sedang 2
 Tidak terbaca, tidak bersih, dan tidak rapi. kurang 1

Soal nomor 8
HAL-HAL YANG DIAMATI

Kesesuaian
4 = Sesuai dengan kaidah dan struktur
3 = Sebagian sesuai dengan kaidah dan struktur
2 = Sebagian sesuai kaidah tetapi struktur tidak atau sebaliknya
1 = Tidak sesuai dengan kaidah dan struktur

Kelengkapan (ada peringatan-saran)


4 = Ada bagian peringatan dan saran
2 = Ada bagian peringatan atau saran saja
2 = Ada sebagian peringatan atau larangan tidak sesuai
1 = Tidak sesuai dengan kelengkapan

Kelogisan
4 = alasan mendukung pernyataan disertai dasar
3 = alasan mendukung tapi tidak bisa menunjukkan dasar
2 = alasan kurang mendukung pernyataan
1 = alasan tidak mendukung pernyataan

Kelancaran dan Keruntutan


4 = Tidak tersendat-sendat sehingga mudah diikuti
3 = lancar tapi ada beberapa bagian yang tidak runtut
2 = Beberapa kali tersendat-sendat/ berhenti untuk berpikir
1 = Selalu berhenti untuk mengingat-ingat

Penggunaan Bahasa
4 = Bahasa komunikatif dan sederhana, tidak menghafal
3 = lancar tetapi terlalu sering mengulang bahasa yang sama
2 = Struktur kalimat terlalu panjang sehingga sukar dipahami
1 = Kalimat rumit dan tidak logis

Pelafalan dan Intonasi


4 = Pelafalan jelas dan tepat, intonasi bervariasi
3 = pelafalan jelas dan tepat tanpa variasi
2 = Pelafalan jelas dan tepat tetapi intonasi monoton
1 = Pelafalan tidak jelas dan tepat, intonasi monoton

Penampilan
4 = Gerakan tubuh bermakna dan mendukung isi
HAL-HAL YANG DIAMATI

3 = gerakan tubuh bermakna tetapi kurang mahir dalam improvisasi


2 = Beberapa gerakan kurang sesuai dengan isi
1 = Banyak gerakan yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan isi

Lampiran 3
a. Lembar Kinerja Presentasi
LEMBAR KINERJA PRESENTASI
Mata Pelajaran : Bahasa Jawa
Kelas/Jurusan : XI /
Kompetensi : Kinerja

Kinerja Presentasi

Presentasi Isi Laporan Jumlah


Skor
Kelengkapan

kesesuaian

kelogisan
kelancaran

No Nama Siswa Nilai


Kebahasaan

sistematis
1

1. 3

2. 4

3. 5

4. 6

5. 7

6. 8

7. 9

10

11

12

13

14

15

16
17

18

19

20

Keterangan pengisian skor:


4. Sangat tinggi
3. Tinggi
2. Cukup tinggi
1. Kurang

Lampiran 4

b. Lembar Penilaian Portofolio

LEMBAR PENILAIAN PORTOFOLIO


Mata Pelajaran : Bahasa Jawa
Kelas/Peminatan : XI /
Materi Pokok : Seni Pertunjukan Tradisional / Drama tradisional
Aspek Penilaian
Skor
Penyajian Data
Kelengkapan

Kerapihann
Tampilan

No Nama Siswa rata- Nilai


rata

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Keterangan pengisian skor:
4. Sangat tinggi
3. Tinggi
2. Cukup tinggi
1. Kurang

Anda mungkin juga menyukai