Anda di halaman 1dari 14

KLIPING WALI SONGO

Oleh :

Syifa Khaerunnisa

Kelas IV B

SD ISLAM TERPADU AL – QUDWAH


Jln. Maulana Hasanudin Kp. Cempa RT 01, RW 01 Ds. Cilangkap,
Kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak
DAFTAR NAMA-NAMA SUNAN WALISONGO
BESERTA BIOGRAFI, TEMPAT DAKWAH DAN
PENINGGALANNYA

Nama-nama sunan dari walisongo yang biasa kita dengar merupakan nama julukan untuk beliau yang
telah banyak berperan dalam penyebaran Islam di Indonesia.  Sebutan sunan ini memilki makna yang
artinya manusia atau orang yang dimuliakan.

Pada umumnya yang di juluki sebagai sunan masih memiliki silsilah dengan kerajaan baik secara
langsung atau setelah keturunan di bawahnya. Dari sekian banyak sunan yang turut berperan aktif
dalam penyebaran Islam di Indonesia ada sembilan sunan yang paling populer.

Sembilan sunan yang terkenal di nusantara memiliki gelar yang biasa kita sebut dengan
Walisongo.Kata walisongo ini berasal dari kata wali dan songo. Wali yang berarti wakil atau dalam
Islam terdapat istilah waliyullah atau wali Allah yang memilki arti sahabat Allah atau kekasih Allah.

Dengan memaksutkan wali Allah ini adalah orang beriman dan bertwakwa senantiasa istiqomah
mengabdikan diri mereka di jalan Allah untuk berdakwah menyebarkan agama Allah, mengajak
manusia beriman kepada Allah tanpa adanya paksaan. Sedangkan kata songo berarti sembilan yang
menunjukkan jumlah mereka ada sembilan.
Dalam berdakwah para wali memilki riwayat dan tempat atau daerah yang berbeda-beda. Selain
berdakwah beliau-beliau juga memberikan wasiat dan peninggalan terhadap umat Islam di Indonesia.
Sehingga nama Walisongo di cantumkan dalam sejarah penyebaran Islam di Inonesia.
Berikut ini akan kita ulas mengenai Walisongo mulai dari nama para wali, riwayat beliau-beliau,
tempat dakwah serta warisan atu peninggalan beliau (Walisongo).
1. Nama Sunan Walisongo: Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)

Nama asli dari Sunan Gresik adalah Maulana Malik Ibrahim. Beliau juga seorang Habib, silsilah ke 22
keturunan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasalam. Maulana Malik Ibrahim merupakan orang
pertama yang memulai penyebaran Islam di tanah Jawa. Sunan Gresik memulai dakwahnya pada akhir
masa Kerajaan Majapahit.

Beliau memulai dakwahnya dengan merangkul rakyat biasa korban dari perang saudara pada Kerajaan
Majapahit. Pendekatan beliau kepada rakyat melalui cocok tanam dan jalur perdagangan. Sehingga
masyarakat yang kesulitan dalam hal ekonomi merasa terbantu dan perlahan mempelajari Islam atas
bimbingan beliau.

Seiring berjalannya waktu, orang yang belajar Islam pun semakin banyak, kemudian Sunan Gresik
mendirikan pondok pesantren di daerah Leran, Gresik. Di sebuah pondok itulah beliau mengajarkan
ilmu hingga akhir hayatnya. Beliau meninggal pada tahun 1941M dan jenazahnya di makamkan di
Desa Gapura Wetan, Gresik.

Selama berdakwah beliau selalu berusaha menghilangkan sistem kasta yang menjadikan perpecahan di
masyarakat. Karena di sisi Allah yang membedakan manusia satu dengan yang lain adalah amal ibadah
yang mereka lakukan. Peninggalan bersejarah dari Sunan Gresik berupa Masjid Malik Ibrahim di
Leran, Gresik.

2. Nama Sunan Walisongo: Sunan Ampel (Raden Rahmat)

Raden Rahmat atau yang disebut Sunan Ampel merupakan putra dari Syekh Maulana Malik Ibrahim
dengan Dewi Condro Wulan. Dewi Condro Wulan merupakan putri Raja Champa yang masih ada
silsilah keturunan Dinasti Ming yang terakhir. Sunan Ampel berdakwah menyebarkan Islam di daerah
Ampel Denta, Surabaya.

Di Ampel Denta, Raden Rahmat memfasilitasi masyarakat yang belajar agama Islam dan
berkonsultasi  dengan mendirikan sebuah pondok. Ajaran dari beliau yang sangat terkenal adalah
falsafah “Moh Limo”. Kata moh limo ini berasal dari Jawa dimana moh berarti menolak atau tidak dan
limo berarti lima. Maksut dari falsafal moh limo adalah menolak lima hal yang dilarang dalam Islam.
Isi dari falsafah Moh Limo yaitu Moh Main maksutnya adalah tidak berjudi, Moh Ngombe atau tidak
minum khamr, Moh Maling (tidak mencuri), Moh Madat atau tidak menghisap narkoba dan yang
terakhir Moh Madon yaitu tidak berzina.
Peninggalan bersejarah dari Sunan Ampel adalah Masjid Ampel di Ampel Denta, Surabaya. Beliau
wafat di Surabaya dan di makamkan di dekat Masjid Ampel.

3. Nama Sunan Walisongo: Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim)

Sunan Bonang atau yang memilki nama asli Maulana Makdum Ibrahim merupakan putra dari Sunan
Ampel dengan istrinya yang bernama Dewi Condrowati. Nama lain dari Dewi Condrowati adalah Nyai
Ageng Manila. Maulana Makdum Ibrahim menimba ilmu agama Islam di daerah Pasai, Malaka. Di
Malaka Sunan Bonang menimba ilmu dari Sunan Giri terutama dalam metode penyebaran Islam agar
mudah diterima masyarakat.

Selesai menimba ilmu dari Sunan Giri kemudian beliau pulang ke kota Tuban (kota kelahiran ibunya)
dan mendirikan sebuah pondok pesantren. Di Kota Tuban Sunan Bonang menggencarkan dakwah
melalui musik gamelan. Karakteristik masyarakat Tuban yang menyukai hiburan terutama musik,
membuat beliau melakukan pendekatan terhadap masyarakat melalui alat musik buatannya tersebut.
Sunan Bonang melakukan dakwahnya di sela-sela pertunjukan musik. Peninggalan bersejarah dari
Beliau  yaitu alat musik tradisional gamelan berupa bonang, kenong dan bende.
4. Nama Sunan Walisongo: Sunan Drajat (Raden Qosim atau Raden Syaifudin)

Raden Qosim atau yang dikenal sebagai Sunan Drajat merupakan saudara seibu dari Sunan Bonang.
Berdasarkan beberapa kisah yang ada beliau juga terkenal dengan sebutan Raden Syaifudin. Beliau
belajar ilmu agama dan berguru pada Sunan Muria setelah wafatnya sang ayah. Kemudian kembali ke
daerah pesisir Banjarwati, Lamongan untuk berdakwah.

Untuk menunjang dakwah Raden Qosim yang muridnya semakin banyak, beliau mendirikan sebuahh
pondok pesantren di daerah Daleman Dhuwur di Desa Drajat, Paciran Lamongan. Di sana Sunan
Drajat melangsungkan dakwahnya melalui suluk   yang pernah di pelajarinya ketika berguru pada
Sunan Muria.
Suluk yang sering beliau sampaikan kepada murid-muridnya ialah “Suluk Petuah”. Dalam Suluk yang
diajarkan Sunan Drajat terdapat beberapa pesan yang di tanamkan dalam diri manusia untu menolong
sesama manusia. Salah satu kutipan dalam suluk tersebut ialah:
1. “Wenehono teken marang wong kang wuto” maksutnya berilah tongkat kepada orang yang buta.
2. “Wenehono mangan marang wong kang luwe” maksutnya berilah makanan kepada orang yang
lapar.
3. “Wenehono busono marang wong kang wudo” maksutnya berilah pakaian kepada orang yang
telanjang.
4. “Wenohono ngiyup marang wong kang kudanan maksutnya berilah tempat berteduh kepada orang
yang kehujanan.
Serta masih banyak lagi suluk lain yang menjadi peninggalan Raden Syaifudin, namun suluk yang
terkenal adalah Suluk Petuah diatas. Suluk tersebut sampai sekarang masih dipelajari di pondok-
pondok Jawa kuno.

5. Nama Sunan Walisongo: Sunan Kalijaga (Raden Said)


Sunan Kali Jaga merupakan orang Jawa asli yang lahir di darah Tuban. Beliau memiliki nama asli
Raden Said. Beliau Raden Said merupakan anak dari seorang bupati Kabupaten Tuban yang waktu itu
bernama Arya Wilatika.

Ayah dari Sunan Kali Jaga sendiri adalah seorang pemimpin kelompok dari pemberontakan
Ronggolawe ketika zaman Kerajaan Majapahit. Sunan Kali Jaga ketika muda telah mewarisi dari
semangat ayahnya, Beliau memprotes keras terhadap penarikan pajak yang tidak memiliki
perikemanusiaan pada pemerintahan Kerajaan Majapahit.

Lalu dibuat susunan rencana perampokan ke seluruh anggota pejabat pajak untuk kemudian dibagikan
semua hartanya kepada rakyat miskin. Akibat dari perampokan tersebut, Sunan Kali Jaga dijuluki oleh
seantero Kerajaan Majapahit Bandar Lokajaya.
Akan tetapi aksi perampokan tersebut berhenti saat beliau Sunan Kali Jaga bertemu dengan seseorang
yang akan menjadi gurunya yaitu Sunan Bonang. Kemudain Raden Said dinasehati supaya berhenti
dari tindakannya tersebut, karena jalan untuk menuju kebaikan tidak dapat ditempuh melalui jalan
keburukan.

Akhirnya Sunan Kali Jaga pun berhenti dari tindakan perampokannya dan berguru ilmu agama kepada
Sunan Bonang. Dari sang gurulah Sunan Kali Jaga mendapat ide dalam berdakwah, yaitu dengan
memanfaatkan wayang dan gamelan.

Dimana ketika ada pertunjukkan wayang maupun yag menggunakan gamelan, didalamnya disisipkan
tentang ajaran Islam. Ajaran agama islam yang beliau dakwahkan ini bisa diterima dan sangat
membumi karena Sunan Kali Jaga merupakan orang Jawa asli.

Beliau mengajarkan ilmu agama Islam kepada masyarakat secara bertahap. Melalui ideologi dan
kebudayaan Jawa Sunan Kali Jaga menanamkan nilai-nilai agama Islam. Karena beliau memiliki
keyakinan bahwa ketika agama islam telah dipahami dan masuk kedalam hati maka secara otomatis
perilaku buruk maupun kebiasaannya akan hilang dengan sendirinya.
Untuk peninggalan dari Sunan Kalijaga berupa kesenian yang sekarang menjadi seni khas Jawa yaitu
seni, wayang, gamelan, ukir dan suluk.
6. Nama Sunan Walisongo: Sunan Kudus (Ja’far Shadiq)

Nama asli dari Sunan Kudus yang juga merupakan cucu dari Sunan Ampel ialah Ja’far Shadiq. Nasab
beliau menjadi cucu Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati ini berasal dari Ibunda beliau yang
bernama Syarifah. Selain itu Sunan Kudus ini juga merupakan keponakan dari Sunan Drajat dan Sunan
Bonang.
Sumber ilmu tentang Agama Islam yang Sunan Kudus miliki ini berkat kegigihan beliau menuntut
ilmu di timur tengah yakni Yerusalem, Palestina atau tepatnya di kota Al-Quds. Namun sebelumnya,
beliua juga menuntut ilmu pada kedua pamannya yang juga merupakan wali Allah.
Di Yerusalem Sunan Kudus ini banyak mendapatkan ilmu-ilmu agama yang langsung bersumber dari
ulama-ulama dari Arab.

Sehingga dengan ketawadahun dan luasnya ilmu yang beliau miliki, kemudian beliau pulang ke
Nusantara dan berinidiatif untuk medirikan sebuah pondok pesantren untuk orang-orang umum belajar
ilmu agama Islam. Penulis sendiri belum mengetahui alasan beliau ini memilih desa Loram Kabupaten
Kudus  Jawa Tengah ini sebagai tempat dakwah beliau.

Setelah pondok pesantren yang beliau dirikan ini berjalan beberapa waktu, berkat keluasan ilmu dan
toleransi yang tinggi akan antar umat beragama di Kudus tuan Ja’far Shadiq diminta untuk menjadi
pemimpin disana. Untuk mempermudah jalan dakwah beliau menyebar luaskan agama Islam di
kalangan para pejabat, bangsawan kerajaan dan para priyayi di tanah Jawa, beliau pun menyanggupi
menjadi seorang pemimpin.

Selain sebagai seorang pemimpin yang bijaksana, berkat keluasan ilmu yang dimiliki oleh Sunan
Kudus ini, sampai-sampai para wali beliau memberikan gelar sebagai Wali Al ‘ilmi yang artinya ialah
orang yang memiliki ilmu luas.

Dalam menyebarkan agama Islam, tuan Ja’far Shadiq menggunakan metode yang hampir sama dengan
metode Sunan Kalijaga yakni melalui pendekatan terhadap kebudayaan daerah setempat. Beliau
menyisipkan nilai-nilai agama Islam ditengah kebudayaan Hindu Bunda yang telah mengakar di
masyarakat.

Untuk peninggalan Sunan Kudus yang masih ada hingga sekarang ini ialah Masjid Menara Kudus
yang  memiliki menara dengan corak khas bergaya Hindu. Selain menara, tuan Ja’far Shadiq juga
mewariskan budaya toleransi yang sangat mulia.
Budaya toleransi antar umat beragama yang masih berlaku sampai sekarang ini yaitu dengan tidak
menyembelih sapi ketika lebaran Idhul Adha. Untuk menghormati umat Hindu di daerah Kudus,
Beliau mengajarkan masyarakat untuk mengganti binatang hewan qurban sapi menjadi kerbau.
Merupakan ajaran mulia dari seorang wali Allah dan seorang pemimpin yang patut untuk kita contoh
yaa sahabat masbidin.net

Oh iya, sebagai catatan aja bahwa nama beliau – Sunan Kudus– ini sebenarnya diambil dari sebuah
nama kota tempat beliau menuntut ilmu Agama Islam yaitu kota Al-Quds di Yerusalem, Palestina.

7. Nama Sunan Walisongo: Sunan Muria (Raden Umar Said)

Sunan Muria memiliki nama asli yakni Raden Umar Said. Beliua merupakan putera dari Sunan
Kalijaga dengan istrnya yang bernama Saroh. Selain itu Raden Umar Said ini juga merupakan
keponakan dari Sunan Giri. Karena Ibunda beliau Saroh adalah adik kandung dari Sunan Giri.
Dalam dakwahnya menyebarkan ajaran Islam, Sunan Muria mengadaptasi metode yang digunakan
oleh Ayahnya Sunan Kalijaga. Beliau menyampaikan ajaran melalui pendekatan kebudayaan dan
kesenian Jawa.

Akan tetapi beliau lebih memilih daerah pesisir pantai dan sekaligus tempat terpencil. Sehingga
dipilihlah oleh beliau daerah Gunung Muria yang berada di Provinsi Jawa Tengah sebagai lokasi dan
pusat dakwahnya.
Untuk wilayah tempat beliau dakwah ini menyebar hingga ke Pati, Kudus, Juana, Tayu dan Jepara.
Dimana kebanykan tempat-tempat yang beliau datangi ini merupakan daerah pedesaan, pesisi pantai
dan pegunungan.

Sunan Muria lebih banyak berdakwah kepada para masyarakat atau rakyat biasa. Karena menurut
beliau rakyat jelata ini merupakan kelompok yang paling banyak dan mereka juga mudah dalam
menerima ajaran Islam yang beliau ajarkan. Sehingga beliau juga bisa lebih akrab bersama masyarakat
umum.
Tidak hanya memberikan pengajaran tentang syariat Islam, Sunan Murian juga mengajarkan banyak
ilmu lain kepada masyarakat. Diantara ilmu-ilmu yang beliau ajarkan ialah ilmu tentang bercocok
tanam, cara berdagang yang sesuai dengan syariat Islam dan cara melaut.
Untuk memikat hati masyarakat umum belajar supaya mau belajar agama Islam, Raden Umar Said
menggunakan media tembang. Untuk temabng yang sering beliau gunakan dan terkenal hingga
sekarang ini adalah tembang Sinom dan tembang Kinanti.
Sedangkan peninggalan bersejarah Sunan Muria yang masih bisa kita saksikan pada hari ini ialah
sebuah Masjid Muria yang letaknya masih di daerah pusat beliau berdakwah.

8. Nama Sunan Walisongo: Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)

Sunan Gunung Jati merupakan salah satu Sunan dari 9 nama-nama Sunan Walisongo. Dalam sejarah
Walisongo Sunan Gunung Jati salah satu tokoh Walisongo yang terkenal akan pesan wasiatnya yaitu.
“Sugih bli rerawat, mlarat bli gegulat”. Yang artinya menjadi bukan untuk menjadi pribadi, menjadi
miskin bukan menjadi beban orang lain.

Nama Asli Sunan Gunung jati: Syarif Hidayatullah.


Daerah Penyebaran Islam Sunan Gunung Jati: Cirebon, Banten dan Demak.
Peninggalan Sunan Gunung Jati: Masjid merah Panjunan, Kumangang Pintu dan Kereta untuk
berdakwah.
Tahun Wafat Sunan Gunung Jati: 1568 M.
Makam Sunan Gunung Jati: Desa Astana, Kecamatan Gunung Jati, Cirebon Jawa Barat.
Sejarah Sunan Gunung Jati: Sunan Gunung Jati merupakan keturunan bangsawan dari Timur
Tengah yang bernama Sultan Syarif Abdullah Maulana. Ayah Sunan Gunung Jati merupakan
merupakan keturunan dari Bani Hasyim yang berasal dari Palestina yang menjadi pembesar di Mesir.
Beliau berdakwah di daerah sekitar daerah Cirebon di Jawa Barat. Sehingga Beliau pun membangun
sebuah pondok peantren untuk mengajarkan ilmu agama Islam kepada masyarakat.
9. Nama Sunan Walisongo: Sunan Giri (Raden Paku/Muhammad Ainul Yakin)

Sunan Giri merupakan salah satu Sunan dari 9 nama-nama Sunan Walisongo. Dalam Sejarah
Walisongo Sunan Giri merupakan tokoh walisongo yang terkenal akan penyampaian dakwahnya
kepada masyarakat yang ceria. Dalam dakwahnya juga disisipkan dengan hiburan lagu permainan
seperti cublak-cublak suweng, jamuran dan lir ilir.

Nama Asli Sunan Giri: Muhammad Ainul Yakin.


Daerah Penyebaran Islam Sunan Giri: Gresik, Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi dan
Maluku.
Peninggalan Sunan Giri: Tembang Pucung, Tembang Asmarandana, Masjid Giri, Giri Kedaton dan
Telogo Pegat.
Tahun Wafat Sunan Giri: 1506 M
Makam Sunan Giri: Cirebon, Jawa Barat.
Sejarah Sunan Giri: Dalam sejarah, Sunan Giri merupakan anak keturunan dari ulama Islam yang
sedang berdakwah di daerah Pasai, Malaka. Tetapi karena di saat itu terjadi konflik, akhirnya ayah
Sunan Giri tersebut menitipkan Sunan Giri kepada nelayan agar dibawa ke Jawa.
Sunan Giri pun akhirnya di titipkan kepada nelayan tersebut demi keamanannya. Di saat itu nelayan
itu membawa kapalnya melewati Samudra Hindia da menepi di Selat Bali. Sesampai di sana Sunan
Giri di angkat anak oleh Dewi Sekardadu yang merupakan putri kerajaan Blambangan di Banyuwangi,
Jawa Timur.

Di sana Sunan Giri di besarkan dan dirawat, serta di sana Ia mendapatkan nama Raden Paku.
Kemudian Sunan Giri mulai tumbuh dewasa, dan Dewi Sekardadu pun menceritakan masa lalu dan
memberitahukan siapa orang tua sebenarnya.

Setelah itu Sunan Giri berfikir dan memutuskan untuk kembali ke Pasai, Malaka untuk berguru tentang
agama kepada ayahnya. Tetapi sebelum kembalinya Sunan Giri ke Pasai, Beliau menyempatkan diri
untuk belajar agama Islam kepada Sunan Ampel.
Setelah selesai belajar bersama Sunan Ampel ia pergi ke Pasai untuk belajar ilmu Agama kepada
ayahnya. Ketika ayahnya sudah meninggal, Beliau menggantikan ayahnya untuk berdakwah. Setelah
lama berada di Pasai, Malaka akhirnya Sunan Giri kembali ke Blambangan untuk berdakwah.
KLIPING B. INGGRIS

Oleh :

Syifa Khaerunnisa

Kelas IV B

SD ISLAM TERPADU AL – QUDWAH


Jln. Maulana Hasanudin Kp. Cempa RT 01, RW 01 Ds. Cilangkap,
Kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak
Rumah

Ruang Tamu

Teras

Ruang Makan

Garasi
Kamar

Kamar Mandi

Gudang

Anda mungkin juga menyukai