Anda di halaman 1dari 11

ARUNG PALAKKA

1. Biografi
Arung Palakka (lahir di Lamatta, Mario-ri Wawo, Soppeng, 15 September
1634 – meninggal di Bontoala, 6 April 1696 pada umur 61 tahun) ia adalah Sultan
Bone yang menjabat pada tahun 1672-1696. Saat masih berkedudukan sebagai
pangeran, ia memimpin kerajaannya meraih kemerdekaan dari Kesultanan Gowa pada
tahun 1666. Ia bekerja sama dengan Belanda saat merebut Makassar. Palakka pula
yang menjadikan suku Bugis sebagai kekuatan maritim besar yang bekerja sama
dengan Belanda dan mendominasi kawasan tersebut selama hampir seabad lamanya.
Arung Palakka bergelar La Tan-ri Tatta To' Urong To-ri Sompi Patta
Malampei Gammana Daeng Serang To' Appatunru Paduka Sri Sultan Sa'ad ud-
din, mengacu pada ejaan huruf lontara. Adapun pelafalan yang tepat adalah La
Tenritatta To Unru To-ri SompaE Petta MalampeE Gemme'na Daeng Serang To'
Appatunru Paduka Sultan Sa'adduddin.
Arung Palakka artinya raja di Palakka. Latenritata dinobatkan oleh Hadat
Tujuh Bone menjadi raja di Palakka pada tahun 1660, seusai berkonsultasi dengan
Jennang Tobala untuk melakukan perlawanan terhadap Gowa. Nama julukannya yang
terkenal dikalangan masyarakat Bone ialah “ Malampee Gemmekna Petta
Torisompae”, artinya yang panjang rambutnya dan raja yang disembah. Nama
Islamnya Sultan Saaduddin. Nama anumertanya Matinroe ri Bontoala. Jadi nama
lengkapnya “La tenritata Towappatunru Daeng Serang Datu Mario Riwawo Arung
Palakka Malampee Gemmekna Petta Tori sompae Matinroe ri Bontoala”.
Berdasarkan garis ibu Arung Palakka merupakan Pangerang Bone, ibunya We
Tenrisui puteri Raja Bone XII, La Tenrirua Sultan Adam Matinroe Ribantaeng. Hal
tersebut menunjukkan kalu Arung Palakka juga berhak atas tahta kerajaan Bone.
Sebab Menurut tradisi Kerajaan Bone bahwa yang berhak menjadi raja di Palakka,
berhak pula menjadi raja di Bone, namun tidak semua Raja Bone pernah menjadi raja
di Palakka. Nama Arung Palakka cukup banyak, sehingga bila dirangkaikan dalam
satuan baris menjadi panjang. Nama kecilnya La Tenritata Towappatunru, artinya tak
dapat dibatasi kemauannya dan orang yang menundukkan. Gelarnya sebagai Raja
Palili di Soppeng “Datu Mario Riwawo”, diberikan oleh ibunya. semasa dalam
pengasingan di Gowa, nama panggilannya Daeng Serang.
Ketika umurnya delapan tahun, Bone diperangi Gowa dan berhasil
ditaklukkan. Sejak berumur 11 tahun Arung Palakka dan keluarganya dibawa sebagai
sandera ke Istana Gowa. Mereka beruntung karena menjadi pelayan Karaeng
Pattinggaloang, tokoh penting dan jenius di Kerajaan Gowa. Di bawah asuhannya,
Arung Palakka tumbuh menjadi pangerang yang mengesankan dalam olah otak
maupun olahraga. Bahkan karena kelebihan yang dimiliki dan kedekatannya dengan
Karaeng KArungnrung sebagai Mangkubumi Kerajaan Gowa (1654), Arung Palakka
yang saat itu telah berusia 25 tahun sering ditugaskan sebagai tentara pengawal
Mangkubumi, dalam tugas ini banyak pula bergaul dengan pemuda-pemuda
bangsawan Gowa.
Menurut mr. Stotenbekker, seorang sejarawan Belanda dalam bukunya tertulis
silsilah yang menyatakan, bahwa datu Soppeng ri Lau yang bernama Lamakkarodda
Mabbelluwa’E kawin dengan We Tenri Pakku putri raja Bone ke-6 La uliyo Bote’E
MatinroE ri Itterung. Dari perkawinan ini lahir seorang putri yang bernama We suji
Lebba’E ri Mario. We suji Lebba’E ri Mario kawin dengan raja Bone ke-11 Latenri
Rua Sultan Adam Matinro’E ri Bantaeng, raja Bone yang pertama kali memeluk
agama islam. Dari perkawinan ini lahir seorang putranya yang bernama We Tenri Sui’
Datu Mario ri Wawo. We Tenri Sui’ kawin dengan seorang bangsawan Soppeng yang
bernama Pattobune Datu Lompuleng Arung Tengnga. Dari perkawinan itu lahir :
1. Da Unggu (putri)
2. Latenri Tatta Arung Palakka (putra)
3. Latenri Girang (putra)
4. We Kacumpurang Da Ompo (putri)
5. Da Emba (putri)
6. Da Umpi Mappolombang (putri)

Arung Palakka pertama kali menikah dengan Arung Kaju namun akhirnya
mereka bercerai. Selanjutnya, ia menikah dengan Sira Daeng Talele Karaeng
Ballajawa pada tanggal 16 Maret 1668, sebelumnya istri dari Karaeng Bontomaronu
dan Karaeng Karunrung Abdul Hamid. Pernikahan ini pun tidak bertahan lama dan
keduanya bercerai pada tanggal 26 Januari 1671. Untuk ketiga kalinya, ia menikahi
We Tan-ri Pau Adda Sange Datu-ri Watu, Datu Soppeng, di Soppeng pada tanggal 20
Juli 1673. Istri ketiganya ini adalah putri dari La Tan-ri Bali Beowe II, Datu Soppeng,
dan sebelumnya menjadi istri La Suni, Adatuwang Sidenreng. Pernikahannya yang
keempat dilaksanakan pada tanggal 14 September 1684 dengan Daeng Marannu,
Karaeng Laikang, putri dari Pekampi Daeng Mangempa Karaeng Bontomaronu,
Gowa, dan sebelumnya adalah istri dari Karaeng Bontomanompo Muhammad.

Arung Palakka adalah tokoh sentral yang mengubah jalannya percaturan


kekuasaan di kawasan Sulawesi Selatan pada Abad XVII. Dalam banyak buku tentang
ketokohan dan perjuangannya, seringkali membuat pembaca, khususnya peminat
Sejarah Sulawesi Selatan yang bukan orang Bugis Makassar menjadi bingung karena
banyaknya nama yang dilekatkan pada diri Arung Palakka. Berikut ini penjelasan satu
persatu mengenai nama - namanya.
1. La Tenri Tatta Toappatunru, adalah nama kecil dan nama remaja Arung Palakka.
Kata depan “La” pada depan namanya tersebut menunjukkan bahwa yang
bersangkutan adalah Bangsawan (Laki - laki). Kata “Tenri” itu artinya Tidak,
sedang Tata bermakna kemauan keras tidak bisa dilarang. ” Toappatunru” artinya
adalah yang menundukkan. (To = orang, Appatunru = yang menundukkan). Jadi,
“La Tenri Tatta Toappatunru” itu artinya Laki - laki (bangsawan) yang tidak dapat
dibatasi kemauannya dan orang yang menundukkan.
2. Daeng Serang adalah nama Arung Palakka saat berada di Makassar (Saat Bone
telah dijajah oleh Gowa, Arung Palakka dan keluarganya dipekerjakan di rumah
bangsawan tinggi Gowa sedang Orang Bugis Bone - Soppeng lainnya menderita
kerja paksa membangun benteng - benteng Makassar. Arung Palakka pun juga
merasakan kerja paksa bersama rakyatnya tersebut).
3. Datu Marioriwawo, artinya Raja di Marioriwawo. Marioriwawo adalah kerajaan
yang ada di Soppeng. Kerajaan ini adalah warisan dari ibunya, We Tenrisui Datu
Mario Riwawo.
4. Arung Palakka, artinya Raja di Palakka. Palakka adalah salah satu kerajaan yang
ada dalam wilayah Bone. Kerajaan Palakka adalah warisan dari kakeknya, La
Tenri Ruwa Arung Palakka MatinroE ri Bantaeng (Raja Bone XI). Menurut tradisi
Kerajaan Bone bahwa, “Yang berhak menjadi Raja di Palakka, berhak pula
menjadi Raja di Bone (Arung Mangkaue’ ri Bone), namun tidak semua Raja Bone
pernah menjadi Raja di Palakka”. (Kasim, 2002).
5. Petta Malampeq Gemmekna, artinya Raja yang berambut panjang. Nama ini
terkait dengan sumpahnya bahwa Arung Palakka tidak akan memotong rambutnya
jika belum berhasil membebaskan rakyatnya dari penjajahan Gowa. (Petta itu
sebutan untuk bangsawan tinggi Bugis, Malampeq = panjang, Gemmekna =
panjang rambutnya). Rambut Arung Palakka tersebut terus menyertai masa
perjuangannya (1660 - 1667) dan nantilah dipotong setelah perjuangannya
dianggapnya telah berhasil.
6. Arung Ugi, artinya Raja Bugis (Kompeni Belanda menyebutnya Koningh der
Bougis). Gelar ini melekat pada Arung Palakka setelah membebaskan negerinya
dari cenkeraman kekuasaan Gowa dan menjadi Penguasa atasan (Raja tertinggi)
semua negeri / kerajan Bugis. (Ugi artinya Bugis).
7. Petta Torisompae’, artinya Raja yang disembah. Gelar ini melekat pada Arung
Palakka sebagai sebuah sebutan dari rakyatnya karena begitu diagungkannya
sosoknya sebagai ‘Pahlawan’ dan Raja yang berjasa menaklukkan Kerajaan
Makassar.
8. Sultan Saaduddin, adalah nama atau gelar Islam untuk Arung Palakka
9. Matinroe ri Bontoala , artinya yang meninggal di Bontoala, istananya di Makassar.
Sebenarnya masih ada lagi beberapa nama yang melekat pada diri Arung
Palakka, Raja Bone XV ini, seperti Datu Pattiro, Datu Lamuru, dan lain
sebagainya tapi tidaklah terlalu populer dan yang umum disebut adalah nama -
nama diatas.

2. Pandangan tentang Arung Palakka

Jauh sebelum menaklukan Sultan Hasanuddin di Selat Buton, Arung Palakka


adalah seorang jagoan tanpa tanding yang ditakuti di seantero Batavia. Lelaki gagah
berambut panjang dan matanya menyala-nyala ini memiliki nama yang menggetarkan
seluruh jagoan dan pendekar di Batavia. Keperkasaan seakan dititahkan untuk selalu
bersemayam bersamanya. Pria Bugis dengan badik yang sanggup memburai usus ini
sudah malang melintang di Batavia sejak tahun 1660, ketika ia bersama pengikutnya
melarikan diri dari cengkeraman Makassar.

a. Pandangan Orang Bugis Terhadap Arung Palakka


Dimata orang Bugis khususnya Bone dan Soppeng, Arung Palakka merupakan
sosok yang sangat dihargai  dan ditempatkan pada posisi yang sangat mulia, yaitu
Pahlawan. Alasannya, sikap dan tindakan Arung Palakka dalam memilih jalan
kerjasama dengan Kompeni  Belanda (VOC), tidak lain adalah untuk
membebaskan negeri leluhurnya, yaitu Bone dan Soppeng dari cengkeraman
penjajahan kerajaan Gowa. Alasan di atas, sejalan dengan apa yang diungkapkan
oleh Taufik Abdullah (1990), bahwa pada waktu itu hanyalah Kompeni Belanda
satu-satunya yang dapat diharapkan oleh Arung Palakka untuk segera
mewujudkan cita-citanya, membebaskan kerajaan Bone dan Soppeng dari
penindasan kerajaan Gowa.
b. Pandangan Orang Makassar Terhadap Arung Palakka
Berbeda dengan pandangan umum yang ditemukan pada masyarakat
Bugis. Dalam pandangan umum orang Makassar, Arung Palakka sering
ditemukan pendapat yang nadanya mencemooh bahwa Arung Palakka tidak lain
adalah seorang penghianat Bangsa Indonesia. Alasannya adalah Arung Palakka
telah menjalin hubungan kerjasama dengan Kompeni Belanda (VOC) dalam
menghancurkan perlawanan Sultan Hasanuddin (Raja Gowa XVI) yang kemudian
hari diakui oleh pemerintah Republik Indonesia (RI) sebagai Pahlawan Nasional
dengan Surat Keputusan Pemerintah RI tanggal 6 September 1973.(Sagimun,
1985).
Bertolak dari pandangan kedua kelompok etnis di atas, maka sangatlah
sulit menarik sebuah kesimpulan terutama di dalam menentukan posisi Arung
Palakka sebagai tokoh sentral dalam tulisan ini. Untuk menempatkan Arung
Palakka pada posisi yang tepat sesuai dengan sepak terjangnya pada abad ke-17
itu, sangat dibutuhkan sikap yang arif dan bijaksana dengan menempatkan
peristiwa itu sesuai dengan jamannya, yaitu:
1.   Pada abad ke-17 dimana tokoh Arung Palakka muncul dalam sejarah,
peperangan yang terjadi antara kerajaan Gowa melawan Bone dan Soppeng
masing-masing merupakan kerajaan yang berdaulat, merdeka, dan menjalankan
politik pemerintahan sendiri sesuai dengan konteks jamannya.
2.   Pada abad ke-17 dimana  Arung Palakka hidup dalam menyejarah,
nasionalisme Indonesia seperti yang dihayati sekarang belum ada, nasionalisme
Indonesia sendiri nanti muncul pada abad ke-20 ketika Budi Utomo didirikan
(1908), dimana rasa nasionalisme mulai tampak dalam bentuk regional dan
akhirnya dipertegas dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
Terkait dengan uraian di atas, maka tidaklah tepat jika ada pandangan
yang  mengatakan, bahwa Arung Palakka merupakan seorang “Penghianat”
bangsa Indonesia, karena yang dilakukan tidak lain adalah untuk memerdekakan
negeri/ kerajaannya dari penjajahan kerajaan Gowa. Terlepas apakah ia menjalin
kerjasama dengan Kompeni Belanda (VOC). Walaupun demikian, tidaklah mudah
untuk menempatkan Arung Palakka sebagai seorang Pahlawan Nasional, karena
Sultan Hasanuddin sendiri (yang sering diperhadapkan dengan Arung Palakka)
sudah terlanjur ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional seperti yang telah diuraikan
sebelumnya. Namun Arung Palakka tetaplah “pahlawan” bagi rakyat kerajaan
Bone dan Soppeng, bahkan tidaklah berlebihan kalau dianggap sebagai “pahlawan
kemanusiaan” karena dalam usahanya memerdekakan kerajaan Bone dan Soppeng
juga membawa dampak pada kemerdekaan kerajaan-kerajaan lain yang pernah
berada dalam pengaruh kekuasaan kerajaan Gowa.
Sebab umum perlawanan Bone dan Soppeng dibawah Arung Palakka,
sebagai berikut:
1.   Penaklukan Gowa atas Bone selama setengah abad lebih (1611-1667)
2.   Penderitaan Sosia-kultural yang dialami rakyat Bone dan Soppeng, yang
mereka rasakan sebagai warga daerah takluk Gowa
3.  Perlakuan sewenang-wenang dan penghinaan atas diri tawanan perang Bone
dan Soppeng oleh Mangkubumi Gowa, Karaeng KArungnrung dan raja Gowa,
sultan Hasanuddin
4. Pada saat itu muncul tokoh patriotik dan heroik, yang mendapat dukungan dari
rakyat Bone dan Soppeng, yakni Arung Palakka.
Sebab khususnya ialah adanya pengerahan tenaga kerja paksa (rodi) rakyat
Bone-Soppeng dalam rangka perampungan pembangunan benteng-benteng
pertahanan Gowa (1660)”.
Kata pengkhianat yang melekat pada diri Arung Palakka, sampai sekarang
masih berdampak pada mereka yang berasal dari B o n e , s a t u w i l a y a h
yang d a h u l u n y a  bernama Kerajaan Bone, tempat Arung Palakka
dinobatkan menjadi raja Bone.

3. Perjuangan Arung Palakka


Arung Palakka adalah potret keterasingan dan menyimpan magma semangat
yang menggebu-gebu untuk penaklukan. Ia terasing dari bangsanya, suku Bugis Bone
yang kebebasannya terpasung. Namun, ia bebas sebebas merpati yang melesat dan
meninggalkan jejak di Batavia. Ia sang penakluk yang terasing dari bangsanya.
Malang melintang di kota sebesar Batavia, keperkasaannya kian membuncah tatkala
ia membangun persekutuan yang menakutkan bersama dua tokoh terasing lainnya
yaitu pria Belanda bernama Cornelis Janszoon Speelman dan seorang Ambon yang
juga perkasa bernama Kapiten Jonker. Ketiganya membangun persekutuan rahasia
dan memegang kendali atas VOC pada masanya, termasuk monopoli perdagangan
emas dan hasil bumi.
Ketiga tokoh yang teralienasi ini adalah horor bagi jagoan pada masa itu.
Speelman adalah petinggi VOC yang jauh dari pergaulan VOC. Dia tersisih dari
pergaulan karena terbukti terlibat dalam sebuah perdagangan gelap saat masih
menjabat sebagai Gubernur VOC di Coromandel tahun 1665. Arung Palakka adalah
pangeran Bone yang hidup terjajah dan dalam tawanan Kerajaan Gowa. Ia
memberontak dan bersama pengikutnya melarikan diri ke Batavia. VOC
menyambutnya dengan baik dan memberikan daerah di pinggiran Kali Angke, hingga
serdadu Bone ini disebut To Angke atau orang Angke. Sedang Kapiten Jonker adalah
seorang panglima yang berasal dari Pulau Manipa, Ambon. Dia punya banyak
pengikut setia, namun tidak pernah menguasai satu daerah di mana orang
mengakuinya sebagai daulat. Akhirnya dia bergabung dengan VOC di Batavia.
Rumah dan tanah luas di daerah Marunda dekat Cilincing diberikan VOC kepadanya.
Baik Speelman, Arung Palakka, dan Kapiten Jonker sama-sama berangkat dari
hal yang sama yaitu keterasingan. Ketiganya punya sejarah penaklukan yang
membuat nama mereka menjadi legenda. Speelman menjadi legenda karena berhasil
membuat Sultan Hasanuddin bertekuk lutut di Makassar dalam sebuah perlawanan
paling dahsyat dalam sejarah peperangan yang pernah dialami VOC. Bersama Arung
Palakka, Speelman menghancurkan Benteng Sombaopu setelah terjadinya Perjanjian
Bongaya yang menjadi momok bagi VOC serta rintangan (barikade) untuk menguasai
Indonesia timur, khususnya jalur rempah- rempah Maluku, pada tanggal 18
November 1667.
Usaha untuk membebaskan rakyat B o n e dan Soppeng
dari k e k u a s a a n K e r a j a a n g o w a d i l a n d a s i o l e h p e r a s a a n  siri
d a n  pacce Arung Palakka menyadari bahwa perjuangannya tidak akan sia sia
d a n a k a n m e n d a p a t b a n t u a n d a r i o r a n g Bugis Bone dan Soppeng. Siri
dan pacce i n i l a h y a n g m e n j a d i m o d a l b e s a r y a n g d i m i l i k i o l e h
A r u n g P a l a k k a u n t u k t e t a p  berjuang melawan penguasa Kerajaan gowa.
Perjuangan yang tidak kenal lelah itu membuahkan hasil. Berkat kerja sama
yang dibina dengan VOC dengan Keraaan Bone  bebas dari kekuasaan gowa.
Kerjasama yang d i l a k u k a n o l e h A r u n g P a l a k k a d e n g a n V O C
untuk menjatuhkan Kerajaan gowa d i p a n d a n g s e b a g a i s a t u k e r j a s a m a
y a n g tidak benar karena VOC dianggap sebagai  penjajah. Arung Palakka di
mata banyak o r a n g , u t a m a n y a d a r i e t n i s M a k a s s a r , m e n g a n g g a p
A r u n g P a l a k k a s e b a g a i  pengkhianat.

Pada usia 11 tahun Arung Palakka telah menjadi tawanan kesultanan Gowa
Makassar. Maka tidak heran impian untuk melepaskan diri dari kekuasaan Gowa
selalu tertanam dalm hati dan pikirannya. w a k t u u n t u k m e l a r i k a n d i r i s u d a h
dipersiapkan. Arung Palakka d a n  pemimpin pasukan yang
sudah dibentuk akan serentak melarikan diri ketika
dilangsungkan pesta besar Pada waktu pesta
i t u  berlangsung, Arung Palakka dan kawan-kawannya dengan serentak melarikan
diri. A r u n g Palakka akhirnya tiba di Bone. Kedatangan
Arung Palakka di B o n e mendapat sambutan hangat. Arung Palakka
dan To Balo mengatur strategi untuk membangun
k e k u a t a a n u n t u k   mengantisipasi kedatangan pasukan dari Kerajaan
Gowa. usaha untuk membangun kekuatan itu dilakukan dengan
mendekati penguasa Kera#aan Soppeng dan wajo. M e s k i p u n p a d a
a w a l n y a t i m b u l  pertentangan di kalangan bansawan Soppeng
sehubungan dengan permintaan A r u n g P a l a k k a u n t u k b e r s a m s -
s a m a melawan Gowa, kerjasama itu berhasil d i b a n g u n .

Perang terbuka antara pasukan Kerajaan Bone yang


dibantu d e n g a n Soppeng melawan sekutu-sekutu Kerajaan G o w a t i d a k
dapat dielakkan lagi. P a r a  penguasa Kerajaan Gowa marah
dengan pelarian itu dan menunjuk To Bala sebagai o r a n g yang sangat
bertanggung jawab. dalam satu pertempuran yang terjadi
diP a s s e m p e pada tahun 5440, pasukan Arung Palakka bersama
pimpinan pasukan perangnya mengalami kekalahan. Arung Palakka kalah dalam
perang. To Bala yang turut bersama -sama dengan Arung Palakka berperang
tewas dalam satu pertempuran. Setelah melihat sudah tidak a d a h a r a p a n l a g i
d a l a m m e m b a n g u n kekuatan, Arung Palakka bersama dengan  beberapa
orang pembesar Kerajaan Soppeng dan beberapa orang pengikutnya
m e m u t u s k a n m e n i n g g a l k a n S u l a w e s i Selatan. Sebelum meninggalkan
daerah ini, A r u n g P a l a k k a s e m p a t m e n g h a d a p r a j a S o p p e n g , L a
T e n r i B a l i . K e m u d i a n menerima bekal berupa emas.

Arung Palakka bersama d e n g a n  pasukannya kemudian


meninggalkan C a m p a l a g i s a t u w i l a y a h d i K e r a j a a n B o n e m e n u j u
B u t o n p a d a t a n g g a l 2 5 D esember 1660. Kedatagannya di Buton

kapal VOC yang menuju Batavia. Setelah tiba di


B a t a v i a , oleh pihak penguasa VOC Arung Palakka  beserta rombongannya
diberi tempat m e n d a p a t s a m b u t a n b a i k d a r i p a r a  penguasa
Kerajaan Buton. Arung Palakka k e m u d i a n meminta bantuan
k e p a d a  penguasa Kerajaan Buton untuk m e m b a n t u n y a , n a m u n t i d a k
b e r h a s i l . Penguasa Kerajaan Buton menyarankan a g a r i a m e m i n t a
bantuan kepada VOC yang pada waktu itu melakukan
monopoli perdagangan di Kepulauan rempah. Arung P a l a k k a t i n g g a l s e l a m a
kurang lebih 32 b ulan di Buton. Pada tanggal 20 Agustus 1663
meninggalkan Buton menuju Batavia.

Selama dalam pelariannya, Arung Palakka mendengar


kabar bahwa La Tenri Bali raja Soppeng ditawan
sehubungan dengan bantuan yang diberikan
k ep a d a n y a . A r u n g P a la k k a sangat sedih mendengar kabar
itu. i a  bertekad untuk membebaskan La Tenri Bali dan juga bertekad
membebaskan Kerajaan Bone dari kekuasaan Kerajaan Gowa. Oleh k a r e n a i t u
A r u n g P a l a k k a t i d a k p u n y a  pilihan lain untuk mencari bantuan, kecuali
k e p a d a V O C y a n g d i k e t a h u i n y a  bermusuhan dengan
Kerajaan Gowa. Pada s u a t u k e s e m p a t a n , b e r k a t b a n t u a n r a j a B u t o n , i a
b e r s a m a - s a m a p a s u k a n n y a m e n u m p a n g s e b u a h disatu wilayah
yang dikenal dengan nama Angke. A r u n g P a l a k k a
b e r u s a h a u n t u k   mendapatkan bantuan VOC
d a l a m usahanya membebaskan Kerajaan Bone d a n La Tenri
B a l i y a n g d i t a h a n o l e h  penguasa Kerajaan Gowa. usaha itu tidak  banyak
membuahkan hasil karena Arung P a l a k k a m a s i h d i c u r i g a i k a r e n a
l a m a tinggal di Gowa.
Tanggal 7 Nopember 1667 ARUNG PALAKKA dan Laksamana SPEELMAN
mengadakan serangan umum terhadap Benteng Panakukang dibawa Karaeng
LENGKESE, Benteng Panakukang pun jatuh dan hancur sedangkan Benteng Somba
Opu terancam kembali mendapat giliran serangan. Dalam keadaan genting itu
ARUNG PALAKKA dan Laksamana SPEELMAN mengajukan usul seacefire kepada
Sultan HASANUDDIN, dan Sultan HASANUDDIN dapat menerimanya.

Pada hari Jum’at tanggal 18 Nopember dilansungkan perjanjian Bungaya


(Bongaisch Tractat) . Perjanjian Bungaya menetapkan 30 Pasal artikel sebagai
pemenuhan tuntutan sekutu ARUNG PALAKKA dan Laksamana SPEELMAN.
Meliputi masalah Militer, Politik, Ekonomi, sebagai sanksi kekalahan peran Gowa.
Adapun butir-butir penting isi perjanjian Bungaya untuk ARUNG PALAKKA
yaitu : 
1. Buton dibebaskan dari Gowa.
2. Ternate di bebaskan dari Gowa, meliputi : Pulau Sula, Selaya, Muna Utara, dan
lain-lain.
3. Gowa melepaskan Bone, Luwu dan Soppeng.
4. Mengakui melepaskan Raja Layu, Bangkala.
5. Semua Negeri-negeri yang dikalahkan sekutu ARUNG PALAKKA, dari Bulo-Bulo
sanpai dengan Bungaya menjadi milik Sekutu.
6. Gowa akan melepaskan haknya atas Wajo, Bulo-Bulo, Mandar dan mereka
perlakukan menurut kemauan sekutu.
Dengan perjanjian Bungaya mengakhiri perang Gowa dengan Sekutu (Bone,
Buton, Ternaete, Kompeni). Maka tercapailah tujuan perjuangan ARUNG
PALAKKA untuk memerdekakan Bone dan Soppeng dari Gowa, dan berakhirlah
perang yang dilakukan terhadap Gowa. Namun perjuangan ARUNG PALAKKA
untuk mempersatukan kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan masih diteruskan dengan
sistem pendekatan diplomasi, utamanya pendekatan perkawinan dalam rangka
mempererat tali kekeluargaan dengan sistem kawin mawin antara Kerajaan Gowa,
Luwu dan lain-lain.
Pada tahun 1972 ARUNG PALAKKA dinobatkan menjadi raja Bone ke-15
dengan gelar MANGKAU oleh Hadat Tujuh Bone, menggantikan
LAMADDAREMMENG. Sementara ARUNG PALAKKA tetap mejadi koordinator
pemerintahan kerajaan - kerajaan pendudukan. Bahkan Panglima tertinggi angkatan
perang persetujuan kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan dan tetap berkedudukan di
Bontoala Ujung Pandang. Beliau ARUNG PALAKKA menduduki tahta kerajaan
Bone selama 29 Tahun yaitu dari tahun 1667 sampai dengan 1696.

Anda mungkin juga menyukai