Anda di halaman 1dari 15

Khitan Adalah

Oleh pakdosenDiposting pada 7 Desember 2021

Selamat datang di Dosen.co.id, web digital berbagi ilmu


pengetahuan. Kali ini PakDosen akan membahas tentang Khitan?
Mungkin anda pernah mendengar kata Khitan? Disini PakDosen
membahas secara rinci tentang pengertian, sejarah, hukum, waktu,
cara, dalil, manfaat dan tujuan. Simak Penjelasan berikut secara
seksama, jangan sampai ketinggalan.

Pengertian Khitan
Baca Cepat  Buka 
Berdasarkan arti bahasanya, khitan bermula dari bahasa arab yakni
khatnun artingya membelah bagian depan. Sementara menurut
umum, khitan ialah membelah kulup (kulit bagian depan gender
laki-laki) yang melingkupi kepala zakar biar gender laki-laki tidak
gembur tersentuh buangan sisa air seni yang menyangkut pada
kelamin dalam tersebut.

Sejarah Khitan
Mengenai masalah khitan yang diyakini sebagai ajaran agama Islam
masih menimbulkan perdebatan dikalangan ulama’, ilmuwan dan
peneliti, sebagian mereka mengatakan bahwa, khitan baik laki-laki
maupun perempuan merupakan ajaran Islam, sedangkan sebagian
yang lain mengatakan bahwa khitan bukan merupakan ajaran
Islam. Khitan sebetulnya adalah merupakan suatu ajaran yang
sudah semenjak Islam belum lahir, dalam kitab Mugni al-
Muhtaj dikatakan bahwa orang laki-laki yang pertama kali
melakukan khitan adalah Nabi Ibrahim as. Dan orang wanita yang
melakukan khitan pertama kali adalah Siti Hajar istri Nabi Ibrahim
as. Ajaran khitan atau sunat sudah sangat lama dikenal dan
dilakukan diberbagai bangsa diantaranya adalah bangsa Samit
Purba serta berbagai bangsa Amerika dan Afrika, Polinesia,
Australia dan Indonesia.

Dari beberapa penelitian mengenai masalah khitan organisasi


kesehatan dunia (WHO) menyebutkan bahwa di Mesir tradisi
semacam ini telah dilakukan jauh sebelum agama Islam lahir. Data
menunjukkan bahwa praktek-praktek tersebut telah dilakukan di
sebelah selatan Afrika kira-kira sejak 6000 tahun yang lalu, bahkan
terdapat bukti-bukti atau gambar-gambar relief dari zaman Mesir
pada tahun 2800 sebelum masehi. Menurut Hubber, terdapat
sebuah papyrus Mesir kuno yang melukiskan operasi khitan wanita
dari abad ke-6 SM menunjukkan adanya tanda-tanda
clitorydictomy begitu pula terdapat bukti lebih jauh bahwa praktek
itu lazim dikalangan bangsa Mesir kuno.  Chabbas telah melukiskan
suatu pemandangan khitan perempuan itu pada sekitar tahun 1350
SM. Khitan wanita diketahui tetap dijalankan sebagai upacara pra
nikah pada abad ke-2 SM. Di Mesir, seorang ahli geografi Yunani,
Strabo pernah menjadi tamu di Mesir pada 25-24 SM mendapati
bahwa khitan perempuan merupakan adat istiadat bangsa Yahudi.

Alasan pertama dilakukan khitan perempuan tersebut adalah religi


yang dimaksudkan untuk menghukum manusia agar tidak
melakukan tindakan seksual yang menyimpang dan berlebihan.
Sementara itu, di Indonesia mengenal khitan sebelum Islam
datang, seperti masyarakat Banten misalnya. Dalam sebuah catatan
sejarah permulaan masuknya agama Islam di wilayah kerajaan
Pajajaran, kropok 406 cerita Parahiayangan diungkapkan bahwa:
“Sumbelihan niat inya bresih suci wasah, disunat ka tukangnya
jati sunda teka”. Terjemahannya adalah sebagai berikut: “Disunat
agar terjaga dari kotoran, bersih suci bila dibasuh.

  Disunat pada ahlinya, merupakan kebiasaan adat Sunda yang


sesungguhnya”, dari catatan tersebut dapat ditafsirkan bahwa
tradisi khitan (laki-laki dan perempuan) telah dikenal oleh
masyarakat Sunda jauh sebelum Islam berkembang di wilayah
tersebut. Kedatangan Islam yang memuat ajaran tentang khitan
terutama khitan laki-laki merupakan penyempurnaan religi atas
adat dan tradisi yang telah lama dianutnya. Dari sebagian besar
teori yang berkembang menyebutkan bahwa prkatek khitan
perempuan telah dikenal oleh masyarakat Mesir jauh sebelum
Islam lahir dan hal tersebut (feemale genital Cutting) dilakukan
untuk mengontrol perilaku seksual perempuan. Hal ini berkaitan
erat dengan sistem sosial masyarakat patrilineal yang
menempatkan keperawanan seseorang yang sangat tinggi baik
secara sosial maupun ekonomi.

Hukum Khitan
Berikut ini adalah hukum khitan yaitu:

1. Hukum Khitan untuk Laki-Laki


Berdasarkan para ulama fiqih, hukum melaksanakan khitan bagi
laki-laki ialah hukumnya wajib. Para pengikut pendapat ini ialah
imam Syafi’i, imam Ahmad, dan sepihak pengikut imam Malik.
Menurut Imam Hanafi, melaksanakan khitan ialah wajib tetapi
tidak fardu. Berikut ini ada beberapa tumpuan dari para ulama fiqih
yang menyebutkan khitan hukumnya wajib, yakni sebagai berikut:

1. Pendapat Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda


mengatakan Nabi Ibrahim a.s melakukan khitan pada usia 80
tahun, Nabi Ibrahim a.s. khitan dengan memakai kapak. (H.R.
Bukhari).
2. Pendapat Abu Dawud dan Ahmad, Rasulullah saw. bersabda
mengatakan kepada Kulaib: “lepaskanlah rambut dosa dan
berkhitanlah”. Amanat Rasulullah saw. meyakinkan khitan
ialah hukumnya wajib.
3. Khitan ialah ada istiadat umat islah sejak zaman Nabi Ibrahim
a.s. sampai sekarang tidak ada yang pernah melewatinya,
sebab tidak ada dalil yang menyebutkan itu tidak wajib.

2. Hukum Khitan untuk Perempuan


Hukum khitan untuk perempuan sudah menjadi pembicaraan para
ulama fiqih. Beberapa ulama fiqih menyebutkan hukumnya wajib
dan beberapa ulam lainnya menyebutkan hukumnya sunah. Imam
Syafi’i dan para anggotanya berpendapat bahwa hukum khitan ialah
wajib dan bagi Imam Nawawi menyebutkan ialah shahih.
Sementata pendapat dari Imam Abu Hanifah dan Imam Malik dan
beberapa anggota Imama Syafi’i berpendapat hukum khitan bagi
perempuan ialah sunah.

Waktu Pelaksanaan Khitan


Beberapa sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan
bahwa: “Rasulullah menjalankan aqiqah untuk anaknya Al Hasan
dan Al Husein serta mengkhitan mereka berdua pada hari ke-7
kelahiran”. Sementara berdasarkan ilmu kedokteran waktu sangat
tepat untuk menjalankan khitan yakni saat bajang bayi melahirkan
efisiennya pada hari ke3 sampai ke-7 sesudah melahirkan. Karena
jika bajang bayi sesudah melahirkan lalu dikhitan, maka akan
memudahkan bajang bayi tersebut untuk memikul rasa sakit pada
saat dikhitan.

Cara Pelaksanaan Khitan


Berikut ini terdapat 2 tata cara pelaksanaan khitan, yakni:

 Tata Cara Khitan untuk Laki-Laki


Tata cara yang dilakukan khitan pada anak laki-laki ialah membelah
kulup pada kulit bagian atas kepala zakar.

 Tata Cara Khitan untuk Perempuan


Tata cara yang dilakukan khitan pada anak perempuan ialah
memangkas ataupun mengambil sedikit klitoris yang berada di atas
vagina perempuan.

Dalil Khitan
Berikut ini terdapat 2 dalil khitan, yakni sebagai berikut:

1. Q.S. An-Nah l: 123


2. Q.S. Al-Hajj : 78

Artinya: ” Dan berjihadlah kamu di jalan Allah swt. dengan jihat


yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia tidak
menjadikan sekukaran untukmu dalam agama. (Ikutlah) agama
nenek moyangmu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakan kamu
orang-orang muslim sejak dahulu dan (begitu pula) dalam (Al-
Qur’an) ini agar rasul (Muhammad) itu menjadi saksi atas dirimu
dan agar kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. Maka
laksanakanlah sholat dan tunaikanlah zakat dan berpegang tegulah
kepada Allah. Dialah pelindungmu; Dia sebai-baik pelindung dan
sebagi-baik penolong.

Manfaat Khitan
Berikut ini ada beberapa manfaat dari khitan, yakni sebagai berikut:

 Khitan tidak mengakibatkan fungsi dan dorongan seksual pria


malah mengarah menaikkan kenikmatan sebab kelamin
makin bersih sehingga menyegarkan untuk melaksanakan
hubungan seksual.
 Khitan mengakibatkan produktivitas laki-laki sebab kelamin
makin bersih sehingga air mani yang keluar tidak terinfeksi
oleh buangan yang berisi komplikasi dari bekas-bekas air
kencing.
 Khitan bisa menyusutkan efek peradangan saluran urine
 Khitan bisa menyusutkan efek peradangan penyakit menular
seksual dan HIV AIDS
 Sedangkan untuk perempuan, khitan dapat mengatur syahwat
seksual
 Menambahkan kenikmatan dan pikiran menyenangkan saat
melakukan seksual kepada pasangannya
Tujuan Khitan
Berikut ini adalah tujuan khitan yaitu:

1. Tujuan utama syariah kenapa khitan itu disyariatkan adalah


karena menghindari adanya najis pada anggota badan saat
shalat. Karena, tidak sah shalat seseorang apabila ada najis
yang melekat pada badannya. Dengan khitan, maka najis
kencing yang melihat disekitar kulfa (kulub) akan jauh lebih
mudah dihilangkan bersamaan dengan saat seseorang
membasuh kemaluannya setelah buang air kecil.
2. Mengikuti sunnah Rasulullah.
3. Mengikuti sunnah Nabi Ibrahim.

Demikian Penjelasan Materi Tentang Khitan Adalah:


Pengertian, Sejarah, Hukum, Waktu, Cara, Dalil, Manfaat
dan Tujuan Semoga Materinya Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi.
Sebarkan ini:

Posting pada SD, UMUMDitag apa saja hikmah khitan, apa saja lima fitrah


manusia, apa tujuan dilakukannya khitan, apakah orang arab disunat, asal kata
khitan, asal usul historia, asal usul kata khitan, ayat walimatul khitan, bagian
yang dipotong saat khitan, barnabas 22 2, cara restorasi kulup, contoh makalah
khitan, doa untuk anak yang dikhitan sesuai sunnah, firman allah tentang
khitan, gambar jahitan sunat, hadits tentang khitan, hadits tentang khitan
perempuan, hasyafah artinya, hikmah dan manfaat khitan, hukum aqiqah
waktu khitan, hukum khitan, hukum khitan bagi anak laki-laki adalah, hukum
khitan bagi laki-laki adalah, hukum khitan bagi mualaf, hukum khitan bagi
perempuan adalah, hukum khitan dengan laser, jelaskan arti qulfah, jelaskan
manfaat khitan bagi balita, jurnal khitan laki laki pdf, khalilullah
artinya, khasyafah dalam khitan, khitan akan lebih baik bila dilakukan
sejak, khitan bagi perempuan merupakan suatu, khitan dalam pandangan islam
pdf, khitan di hari jumat, khitan menurut bahasa arab adalah, khitan sebaiknya
dilaksanakan sebelum, khitan zaman dahulu, kulit yang dipotong ketika khitan
dinamakan, kumpulan doa khitan, manfaat khitan, manfaat sunat, materi
khitan kelas 5 mi, materi sunatan bahasa sunda, mengapa anak laki laki harus
melaksanakan khitan, mengapa khitan diwajibkan bagi umat islam, menurut
sejarah khitan sudah dimulai sejak zaman, nabi yang pertama kali dikhitan
adalah, pelaksanaan khitan, pengajian walimatul khitan, pengertian
khitan, pengertian khitanan dalam bahasa jawa, pengetahuan tentang
khitan, plunger artinya, ppt khitan, sarat sunat, sebutan lain dari khitan
adalah, sebutkan 5 macam fitrah dalam islam, sejarah khitan, sejarah khitan
nabi ibrahim, sejarah khitan pdf, sejarah singkat khitan, sirkumsisi pdf, sunat
bambu, sunat dalam alkitab, sunat jaman dahulu, sunat menurut islam, syukuran khitanan
menurut islam, tata cara khitan, tujuan khitan, tuliskan dengan singkat sejarah awal
mulanya khitan

Hukum Khitan bagi Anak Laki-laki


adalah Wajib dalam Islam, Ketahui
Manfaatnya
Merdeka.com - Hukum khitan bagi anak laki-laki adalah wajib bagi umat muslim.
Artinya, hukum khitan bagi anak laki-laki adalah wajib dilakukan. Khitan, atau sunat,
adalah proses pelepasan kulit yang ada di ujung penis. Dalam masyarakat kita,
khitan biasa dilakukan ketika seseorang masih berusia anak-anak, atau saat duduk
di bangku sekolah dasar, sekitar usia 6 sampai 10 tahun.
Dari sisi medis, ada banyak manfaat berkhitan, di antaranya mencegah terjadinya
penyakit seksual menular, mencegah infeksi saluran kemih, mencegah penyakit
pada penis, dan membantu menjaga kesehatan penis.
Khitan sendiri identik dengan umat Islam, karena dalam Islam hukum khitan bagi
anak laki-laki adalah hal yang wajib dilakukan. Wajibnya hukum khitan ini sampai-
sampai dijadikan sebagai pembeda antara kaum muslimin dengan nasrani.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan seorang laki-laki untuk berkhitan
dalam hadisnya, yang artinya,

"Hilangkanlah rambut kekafiran yang ada padamu dan berkhitanlah." (HR. Abu
Daud).
Dalam artikel kali ini kami akan menjelaskan lebih lanjut tentang bagaimana hukum
khitan bagi anak laki-laki dalam Islam yang dilansir dari rumaysho.com.
Tujuan Khitan
Khitan adalah proses pengangkatan kulit yang menutupi ujung penis. Dalam Islam,
hukum khitan bagi anak laki-laki adalah wajib. Tujuannya bukan hanya sekadar
mematuhi perintah agama, tapi juga untuk menjaga agar tidak terkumpul kotoran di
penis, memudahkan untuk kencing, dan agar tidak mengurangi kenikmatan saat
bersenggama (Fiqh Sunnah, 1/37).

Apakah khitan dimulai sejak zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?

Ternyata, berkhitan sudah dilakukan bahkan sebelum zaman Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Hal ini diterangkan dalam hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, di
mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

"Ibrahim berkhitan setelah mencapai usia 80 tahun, dan beliau berkhitan dengan Al
Qodum." (HR. Bukhari).
Syaikh Sayid Sabiq mengatakan bahwa Al Qodum yang dimaksud dalam hadis di
sini adalah alat untuk memotong kayu (kampak) atau suatu nama daerah di Syam.

Hukum Khitan bagi Anak Laki-laki


Seperti yang disebutkan sebelumnya, hukum khitan bagi anak laki-laki adalah wajib
dalam Islam. Hukum khitan bagi anak laki-laki adalah wajib  ditunjukkan dalam dalil
berikut:

Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya, "Ibrahim -Al Kholil-
berkhitan setelah mencapai usia 80 tahun, dan beliau berkhitan dengan kampak."
(HR. Bukhari).
Hukum khitan bagi anak laki-laki adalah wajib ditunjukkan dalam hadis di atas, di
mana berkhitan adalah ajaran dari Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, dan kita juga
diperintahkan untuk mengikutinya.
Allah Ta’ala juga berfirman dalam salah satu ayatnya,

"Kemudian kami wahyukan kepadamu (Muhammad): Ikutilah agama Ibrahim


seorang yang hanif dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan
Tuhan." (QS. An Nahl : 123).
Hukum khitan bagi anak laki-laki adalah wajib dalam Islam, sampai-sampai khitan
dijadikan sebagai pembeda antara kaum muslim dan nasrani. Bahkan di medan
pertempuran, umat Islam mengenal orang muslim yang terbunuh dengan khitan. Ini
karena kaum muslimin, bangsa Arab sebelum Islam, dan kaum Yahudi melakukan
khitan, sedangkan kaum nasrani tidak.

Karena khitan yang dijadikan sebagai pembeda inilah, maka dalam Islam hukum
khitan bagi anak laki-laki adalah wajib.

Bagaimana dengan Perempuan?


Hukum khitan bagi anak laki-laki adalah wajib dalam Islam. Tapi, bagaimana dengan
perempuan?

Ada berbagai pendapat yang menjelaskan hukum khitan bagi perempuan. Ada yang
berkata bahwa wajib hukumnya berkhitan bagi perempuan, dan ada yang berkata
bahwa hukum khitan bagi perempuan adalah sunnah, namun tetap dianjurkan.

Dalam hal ini, Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah dalam
kitabnya Asy Syarhul Mumthi’ berkata:

"Terdapat perbedaan hukum khitan antara laki-laki dan perempuan. Khitan pada
laki-laki terdapat suatu maslahat di dalamnya karena hal ini akan berkaitan dengan
syarat sah shalat yaitu thoharoh (bersuci). Jika kulit pada kemaluan yang akan
dikhitan tersebut dibiarkan, kencing yang keluar dari lubang ujung kemaluan akan
ada yang tersisa dan berkumpul pada tempat tersebut. Hal ini dapat menyebabkan
rasa sakit/pedih tatkala bergerak dan jika dipencet/ditekan sedikit akan
menyebabkan kencing tersebut keluar sehingga pakaian dapat menjadi najis.
Adapun untuk perempuan, tujuan khitan adalah untuk mengurangi syahwatnya. Dan
ini adalah suatu bentuk kesempurnaan dan bukanlah dalam rangka untuk
menghilangkan gangguan." (Shohih Fiqh Sunnah, I/99-100 dan Asy Syarhul
Mumthi’, I/110).

Oleh karena itu, pendapat yang benar tentang masalah ini adalah khitan itu wajib
bagi laki-laki dan sunnah bagi perempuan.

Manfaat Khitan bagi Laki-laki


Selain mematuhi perintah agama, khitan juga menyimpan banyak manfaat
kesehatan pada organ reproduksi kita.

Dikutip dari mayoclinic.org, berikut adalah beberapa manfaat khitan bagi laki-laki:

 Kebersihan. Khitan membuat seseorang lebih mudah untuk mencuci penis.

 Penurunan risiko infeksi saluran kemih. Pria mungkin memiliki risiko infeksi
saluran kemih yang rendah, namun infeksi ini lebih sering terjadi pada pria yang
tidak disunat.

 Penurunan risiko infeksi seksual menular. Pria yang disunat dinilai memiliki
risiko lebih rendah terkena infeksi menular seksual tertentu.

 Mencegah masalah penis. Terkadang, kulup pada penis yang tidak disunat bisa
sulit atau tidak bisa ditarik kembali (phimosis). Hal ini dapat menyebabkan
peradangan pada kulup atau kepala penis.

 Penurunan risiko kanker penis. Meskipun kanker penis jarang terjadi, laki-laki
yang telah disunat lebih jarang mengalaminya. Selain itu, kanker serviks lebih
jarang terjadi pada pasangan seksual wanita dari laki-laki yang disunat.
8 Hal Penting untuk Mencetak Anak yang Shaleh

Berikut ini diantara tuntunan syar’i dalam pendidikan anak yang dibawakan oleh seorang
‘alim Syaikh Abu ishaq Al-Huwainy :

1.Anak kecil adalah manusia kecil yang selalu membutuhkan kelembutan, cinta yang dalam
dan kasih sayang yang murni.

Bermain dan bercanda dengan mereka merupakan bentuk kasih sayang dan menunjukkan
kepahaman seseorang terhadap dien ini. .

Dalam sebuah hadits shahih riwayat Bukhari:

“Bahwa Nabi Shallahu’alaihi wasallam mencium Hasan bin Ali, dan disamping beliau ada
Aqro’ bin Habis at-Tamimy, maka berkatalah Aqro’: Sesungguhnya aku punya 10 orang anak
tetapi tidak seorangpun yang pernah kucium. Lalu Rasulullah Shallahu’alaihi wasallam
melihat kepadanya seraya berkata : Barangsiapa yang tidak mau menyayangi maka ia tidak
akan disayangi”.

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu’anha, ia berkata:

“Telah datang seorang badui kepada Nabi Shallahu’alaihi wasallam dan ia berkata: kalian
menciumi anak-anak kecil, tapi kami tidak pernah menciumi meraka. Berkatalah Nabi
Shallahu’alaihi wasallam: Aku tak kuasa (memberi kasih saying di hati kalian) jika Allah telah
mencabut kasih saying itu dari hati kalian.

2. Mengajarkan adab yang baik.

Mencandai anak kecil tidak berarti meniadakan pendidikan dan pengajaran kebaikan kepada
mereka. Maka tidak ada kebaikan yang diberikan orang tua kepada anaknya yang lebih baik
selain adab yang baik. Kebaikan yang pertama kali yang harus dipelajari adalah tentang
pelaksanaan sholat wajib.

Berdasarkan sabda Nabi Shallahu’alaihi wasallam :

“Perintahkanlah anak-anakmu shalat ketika mereka berumur 7 tahun, dan pukullah mereka
jika berumur 10 tahun. Dan pisahkanlah mereka di tempat tidur” ( Hadits shahih dikeluarkan
Abu Daud, Tirmidzi, Ad-Darimi, Ahmad, Ibnu Abu Syaibah, Ibnu Khuzaimah, Thahawy)
3. Hendaklah ditanamkan pada jiwa anak untuk cinta Allah dan Rasul-Nya dan hendaklah
pula ditanamkan sifat dan sikap untuk mengutamakan Allah dan Rasul-Nya daripada yang
selainNya.

Berdasarkan sabda Rasulullah Shallahu’alaihi wasallam:

“Tidak sempurna iman seseorang diantara kalian hingga aku lebih dicintai dari orang tuanya,
anaknya dan seluruh manusia”. (Hadits Shahih dikeluarkan Bukhari, Muslim, Abu’Awanah,
Nasa’i, Ibnu Majah)

4. Hendaknya anak diajari Al-Qur’an dengan logat-logat Arab. Menjadikan anak hafal Al-
Qur’an serta mengajarkan Al-Qur’an kepada mereka. Terdapat keutamaan yang banyak dan
tak terhitung.

Berdasarkan sabda Nabi Shallahu’alaihi wasallam:

“ Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya”.

(Hadits Shahih dikeluarkan Bukhari, Abu Daud, Nasa’i)

Dan dalam sabda Beliau yang lain:

“Barangsiapa membaca 1 huruf dari kitabullah maka ia mendapatkan satu kebaikan. Dan
satu kebaikan itu akan dilipatkan menjadi 10 kali lipat. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim
itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf”. (Hadits Shahih
dikeluarkan tirmidzi, Darimi, Abu Nu’aim dll)

5. Hendaknya anak dijadikan cinta kepada sunnah.

Dan hendaknya sunnah tersebut dihiaskan pada diri anak sehingga sunnah tersebut
meresap ke dalam hatinya.
Berdasarkan sabda Rasulullah Shallahu’alaihi wasallam:

“Barangsiapa yang diberi umur panjang diantara kalian, maka ia akan melihat perpecahan
yang banyak. Maka hendaklah kalian berpegang pada sunnahku dan Khulafa’ur rasyidun
yang mendapat petunjuk. Gigitlah sunnah tersebut dengan gigi gerahammu”. (Hadits Shahih
dikeluarkan Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ad-Darimi,Ahmad, Ibnu Hibban)

6. Hendaklah anak dibuat tidak suka terhadap bid’ah dan segala perkara yang mengantarkan
kepada bid’ah.

Tidak akan berkumpul sunnah dan bid’ah di hati seorang mukmin selamanya!

Dan tidak ada yang dinamakan bid’ah hasanah (bid’ah yang baik).

Sabda Nabi Shallahu’alaihi wasallam dalam sebuah hadits shahih yang merupakan potongan
dari khutbatul hajah yang masyhur:

“Setiap perkara baru dalam agama adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap
kesesatan di neraka”.

7. Hendaklah anak dijadikan cinta kepada ilmu dan ahlinya.

Juga diajarkan kepada anak tentang sabar ketika sedang mencarinya terlebih ilmu-ilmu
syar’i. Karena sesungguhnya itu merupakan ilmu yang mulia.

Berdasarkan hadits Zirr bin Hubaisy, ia berkata:

“Aku mendatangi Shofwan bin ‘Assal al-Murady, maka ia berkata: Apa yang mendorongmu
dating kemari? Aku menjawab: Karena untuk mencari ilmu. Ia berkata: Sesungguhnya para
malaikat meletakkan sayap-sayapnya kepada pencari ilmu syar’i karena ridha atas apa yang
sedang ia cari”.

8. Berlaku adil kepada setiap anak.

Hal ini merupakan kewajiban bagi orang tua. Sedangkan membeda-bedakan sesama mereka
merupakan keberanian melawan batas-batas (hukum-hukum) Allah dan pelanggaran
kehormatan dienNya.
Bersabda Nabi Shallahu’alaihi wasallam:

“Berlaku adillah diantara anak-anakmu. Berlaku adillah terhadap anak-anakmu. Berlaku


adillah terhadap anak-anakmu”.

Itulah diantara kiat-kiat syar’i yang harus diperhatikan pendidik untuk mencetak anak yang
shalih. Generasi terakhir ummat ini tidak mungkin menjadi baik kecuali dengan apa yang
telah menjadikan baik generasi awalnya. Wallahua’lam bishowab.

Anda mungkin juga menyukai