Saryani
Sekolah Pariwisata AMTA
Email: saryaniarmaidy@gmail.com
ABSTRACT
This study aimed to determined the extent of the development of tourism in Yogyakarta Special Region
in retention to social-cultural resilience. And this was a descriptive study presented by using observation and
questionnaires to found data and primary literature for data sekundernya. Futhermore, research results illustrated
that the development of Yogyakarta province would work well because the image of the region and the support
facilities and infrastructure. On the other hand turned in its development results obtained proved less satisfactory
still seen a serious lack in the maintenance of an object the absence of guarantee that the maximum safety for
the tourists, a lot of changes in people‟s life as multidimensional crisis, which impacted on the image of tourism
Yogyakarta Special Region, which in turn affected the social-cultural resilience.
ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana perkembangan pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta
terhadap ketahanan sosioal budaya. Tulisan ini bersifat deskriptif, dengan menggunakan observasi dan kuestioner
untuk mencari data primernya dan kepustakaan untuk data sekundernya. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam
pengembangan pariwisata di Yogyakarta berhasil dengan baik dikarenakan citra baik daerah ini serta dukungan
sarana dan prasarananya. Di lain pihak, masih ditemukan adanya kurang seriusnya dalam pemeliharaan obyek,
belum adanya jaminan yang maksimal terhadap keselamatan yang untuk para wisatawan, banyak terjadi perubahan
dalam kehidupan masyarakat seiring terjadinya krisis multidimensional. Semua hal tersebut berdampak terhadap
citra pariwisata di Yogyakarta dan pada akhirnya berpengaruh terhadap ketahanan sosial budaya.
47
Jurnal Ketahanan Nasional, XIX (1), April 2013: 47-55
48
Saryani -- Pariwisata Dan Ketahanan Sosial Budaya
49
Jurnal Ketahanan Nasional, XIX (1), April 2013: 47-55
adanya suatu kegi atan. Dampak penting yang belum tentu sama atau dikenal oleh
dikatakan sebagai perubahan yang sangat masyarakat setempat, misalnya terjadinya
mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha praktik prostitusi, mabuk-mabukan, peniruan
atau kegiatan. Sedangkan dampak besar (the demonstration effect). Dalam lingkungan
dan penting yang sangat mendasar yang budaya dampak merupakan suatu perubahan
diakibatkan oleh suatu usaha atau kegiatan. lingkungan terhadap sistem budaya suatu
Selanjutnya, menurut Ahimsa Putra (1997) masyarakat. Hal ini dapat pula dibedakan
dampak ling kungan sosial di sini dapat menjadi dampak positif yang ditandai
diartikan sebagai suatu bentuk berbagai dengan munculnya nilai-nilai, norma serta
macam perubahan yang terjadi pada suatu berbagai aturan yang baru dan sesuai dengan
sistem interak si dan relasi antar individu masyarakat setempat sehingga menjadikan
sebagai akibat dari adanya perubahan pada masyarakat setempat menjadi lebih baik,
lingkungan fisik, sosial, dan budaya dari sedangkan dampak negatif merupakan suatu
sistem tersebut. Masuknya wisatawan asing kondisi di mana nilai, norma serta aturan
berarti masuknya individu-individu baru. yang sudah ada semakin merosot, sehingga
Hal ini berarti secara fisik dan lingkungan memunculkan keresahan serta kegelisahan
akan mengalami pula perubahan. Kondisi dalam masyarakat.
disebabkan karena wisatawan merupakan
manusia yang akan senantiasa berkomunikasi Dampak Perkembangan Pariwisata
dan mereka senantiasa akan melakukan Manusia sejak jaman dulu telah
atau menginginkan berkomunikasi dengan melakukan perjalanan, tujuan perjalanannya
penduduk setempat, agar wisatawan dapat untuk melepaskan diri dari kegiatan rutin
hidup di sana sebagai manusia wisatawan akan menuju ke daerah yang dise nangi. Di
memiliki kebutuhan yang mesti dipenuhi. samping itu, mereka juga mencari suasana
Bagi wisatawan asing yang datang, baru serta berusaha melenyapkan kejenuhan
biasanya mereka tidak mengenal budaya dan ingin mendapatkan sesuatu yang lain
setempat. Untuk itu, di sini diperlukan dari kebiasaannya. Pada akhirnya orang
pengetahuan baru agar dalam melakukan yang me lakukan perjalanan mendapat kan
interaksi dengan penduduk setempat dapat kepuasan. Dengan kata lain, timbulnya
berjalan dengan baik. Oleh karena itu, untuk perjalanan wisata dapat dikarenakan berbagai
kepentingan tersebut diperlukan bahasa agar alasan dan umumnya dipengaruhi oleh
dalam melakukan komunikasi bisa berjalan kondisi lingkungan. Pelaksanaan pariwisata
dengan baik serta tidak terjadi kesalahpahaman. akan memunculkan adanya: (1) Kelompok
Dalam hal ini dapat dikatakan mulai terjadi wisatawan, dalam hal ini sebagai sisi yang
perubahan social, yaitu orang akan berusaha senantiasa menekankan pada permasalahan
untuk dapat menggunakan bahasa yang bagaimana mendapatkan pelayanan,
digunakan oleh wisatawan. wisatawan akan membeli pelayanan yang baik
Pada aras lain terjadi pula perubahan dari tuan rumah. (2) Kelompok tuan rumah,
pada sisi yang berlawanan, di mana wisatawan yang akan selalu berusaha untuk memenuhi
yang datang juga memiliki kebudayaan sendiri apa yang menjadi kehendak wisatawan.
50
Saryani -- Pariwisata Dan Ketahanan Sosial Budaya
51
Jurnal Ketahanan Nasional, XIX (1), April 2013: 47-55
pemerintah seharusnya lebih berperan dalam Dalam hal menjaga kebersihan di lokasi
mengajak, menggugah, dan menggairahkan obyek wisata. Wisatawan khususnya wisata-
masyarakat. Tugas tersebut salah satunya wan nusantara tidak mempunyai rasa memiliki
diwujudkan dalam bentuk kerja sama yang atau ikut menjaga apa yang ada di sekitar
baik antara pemerintah dan masyarakat. Hasil obyek tersebut. Dengan bangga mereka
penelitian menunjukkan bahwa kerjasama mencoret-coret tembok, membuang sampah
antara pemerintah belum baik, pemerintah sembarangan, merusak fasilitas telpon umum,
tidak begitu memperdulikan apakah peraturan- WC umum dan lain-lain. Belum adanya
peraturan yang dikeluarkan sudah dilaksanakan kesadaran untuk senantiasa menjaga dan
atau belum dalam hal ini petugas yang ada di mematuhi ketertiban yang ada, kesadaran
obyek wisata tidak memperhatikan, padahal masyarakat tidak timbul dari mereka sendiri,
ini sangat penting. Demikian pula halnya melainkan dari pihak luar, artinya masyarakat
dengan masyarakat yang ada di daerah mematuhi tata tertib apabila ada petugas.
wisata ataupun masyarakat yang menjadi Banyak dari mereka yang cenderung memiliki
wisatawan khususnya wisatawan nusantara pendapat bahwa tata tertib hanya dibuat untuk
dapat dikatakan tidak atau kurang mempunyai mengurangi kebebasan. Wisatawan masih
keseriusan dalam memelihara kawasan- beranggapan bahwa masalah kebersihan,
kawasan pariwisata. Bahkan dapat dikatakan ketertiban, dan keindahan obyek wisata
bahwa masyarakat yang bertempat tinggal di merupakan tanggung jawab pemerintah.
sekitar obyek wisata pun memiliki sikap acuh Pemanfaatan (eksploitasi) peninggalan
tak acuh, tidak memperdulikan keberadaan arkeologis dan sejarah kepurbakalaan yang
obyek wisata tersebut. sangat rentan terhadap perilaku vandalisme
Banyak nilai lebih atau yang menjadi yang tidak memperhitungkan daya dukung
ciri khasnya obyek wisata di daerahnya sendiri lingkungan dan atraksi-atraksi wisata. Kurang-
masyarakat tidak mengetahui. Mereka tidak mau nya rasa tanggung jawab masya rakat dan
atau berusaha mencari atau menggali nilai-nilai pemerintah terhadap benda-benda kuno (dalam
historis ataupun filosofis yang ada pada obyek hal ini yang memiliki nilai historis yang tinggi)
wisatanya. Misalnya masyarakat di sekitar atau bangunan-bangunan kuno yang ada, tidak
kraton Ngayogyokarto banyak yang tidak tahu sedikit benda-benda bersejarah hilang baik
pasti mengenai kraton. Wisatawan yamg datang oleh petugas, wisatawan maupun masyarakat
ke Yogyakarta sebenarnya lebih banyak pada hanya mementingkan dirinya sendiri.
wisatawan nusantara (pelajar) daripada wisata- Kalangan wisatawan relatif pada
wan mancanegara, tetapi orientasi penanganan umumnya memiliki kepedulian yang rendah
pasar pada umumnya lebih diarahkan hanya terhadap kelestarian atau kualitas lingkungan,
pada wisatawan mancanegara, padahal pada dengan kata lain aktivitas wisatawan seperti
kenyataannya wisatawan nusantara pada ini memiliki potensi yang tinggi untuk
dasarnya lebih banyak menimbulkan kerusakan merusak lingkungan (Dinas Pariwisata
(deteriorasi) (Dinas Pariwisata Kota Madia Prop. DIY), (Departemen Pariwisata seni &
Yogyakarta) (Departemen Pariwisata seni & Budaya, 1998). Pemanfaatan lahan untuk
Budaya, 1998). kegiatan pariwisata yang tidak didasarkan
52
Saryani -- Pariwisata Dan Ketahanan Sosial Budaya
pada prinsip prinsip tata guna lahan yang anak akan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang
sesuai, dalam hal ini lahan yang dimanfaatkan dibawa oleh wisatawan sebagai dampak dari
untuk pariwisata yang sebenarnya memiliki hasil pengembangan pariwisata.
keunggulan komparatif lebih unggul untuk Gejala lainnya, yaitu adanya pengaruh
digunakan sektor lain misalnya perdagangan, budaya asing yang kurang baik atau kurang
pertambangan, dan lain-lain akan menimbulkan sopan yang secara perlahan mempengaruhi
dampak yang sangat serius sehingga akan kehidupan dan sikap perilaku masyarakat
menimbulkan konflik sosial yang berwujud lokal (khususnya bagi kalangan remaja).
konflik kepentingan. Kondisi ini dikuatirkan akan menjauhi tradisi
Demikian pula halnya dengan masalah sosial budaya yang telah berkembang dalam
sampah bagi industri pariwisata merupakan masyarakat sekitar obyek wisata. Nilai-
masalah yang sangat serius. Pada hakikatnya nilai etika yang ditanamkan kepada anak-
kegiatan pariwisata berarti memanfaatkan anak akan dipengaruhi oleh nilai lain yang
suatu lahan terbatas dengan berbagai kegiatan belum tentu sesuai dengan nilai yang dianut
manusia seperti: piknik atau rekreasi, camping, oleh masyarakat setempat. Apabila nilai-
dan lain-lain yang semua akan menghasilkan nilai moral yang dipunyai oleh masyarakat
sampah (khusus sampah nonorganik merupakan tidak kuat maka masyarakat akan mudah
sampah yang tidak mudah dihancurkan). terpengaruh. Cara berpikir, bertindak, bergaul,
Termasuk pengelolaan limbah yang tidak dan berpenampilan dihadapkan pada hal-hal
sempurna pada hotel-hotel, daerah tujuan baru yang belum tentu bersifat positif. Banyak
wisata serta fasilitas-fasilitas lain seperti masyarakat di sekitar obyek wisata-obyek
restoran, souvenir shop dapat menyebabkan wisata mengalami pergeseran nilai-nilai yang
polusi pada air tanah dan air sungai yang dianggap menguntungkan dan menyenangkan
akibatnya akan sangat mengganggu atau tanpa berpikir akibatnya.
berdampak pada polusi, keindahan serta Sebagai contoh di daerah obyek wisata
kesehatan wisatawan atau pengunjung, dan biasanya menyediakan restoran dan penginapan
masyarakat pada umumnya. yang dimaksudkan untuk memberi pelayanan
Antara masyarakat di sekitar obyek kepada wisatawan ternyata sering digunakan
wisata dan wisatawan itu akan terjadi interaksi tidak pada tempatnya (digunakan untuk berbuat
dan itu akan berwujud pada adanya saling hal-hal yang negatif). Masyarakat tanpa malu
tukar menukar informasi/ Pengetahuan, yang mabuk-mabukkan, bega dang melupakan
mana informasi yang diterima belum tentu keluarga, jual beli obat terlarang, menjadi
baik. Moralitas individu warga masyarakat tempat judi yang aman bahkan menjadi tempat
dihadapkan pada pilihan-pilihan pemikiran prostitusi, bahkan tidak jarang terjadi perkelahian
dan tindakan yang berasal dari wisatawan yang akibat dari kesalahpahaman.
ujungnya akan berdampak pada ketahanan Pada dasarnya obyek wisata dapat
keluarga. Kehidupan keluarga-keluarga di dijadikan sebagai tempat untuk belajar. Upaya
obyek wisata perlu menyadari akan adanya pendidikan di tempat wisata diwujudkan
pengaruh dari kebijakan pariwisata. Nilai-nilai dengan memberi informasi. Pada kenyataannya
etika dan estetika yang ditanamkan kepada informasi dan promosi masih dirasakan belum
53
Jurnal Ketahanan Nasional, XIX (1), April 2013: 47-55
54
Saryani -- Pariwisata Dan Ketahanan Sosial Budaya
55