Anda di halaman 1dari 9

Saryani -- Pariwisata Dan Ketahanan Sosial Budaya

JURNAL KETAHANAN NASIONAL

NOMOR XIX (1) April 2013 Halaman 47-55

PARIWISATA DAN KETAHANAN SOSIAL BUDAYA

Saryani
Sekolah Pariwisata AMTA
Email: saryaniarmaidy@gmail.com

ABSTRACT
This study aimed to determined the extent of the development of tourism in Yogyakarta Special Region
in retention to social-cultural resilience. And this was a descriptive study presented by using observation and
questionnaires to found data and primary literature for data sekundernya. Futhermore, research results illustrated
that the development of Yogyakarta province would work well because the image of the region and the support
facilities and infrastructure. On the other hand turned in its development results obtained proved less satisfactory
still seen a serious lack in the maintenance of an object the absence of guarantee that the maximum safety for
the tourists, a lot of changes in people‟s life as multidimensional crisis, which impacted on the image of tourism
Yogyakarta Special Region, which in turn affected the social-cultural resilience.

Keywords: Tourism, Social Cultural Resilience.

ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana perkembangan pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta
terhadap ketahanan sosioal budaya. Tulisan ini bersifat deskriptif, dengan menggunakan observasi dan kuestioner
untuk mencari data primernya dan kepustakaan untuk data sekundernya. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam
pengembangan pariwisata di Yogyakarta berhasil dengan baik dikarenakan citra baik daerah ini serta dukungan
sarana dan prasarananya. Di lain pihak, masih ditemukan adanya kurang seriusnya dalam pemeliharaan obyek,
belum adanya jaminan yang maksimal terhadap keselamatan yang untuk para wisatawan, banyak terjadi perubahan
dalam kehidupan masyarakat seiring terjadinya krisis multidimensional. Semua hal tersebut berdampak terhadap
citra pariwisata di Yogyakarta dan pada akhirnya berpengaruh terhadap ketahanan sosial budaya.

Kata Kunci: Pariwisata, Ketahanan Sosial Budaya.

PENGANTAR tersedianya sarana transportasi menuju ke


Yogyakarta memiliki predikat sebagai daerah ini, misalnya transportasi udara, kereta
daerah tujuan wisata Indonesia yang cukup api, bus dan ditambah dengan adanya fasilitas
potensial, baik untuk wisatawan mancanegara bus kota (Baparda DIY. 2007).
maupun wisatawan nusantara. Para wisatawan Peranan Yogyakarta sebagai kota
dapat menikmati berbagai variasi kegiatan perjuangan, daerah pelajar dan pusat
yang tersedia. Di samping itu, Yogyakarta pendidikan serta pusat kebudayaan serta
memiliki posisi yang mudah diakses karena ditopang oleh panorama yang indah, telah
letaknya yang strategis, sehingga benyak mengangkat Yogyakarta sebagai daerah yang

47
Jurnal Ketahanan Nasional, XIX (1), April 2013: 47-55

menarik untuk dikunjungi dan mempesona Terjadinya perubahan dalam dinamika


untuk disaksikan. Bahkan, keramahtamahan kehidupan masyarakat serta aktivitas
masyarakat yang tulus khas Yogyakarta pembangunan, khususnya sektor pariwisata
akan menyambut para wisata wan datang se hingga perlu mengetahui keulet an dan
ke Yogyakarta. Daya tarik wisata alam ketangguhannya karena dengan mengetahui
yang terdapat di Yogyakarta terdiri dari keuletan dan ketangguhan tersebut, maka
Agro Wisata Salak Pondoh, Hutan Wisata pemerintah Propinsi Daerah Istimewa
Prono Jiwo, Bumi Perkemahan Kaliurang, Yogyakarta akan mampu menghadapi tantangan
Wisata Trekking. Taman Rekreasi Kaliurang, dan peluang yang semakin kompleks, namun
Kaliadem, Merapi Golf. Di samping itu, tetap konsisten dengan jati dirinya.
Yogyakarta juga mempunyai wisata budaya
yang berupa candi sebanyak 9 buah. Untuk PEMBAHASAN
daya tarik wisata buatan yang berupa museum Meningkatnya aktivitas pembangunan
sebanyak 6 buah. Pertunjukan Sendratari pariwisata jelas akan menimbulkan persoalan
Ramayana, serta terdapat 32 desa wisata dan problematika di berbagai bidangyang
(Baparda DIY, 2009). harus dipecahkan dan diatasi secara efektif,
Sebagai daerah tujuan wisata Yogya- sehingga dinamika pembangunan berhasil
karta memiliki akomodasi yang cukup mencapai sasaran dan tujuan. Salah satu
memadai, seperti hotel berbintang 5 sampai konsekuensinya adalah timbulnya dampak, dan
1 sebanyak 14 buah dengan jumlah kamar bidang pariwisata dapat dikatakan bidang yang
sebanyak 1642, hotel me lati sebanyak sangat rentan terhadap kondisi stabilitas negara.
126 hotel dengan jumlah kamar sebanyak Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik
1879, kondisi ini belum termasuk pondok simpulan sejaumana perkembangan pariwisata
wisatanya. Sarana pe nunjang pariwisata berdampak terhadap ketahanan sosial budaya.
juga tersedia, misalnya biro perjalanan Pariwisata diramalkan oleh banyak pakar akan
wisata sebanyak 113 buah, restoran 4 buah, menjadi paradigma baru dalam mendukung
rumah makan dengan tipe A berjumlah 38, perekonomian global di abad 21 ini. Kegiatan
restoran tipe B sebanyak 60 sedangkan ini telah menjadi fenomena dunia karena
restoran tipe C sebanyak 73, café sebanyak mengalami tingkat pertumbuhan paling besar
24 buah (Baparda DIY, 2009). dalam dekade ini. Oleh karena itu, pariwisata
Berdasarkan kondisi tersebut di atas, akan menjadi kebijaksanaan strategis dan
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki merupakan alternatif rasional yang banyak
tingkat pertumbuhan yang baik serta memiliki dilakukan oleh negara-negara di seluruh
kemampuan yang tangguh dalam menghadapi dunia. Bagi negara Indonesia kegiatan sektor
berbagai tantangan yang kompleks, Besarnya ini telah menunjukkan peran yang cukup
tingkat urbanisasi dan lancarnya arus informasi, berarti, terutama sebagai penggerak kegiatan
komunikasi serta transportasi telah membuat perekonomian melalui kontribusinya terhadap
daerah ini mempunyai kemampuan tinggi pendapatan devisa negara, PAD, peningkatan
dalam menghadapi segala macam tantangan, investasi, kesempatan berusaha dan penyerapan
ancaman dan gangguan. tenaga kerja (Muwardi, 1998).

48
Saryani -- Pariwisata Dan Ketahanan Sosial Budaya

Pariwisata merupakan kegiatan Dampak


seseorang yang bepergian ke atau tinggal di Kegiatan pariwisata merupakan salah
suatu tempat di luar lingkungan yang biasanya satu sektor sangat ber peran dalam proses
dalam waktu tidak lebih dari satu tahun pembangun an yang dalam memberikan
secara terus menerus untuk mendapatkan kontribusi bagi pendapatan bagi masyarakat.
kesenangan, melakukan bisnis ataupun tujuan Dalam perkembangannya kegiatan pariwisata
lainnya, di sisi lain Taroepratjeka (1998) mempunyai dampak yang langsung terhadap
mengatakan bahwa kegiatan pariwisata perubahan sosial, budaya maupun ekonomi
merupakan kegiatan yang mempertemukan ma syarakat sekitar objek wisata. Dengan
manusia dengan suatu keadaan di luar meningkatnya arus kunjungan wisatawan jelas
lingkungannya serta dapat menimbulkan rasa akan membawa “dampak” terhadap kehidupan
kagum, merasakan kenyamanan bahkan dapat masyarakat. Dampak di sini dapat dibedakan
pula menimbulkan tantangan pada dirinya. menjadi beberapa macam: (1) Berdasarkan
Keadaan yang dimaksud dapat berwujud atas sifat atau karakter dampak tersebut dan (2)
sebagai keadaan alam, budaya maupun berdasarkan atas aspeknya. Menurut sifatnya
kondisi khusus, baik sebagai obyek maupun dampak dapat pula dibedakan menjadi dampak
daya tariknya. Pariwisata berkenaan dengan positif dan dampak negatif, sedangkan
obyek dan daya tariknya, pengembangannya, berdasarkan aspeknya dapat dibedakan
pelestariaannya serta keunggulan manusianya menjadi dampak kuantitatif dan dampak
dalam pengembangan, pemanfaatan, serta kualitatif (Putra, 1997).
pelestarian obyek dan daya tarik wisata, Dampak positif muncul dise babkan
maupun pelayanan kepada wisatawan dalam karena adanya akibat yang baik serta
memudahkan pemenuhan kepentingannya dan menguntungkan atau perubahan atas suatu
mengembangkan suasana yang mendukung kegiatan antarindividu dalam masyarakat,
akan senantiasa bersinggungan dengan sedangkan dampak negatif timbul karena
bidang bidang lain atau dengan kata lain adanya akibat yang tidak baik serta tidak
bahwa kegiatan pariwisata pada hakikatnya menguntungkan atau perubahan yang negatif
merupakan upaya untuk memanfaatkan atau suatu kegiatan antar individu dalam
obyek dan daya tarik wisata yang berwujud masyarakat. Dalam pada itu, yang dimaksud
antara lain keindahan alam, keragaman flora dengan dampak kuantitatif di sini akan
dan fauna, kemajemukan tradisi dan budaya, berbicara tentang jumlah relasi bertambah
serta peninggalan sejarah dan purbakala. atau tidak sedangkan dampak kualitatif bisa
Pemaduan obyek dan daya tarik wisata diartikan meningkatnya intensitas kedalaman
dengan pengembangan usaha jasa dan sarana relasi antar individu atau menurunnya intensitas
pariwisata, akan berfungsi meningkatkan relasi antar individu.
daya tarik wisatawan maupun pengembangan Menurut ( Sudarmaji, 2008) dampak
obyek dan daya tarik wisata baru. Upaya dikatakan sebagai suatu perubahan yang
tersebut perlu didukung oleh prasarana yang diakibatkan karena adanya suatu kegiatan
memadai (Taroepratjeka, 1998). atau pengaruh perubahan yang diakibatkan

49
Jurnal Ketahanan Nasional, XIX (1), April 2013: 47-55

adanya suatu kegi atan. Dampak penting yang belum tentu sama atau dikenal oleh
dikatakan sebagai perubahan yang sangat masyarakat setempat, misalnya terjadinya
mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha praktik prostitusi, mabuk-mabukan, peniruan
atau kegiatan. Sedangkan dampak besar (the demonstration effect). Dalam lingkungan
dan penting yang sangat mendasar yang budaya dampak merupakan suatu perubahan
diakibatkan oleh suatu usaha atau kegiatan. lingkungan terhadap sistem budaya suatu
Selanjutnya, menurut Ahimsa Putra (1997) masyarakat. Hal ini dapat pula dibedakan
dampak ling kungan sosial di sini dapat menjadi dampak positif yang ditandai
diartikan sebagai suatu bentuk berbagai dengan munculnya nilai-nilai, norma serta
macam perubahan yang terjadi pada suatu berbagai aturan yang baru dan sesuai dengan
sistem interak si dan relasi antar individu masyarakat setempat sehingga menjadikan
sebagai akibat dari adanya perubahan pada masyarakat setempat menjadi lebih baik,
lingkungan fisik, sosial, dan budaya dari sedangkan dampak negatif merupakan suatu
sistem tersebut. Masuknya wisatawan asing kondisi di mana nilai, norma serta aturan
berarti masuknya individu-individu baru. yang sudah ada semakin merosot, sehingga
Hal ini berarti secara fisik dan lingkungan memunculkan keresahan serta kegelisahan
akan mengalami pula perubahan. Kondisi dalam masyarakat.
disebabkan karena wisatawan merupakan
manusia yang akan senantiasa berkomunikasi Dampak Perkembangan Pariwisata
dan mereka senantiasa akan melakukan Manusia sejak jaman dulu telah
atau menginginkan berkomunikasi dengan melakukan perjalanan, tujuan perjalanannya
penduduk setempat, agar wisatawan dapat untuk melepaskan diri dari kegiatan rutin
hidup di sana sebagai manusia wisatawan akan menuju ke daerah yang dise nangi. Di
memiliki kebutuhan yang mesti dipenuhi. samping itu, mereka juga mencari suasana
Bagi wisatawan asing yang datang, baru serta berusaha melenyapkan kejenuhan
biasanya mereka tidak mengenal budaya dan ingin mendapatkan sesuatu yang lain
setempat. Untuk itu, di sini diperlukan dari kebiasaannya. Pada akhirnya orang
pengetahuan baru agar dalam melakukan yang me lakukan perjalanan mendapat kan
interaksi dengan penduduk setempat dapat kepuasan. Dengan kata lain, timbulnya
berjalan dengan baik. Oleh karena itu, untuk perjalanan wisata dapat dikarenakan berbagai
kepentingan tersebut diperlukan bahasa agar alasan dan umumnya dipengaruhi oleh
dalam melakukan komunikasi bisa berjalan kondisi lingkungan. Pelaksanaan pariwisata
dengan baik serta tidak terjadi kesalahpahaman. akan memunculkan adanya: (1) Kelompok
Dalam hal ini dapat dikatakan mulai terjadi wisatawan, dalam hal ini sebagai sisi yang
perubahan social, yaitu orang akan berusaha senantiasa menekankan pada permasalahan
untuk dapat menggunakan bahasa yang bagaimana mendapatkan pelayanan,
digunakan oleh wisatawan. wisatawan akan membeli pelayanan yang baik
Pada aras lain terjadi pula perubahan dari tuan rumah. (2) Kelompok tuan rumah,
pada sisi yang berlawanan, di mana wisatawan yang akan selalu berusaha untuk memenuhi
yang datang juga memiliki kebudayaan sendiri apa yang menjadi kehendak wisatawan.

50
Saryani -- Pariwisata Dan Ketahanan Sosial Budaya

(3) Hubungan antara wisatawan dan tuan Metode Penelitian


rumah ( Mathieson, 1982). Di satu pihak, Lokasi Penelitian, di wilayah Daerah
hubungan (pertemuan) antara wisatawan Istimewa Yogyakarta. Adapun alasan peneliti
dengan tuan rumah tidak seimbang, hal memilih di Propinsi Daerah Istimewa
ini nampak dari sikap wisatawan yang Yogyakarta karena di wilayah tersebut
senantiasa bebas bergerak, menikmati penga- terdapat banyak obyek wisata, serta termasuk
laman yang berbeda dengan wilayah atau wilayah yang banyak dikunjungi wisata-
negaranya. Di pihak lain, tuan rumah tidak wan. Untuk mencapai tujuan penelitian ini,
bisa bergerak dengan leluasa. Oleh karena itu, maka akan digunakan beberapa metode
hubungan antara wisatawan dan tuan rumah dalam pengumpulan data, yaitu kuestioner
secara timbal balik ini akan memunculkan dan observasi. Ada dua jenis data yang
perubahan atau dampak. diperlukan, yaitu data sekunder dan data
Dampak pariwisata biasanya merujuk primer. Data sekunder adalah data yang
pada suatu perubahan kualitas hidup tuan berkaitan dengan deskripsi wilayah, statistik,
rumah termasuk perilaku moral, hubungan dan potensi pariwisata serta ditambah dengan
personal, religi, bahasa, bahkan kesehatan pada buku-buku literatur dan bahan publikasi
penduduk di daerah tujuan wisata. Wujudnya lainnya. Sedangkan data primer diperoleh
bisa menunjuk ke arah kesenangan, gangguan, dengan melakukan pengamatan, mengedarkan
per musuhan, ketidaksenangan, ke lesuan kuesioner untuk diisi oleh sejumlah
( Mathieson, 1982). Pada aspek ekonomi, responden. (Koentjaraningrat, 1977). Upaya
adanya aktivitas pariwisata mengakibatkan pengembangan pariwisata dalam rangka
perubahan pada tingkat pendapatan masyarakat menciptakan ketahanan wilayah di Daerah
yang cukup signifikan. Kesempatan kerja dan Istimewa Yogyakarta perlu mendapat perhatian
berusaha juga mengalami peningkatan (Aripin, serius. Ada indikasi tidak ada upaya untuk
2005). Pariwisata yang hanya menekankan mendukung dalam menciptakan ketahanan
pada keberhasilan ekonomi biasanya hanya sosial budaya. Pada waktu musim kunjungan
mempermasalahkan mengenai lama tinggal wisatawan mancanegara meningkat, yaitu
tamu. Artinya, berapa jumlah tamu yang masuk bulan Januari dan Agustus, demikian pula
ke obyek-obyek wisata tanpa memikirkan kunjungan wisatawan nusantara khususnya
proses terjadinya kerusakan lingkungan. Hal pelajar mulai membanjiri Daerah Istimewa
ini terjadi sebagai akibat tidak memperdulikan Yogyakarta, yaitu pada musim Liburan sekolah
akan daya dukung lingkungan. Perkembangan sering tidak disertai dengan peningkatan
pariwisata yang seperti ini biasanya hanya pelayanan yang memadai, sehingga timbul
menuruti kehendak dari negara-negara maju, masalah, misalnya kualitas sumberdayanya,
yang memiliki selera, yang harus mengubah/ infrastruktur yang kurang memadai sehingga
memaksakan kehendaknya sesuai dengan ini akan menghambat dalam pertumbuhan
selera pasar (internasional), sehingga akan pariwisata.
berakibat pada hilangnya atau melupakan Pemerintah dan masyarakat sebenarnya
hak-hak yang seharusnya dimiliki oleh tuan memiliki tanggungjawab yang sama dalam
rumah (Mathieson, 1982). pengembangan pariwisata. Namun demikian,

51
Jurnal Ketahanan Nasional, XIX (1), April 2013: 47-55

pemerintah seharusnya lebih berperan dalam Dalam hal menjaga kebersihan di lokasi
mengajak, menggugah, dan menggairahkan obyek wisata. Wisatawan khususnya wisata-
masyarakat. Tugas tersebut salah satunya wan nusantara tidak mempunyai rasa memiliki
diwujudkan dalam bentuk kerja sama yang atau ikut menjaga apa yang ada di sekitar
baik antara pemerintah dan masyarakat. Hasil obyek tersebut. Dengan bangga mereka
penelitian menunjukkan bahwa kerjasama mencoret-coret tembok, membuang sampah
antara pemerintah belum baik, pemerintah sembarangan, merusak fasilitas telpon umum,
tidak begitu memperdulikan apakah peraturan- WC umum dan lain-lain. Belum adanya
peraturan yang dikeluarkan sudah dilaksanakan kesadaran untuk senantiasa menjaga dan
atau belum dalam hal ini petugas yang ada di mematuhi ketertiban yang ada, kesadaran
obyek wisata tidak memperhatikan, padahal masyarakat tidak timbul dari mereka sendiri,
ini sangat penting. Demikian pula halnya melainkan dari pihak luar, artinya masyarakat
dengan masyarakat yang ada di daerah mematuhi tata tertib apabila ada petugas.
wisata ataupun masyarakat yang menjadi Banyak dari mereka yang cenderung memiliki
wisatawan khususnya wisatawan nusantara pendapat bahwa tata tertib hanya dibuat untuk
dapat dikatakan tidak atau kurang mempunyai mengurangi kebebasan. Wisatawan masih
keseriusan dalam memelihara kawasan- beranggapan bahwa masalah kebersihan,
kawasan pariwisata. Bahkan dapat dikatakan ketertiban, dan keindahan obyek wisata
bahwa masyarakat yang bertempat tinggal di merupakan tanggung jawab pemerintah.
sekitar obyek wisata pun memiliki sikap acuh Pemanfaatan (eksploitasi) peninggalan
tak acuh, tidak memperdulikan keberadaan arkeologis dan sejarah kepurbakalaan yang
obyek wisata tersebut. sangat rentan terhadap perilaku vandalisme
Banyak nilai lebih atau yang menjadi yang tidak memperhitungkan daya dukung
ciri khasnya obyek wisata di daerahnya sendiri lingkungan dan atraksi-atraksi wisata. Kurang-
masyarakat tidak mengetahui. Mereka tidak mau nya rasa tanggung jawab masya rakat dan
atau berusaha mencari atau menggali nilai-nilai pemerintah terhadap benda-benda kuno (dalam
historis ataupun filosofis yang ada pada obyek hal ini yang memiliki nilai historis yang tinggi)
wisatanya. Misalnya masyarakat di sekitar atau bangunan-bangunan kuno yang ada, tidak
kraton Ngayogyokarto banyak yang tidak tahu sedikit benda-benda bersejarah hilang baik
pasti mengenai kraton. Wisatawan yamg datang oleh petugas, wisatawan maupun masyarakat
ke Yogyakarta sebenarnya lebih banyak pada hanya mementingkan dirinya sendiri.
wisatawan nusantara (pelajar) daripada wisata- Kalangan wisatawan relatif pada
wan mancanegara, tetapi orientasi penanganan umumnya memiliki kepedulian yang rendah
pasar pada umumnya lebih diarahkan hanya terhadap kelestarian atau kualitas lingkungan,
pada wisatawan mancanegara, padahal pada dengan kata lain aktivitas wisatawan seperti
kenyataannya wisatawan nusantara pada ini memiliki potensi yang tinggi untuk
dasarnya lebih banyak menimbulkan kerusakan merusak lingkungan (Dinas Pariwisata
(deteriorasi) (Dinas Pariwisata Kota Madia Prop. DIY), (Departemen Pariwisata seni &
Yogyakarta) (Departemen Pariwisata seni & Budaya, 1998). Pemanfaatan lahan untuk
Budaya, 1998). kegiatan pariwisata yang tidak didasarkan

52
Saryani -- Pariwisata Dan Ketahanan Sosial Budaya

pada prinsip prinsip tata guna lahan yang anak akan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang
sesuai, dalam hal ini lahan yang dimanfaatkan dibawa oleh wisatawan sebagai dampak dari
untuk pariwisata yang sebenarnya memiliki hasil pengembangan pariwisata.
keunggulan komparatif lebih unggul untuk Gejala lainnya, yaitu adanya pengaruh
digunakan sektor lain misalnya perdagangan, budaya asing yang kurang baik atau kurang
pertambangan, dan lain-lain akan menimbulkan sopan yang secara perlahan mempengaruhi
dampak yang sangat serius sehingga akan kehidupan dan sikap perilaku masyarakat
menimbulkan konflik sosial yang berwujud lokal (khususnya bagi kalangan remaja).
konflik kepentingan. Kondisi ini dikuatirkan akan menjauhi tradisi
Demikian pula halnya dengan masalah sosial budaya yang telah berkembang dalam
sampah bagi industri pariwisata merupakan masyarakat sekitar obyek wisata. Nilai-
masalah yang sangat serius. Pada hakikatnya nilai etika yang ditanamkan kepada anak-
kegiatan pariwisata berarti memanfaatkan anak akan dipengaruhi oleh nilai lain yang
suatu lahan terbatas dengan berbagai kegiatan belum tentu sesuai dengan nilai yang dianut
manusia seperti: piknik atau rekreasi, camping, oleh masyarakat setempat. Apabila nilai-
dan lain-lain yang semua akan menghasilkan nilai moral yang dipunyai oleh masyarakat
sampah (khusus sampah nonorganik merupakan tidak kuat maka masyarakat akan mudah
sampah yang tidak mudah dihancurkan). terpengaruh. Cara berpikir, bertindak, bergaul,
Termasuk pengelolaan limbah yang tidak dan berpenampilan dihadapkan pada hal-hal
sempurna pada hotel-hotel, daerah tujuan baru yang belum tentu bersifat positif. Banyak
wisata serta fasilitas-fasilitas lain seperti masyarakat di sekitar obyek wisata-obyek
restoran, souvenir shop dapat menyebabkan wisata mengalami pergeseran nilai-nilai yang
polusi pada air tanah dan air sungai yang dianggap menguntungkan dan menyenangkan
akibatnya akan sangat mengganggu atau tanpa berpikir akibatnya.
berdampak pada polusi, keindahan serta Sebagai contoh di daerah obyek wisata
kesehatan wisatawan atau pengunjung, dan biasanya menyediakan restoran dan penginapan
masyarakat pada umumnya. yang dimaksudkan untuk memberi pelayanan
Antara masyarakat di sekitar obyek kepada wisatawan ternyata sering digunakan
wisata dan wisatawan itu akan terjadi interaksi tidak pada tempatnya (digunakan untuk berbuat
dan itu akan berwujud pada adanya saling hal-hal yang negatif). Masyarakat tanpa malu
tukar menukar informasi/ Pengetahuan, yang mabuk-mabukkan, bega dang melupakan
mana informasi yang diterima belum tentu keluarga, jual beli obat terlarang, menjadi
baik. Moralitas individu warga masyarakat tempat judi yang aman bahkan menjadi tempat
dihadapkan pada pilihan-pilihan pemikiran prostitusi, bahkan tidak jarang terjadi perkelahian
dan tindakan yang berasal dari wisatawan yang akibat dari kesalahpahaman.
ujungnya akan berdampak pada ketahanan Pada dasarnya obyek wisata dapat
keluarga. Kehidupan keluarga-keluarga di dijadikan sebagai tempat untuk belajar. Upaya
obyek wisata perlu menyadari akan adanya pendidikan di tempat wisata diwujudkan
pengaruh dari kebijakan pariwisata. Nilai-nilai dengan memberi informasi. Pada kenyataannya
etika dan estetika yang ditanamkan kepada informasi dan promosi masih dirasakan belum

53
Jurnal Ketahanan Nasional, XIX (1), April 2013: 47-55

siap. Data tentang kepariwisata an antara Demikian halnya mengenai aparat


sumber satu dengan sumber yang lain masih keamanan yang ada di obyek wisata, belum
belum konsisten (ajeg). Informasi yang memberikan pelayanan yang terbaik, masih
diperlukan oleh wisatawan, baik infomasi ada yang berorientasi kerja atasan, untuk
yang disebar, tanda-tanda, rambu-rambu, dan kepentingan diri sendiri, masih belum
informasi lainnya belum dapat ditemukan sepenuhnya berorientasi pada pelayanan
setiap saat dan di setiap tempat, sehingga masyarakat. Hal yang demikian jelas akan
wisatawan tidak dapat mencari obyek wisata mem pengaruhi kondisi ketahanan sosial
yang diinginkan dengan mudah. budaya yang berujung akan memburuk
Pengalaman-pengalaman yang berkesan citra pariwisata Propinsi Daerah Istimewa
belum dapat menciptakan kenangan bagi Yogyakarta.
wisatawan yang pernah datang ke Yogyakarta
karena justru mungkin pengalaman yang SIMPULAN
kurang baik yang ditangkap oleh wisatawan. Pengembangan pariwisata di Daerah
Dengan kata lain sebenarnya citra pariwisata Istimewa Yogyakarta dapat dilakukan dengan
belum dapat dirasakan dengan baik oleh Daerah baik mengingat daerah ini dikenal sebagai kota
Istimewa Yogyakarta. Meskipun pada dasarnya budaya, kota pendidikan yang memiliki obyek
ada upaya secara terus menerus menciptakan wisata yang meliputi obyek wisata alam,
kondisi aman dan nyaman (menciptakan buatan, dan budaya serta ditopang dengan
stabilitas kamtibmas) guna memberikan sarana dan prasarana yang memadai.
jaminan keamanan dan kenyamanan bagi Di samping itu, ternyata dalam
masyarakat maupun wisatawan, usaha tersebut pengembangannya diperoleh hasil yang kurang
tidak saja dilakukan di kawasan wisata, tetapi begitu memuaskan terbukti masih terlihat
juga pada lingkungan masyarakat luas. Apabila adanya kurang seriusnya dalam pemeliharaan
kamtibmas tidak stabil, seseorang yang obyek, belum adanya jaminan yang maksimal
seharusnya melakukan perjalanan wisatanya terhadap keselamatan yang untuk para
dengan lancar dan aman tanpa halangan wisatawan, banyak terjadi perubahan dalam
apapun dapat membatalkan perjalanannya kehidupan masyarakat seiring terjadinya
karena kondisi di atas. krisis multidimensional sehingga berdampak
Pada transportasi darat baik transportasi terhadap citra pariwisata di Daerah Istimewa
antarkota atau propinsi maupun angkutan Yogyakarta yang pada akhirnya berpengaruh
dalam kota, seperti transportasi darat kereta terhadap ketahanan sosial budayanya.
api ekskutif, bus eksekutif baik transportasi
antarkota atau propinsi maupun angkutan DAFTAR PUSTAKA
dalam kota, belum memberikan jaminan dan B a p a r d a D I Y, 2 0 0 7 , R e n c a n a I n d u k
kenyamanan, Meskipun pada akhir-akhir Pengembangan Pariwisata Daerah
ini telah dikembangkan pelayanan eksekutif Istimewa Yogyakarta: Yogyakarta.
seperti transportasi darat kereta api eksekutif, ____________, 2009, Rencana Induk
bus eksekutif, tetapi jaminan keselamatan dan Pengembangan Pariwisata Daerah
kenyamanan belum dapat dirasakan. Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta.

54
Saryani -- Pariwisata Dan Ketahanan Sosial Budaya

Departemen Pariwisata Seni & Budaya. Makalah Pelatihan Analisis Mengenai


1998. Penelitian Dampak Sosial Budaya Dampak Lingkungan Pari wisata.
Pembangunan Pariwisata, Kerjasama Kerjasama Departemen Pariwisata, Pos
Departemen. & Telekomunikasi dengan Puspar-UGM:
Koentjaraningrat. 1977. Metode-Metode Yogyakarta
Penelitian Masyarakat. Jakarta:PT Sudarmadji. 2008. “Dampak Pembangunan
Gramedia. Pariwisata”, Hand Out Kuliah Dampak
Mathieson dan Wall. 1982. Tourism: Economic, Pariwisata, Yogyakarta: Program Studi
Physical and Sosial Impacts. Longman, Kajian Pariwisata Sekolah Pascasarjana
Harlow. UGM.
Muwardi Witjaksono. 1998. “Kualifikasi Taroeppratjeka, Harsono.1998. “Ilmu
Sumber Daya Manusia di Sektor Pengetahuan dan Teknologi Dalam
Publik” Prosiding Lokakarya Pendi- Pengembangan Sumber Daya Manusia
dikan Kepariwisataan Menyongsong di Bidang Pariwisata”, Bandung:
Era Globalisasi, Bandung: kerja- Proseding. Lokakarya Pendidikan
sama Pusdiklat Depparsenibud, Kepariwisataan Menyongsong Era
HILDIKTIPARI P2Par-ITB 3-4 Juli. Globalisasi, Kerjasama Pusdiklat
Putra, Heddy Shri Ahimsa., 1997. “AMDAL Depparsenibud. Hildiktipari, P2Par
Pariwisata: Aspek Sosial Budaya”, –ITB. 3-4 Juli.

55

Anda mungkin juga menyukai