Upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian, kecacatan, dari penyakit menular
dan penyakit tidak menular termasuk penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah dengan
meningkatkan kesadaran bahwa betapa pentingnya kesehatan. Pemerintah telah merencanakan kegiatan
imunisasi dari tahun 1956, yang dimulai di Pulau Jawa dengan vaksin cacar.
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukan sesuatu ke
dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang.
Imunisasi adalah investasi terbesar bagi anak di masa depan. Imunisasi adalah hak anak yang tidak bisa
ditunda dan diabaikan sedikitpun. Setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan
ketentuan yang berlaku untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat dihindari melalui imunisasi.
Pemberian vaksin melalui program imunisasi merupakan salah satu strategi pembangunan kesehatan
nasional dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat. Menurut Undang-Undang Nomor
23 tahun 1992 tentang kesehatan bahwa program imunisasi sebagai salah satu upaya pemberantasan
penyakit menular.Upaya imunisasi telah diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956.Upaya ini
merupakan upaya kesehatan yang terbukti paling cost effective. Mulai tahun 1977, upaya imunisasi
dikembangkan menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan
terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), yaitu tuberkulosis, difteri, pertusis,
campak, polio, tetanus dan hepatitis B.
Imunisasi yang telah diperoleh pada waktu bayi belum cukup untuk melindungi terhadap penyakit PD3I
(Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi) sampai usia anak sekolah. Hal ini disebabkan karena
sejak anak mulai memasuki usia sekolah dasar terjadi penurunan terhadap tingkat kekebalan yang
diperoleh saat imunisasi ketika bayi. Oleh sebab itu, pemerintah menyelenggarakan imunisasi ulangan
pada anak usia sekolah dasar atau sederajat (MI/SDLB) yang pelaksanaannya serentak di Indonesia
dengan nama Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
BIAS adalah salah satu bentuk kegiatan operasional dari imunisasi lanjutan pada anak sekolah yang
dilaksanakan pada bulan tertentu setiap tahunnya dengan sasaran seluruh anak- anak usia Sekolah Dasar
(SD) atau sederajat (MI/SDLB) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di seluruh Indonesia.
Imunisasi lanjutan sendiri adalah imunisasi ulangan yang ditujukan untuk mempertahankan tingkat
kekebalan diatas ambang perlindungan atau memperpanjang masa perlindungan. Imunisasi yang
diberikan berupa vaksin Difteri Tetanus (DT), Vaksin Campak dan vaksin Tetanus Toksoid (TT). Pada tahun
2011, secara nasional imunisasi vaksin TT untuk kelas 2 dan kelas 3 SD atau sederajat (MI/SDLB)
ditambah dengan Antigen difteri (vaksin Td).
Penyakit campak dikenal juga sebagai morbili atau measles, merupakan penyakit yang sangat menular
(infeksius) yang disebabkan oleh virus. Manusia diperkirakan satu-satunya reservoir. Pada tahun 1980,
sebelum imunisasi dilakukan secara luas, diperkirakan lebih 20 juta orang di dunia terkena campak
dengan 2,6 juta kematian setiap tahun yang sebagian besar adalah anak- anak di bawah usia lima tahun.
Sejak tahun 2000, lebih dari satu miliar anak di negara-negara berisiko tinggi telah divaksinasi melalui
program imunisasi, sehingga pada tahun 2012 kematian akibat campak telah mengalami penurunan
sebesar 78% secara global.
PERMASALAHAN
INTERVENSI
Diperlukan adanya suatu kegiatan pemberian informasi melalui penyuluhan tentang imunisasi dengan
komplikasi pasca imunisasi
⦁ Metode : Verbalisasi
hadir berjumlah 35 orang. Penyuluhan ini dilaksanakan pada pukul 07.30 WIB. Materi yang diberikan
adalah tentang imunisasi dengan komplikasi imunisasi.
Materi penyuluhan disajikan dengan verbalisasi. Penyuluhan dilaksanakan selama 10 menit dilanjutkan
sesi diskusi.
PELAKSANAAN
⦁ Metode : Verbalisasi
⦁ Peserta : Pasien yang sedang berobat
hadir berjumlah 35 orang. Penyuluhan ini dilaksanakan pada pukul 07.30 WIB. Materi yang diberikan
adalah tentang imunisasi dengan komplikasi imunisasi.
Materi penyuluhan disajikan dengan verbalisasi. Penyuluhan dilaksanakan selama 10 menit dilanjutkan
sesi diskusi.
MONITORING
Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan cukup baik. Peserta tampak antusias membuat diskusi
mengenai imunisasi dengan komplikasi pasca imunisasi berjalan dengan lancar
PESERTA HADIR
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
LATAR BELAKANG
Coronavirus disease 19 (COVID-19) merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai
dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan
penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV)
dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV). Novel coronavirus (2019-nCoV) adalah virus jenis
baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Novel coronavirus (2019-nCoV) adalah
zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).
Manifestasi klinis biasanya muncul dalam 2 hari hingga 14 hari setelah paparan. Tanda dan gejala umum
infeksi coronavirus antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas.
Pada kasus yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan
bahkan kematian.
Pada tanggal 31 Desember 2019, Tiongkok melaporkan kasus pneumonia misterius yang tidak
diketahui penyebabnya. Dalam 3 hari, pasien dengan kasus tersebut berjumlah 44 pasien dan terus
bertambah hingga saat ini berjumlah ribuan kasus. Pada awalnya data epidemiologi menunjukkan 66%
pasien berkaitan atau terpajan dengan satu pasar seafood atau live market di Wuhan, Provinsi Hubei
Tiongkok. Sampel isolat dari pasien diteliti dengan hasil menunjukkan adanya infeksi coronavirus, jenis
betacoronavirus tipe baru, diberi nama 2019 novel Coronavirus (2019-nCoV). 11 Februari 2020, World
Health Organization memberi nama virus baru tersebut Severe acute respiratory syndrome coronavirus-2
(SARS-CoV-2) dan nama penyakitnya sebagai Coronavirus disease 2019 (COVID-19). Mulanya transmisi
virus ini belum dapat dipastikan apakah dapat melalui antara manusia-manusia. Jumlah kasus terus
bertambah seiring dengan waktu. Selain itu, terdapat kasus 15 petugas medis terinfeksi oleh salah satu
pasien. Salah satu pasien tersebut dicurigai kasus “super spreader”. Akhirnya dikonfirmasi bahwa
transmisi pneumonia ini dapat menular dari manusia ke manusia. Sampai saat ini virus ini dengan cepat
menyebar masih misterius dan penelitian masih terus berlanjut.
PERMASALAHAN
- Informasi yang masih minim tentang COVID - 19 yang didapatkan oleh pasien
PELAKSANAAN
Penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 16 september 2020. Peserta yang hadir berjumlah 26 orang.
Penyuluhan ini dilaksanakan pada pukul 07.40 WIB. Materi yang diberikan adalah tentang Penyakit
Covid-19
Materi penyuluhan disajikan dengan verbalisasi. Penyuluhan dilaksanakan selama 10 menit dilanjutkan
sesi diskusi.
Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan cukup baik. Peserta tampak antusias sehingga cukup aktif
bertanya dan membuat diskusi mengenai Penyakit Covid -19 berjalan dengan lancar.
PESERTA HADIR
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
LATAR BELAKANG
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan salah satu strategi yang dicanangkan oleh
departemen kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan milenium 2015 melalui rumusan visi dan
misi Indonesia Sehat, sebagaimana yang dicita-citakan oleh seluruh masyarakat Indonesia dalam
menyongsong Milenium Development Goals. Kesehatan memang bukan segalanya, tetapi tanpa
kesehatan segalanya menjadi tidak berarti. Setiap individu mempunyai hak untuk hidup sehat, kondisi
yang sehat hanya dapat dicapai dengan kemauan dan keinginan yang tinggi untuk sehat serta merubah
perilaku tidak sehat menjadi perilaku hidup sehat.
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dipraktekkan oleh setiap individu
dengan kesadaran sendiri untuk meningkatkan kesehatannya dan berperan aktif dalam mewujudkan
lingkungan yang sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat harus diterapkan dalam setiap kehidupan
manusia kapan saja dan dimana saja termasuk di dalam lingkungan rumah tangga dan tempat tinggal
karena perilaku merupakan sikap dan tindakan yang akan membentuk kebiasaan sehingga melekat
dalam diri seseorang. Perilaku merupakan respon individu terhadap stimulasi baik yang berasal dari luar
maupun dari dalam dirinya. PHBS merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seorang atau keluarga dapat menolong diri
sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.
PHBS merupakan salah satu pilar utama dalam Indonesia Sehat dan merupakan salah satu strategi untuk
mengurangi beban negara dan masyarakat terhadap pembiayaan kesehatan. Sehat adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomi.
PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan
mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di
masyarakat. PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mencapai “rumah tangga sehat”.
PERMASALAHAN
penerapan PHBS yang kesannya sederhana tidak selalu mudah dilakukan, terutama bagi mereka yang
tidak terbiasa.
Semakin banyak sekali penyakit yang timbul karena sulitnya penerapan PHBS dimasyarakat luas.
Diberikan penyuluhan tentang PHBS untuk menambah wawasn dan mengingatkan kembali pentingnya
PHBS dilakukan
PELAKSANAAN
Penyuluhan dilaksanakan pada hari Selasa, 15 September 2020 di Ruang tunggu pasien puskesmas
Gembor
MONITORING & EVALUASI
Penyuluhan dilaksanakan dengan waktu 10 menit dengan dihadiri 35 peserta. Peserta terlihat antusias
dan memberi respon baik terhadap pemaparan materi.
PESERTA HADIR
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
LATAR BELAKANG
Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu dari tiga anak di dunia
meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas gizi. Dari data Departemen Kesehatan menunjukkan
setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena masalah kekurangan gizi dan buruknya kualitas
makanan, didukung pula oleh kekurangan gizi selama masih didalam kandungan. Hal ini dapat berakibat
kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada saat anak beranjak dewasa.Dr.Bruce Cogill, seorang ahli gizi
dari badan PBB UNICEF mengatakan bahwa isu global tentang gizi buruk saat ini merupakan problem
yang harus diatasi (Litbang, 2008).
Gizi buruk pada balita tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi diawali dengan kenaikan berat badan balita
yang tidak cukup.Perubahan berat badan balita dari waktu ke waktu merupakan petunjuk awal
perubahan status gizi balita. Dalam periode 6 bulan, bayi yang berat badannya tidak naik 2 kali berisiko
mengalami gizi buruk 12.6 kali dibandingkan pada balita yang berat badannya naik terus. Bila frekuensi
berat badan tidak naik lebih sering, maka risiko akan semakin besar (Litbang, 2007).
Penyebab gizi buruk sangat kompleks, sementara pengelolaannya memerlukan kerjasama yang
komprehensif dari semua pihak.Bukan hanya dari dokter maupun tenaga medis saja, tetapi juga dari
pihak orang tua, keluarga, pemuka masyarakat, pemuka agama maupun pemerintah.Pemuka masyarakat
maupun pemuka agama sangat dibutuhkan dalam membantu pemberian edukasi pada masyarakat,
terutama dalam menanggulangi kebiasaan atau mitos yang salah pada pemberian makanan pada anak.
Demikian juga posyandu dan puskesmas sebagai ujung tombak dalam melakukan skrining atau deteksi
dini dan pelayanan pertama dalam pencegahan kasus gizi buruk (Nency, 2006)
PERMASALAHAN
⦁ Metode: Verbalisasi
PELAKSANAAN
Penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 14 September 2020. Peserta yang hadir berjumlah 15 orang.
Penyuluhan ini dilaksanakan pada pukul 07.30 WIB. Materi yang diberikan adalah tentang
pentingnya Pemberian Gizi yang seimbang.
Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan cukup baik. Peserta tampak antusias sehingga cukup aktif
bertanya dan membuat diskusi mengenai
Jenis Kegiatan : F5 - Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular
PESERTA HADIR
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
LATAR BELAKANG
Masalah penyakit HIV/AIDS diibaratkan seperti fenomena gunung es, dimana yang tampak hanyalah
puncaknya saja. Sama halnya dengan penyakit HIV/AIDS yang tampak hanyalah kasus yang dilaporkan
saja. Untuk pencegahan HIV/AIDS ini, Millenium Development Goals memiliki tujuan untuk memerangi
HIV/AIDS dengan meningkatkan cakupan pengetahuan komprehensif mengenai HIV/AIDS pada
kelompok umur 12-24 tahun.
Laporan kasus AIDS sampai tahun 2015 didapatkan angka kejadian berdasar kelompok umur; 20-29
tahun 27,9%, 30-39 tahun 37,3%, 40- 49 tahun 18,8%, dan diatas 60 tahun 2%. Angka kematian akibat
AIDS di Indonesia berdasarkan kelompok umurnya; 15-19 tahun 209 kasus, umur 20-29 tahun dengan
3.877 kasus.
PERMASALAHAN
Diperlukan adanya suatu kegiatan pemberian informasi melalui penyuluhan bagi siswa/i agar mendapat
pengetahuan tentang HIV/AIDS.
⦁ Metode: Verbalisasi
PELAKSANAAN
Penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 2017. Peserta yang hadir berjumlah 35 orang.
Penyuluhan ini dilaksanakan pada pukul
Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan cukup baik. Peserta tampak antusias sehingga cukup aktif
bertanya dan membuat diskusi mengenai
PESERTA HADIR
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
LATAR BELAKANG
Jumlah perokok usia remaja di Indonesia terus meningkat. Secara keseluruhan, Indonesia menempati
peringkat ketiga di dunia sebagai jumlah perokok terbanyak setelah China dan India. Celakanya, di
Indonesia hingga kini menunjukkan tren peningkatan jumlah perokok dari kalangan remaja.
Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan, prevalensi perokok remaja pada tahun 2013 naik
menjadi 19 persen. Jumlah perokok anak makin tahun semakin meningkat. Bahkan selama 12 tahun
diperkirakan jumlah perokok anak meningkat 6 kali lipat. Tren perokok anak dan remaja semakin
mengkhawatirkan. Bila dibandingkan, data Riskesdas 1995 menunjukkan ada 71.126 perokok anak di
Indonesia (10-14 tahun), sedangkan tahun 2007 meningkat menjadi 426.214 orang. Sedangkan untuk
remaja (15-19 tahun), data Riskesdas 2010 menunjukkan 19 persen remaja Indonesia telah merokok.
Data tersebut juga menunjukkan, karakter perokok Indonesia yang biasanya sudah mulai menghisap
tembakau pada usia 14-19 tahun.
Ironisnya budaya merokok saat ini bukan saja terjadi pada kaum laki-laki, namun juga terjadi di kalangan
kaum perempuan. Menurut Data Kemenkes menunjukkan, dari 2000 sampai tahun lalu jumlah perokok
juga makin melebar di kalangan perempuan. Empat persen dari total jumlah perokok Indonesia adalah
kalangan hawa. Berdasarkan data dari badan kesehatan dunia di bawah PBB, WHO, jumlah perokok di
Indonesia tiap tahunnya mencapai 400 ribu orang.
PERMASALAHAN
Diperlukan adanya suatu kegiatan pemberian informasi melalui penyuluhan bagi masyarakat agar
mengetahui bahaya merokok.
PELAKSANAAN
Penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 8 September 202. Peserta yang hadir berjumlah 35 orang.
Penyuluhan ini dilaksanakan pada pukul 08.00 WIB. Materi yang diberikan adalah tentang bahaya
merokok. Materi penyuluhan disajikan dengan verbalisasi. Penyuluhan dilaksanakan selama 10
menit dilanjutkan sesi diskusi
Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan cukup baik. Peserta tampak antusias sehingga cukup aktif
bertanya dan membuat diskusi mengenai bahaya merokok berjalan dengan lancar.
Jenis Kegiatan : F3 - Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
PESERTA HADIR
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara dengan angka kematian ibu dan perinatal tertinggi,
yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan
yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu. Penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan,
infeksi, gestosis dan anestesia. ANgka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tinggi yaitu angka
kematian ibu rata-rata 307/100.000 kelahiran hidup sedangkan target dari Millenium Development
Goals 2015 adalah 102/100.000 kelahiran hidup. Sementara untuk angka kematian bayi sebesar
26,9/1000 kelahiran hidup. Adapun target dari MDGs 2015 sebesar 17/1000 kelahiran hidup.
Tingginya angka kematian ibu dan bayi antara lain disebabkan rendahnya tingkat
pengetahuan ibu dan frekuensi pemeriksaan antenatal care yang tidak teratur. Pada pemeriksaan
dan pemantauan antenatal dilakukan dengan memberikan pelayanan antenatal berkualitas
dan deteksi dini komplikasi kehamilan.
PERMASALAHAN
Kurangnya pengetahuan ibu hamil akan pentingnya antenatal care untuk menilai keadaan
kesehatan ibu dan janin dan memberikan kesempatan untuk menentukan kelainan secara dini serta
perkembangan dari keluhan pada kunjungan sebelumnya.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
⦁ Metode: Verbalisasi
PELAKSANAAN
Penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 3 september 2020. Peserta yang hadir berjumlah 15 orang.
Penyuluhan ini dilaksanakan pada pukul 08.00 WIB. Materi yang diberikan adalah tentang
pentingnya antenatal care. Materi penyuluhan disajikan dengan verbalisasi. Penyuluhan
dilaksanakan selama 20 menit dilanjutkan sesi diskusi.
Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan cukup baik. Peserta tampak antusias sehingga cukup aktif
bertanya dan membuat diskusi mengenai antenatal care berjalan dengan lancar.
Jenis Kegiatan : F3 - Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
PESERTA HADIR
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
LATAR BELAKANG
Pemberian ASI sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan
kecerdasan bayi. Pemberian ASI eksklusif adalah langkah awal bagi bayi untuk tumbuh sehat dan
terciptanya sumber daya manusia yang tangguh, karena bayi tidak saja akan lebih sehat & cerdas,
tetapi juga akan memiliki emotional quotion dan social quotion yang lebih baik. Namun pada
kenyataannya, pengetahuan masyarakat tentang ASI eksklusif masih sangat kurang, sehingga ibu
sering kali memberikan makanan padat kepada bayi yang baru berumur beberapa hari atau
minggu. Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia 2003, hanya 3,7% bayi yang
memperoleh ASI pada hari pertama, sedangkan pemberian ASI pada usia 2 bulan pertama 64%,
yang kemudian menurun pada periode berikutinya umur 3 bulan 45,5%, usia 4-5 bulan 13,9% dan
umur 6-7 bulan 7,8%. Sementara itu ada peningkatan penggunaan pengganti air susu ibu yang
biasa disebut formula atau susu formula tiga kali lipat dalam kurun waktu 1997 dari 10,8% menjadi
32,4% pada yahun 2002, hal ini mungkin diakibatkan kurangnya pemahaman, dukungan keluarga
dan lingkungan akan pemberian ASI secara eksklusif.
PERMASALAHAN
⦁ Metode: Verbalisasi
PELAKSANAAN
Penyuluhan dilaksanakan pada tanggal kamis, 3 September 2020. Peserta yang hadir berjumlah 11
orang. Penyuluhan ini dilaksanakan pada pukul
07.45WIB. Materi yang diberikan adalah tentang manfaat ASI eksklusif. Mater penyuluhan disajikan
dengan verbalisasi. Penyuluhan dilaksanakan selama 20 menit dilanjutkan sesi diskusi.
Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan cukup baik. Peserta tampak antusias sehingga cukup aktif
bertanya dan membuat diskusi mengenai
Judul Lap. Kegiatan : upaya pengawasan air bersih di SDN Total Persada
PESERTA HADIR
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
LATAR BELAKANG
Air minum adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia. Menurut departemen kesehatan, syarat-
syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung mikroorganisme
yang berbahaya, dan tidak mengandung logam berat.
Kebutuhan air bersih yaitu banyaknya air yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan air dalam
kegiatan sehari-hari seperti mandi, mencuci, memasak, menyiram tanaman dan lain sebagainya. Sumber
air bersih untuk kebutuhan hidup sehari-hari secara umum harus memenuhi standar kuantitas dan
kualitas. Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat karena penyediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya
penyakit di masyarakat.
manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasa-batasan sumber air yang bersih dan
aman tersebut, antara lain :
tangga.
bahan-bahan kimia berbahaya, dan sampah atau limbah industri. Air yang berada dari permukaan bumi
ini dapat berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air
angkasa (hujan), air permukaan, dan air tanah (Chandra, 2012)
PERMASALAHAN
Kegiatan dilaksanakan pada hari rabu tanggal 26 agustus 2020 pukul 09.00 s/d selesai, yang bertempat di
SDN total persada.
PELAKSANAAN
Telah dilakukan inspeksi kesehatan lingkungan di SDN Total persada kemudian di ambil sampel air untuk
di teliti unsur kimia dan apakah masih ada bakteri yang terkandung dalam air tersebut. Dilakukan oleh
petugas perwakilan dari petugas kesling Puskesmas Kelurahan gembor, Dokter internship, dan petugas
lab.
Menyadari pentingnya kualitas dari air, maka perlu bekerjasama dengan berbagai pihak untuk
memonitoring terkait fisik sarana dan kualitas air, serta memotiroring terkait phbs, dan memotivasi
pegawai untuk melaksanakan kewajibannya sebagaimana yang di atur dalam peraturan.
Judul Lap. Kegiatan : upaya pengawasan depot air minum oleh puskesmas gembor
PESERTA HADIR
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
LATAR BELAKANG
Air minum adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia. Menurut departemen kesehatan, syarat-
syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung mikroorganisme
yang berbahaya, dan tidak mengandung logam berat.
Kebutuhan air bersih yaitu banyaknya air yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan air dalam
kegiatan sehari-hari seperti mandi, mencuci, memasak, menyiram tanaman dan lain sebagainya. Sumber
air bersih untuk kebutuhan hidup sehari-hari secara umum harus memenuhi standar kuantitas dan
kualitas. Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat karena penyediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya
penyakit di masyarakat.
manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasa-batasan sumber air yang bersih dan
aman tersebut, antara lain :
tangga.
bahan-bahan kimia berbahaya, dan sampah atau limbah industri. Air yang berada dari permukaan bumi
ini dapat berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air
angkasa (hujan), air permukaan, dan air tanah (Chandra, 2012)
PERMASALAHAN
* Pengawasan yang kurang terhadap depot air minum isi ulang tersebut mengakibatkan proses produksi
tidak terawasi dengan baik
* Mutu air minum isi ulang yang dihasilkan tidak memenuhi standar mutu yang telah di tetapkan
PERMENKES RI NO 492/MENKES/PER/IV/2010
Kegiatan dilaksanakan di ro. karomah pada hari rabu tanggal 31 Agustus 2020 pukul 09.00 s/d selesai,
yang bertempat di salah satu depot air isi ulang milik pak waluya di kelurahan gembor
PELAKSANAAN
Telah dilakukan inspeksi kesehatan lingkungan depot air minum isi ulang kemudian di ambil sampel air
untuk di teliti unsur kimia dan apakah masih ada bakteri yang terkandung dalam air tersebut. Dilakukan
oleh petugas perwakilan dari petugas kesling Puskesmas gembor, Dokter internship, dan petugas lab.
Menyadari pentingnya kualitas dari air minum yang di jual, maka perlu bekerjasama dengan berbagai
pihak untuk memonitoring terkait fisik sarana dan kualitas air minum dengan menggunakan formulir
DAMIU , serta memotiroring terkait ijin usaha juga, dan memotivasi pemilik usaha untuk melaksanakan
kewajibannya sebagaimana yang di atur dalam peraturan.
Jenis Kegiatan : F2 - Upaya Kesehatan Lingkungan
PESERTA HADIR
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
LATAR BELAKANG
Hak untuk menghirup udara bersih tanpa paparan asap rokok telah menjadi perhatian dunia. WHO
memprediksi penyakit yang berkaitan dengan rokok akan menjadi masalah kesehatan di dunia. Dari tiap
10 orang dewasa yang meninggal, 1 orang diantaranya meninggal karena disebabkan
asap rokok.
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah China dan India.
Rendahnya kesadaran masyarakat tentang bahaya merokok pun menjadi alasan sulitnya penetaan
Kawasan Tanpa Rokok, yang ditunjukkan dengan mulai merokok pada kelompok usia 5-9 tahun.
Selanjutnya, pada daerah pedesaan, jumlah batang rokok yang dikonsumsi lebih banyak dibanding
daerah perkotaan. Pengendalian para perokok yang menghasilkan asap rokok yang sangat berbahaya
bagi kesehatan perokok aktif maupun pasif merupakan salah satu solusi menghirup udara bersih tanpa
paparan asap rokok atau biasa disebut
PERMASALAHAN
Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap bahaya yang dihasilkan dari asap rokok yang dapat
merugikan diri sendiri dan orang lain
Diperlukan adanya suatu kegiatan pemberian informasi melalui penyuluhan bagi masyarakat agar
mengetahui kawasan yang dicanangkan sebagai kawasan tanpa rokok.
PELAKSANAAN
Penyuluhan ini dilaksanakan pada pukul 07.45 WIB. Materi yang diberikan adalah tentang bahaya
merokok serta pentingnya ruang terbuka tanpa asap rokok.
Materi penyuluhan disajikan dengan verbalisasi oleh dokter isip. Penyuluhan dilaksanakan selama
10 menit dilanjutkan sesi diskusi.
Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan cukup baik. Peserta tampak antusias membuat diskusi
mengenai kawasan tanpa rokok berjalan dengan
Jenis Kegiatan : F5 - Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular
Judul Lap. Kegiatan : SWAB TENGGOROKAN MASSAL PADA PASIEN SUSPEK COVID -19
PESERTA HADIR
Kapuskes
Dokter Pendamping
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
LATAR BELAKANG
Coronavirus disease 19 (COVID-19) merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit
mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui
menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS-CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV). Novel coronavirus
(2019-nCoV) adalah virus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia.
Novel coronavirus (2019-nCoV) adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).
Manifestasi klinis biasanya muncul dalam 2 hari hingga 14 hari setelah paparan. Tanda dan gejala
umum infeksi coronavirus antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan
sesak napas. Pada kasus yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut,
gagal ginjal, dan bahkan kematian.
Pada tanggal 31 Desember 2019, Tiongkok melaporkan kasus pneumonia misterius yang
tidak diketahui penyebabnya. Dalam 3 hari, pasien dengan kasus tersebut berjumlah 44 pasien dan
terus bertambah hingga saat ini berjumlah ribuan kasus. Pada awalnya data epidemiologi
menunjukkan 66% pasien berkaitan atau terpajan dengan satu pasar seafood atau live market di
Wuhan, Provinsi Hubei Tiongkok. Sampel isolat dari pasien diteliti dengan hasil menunjukkan
adanya infeksi coronavirus, jenis betacoronavirus tipe baru, diberi nama 2019 novel Coronavirus
(2019-nCoV). 11 Februari 2020, World Health Organization memberi nama virus baru tersebut
Severe acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan nama penyakitnya sebagai
Coronavirus disease 2019 (COVID-19). Mulanya transmisi virus ini belum dapat dipastikan apakah
dapat melalui antara manusia-manusia. Jumlah kasus terus bertambah seiring dengan waktu. Selain
itu, terdapat kasus 15 petugas medis terinfeksi oleh salah satu pasien. Salah satu pasien tersebut
dicurigai kasus “super spreader”. Akhirnya dikonfirmasi bahwa transmisi pneumonia ini dapat
menular dari manusia ke manusia. Sampai saat ini virus ini dengan cepat menyebar masih misterius
dan penelitian masih terus berlanjut.
PERMASALAHAN
- Informasi yang masih minim tentang COVID - 19 yang didapatkan oleh pasien
- Melakukan SWAB Tenggorokan kepada pasien yang telah didata melalui data TRACING di
puskesmas
PELAKSANAAN
Kegiatan SWAB Tenggorok dilakukan pada hari sabtu, 29 Agustus 2020 di Puskesmas Gembor.
- Menunggu hasil dari LABKESDA untuk dilakukan tindakan rujukan ke RS atau Instalasi kesehatan
yang ditujukan untuk perawatan pasien COVID - 19
Jenis Kegiatan : F5 - Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
LATAR BELAKANG
Coronavirus disease 19 (COVID-19) merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai
dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan
penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV)
dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV). Novel coronavirus (2019-nCoV) adalah virus jenis
baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Novel coronavirus (2019-nCoV) adalah
zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).
Manifestasi klinis biasanya muncul dalam 2 hari hingga 14 hari setelah paparan. Tanda dan gejala umum
infeksi coronavirus antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas.
Pada kasus yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan
bahkan kematian.
Pada tanggal 31 Desember 2019, Tiongkok melaporkan kasus pneumonia misterius yang tidak
diketahui penyebabnya. Dalam 3 hari, pasien dengan kasus tersebut berjumlah 44 pasien dan terus
bertambah hingga saat ini berjumlah ribuan kasus. Pada awalnya data epidemiologi menunjukkan 66%
pasien berkaitan atau terpajan dengan satu pasar seafood atau live market di Wuhan, Provinsi Hubei
Tiongkok. Sampel isolat dari pasien diteliti dengan hasil menunjukkan adanya infeksi coronavirus, jenis
betacoronavirus tipe baru, diberi nama 2019 novel Coronavirus (2019-nCoV). 11 Februari 2020, World
Health Organization memberi nama virus baru tersebut Severe acute respiratory syndrome coronavirus-2
(SARS-CoV-2) dan nama penyakitnya sebagai Coronavirus disease 2019 (COVID-19). Mulanya transmisi
virus ini belum dapat dipastikan apakah dapat melalui antara manusia-manusia. Jumlah kasus terus
bertambah seiring dengan waktu. Selain itu, terdapat kasus 15 petugas medis terinfeksi oleh salah satu
pasien. Salah satu pasien tersebut dicurigai kasus “super spreader”. Akhirnya dikonfirmasi bahwa
transmisi pneumonia ini dapat menular dari manusia ke manusia. Sampai saat ini virus ini dengan cepat
menyebar masih misterius dan penelitian masih terus berlanjut.
PERMASALAHAN
- Informasi yang masih minim tentang COVID - 19 yang didapatkan oleh pasien
PELAKSANAAN
Kegiatan dilakukan pada hari Rabu, 26 Agustus 2020 di Rumah Rw 07 perumahan total persada, kegiatan
ini dibantu oleh kader masyarakat, ketua rw, perwakilan ketua rt, perwakilan tim satgas rw. Diberikan
pengetahuan tentang penyakit COVID - 19 serta didata orang yang sempat berpapasan dengan pasien.
- Memantau dan merinci data orang yang telah terpapar dengan pasien
- Mempersuasi pasien beserta orang yang terpapar untuk dijadwalkan melakukan swab gratis di
puskesmas.
PESERTA HADIR
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
LATAR BELAKANG
Penyakit kronis merupakan masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala yang membutuhkan
tatalaksana jangka panjang serta merupakan masalah kesehatan yang serius dan dapat menyebabkan
kematian terbesar di dunia. Berdasarkan data WHO, prevalensi penyakit kronis di dunia mencapai 70%
dari kasus yang mengakibatkan kematian. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan gaya hidup,
konsumsi makanan tinggi lemak, merokok, dan stress yang tinggi. Pada tahun 2030 diperkirakan sekitar
150 juta orang akan terkena penyakit kronis.
PERMASALAHAN
Kegiatan prolanis di Kel. Gembor diadakan seharusnya setiap 1x selama 1 bulan, harapannya semakin
banyak warga yang dapat mengikuti kegiatan ini. Berikut adalah kajian permasalahan:
- Pola makan masyarakat yang tinggi karbohidrat, dan rendah sayur serta buah buahan
- Masyarakat yang malas berolahraga dan menganggap melakukan pekerjaan rumah tangga sebagai
olahraga
- Tidak rutin melakukan cek tekanan darah dan baru kontrol ke Puskesmas jika sudah ada keluhan
- Dikarenakan pandemi covid - 19 kegiatan prolanis tidak bisa diprediksikan kapan saja dilaksanakannya
PELAKSANAAN
Kegiatan prolanis dilaksanakan di ruang tunggu pasien lansia untuk diberikan penjelasan mengenai
hipertensi, tanda dan gejala, penanganan, dan komplikasinya. Masih banyak warga yang malas untuk
modifikasi gaya hidup dan hanya ingin minum obat saja. Tentu hal ini akan sulit untuk menurunkan
tekanan darah jika tidak dibarengi dengan olahraga rutin 3-5/minggu, diet rendah garam, dan
menurunkan berat badan.
Secara umum, warga sangat senang dengan kegiatan ini karena mendapatkan informasi tentang
hipertensi dan komplikasinya. Harapannya akan diadakan rutin kegiatan prolanis namun dikarenakan
kondisi pandemi covid -19, kegiatan prolanis ini menjadi terhambat. Pada kunjungan selanjutnya
diharapkan tekanan darah warga mengalami perbaikan.
Jenis Kegiatan : F5 - Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular
PESERTA HADIR
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
LATAR BELAKANG
Coronavirus disease 19 (COVID-19) merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai
dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan
penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV)
dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV). Novel coronavirus (2019-nCoV) adalah virus jenis
baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Novel coronavirus (2019-nCoV) adalah
zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).
Manifestasi klinis biasanya muncul dalam 2 hari hingga 14 hari setelah paparan. Tanda dan gejala umum
infeksi coronavirus antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas.
Pada kasus yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan
bahkan kematian.
Pada tanggal 31 Desember 2019, Tiongkok melaporkan kasus pneumonia misterius yang tidak
diketahui penyebabnya. Dalam 3 hari, pasien dengan kasus tersebut berjumlah 44 pasien dan terus
bertambah hingga saat ini berjumlah ribuan kasus. Pada awalnya data epidemiologi menunjukkan 66%
pasien berkaitan atau terpajan dengan satu pasar seafood atau live market di Wuhan, Provinsi Hubei
Tiongkok. Sampel isolat dari pasien diteliti dengan hasil menunjukkan adanya infeksi coronavirus, jenis
betacoronavirus tipe baru, diberi nama 2019 novel Coronavirus (2019-nCoV). 11 Februari 2020, World
Health Organization memberi nama virus baru tersebut Severe acute respiratory syndrome coronavirus-2
(SARS-CoV-2) dan nama penyakitnya sebagai Coronavirus disease 2019 (COVID-19). Mulanya transmisi
virus ini belum dapat dipastikan apakah dapat melalui antara manusia-manusia. Jumlah kasus terus
bertambah seiring dengan waktu. Selain itu, terdapat kasus 15 petugas medis terinfeksi oleh salah satu
pasien. Salah satu pasien tersebut dicurigai kasus “super spreader”. Akhirnya dikonfirmasi bahwa
transmisi pneumonia ini dapat menular dari manusia ke manusia. Sampai saat ini virus ini dengan cepat
menyebar masih misterius dan penelitian masih terus berlanjut.
PERMASALAHAN
- Informasi yang masih minim tentang COVID - 19 yang didapatkan oleh pasien
PELAKSANAAN
Kegiatan dilakukan pada hari selasa, 25 Agustus 2020 di Rumah Rw 08 Kp. Doyong Atas, kegiatan ini
dibantu oleh kader masyarakat, ketua rw, perwakilan ketua rt, perwakilan tim satgas rw. Diberikan
pengetahuan tentang penyakit COVID - 19 serta didata orang yang sempat berpapasan dengan pasien.
- Memantau dan merinci data orang yang telah terpapar dengan pasien
- Mempersuasi pasien beserta orang yang terpapar untuk dijadwalkan melakukan swab gratis di
puskesmas.
Kode Kegiatan :
PESERTA HADIR
JUDUL LAPORAN
LATAR BELAKANG
Kurang Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar di seluruh dunia terutama di Negara
berkembang dan dapat terjadi pada semua umur terutama pada masa pertumbuhan . Salah satu
dampak kurang vitamin A adalah kelainan pada mata yang umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan s/d 4
tahun yang menjadi penyebab utama kebutaan di negara berkembang. Kurang Vitamin A pada anak
biasanya terjadi pada anak yang menderita Kurang Energi Protein (KEP) atau gizi buruk sebagai akibat
asupan zat gizi sangat kurang,termasuk zat gizi mikro dalam hal ini vitamin A. Anak yang menderita
kurang vitamin A mudah sekali terserang infeksi seperti infeksi saluran pernafasan akut,campak,cacar air,
diare dan infeksi lain karena daya tahan anak menurun. Namun masalah kekurangan vitamin A dapat
juga terjadi pada keluarga dengan penghasilan cukup. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan
orang tua terutama ibu tentang gizi yang baik. Gangguan penyerapan pada usus juga dapat
menyebabkan kekurangan vitamin A.
PERMASALAHAN
Hasil penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa pemberian suplementasi Vitamin A sebanyak 2
kali pertahun pada anak umur 6-59 bulan dapat mencegah kekurangan Vitamin A dan kebutaan (buta
senja), juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga mengurangi kejadian kesakitan dan
kematian pada balita, karena vitamin ini dapat mencegah timbulnya komplikasi pada penyakit yang
sering terjadi pada balita seperti campak dan diare.
Metode penyuluhan perindividu disertai obrolan ringan serta tanya jawab di akhir dengan tetap
memperhatikan prinsip social dan physical distancing. Setelah itu diakhiri dengan pembagian kapsul
vitamin A pada anak 6-59 bulan.
PELAKSANAAN
Kegiatan penyuluhan akan ditujukan kepada masyarakat yang hadir di ruang tunggu pelayanan UPT
Puskesmas Gembor pada tanggal 19 Oktober 2020 pukul 08.00 – selesai yang dihadiri oleh masyarakat.
Metode yang digunakan adalah demonstrasi melalui video interaktif dan secara langsung dipraktekkan
kepada pasien yang berkunjung ke Poliklinik Umum Puskesmas Gembor secara perseorangan dengan
tetap memperhatikan social dan physical distancing.
MONITORING & EVALUASI
Kegiatan yang dilakukan sudah berjalan dengan lancar. Masyarakat nampak antusias mengikuti kegiatan
dan informasi yang diberikan cukup diterima dan di dalam proses penyuluhan tersebut jumlah
masyarakat yang menerima penyuluhan telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu 20 orang serta
telah terdapat proses interaksi atau feed back antara pemberi penyuluhan dan sasaran untuk menilai
tingkat pengetahuan yang telah dicapai.
Kode Kegiatan :
Pendamping :
PESERTA HADIR
JUDUL LAPORAN
LATAR BELAKANG
Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah tangan
dengan memakai sabun dan air. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kotoran dan debu secara
mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme sementara (Dahlan dan Umrah,
2013). Kebersihan tangan yang tak memenuhi syarat juga berkontrubusi menyebabkan penyakit terkait
makanan, seperti infeksi bakteri salmonella dan E. Coli infection. Cuci tangan merupakan salah satu cara
untuk menghindari penyakit yang ditularkan melalui makanan. Cara mencuci tangan menurut WHO: 1.
Basahi seluruh tangan dengan air bersih mengalir 2. Gosok sabun ke telapak, punggung tangan dan sela
jari 3. Bersihkan bagian bawah kuku-kuku 4. Bilas tangan dengan air bersih mengalir 5. Keringkan tangan
dengan handuk/ tisu atau keringkan dengan diangin-anginkan
PERMASALAHAN
Berdasarkan survey singkat yang telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Gembor masih banyaknya
masyarakat yang terlihat enggan untuk mencuci tangannya setelah beraktivitas. Salah satu faktor yang
mempengaruhi perilaku mencuci tangan diantaranya adalah pengetahuan. Kurangnya pengetahuan
pasien dan masyarakat tentang cara mencuci tangan dengan baik dan benar.
PELAKSANAAN
Kegiatan ini dilaksanakan oleh dokter internship dan beberapa petugas puskesmas yang terkait dengan
sasaran masyarakat yang hadir saat penyuluhan Penyuluhan mengenai Langkah Cuci Tangan menurut
WHO tersebut di Puskesmas Gembor telah dilaksanakan pada tanggal 15 september 2020 pukul 08.00 –
09.00 yang dihadiri oleh 25 orang masyarakat. Kegiatan tersebut terbagi menjadi 3 sesi yaitu sesi
pemaparan materi, pemutaran video interaktif dan sesi praktek perseorangan.
Kegiatan yang dilakukan sudah berjalan dengan lancar. Masyarakat nampak antusias mengikuti kegiatan
dan informasi yang diberikan cukup diterima dan di dalam proses penyuluhan tersebut jumlah
masyarakat yang menerima penyuluhan telah mencapai batas minimum sasaran yang ditentukan yaitu
25 orang serta telah terdapat proses interaksi atau feed back antara pemberi penyuluhan dan sasaran
untuk menilai tingkat pengetahuan yang telah dicapai.