Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

POTRET PEDAGANG ASONGAN DAN TUKANG BECAK DI KAWASAN


MALIOBORO PADA MASA PEMBERLAKUAN PEMBATASAN
KEGIATAN MASYARAKAT DALAM FOTOGRAFI JURNALISTIK

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

Nama: Dominikus Devlin Anggi Suryantoro


NIM: 2111137031
Kelas: A

PROGRAM STUDI S-1 FOTOGRAFI


FAKULTAS SENI MEDIA REKAM
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA 2021
POTRET PEDAGANG ASONGAN DAN TUKANG BECAK DI KAWASAN
MALIOBORO PADA MASA PEMBERLAKUAN PEMBATASAN
KEGIATAN MASYARAKAT DALAM FOTOGRAFI JURNALISTIK

Dominikus Devlin Anggi Suryantoro


Email: devlindominikus@gmail.com
Program Studi S-1 Fotografi, Fakultas Seni Media Rekam, Institut Seni Indonesia
Yogyakarta
Jln. Parangtritis Km 6,5 Sewon, Bantul, Yogyakarta
(0274) 384107, No. Handphone: 089649387947

Abstrak

Pada masa Pemberlakuan Pembatasn Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Yogyakarta,


kawasan wisata Malioboro terlihat sangat sepi dan lengang. Para pedagang asongan
dan para tukang becak menjadi salah satu sosok nyata yang terimbas pemberlakuan
PPKM yang ketat. Kosongnya Maliboro dari wisatawan dan lengangnya jalan
protokol Margo Mulya atau jalan Malioboro pada akhir pekan adalah salah satu
fenomena yang sangat jarang terjadi di pusat pariwisata Jogja. Seiring berjalannya
waktu, situasi masa PPKM di Yogyakarta semakin membaik dan saat ini sudah mulai
kembali normal walau dengan protokol yang sangat ketat. Penciptaan karya Fotografi
Jurnalistik ini bertujuan untuk mengemas dan memaparkan fenomena di masa
pandemic dan menjadikannya sebuah peristiwa sejarah yang pernah membuat pusat
pariwisata kota Yogyakarta ini lumpuh.
Kata Kunci: PPKM, fenomena, Malioboro, Fotografi jurnalistik

Abstract
During the implementation of Community Activity Restrictions (PPKM) in
Yogyakarta, the tourism area of Malioboro looks like very quiet and careless. The
hawkers and pedicab drivers are the real persons affected of the strict
implementation of PPKM. The emptiness of Malioboro from tourists and the easing
of the Margo Mulya protocol road or Malioboro street this weekend is one of the
rare phenomena in the tourism center of Yogyakarta. In time, the situation of PPKM
period in Yogyakarta is getting better and is now getting close to the normal life,
even though the protocol is very strict. The creation of this work of journalistic
photography aims to "package" and describe the phenomenon in this pandemic
period and make it a historical event that once paralyzed the tourism center of the
city of Yogyakarta.

Keywords: PPKM, phenomena, Malioboro, Journalistic photography

Abstraction Page
PENDAHULUAN

Malioboro merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang perannya sangat besar
dalam perkembangan kepariwisataan Yogyakarta. Malioboro adalah nama salah satu
kawasan jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu
Yogyakarta hingga ke simpang empat Kantor Pos Yogyakarta. Secara keseluruhan,
jalan Margo Utomo, jalan Malioboro dan jalan Margo Mulyo, merupakan poros garis
Imajiner Kraton Yogyakarta.

Di kawasan pedestrian Malioboro inilah para pedagang dan para tukang becak
menjadi salah satu contoh nyata masyarakat kota Jogja yang merasakan efek PPKM
yang sangat berdampak pada kehidupan mereka. Selama tahun 2021 pada saat PPKM
masih berada di level 4 hingga Juni 2021 lalu, menurun ke level 3, para pedagang dan
tukang becak mulai bermunculan kembali namun tetap belum bisa bernafas dengan
lega karena pengunjung masih sangat dibatasi.

Para pedagang asongan yang berada di sepanjang jantung pariwisata Kota


Yogyakarta tersebut hanya bisa pasrah. Kondisi mereka saat itu benar-benar tak
berdaya, mereka berharap adanya bantuan dari pemerintah, agar mereka tetap bisa
mengisi perut sehari-hari. Namun beberapa pihak mengaku lega, karena masih
diperbolehkan berjualan di Malioboro, walau dengan waktu yang terbatas.

Tidak hanya pedagang, tukang becak-pun menjadi bagian dari masyarakat yang
terdampak di sektor pariwisata kota Jogja yang terdampak cukup parah selama PPKM
Darurat diberlakukan. Pasalnya, mereka hanya bisa berharap dari wisatawan yang
akan mencari tunggangan untuk mengunjungi objek wisata atau membeli oleh-oleh
seperti bakpia pathok dan lain-lain.

Bulan Agustus - Oktober 2021 menjadi bulan yang dapat dikatakan mendatangkan
angin segar bagi para pedagang kaki lima serta tukang becak karena PPKM kembali
menurun ke level 2 sehingga para pedagang asongan mulai berdatangan kembali

Abstraction Page
berjualan, dan tukang becak bisa kembali bekerja menghantarkan para wisatawan
berkeliling kota Yogyakarta.

Penurunan level PPKM ini memberikan harapan baru bagi para PKL yang telah
sekian lama mengalami penurunan pendapatan. Penurunan level ini menjadi
kesempatan bagi pelaku usaha dan pedagang kaki lima di kawasan Malioboro untuk
memperbaiki perekonomiannya.

Fotografi merupakan salah satu media komunikasi visual. Komunikasi visual


merupakan kegiatan komunikasi yang menggunakan unsur rupa (visual) pada
berbagai media, baik percetakan, papan reklame, televisi, flm /video, internet dan
lain-lain, dua dimensi (2D), maupun tiga dimensi (3D), baik yang statis maupun
bergerak (time based). Fotografi merupakan salah satu komunikasi visual yang juga
dapat menciptakan dan memvisualkan secara jelas buah pikiran dan tulisan-tulisan
yang dibuat oleh seorang fotografer ketika membuat karya foto jurnalistik. Fotografi
menjadi bagian yang teramat penting dalam berbagai bentuk kegiatan komunikasi
karena karya foto sering kali tidak bisa digantikan oleh gambar atau bentuk ilustrasi
lainnya.

METODE PENELITIAN

Untuk menjadikan tulisan ini makin mudah diikuti, dipahami dan mungkin nantinya
akan dikembangkan, penulis menyusun sebuah desain yang merupakan alur. Alur
tersebut adalah sebagai berikut:

1. Memilih tempat pengambilan foto dan kawasan sebagai obyek penelitian,


2. Melakukan pengambilan foto, sebagai data dan bahan serta media yang
nantinya akan memberikan gambaran dalam pembahasan,
3. Menuliskan judul tulisan dan memberikan batasan-batasan pembahasan,
4. Melakukan studi kepustakaan berupa, mencari dan membaca jurnal, sehingga
penulis memiliki dasar pemikiran dan teori dalam pembahasan makalah,

Abstraction Page
LANDASAN TEORI
Fotografi Jurnalistik

Fotografi jurnalistik adalah salah satu genre fotografi yang cukup populer di kalangan
fotografer seluruh dunia. Fotografi jurnalistik ini menggabungkan dua aspek kegiatan
dalam sebuah karya dan saling melengkapi yaitu kegiatan foto (memotret) dan
jurnalistik. Fotografi (photography) berasal dari bahasa Yunani, photos, yang berarti
cahaya dan graphein, berarti menggambar / melukis. Fotografi secara umum adalah
proses melukis atau menggambar yang menghasilkan foto atau gambar dengan
bantuan cahaya. Alat yang digunakan adalah kamera” (Andi, 2005: 1).

Menurut Soerjoatmodjo, fotografi sebagai media komunikasi dan alat dialog yang
berfungsi dokumentatif, informatif, dan bagian dari seni
(https://tambahpinter.com/pengertian-fotografi-menurut-ahli/).

Jurnalistik atau journalism (bahasa Inggris) berasal dari perkataan journal, artinya
catatan harian, atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, atau bisa juga berarti surat
kabar. Journal berasal dari bahasa Latin diurnalis, harian atau tiap hari. Dari
perkataan itulah lahir kata jurnalis, yaitu orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik.
Foto jurnalistik merupakan sajian gambar atau foto yang dapat berdiri sendiri sebagai
visualisasi suatu peristiwa. Menurut Surahman, foto jurnalistik juga dapat melekat
pada suatu berita sebagai pelengkap dan penguat pesan yang disampaikan dalam
berita (Jurnal Rekam Vol.14, 2018, hal.43). Dengan demikian, fotografi jurnalistik
adalah salah satu teknik atau seni yang terekam, diabadikan, dan menceritakan suatu
peristiwa. Foto jurnalistik menembus sekat-sekat dalam kehidupan nyata,
menunjukkan ada sesuatu yang terlihat, sesuatu yang nyata yang ingin disampaikan
kepada khalayak umum.

PPKM

Penyebaran wabah Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Indonesia yang


semakin ganas, munculnya varian-varian virus yang baru, memaksa pemerintah untuk
mengambil keputusan yang tegas. Salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi
penyebaran covid 19 di Indonesia yang semakin meningkat adalah dengan

Abstraction Page
menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Kebijakan ini dibuat untuk membatasi aktivitas warga selama pandemi agar tingkat
penularan bisa berkurang.

Pelaksanaan PPKM adalah berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)


Nomor 9 Tahun 2020. Permenkes tersebut tentunya merujuk pada Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4723). Berdasarkan Permenkes No. 9 Tahun 2020, arti dari
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat adalah pembatasan kegiatan tertentu
dari para penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi Corona Virus
Disease 2019 (Covid 19) sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran
Covid 19.

Potret

Dalam judul tulisan ini terdapat kata potret. Kata potret menurut kamus besar bahasa
Indonesia salah satunya adalah “gambaran” (dalam bentuk paparan) terhdap suatu hal
yang ada atau terjadi. Potret berisikan informasi yang ringkas dan befokus pada suatu
permasalahan serta harus mudah dipahami agar apa yang ingin disampaikan penulis
dapat dicerna oleh pembaca atau audience.

Fenomena

Fenomena berasal dari bahasa Yunani; phainomenon. Fenomena adalah suatu


tampilan objek, peristiwa, dalam presepsi. Sesuatu yang tampil dalam kesadaran. Bisa
berupa hasil rekaan atau kenyataan. Menurut Moustakas (1994:26), suatu benda
merupakan suatu fenomena, karena merupakan sesuatu yang dapat dilihat. Adanya
suatu benda juga menciptakan keadaan ataupun perasaan, yang tercipta karena
keberadaannya. Fenomena adalah rangkaian peristiwa serta bentuk keadaan yang
dapat diamati dan dinilai lewat kaca mata ilmiah atau lewat disiplin ilmu tertentu.

Abstraction Page
PEMBAHASAN

Memaknai sebuah foto memerlukan kemampuan dasar fotografi yang baik sehingga
dapat mengungkapkan apa yang dimaksud oleh pengambil foto tersebut. Uraian
penjelasan tentang makna foto-foto akan menguatkan informasi atau berita yang
disajikan.

Potret Para Pedagang Asongan

Menurut Soerjoatmodjo, salah satu fungsi foto adalah alat rekam dan media yang
akan menyimpan data-data menjadi dokumen yang bermakna (Hidayat, Rean Artikel:
Pengertian Fotografi Menurut Para Ahli, 2020). Data-data dalam tulisan ini berupa
foto-foto hasil pemotretan penulis di kawasan Malioboro dengan obyek para
pedagang asongan dan tukang becak.

Abstraction Page
Foto 1 (landscape) dan 2 (portrait): “Emak Sate”
Diambil 5 Agustus 2021

Kedua Foto ini memperlihatkan seorang ibu paruh baya yang menjajakan sate di
trotoar jalan Malioboro. Tidak ada orang lain maupun pedagang lain yang tampak di
sekitar ibu penjaja sate tersebut. Pengambilan kedua foto dilakukan di penghujung
PPKM level 3 di Daerah Isitimewa Yogyakarta, yang berarti para pedagang asongan,
pedagang kaki lima maupun pertokoan sudah mulai beroperasi seperti biasa dengan
syarat hanya 25% karyawan yang boleh masuk dan pembatasan pengunjung kawasan
malioboro setiap harinya. Dari Foto pertama terlihat ibu itu memandang ke arah
sekitar seakan mencari pelanggan dengan raut penuh harap sembari membungkus sate
yang telah matang. Pada foto kedua ibu penjual sate tersebut tampak sedang
membakar beberapa tusuk sate yang sudah dibumbui untuk siap dihidangkan dalam
kondisi hangat dan terbungkus pincukan koran lama dan kertas minyak.

Gambar sebelah memperlihatkan


seorang wanita lanjut usia
mendorong gerobak berisi
berbagai makanan dan minuman
sachet siap saji. Foto ini diambil
pada masa PPKM sudah menjadi
level 2, dan benar saja terlihat
beberapa pengunjung dan
pedagang sebagai background si
Foto 3: “Nenek Troli” Foto diambil 27 November 2021
nenek. Usia nenek yang sudah
tidak muda lagi tidak
menghalanginya dalam mencari nafkah di masa susah seperti saat ini. Dalam pikiran
nenek, hanya ada kata “laku, laku dan laku” supaya ia bisa tetap bertahan di tengah
pandemi ini.

Potret Para Tukang Becak

Abstraction Page
Tukang becak sebagai salah satu profesi yang sudah melengkapi wajah Malioboro
sebagai moda/transportasi tradisional yang dapat mengantar kita berkeliling kawasan
Malioboro. Dengan naik becak para wisatawan dapat melihat keindahan tempat yang
dikenal sebagai pusat ekonomi dan pariwisata kota Yogyakarta. Selama PPKM ini
diberlakukan, tidak sedikit tukang becak yang mengaku pendapatannya menurun
drastis. Menurut keterangan dari Pak Parmin, Ketua Paguyuban Becak Motor
Yogyakarta (PBMY) Sebelum pandemi, rata-rata pendapatan per hari tukang becak di
Kawasan Malioboro menurut Parmin dapat mencapai Rp 70.000. Akan tetapi, kini
untuk memperoleh Rp 10.000 saja sudah sulit. Untuk mencukupi kebutuhan harian,
beberapa tukang becak meminta bantuan dari orang-orang yang melintas di jalan.

“Ada yang ngamen, ada meminta bantuan, ada yang nyambi buruh, karena benar-


benar tidak ada pemasukan, dan harus bayar utang dan lain-lainnya,” tambahnya.
Dikutip dari: https://yoursay.suara.com/news/2021/03/06/114453/imbas-pandemi-
pendapatan-tukang-becak-dan-kusir-andong-malioboro-menurun

Tidak sedikit bantuan yang datang langsung dari pemerintah pusat seperti dari
Presiden RI sendiri, Bapak Insinyur Joko Widodo yang memberi bantuan langsung
tunai (BLT) sebesar 1,2 juta rupiah
(https://economy.okezone.com/read/2021/10/10/320/2484055/blt-rp1-2-juta-cair-pkl-hingga-
tukang-becak-bersyukur). Para relawan dari berbagai kalangan juga ikut
menyumbangkan sembako hingga makanan gratis bagi para tukang becak dan
pedagang di kawasan Malioboro. Relawan yang terjun ke lapangan tidak hanya warga
Jogja sendiri, namun dari tempat atau komunitas lain, seperti relawan dari salah satu
partai politik hingga Sahabat Ganjar dari Jawa tengah ikut membagikan bantuan
berupa sembako.(https://jogja.suara.com/read/2021/10/09/163857/dapat-bantuan-ratusan-
sembako-tukang-becak-
malioboro-berharap-
pariwisata-segera-pulih)

Abstraction Page
Sangat jelas dari gambar 4 di atas, foto yang
Gambar 4 “Pangkalan Becak”
memperlihatkan banyak becak yang kosong dan berdiam Foto diambil tanggal 25
November 2021
di tepi jalan Malioboro tanpa adanya para penariknya. Hal
ini menjelaskan bahwa betapa sepinya pengunjung yang
berminat menaiki becak saat itu. Becak-becak tersebut hanya ditinggal begitu saja
oleh pemiliknya dan akan didatangi hanya saat ada pelanggan yang ingin
menggunakan jasa tersebut.

Pada gambar 5 disamping kembali terlihat


sebuah becak hijau yang kosong ditinggal
oleh pemiliknya karena memang kondisi
Malioboro yang sangat sepi pengunjung dan
mereka sekedar ‘mangkal’ dan pada akhirnya
mereka menghabiskan waktu untuk bercakap-
cakap dengan sesama penarik becak atau
pedagang yang ada di selasar Malioboro
tersebut; kadang ada kalanya mereka
menawarkaan jasanya kepada orang yang
berlalu lalang di tempat itu. Mereka
menawarkan para pengunjung untuk diantar
ke tempat pembuatan bakpia atau memutari
Gambar 5 “One empy trishaw” Foto
kawasan malioboro dengan harga 10-30 ribu diambil tanggal 5 Agustus 2021
hingga kembali ke titik awal.

Dalam foto di samping terlihat seorang


penarik becak yang duduk termangu di atas
becaknya melihat ke arah jalan menunggu
orang yang ingin dihantarkan berkeliling

Abstraction Page
Malioboro dengan becak. Terlihat juga becak di sampinya kosong tanpa ada yang
menunggu. Di belakang kedua becak itu juga terlihat para pedagang kaos dan
cinderamata serta pernak-pernik yang kebetulan buka karena peraturan daerah masih
melarang kerumunan pedagang maupun pengunjung di Malioboro. Pada bulan itu,
sehubungan dengan masa transformasi PPKM dari level 3 yang akan menurun ke
level 2, belum ada keterangan lebih lanjut terkait pemberlakuan PPKM.

Tidak banyak dari tukang becak


di Malioboro yang memilih
berkeliling untuk mencari
penumpang seperti gambar di
samping ini. Sebagian besar
becak yang dipakai adalah becak
kayuh yang masih menggunakan
tenaga manusia untuk
menjalankannya, tidak seperti
Gambar 7 “Searching for Customers” Foto
gambar 7, becak motor, bentor. diambil tanggal 5 Agustus 2021

Mereka memilih untuk diam di


pangkalan mereka masing-masing daripada kelelahan mencari penumpang dengan
mengelilingi seputaran Malioboro hingga titik 0 KM, karena mereka masih harus
menyimpan tenaganya untuk pulang, sekiranya rumah mereka jauh dari pangkalan
yang berada di Malioboro.

KESIMPULAN

Dari pembahasan terlihat jelas bahwa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan


Msasyarakat atau disingkat PPKM ini memang membawa dampak yang besar bagi
sektor pariwisata khususnya di kawasan wisata Kota Yogyakarta yaitu Malioboro.
Banyak sekali warga yang menggantungkan hidupnya di kawasan wisata ini,

Abstraction Page
khususnya pedagang asongan dan tukang becak. Kedua profesi inilah yang sangat
menggantungkan hidupnya pada para pengunjung yang ada di Malioboro.

Sepinya pengunjung tidak lain adalah efek peraturan PPKM tersebut. Pemerintah
hanya mengizinkan 30% kapasitas normal dari pengunjung kawasan wisata, ditambah
penyekatan jalan protokol pada masa PPKM level 3, empat bulan yang lalu. Belum
lagi ditambah peraturan pedagang dan penjual jasa seperti tukang becak, andong dan
lain-lain tidak boleh menempati lebih dari 70% kapasitas area yang ada di Malioboro.
Peraturan ini sangat berdampak pada kelancaran aktivitas perekonomian di
Malioboro. Walaupun saat PPKM level 2, banyak pengunjung yang memadati
Malioboro, perekonomian memang sudah membaik, namun dampak dari PPKM level
3 sebelumnya masih sangat terasa.

Kita semua mempunyai harapan, untuk ke depannya pertumbuhan ekonomi akan


semakin baik di Kota Yogyakarta dengan dibukanya kembali Malioboro untuk
seluruh wisatawan dari luar kota dengan protokol kesehatan yang ketat. Malioboro
sendiri tidak akan menjadi ‘Malioboro’ jika tidak ramai dengan wistawan dari
berbagai penjuru dunia. Dengan aktifnya kembali Malioboro saat pandemi ini, berarti
aktif pula roda ekonomi masyarakat yang ada di jantung pariwisata Daerah Istimewa
Yogyakarta ini, maka potret pedagang asongan dan wajah para tukang becak bisa
kembali cerah dan membahagiakan diri dan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Astari, P., & Yoedtadi, M. G. (2020). Analisis Semiotika Foto Jurnalistik: Evakuasi
Orang Utan Sekarat Karya Jessica Helena Wuysang. Koneksi, 5(1), 48-53.

Budiarta, I. G. M. (2017). KAJIAN ESTETIKA FOTOGRAFI DJAJA TJANDRA


KIRANA. Jurnal Pendidikan Seni Rupa Undiksha, 7(1), 42-54.

Mawar, M., Andriyani, L., Gultom, A., & Ketiara, K. (2021, November). Dampak
Sosial Ekonomi Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)
di Indonesia. In Prosiding Seminar Nasional Penelitian LPPM UMJ (Vol. 1, No. 1).

Abstraction Page
Mayliana, F. D. (2015). Perancangan Fotografi Kehidupan Abdi Dalem Puro
Mangkunegaran Surakarta. Jurnal DKV Adiwarna, 1(6), 12.

Surahman, S. (2018). OBJEKTIVIKASI PEREMPUAN TUA DALAM


FOTOGRAFI JURNALISTIK Analisis Semiotika pada Foto-Foto Pameran Jalan
Menuju Media Kreatif# 8. Rekam: Jurnal Fotografi, Televisi, Animasi, 14(1), 41-53.

Wongso, A. P., Harsanto, P. W., & Basuki, R. M. N. (2016). Perancangan buku


fotografi esai Metatah Gigi di Bali. Jurnal DKV Adiwarna, 1(8), 11.

Wulandari, S., & Siregar, E. D. (2020). Kajian Semiotika Charles Sanders Pierce:
Relasi Trikotomi (Ikon, Indeks dan Simbol) dalam Cerpen Anak Mercusuar Karya
Mashdar Zainal. Titian: Jurnal Ilmu Humaniora, 4(1), 29-41.

Abstraction Page

Anda mungkin juga menyukai