Anda di halaman 1dari 12

Makalah

KHITAN BAGI PRIA DAN WANITA

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Masail Fiqhiyah Al-Hadits

Disusun oleh :
Rizal ruhdi (19010110739)

PPRODI / SEMESTER : PAI – V


Dosen Pengampu :
Dr. Ramadan, MA

TARBIYAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA


ISLAM NEGERI TAKENGON, ACEH TENGAH
2021-2022

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam juga
disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan keluarganya,
seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah
membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.

Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Masail Fiqhiyah Al-Hadits pada
Program Studi PAI IAIN TAKENGON dengan ini penulis mengangkat judul “khitan bagi laki-
laki dan perempuan”.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.

Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Hukum khitan bagi laki- laki dan perempuan


B. Khitan dalam pandanggan medis
C. Manfaat khitan bagi laki- laki dan perempuan

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bagi sebagian masyarakat khitan bagi anak laki-laki adalah sebuah perkara yang sangat wajar
dan hampir tidak ada perdebatan tentang itu. Namun tidak demikian dengan khitan wanita,
mereka masih menganggap nya tabu atau menjadi sebuah perkara yang sangat jarang dilakukan,
bahkan oleh sebagian kalangan khitan wanita adalah tindakan kriminal yang harus dilarang,
seperti yang diserukan oleh gerakan feminisme, LSM-LSM asing, Population Council,
PBB,WHO, dan lain-lainnya.

3
B. Rumusan Masalah
a. Apa hukum khitan bagi laki-laki dan perempuan menurut empat mazhab?

b. Bagaimana khitan laki-laki dan perempuan perspektif medis?

c. Bagaimana pandangan gerakan feminis terhadap khitan laki-laki dan perempuan?

d. Mengenai praktik khitan, apakah berdasarkan religi atau atau tradisi?

C. Tujuan Pembahasan
a. Untuk mengetahui bagaimana hukum khitan bagi laki-lak dan perempua menurut empat
mazhab?

b. Untuk mengetahui Bagaimana khitan laki-laki dan perempuan dalam perspektif medis

C.manfaat khitan bagi laki - laki dan perempuan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hukum khitan bagi laki -laki dan perempuan menurut 4 imam mazhab

Khitan secara bahasa diambil dari kata “khatana“ yang berarti memotong, Khitan bagi laki-
laki adalah memotong kulit yang menutupi ujung zakar,sehingga menjadi terbuka. Sedangkan
khitanbagi perempuan adalah memotong sedikit kulit (selaput) yang menutupi ujung klitoris
(preputiumclitoris) atau membuang sedikit dari bagian klitoris (kelentit) atau gumpalan jaringan
kecil yang terdapat pada ujung lubang vulva bagian atas kemaluan perempuan. Khitan bagi laki-
laki dinamakan juga i’zar dan bagi perempuan disebut khafd.Sementara Abu Bakar Usman al-

4
Bakri mendefinisikan khitan dengan memotong bagian yang menutupi khasafah (kepala
kemaluan) sehingga kelihatan semuanya, apabila kulit yang menutupi khasafah tumbuh kembali
maka tidak ada lagi kewajiban untuk memotongnya kembali.

Dalam pelaksanaan khitan biasanya digunakan untuk laki-laki atau istilah orang jawa disebut
sunnatan, dalam ilmu kedokteran disebut circumcisio, yaitu pemotongan kulit yang menutupi
kepala penis (praeputium glandis). Qulfah atau qhurlah adalah bagian kulit yang dipotong saat
dikhitan (disebut pula quluf).Yang dikhitan dari seorang laki-laki adalah bagian kulit yang
melingkar dibawah ujung kemaluan.

Itulah kulit kemaluan yang diperintahkan untuk dipotong. Berdasarkan pengertian khitan
tersebut, disimpulkan bahwa khitan adalah perbuatan memotong bagian kemaluan laki-laki yang
harus dipotong, yakni memotong kulup atau kulit yang menutupi bagian ujungnya sehingga
seutuhnyaterbuka. Pemotongan kulit ini dimaksudkan agar ketika buang air kecil mudah
dibersihkan, karena syarat dalam ibadah adalah kesucian. Sedangkan sejarah awal mulai adanya
khitan, menurut riwayat yang shaheh (kuat), Nabi Ibrahim melakukan khitan pada usia 80 tahun.
Dalam riwayat lain, beliau khitan pada usia 120 tahun. Tetapi antara dua hadis shaheh tersebut
bisa dikompromikan dengan jalan menghamal hadis pertama kepada 80 tahun dari tahun
kenabian, sedangkan hadis yang mengatakan beliau khitan pada usia 120 tahun, maksudnya
adalah dari tahun kelahiran beliau. Dengan demikian, laki-laki yang pertama kali melakukan
khitan adalah Nabi Ibrahim, sedangkan dari pihak wanita adalah Siti Hajar. Nabi Adam Allah
ciptakan dalam keadaan telah terkhitan.Di antara para Nabi yang terlahir telah terkhitan ada 13
orang yaitu: Nabi Syist, Nuh, Hud, Shaleh, Luth, Syu’aib, Yusuf, Musa, Sulaiman, Zakaria, Isa,
Handhalah bin Shafwan dan Nabi Muhammad Saw.

Terjadi khilaf pendapat para ulama tentang kapan seorang anak dikhitan , Menurut pendapat
yang kuat, tidak wajib dikhitan sehingga ia baligh dan disunatkan pada hari ketujuh
kelahirannya, hal ini berlaku bila menurut perkiraan medis hal tersebut tidak akanberdampak
negatif. Kalau tidak, maka harus ditunggu sampai ia sanggup untuk dikhitan.

Imam Nawawi mengatakan bahwa jumhur atau mayoritas ulama menetapkan khitan itu wajib
bagi laki-laki dan perempuan. Imam Nawawi menekankan bahwa jumhur itu mewakili mazhab
Syafi’i, Hanabilah dan sebagianMalikiyah.

5
Kalau menurut Imam Ibnu Qudaimah bahwa khitan wajib bagi laki-laki tapi dianjurkan
(mustahab) bagi perempuan. Ibnu Qudamah mengklaim bahwa jumhur itu mewakili sebagian
Hambliah, sebagian Malikiyah dan Zahiri.Sedangkan mazhab Hanafi dan Maliki berpendapat
khitan adalah sunnah di kalangan laki-laki bukan wajib. Namun ia termasuk sunnah fitrah dan
salah satu syiar Islam. Maka jika ada satu negeri yang dengan sengaja meninggalkannya, orang-
orang di tempat itu wajib untuk diperangi oleh pemimpin kaum Muslimin.

Hal ini sama dengan apabila sebuah negeri yang dengan sengaja meninggalkan azan. Yang
mereka maksud adalah sunnah-sunnah syiar yang dengannya kaum Muslimin berbeda dengan
kaum lain. Beliau mengatakan bahwa khitan sebagai sunnah syi’ariyah sebenarnya lebih
mendekati wajib di mana orang yang meninggalkannya harus diperangi.

Yusuf al-Qardhawi menyetujui berpendapat bahwa khitan bagi laki-laki hanya sunnah syi’ariyah
atau sunnah yang membawa syi’ar Islam yang harus ditegakkan. Hal ini karena ajaran Ibrahim
itu tidak ditujukan kepada kita.

Sedangkan hadis-hadis sahih dalam Bukhari dan Muslim lebih menjurus kepada hukum sunnat,
bukan wajib. Walaupun syeikh al-Qardhawi berpendapat sunnah, tapi menurut beliau khitan
merupakan sunnah yang harus ditegakkan untuk membedakan antara Muslim dan non-Muslim.

B . Khitan dalam pandangan medis

Dari sudut pandang medis, sunat wanita sebenarnya tidak banyak manfaatnya, melainkan
lebih banyak efek negatifnya. Perspektif gender menjabarkan bahwa praktek sunat perempuan
lahir dari ideologi patriarkhi yang percaya akan relasi kekuasan yang bersifat subordinasi antara
laki-laki dan perempuan. Hal ini bisa dilihat dari tujuan sunat perempuan yaitu; pertama, khitan
perempuan dimaksudkan untuk menstabilisasi libido perempuan. Perempuan di sini direduksikan
nilainya, bukan dilihat sebagai makhluk multidimesi namun semata dilihat sebagai mahluk
seksual, namun bukan sebagai subyek, melainkan sebagai obyek seks. Kedua, khitan pada
perempuan akan membuat perempuan terlihat lebih cantik di mata suaminya.

6
Menurut WHO, khitan pada wanita termasuk kedalam mutilasi genital wanita atau female genital
mutilation (FGM). FGM mencakup prosedur yang dengan sengaja mengubah atau menyebabkan
cedera pada organ genital wanita karena alasan non-medis. Kegiatan ini terdiri dari prosedur
yang melibatkan pengangkatan sebagian atau seluruh genitalia wanita eksternal atau cedera lain
pada organ genital wanita karena alasan non-medis. Mutilasi genital wanita diklasifikasikan
menjadi 4 tipe utama, yaitu:

Klitoridektomi, yaitu pengangkatan sebagian atau total klitoris dan dalam kasus yang sangat
jarang, hanya preputium (lipatan kulit di sekitar klitoris) yang diangkat.

Eksisi, pengangkatan sebagian atau total klitoris dan labia minora (lipatan dalam vulva) dengan
atau tanpa eksisi labia majora (lipatan luar kulit vulva) .

Infibulasi, yaitu penyempitan lubang vagina melalui pembuatan segel penutup. Segel ini
dibentuk dengan memotong dan memposisikan ulang labia minora atau labia majora dengan atau
tanpa pengangkatan klitoris (clitoridectomy).

Prosedur berbahaya lainnya untuk untuk tujuan non-medis, seperti menusuk, mengiris, mengikis
dan membakar daerah genital.

Praktek ini sebagian besar dilakukan oleh penyunat tradisional yang sering memainkan peran
sentral dalam masyarakat. Faktanya, WHO mendesak para profesional kesehatan untuk tidak
melakukan prosedur seperti itu. Menurut WHO, khitan pada anak perempuan tidak memiliki
manfaat kesehatan dan berisiko menimbulkan perdarahan hebat dan masalah buang air kecil.

Di sini perempuan, sejak kecil, ketika dikhitan itu dilakukan, diajarkan dan dipersiapkan untuk
kelak suatu hari, bisa menempatkan diri di dalam relasi suami-istri yang timpang seperti di
atas,bahwa dia hanyalah barang, obyek dagangan, dan suami yang adalah pembeli itu adalah
raja.

Tujuan kedua ini jelas mendegradasikan perempuan. Ketiga, khitan perempuan untuk
menyeimbangkan psikologi perempuan. Tujuan khitan perempuan adalah pengontrolan atas seks
perempuan yang tidak lain merupakan upaya pengontrolan dan penguasaan atas psikologi
perempuan oleh laki-laki. Dari perpektif ini minimal ada tiga hak perempuan yang dilanggar

7
yaitu hak atas kesehatan, hak untuk bebas dari praktek-praktek penyiksaan dan merendahkan
martabat manusia, serta hak seksual dan integritas tubuh perempuan.

Amnesty International PBB menyebutkan resolusi ini adalah yang pertama bagi Majelis
Umum PBB dan menjadi momen yang penting dalam melawan kampanye praktik sunat
perempuan. Larangan khitan wanita juga diputuskan dalam Konferensi Kaum Wanita sedunia di
Beijing China tahun 1995. Di Amerika Serikat dan beberapa Negara Eropa, kaum feminis telah
berhasil mendorong pemerintah membuat undang-

undang larangan sunat perempuan. Di Belanda, khitan pada perempuan diancam hukuman 12
tahun. Pelarang khitan perempuan juga pernah diterapkan di Negara Mesir yang nota benenya
adalah Negara Islam.

Para ulama sepakat bahwa khitan wanita secara umum ada di dalam Syari’at Islam. Tetapi
mereka berbeda pendapat tentang satatus hukumnya, apakah wajib, sunnah, ataupun hanya
anjuran dan suatu kehormatan. Hal ini disebabkan dalil-dalil yang menerangkan tentang khitan
wanita sangat sedikit dan tidak tegas, sehingga memberikan ruangan bagi para ulama untuk
berbeda pendapat.

Diantara dalil-dalil tentang khitan wanita adalah sebagai berikut:

ْ ‫ﺎر َوﻧَ ْﺘﻒُ ا‬ ْ ‫ﻄ َﺮ ِة ْاﻟ ِﺨﺘَﺎنُ َوا ِﻻ ْﺳﺘِﺤْ ﺪَا ُد َوﺗَ ْﻘﻠِﯿ ُﻢ‬
ْ ‫اﻷ‬ ْ ِ‫ﺧَ ْﻤﺲٌ ِﻣ ْﻦ ْاﻟﻔ‬
ِ ‫ﻹ ِﺑِ ِﻂ َوﻗَﺺﱡ اﻟ ﱠﺸ‬
4 ‫ﺎرب‬ ِ َ‫َظﻔ‬

Artinya:

Lima hal yang termasuk fitrah yaitu: khitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kuku,
mencabut bulu ketiak, dan mencukur kumis. (HR. Bukhari dan Muslim).

Bagi yang mewajibkan khitan wanita mengatakan bahwa arti “fitrah “ dalam hadis di atas adalah
cara kehidupan yang dipilih oleh para Nabi dan disepakati oleh semua syariat, sehingga
menunjukkan kewajiban. Sebaliknya yang berpendapat sunnah mengatakan bahwa khitan dalam
hadis tersebut disebut bersamaan dengan amalan-amalan yang status hukumnya adalah sunnah,
seperti memotong kumis, memotong kuku dan seterusnya, sehingga hukumnyapun

menjadi sunnah.

8
C. Manfaat khitan bagi laki- laki dan perempuan

Berdasar pada sejarah kebudayaan manusia, khitanan telah dikenal oleh sebagian kalangan
sebagai proses adat dan pembersihan diri sebelum beranjak dewasa. Masyarakat terdahulu
menjaga budaya dan menganggap proses ini salah satu menjalankan ibadah sebagai umat
muslim.

Berikut manfaat khitan bagi laki- laki yaitu :

1. Lebih higienis (sehat) karena lebih mudah membersihkan kemaluan dari pada yang tidak
sunat. Memang, mencuci dan membasuh kotoran yang ada di bawah kulit depan kemaluan orang
yang tidak disunat itu mudah, namun khitan dapat mengurangi resiko infeksi bekas air kencing.
Menurut penelitian medis, infeksi bekas urine lebih banyak diderita orang yang tidak disunat.
Infeksi yang akut pada usia muda akan berakibat pada masalah ginjal di kemudian hari.

2. Mengurangi resiko infeksi yang berasal dari transmisi seksual. Pria yang dikhitan memiliki
resiko lebih rendah dari infeksi akibat hubungan seksual, termasuk HIV/AIDS. Walaupun seks
yang aman tetap penting.

3. Mencegah problem terkait dengan penis. Terkadang, kulit muka penis yang tidak dikhitan
akan lengket yang sulit dipisah. Dan ini dapat berakibat radang pada kepala penis (hasyafah).

4. Mencegah kanker penis (penile cancer). Kanker penis tergolong jarang terjadi, apalagi pada
penis yang disunat. Di samping itu, kanker leher rahim (cervical cancer) lebih jarang terjadi pada
wanita yang bersuamikan pria yang dikhitan.

Kemudian bila khitan di lakukan bagi perempuan maka manfaat yang akan di dapat kan antara
lain :

• Untuk menstabilkan syahwat bagi perempuan, karena pada dasarnya syahwat perempuan itu
lebih besar daripada syahwat laki-laki;

9
• Untuk membedakan antara ummat Islam dengan umat yang lain, karena khitan merupakan
salah satu lima dari kesucian (khomsun minal fithrah)

• Lebih bisa menjaga kehormatan dirinya, karena syahwatnya sudah stabil;

• Terhindar dari perbuatan zina, apalagi klitorisnya yang menonjol;

• Tidak mudah terkena penyakit kanker rahim, dan atau penyakit kelamin lainnya, karena sudah
terjaga kebersihannya;

• Mengandung aura di wajahnya (inner beauty, Mata adalah cendela hati, Wajah adalah cerminan
hati), secara psikologis bisa dibedakan antara wanita yang disunat dengan yang tidak disunat
sebagaimana diterangkan dalam Hadits tersebut di atas: "karena yang demikian itu dapat
mempercantik wajahnya";

• .Bahu badannya harum, karena sudah diambil bagian yang kotor;

• Haid dan pubertasnya alami (minimal tingkat sekolah menengah);

• Lebih setia terhadap suaminya kalau sudah menikah.

》 KESIMPULAN

- khitan secara bahasa diambil dari kata “khatana“ yang berarti memotong, Khitan bagi laki-laki
adalah memotong kulit yang menutupi ujung zakar,sehingga menjadi terbuka. Sedangkan
khitanbagi perempuan adalah memotong sedikit kulit (selaput) yang menutupi ujung klitoris
(preputiumclitoris) atau membuang sedikit dari bagian klitoris (kelentit) atau gumpalan jaringan
kecil yang terdapat pada ujung lubang vulva bagian atas kemaluan perempuan. Khitan bagi laki-

10
laki dinamakan juga i’zar dan bagi perempuan disebut khafd.Sementara Abu Bakar Usman al-
Bakri mendefinisikan khitan dengan memotong bagian yang menutupi khasafah (kepala
kemaluan) sehingga kelihatan semuanya, apabila kulit yang menutupi khasafah tumbuh kembali
maka tidak ada lagi kewajiban untuk memotongnya kembali.

- imam Nawawi mengatakan bahwa jumhur atau mayoritas ulama menetapkan khitan itu wajib
bagi laki-laki dan perempuan. Imam Nawawi menekankan bahwa jumhur itu mewakili mazhab
Syafi’i, Hanabilah dan sebagianMalikiyah.

- Kalau menurut Imam Ibnu Qudaimah bahwa khitan wajib bagi laki-laki tapi dianjurkan
(mustahab) bagi perempuan. Ibnu Qudamah mengklaim bahwa jumhur itu mewakili sebagian
Hambliah, sebagian Malikiyah dan Zahiri.Sedangkan mazhab Hanafi dan Maliki berpendapat
khitan adalah sunnah di kalangan laki-laki bukan wajib. Namun ia termasuk sunnah fitrah dan
salah satu syiar Islam. Maka jika ada satu negeri yang dengan sengaja meninggalkannya, orang-
orang di tempat itu wajib untuk diperangi oleh pemimpin kaum Muslimin.

Daftar pustaka

Ibn Qayyim al-Jauziyyah, Zād al-Ma’ād fī Hadī Khair al-‘Ibād, Juz II, Bairut:
Mu‟assasah al-Risālah, 1998.

Ibn Qudāmah, al-Kāfī, Arab Suadi: Hajar al-Ṭabā‟ah al-Nusyr, 1997.

11
Ibn Qudāmah, al-Mughnī al-Syarḥ al-Kabīr, Juz I, Bairut: Dār al-Kitāb al- „Arabī, 1997.

Ibn Qudāmah, al-Muqni’ fī Fiqh al-Imām Aḥmad bin Ḥanbal al-Syaibānī, Arab Saudi:
Maktabah al-Sawāī, 2000.

Ibn Qudāmah, al-Muqni’, al-Syarḥ al-Kabīr, al-Inṣāf, Juz I, Arab Saudi: Hajar, 1994.

Ibn Qudāmah, Minhāj al-Qāṣidīn fī Faḍl al-Khulafā’ al-Rāsyidīn, Kuwait: Ghurās, 2007.

Ibn Qudāmah, Rauḍah al-Nāẓir wa Junnah al-Manāẓir, Mekkah: Maktabah al- Makkiyah,
1998.

Ibrāhīm al-Ṡa‟labī, al-Kasyf wa al-Bayān fī Tafsīr al-Qur’ān, Juz II, Bairut: Dar al-Kutb
al-„Ilmiyyah, 2004.

Imām al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, Riyadh: Bait al-Afkār al-Dauliyyah Linnasyr, 1998.

Imām Muslim, Ṣaḥīḥ Muslim, Riyadh: Bait al-Afkār al-Dauliyyah, 1998.

12

Anda mungkin juga menyukai