1
Timbul gelembung-gelembung ( disebut vesikula bila kecil, bulla bila
besar) yang berisi cairan plasma
c. Luka bakar derajat III
Terkena seluruh dermis
Tidak timbul gelembung
Kulit menjadi seperti perkamen, hijau keabu-abuan
4. RUMUS KEBUTUHAN CAIRAN UNTUK LUKA BAKAR
Dewasa : 4 cc x BB x % luas luka bakar/24 jam
Anak : 2 cc x BB x Luas luka ditambah kebutuhan faali
Kebutuhan Faali :
< 1 tahun : Berat Badan x 100 cc
1-3 tahun : Berat Badan x 75 cc
3-5 tahun : Berat Badan x 50 cc
Untuk cairan : ½ jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama
½ diberikan 16 jam berikutnya.
Contoh : seorang laki-laki umur 28 tahun datang ke UGD dengan luka
bakar 30%, BB= 60 kilo. Berapa cairan yang diberikan dalam 8 jam
pertama?
Jawaban : rumus : 4 x BB x luas luka bakar
= 4 x 60 x 30
= 7200
½ diberikan dalam 8 jam pertama : 3600
½ diberikan dalam 16 jam berikutnya : 3600
5. RUMUS CAIRAN INFUS
Faktor tetesan
Makro 1 cc = 20 tetes
Mikro 1 cc = 60 tetes
Transfusi set 1 cc = 15 tetes
Tetesan : kebutuhan cairan x faktor tetesan
Lama pemberian(jam) x 60
Kebutuhan cairan : tetesan x 60 x jam
Set
Lama pemberian/Jam : volume cairan x faktor tetesan
Tetesan x 60
6. RUMUS PENGHITUNGAN OBAT PADA ANAK
Dosis anak : Permintaan x Pelarut
Sediaan yang ada
Contoh :
Seorang anak berusia 8 tahun dengan BB : 20 kg mendapat terapi injeksi
cefotaxime 3 x 250 mg. Perawat mengencerkan cefotaxime 1 gram dengan larutan
aquadest menjadi 5 cc. Berapa cc dosis yang diberikan pada anak tersebut ?
2
Jawab : permintaan x pelarut
Sediaan yang ada
= 250 x 5
1000 ( 1 gram = 1000 mg)
= 1250
1000
= 1,25 cc
Jadi 1,25 cc yang diambil untuk diberikan pada anak tersebut.
7. PRINSIP ETIK KEPERAWATAN
a. Autonomy (mandiri)
Berkaitan dengan hak seseorang (pasien) untuk mengambil keputusan bagi
dirinya
b. Beneficence (berbuat baik)
Sebagai perawat dalam memberikan asuhan keperawatan senantiasa selalu
memberikan yang terbaik sehingga sebagai anggota profesi selalu bersikap
untuk meningkatkan mutu pelayanan yang baik
c. Non maleficence (tidak merugikan orang lain)
Tidak menimbulkan kerugian atau cedera bagi orang lain.
d. Veracity (jujur)
Menyampaikan sesuatu dengan benar, tidak berbohong
e. Justice (adil)
Berlaku adil kepada semua orang, tidak membedakan pasien yang dirawatnya
f. Fidelity (komitmen)
Setia atau loyal dengan kesepakatan atau tanggung jawab yang diemban.
g. Confidelity (rahasia)
Menjaga kerahasiaan.
8. JENIS MODEL ASUHAN KEPERAWATAN
a. Fungsional
Model fungsional dilakukan karena terbatasnya jumlah dan kemampuan
perawat. Setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan
misalnya perawatan luka dan pengobatan kepada semua pasien di bangsal.
b. Tim
Model ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim yang terdiri atas tenaga professional,
teknikal dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.
c. Primer
Merupakan metode penugasan dimana satu perawat bertanggungjawab penuh
selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien.
d. Kasus
Metode penugasan biasanya diterapkan satu pasien satu perawat.
3
9. MACAM-MACAM GAYA KEPEMIMPINAN
a. Gaya kepemimpinan Otokratis
Pemimpin membuat keputusan sendiri, bawahan harus patuh dan mengikuti
perintahnya.
b. Gaya kepemimpinan Demokratis
Pemimpin sering mengadakan konsultasi dengan mengikuti bawahannya dan
aktif dalam menentukan rencana kerja yang berhubungan dengan kelompok.
c. Gaya Kepemimpinan Laisses Faire
Pemimpin akan meletakkan tanggung jawab sepenuhnya kepada bawahannya,
pemimpin akan sedikit saja atau hampir tidak sama sekali memberikan
pengarahan.
10. FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN
a. Planning ( Perencanaan )
Merumuskan tujuan organisasi sampai dengan menyusun dan
menetapkan rangkaian kegiatan untuk mencapainya melalui
perenanaan yang akan ditetapkan tugas-tugas staf
Menentukan visi misi tujuan kebijakan prosedur dan peraturan-
peraturan dalam pelayanan keperawatan
Membuat proyeksi jangka panjang dan jangka pendek serta
menentukan jumlah biaya dan mengatur adanya perubahan
berencana
Dengan tugas ini seorang pemimpin akan mempunyai pedoman
untuk melakukan supervise dan evaluasi
Menetapkan sumber daya yang diutuhkan oleh staf dalam
menjalankan tugasnya.
b. Organizing ( Pengorganisasian)
Kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya yang
dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk
mencapai tujuan organisasi
Menetapkan struktur organisasi, menentukan model penugasan
keperawatan sesuai dengan keadaan klien dan ketenagaan,
mengelompokkan aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan dari
unit, bekerja dalam struktur organisasi yang telah ditetapkan dan
memahami serta menggunakan kekuasaan dan otoritas yang sesuai.
c. Actuating ( directing,commanding,coordinating atau Penggerakan)
Proses memberikan bimbingan kepada staf agar mampu bekerja
secara optimal dan melakukan tugas-tugasnya sesuai dengan
ketrampilan yang mereka miliki
Pemberian motivasi, supervise, mengatasi adanya konflik,
pendelegasian, cara berkomunikasi dan fasilitasi untuk
berkolaborasi
4
d. Staffing
Kegiatan yang berhubungan dengan kepegawaian diantaranya
rekruitmen, wawancara, mengorientasikan staf, menjadwalkan dan
mengsosialisasikan pegawai baru serta pengembangan staf
e. Controling ( Pengawasan )
Meliputi pelaksanaan penilaian kinerja staf, pertanggungjawaban
keuangan, pengendalian mutu, pengendalian aspek legal dan etik
serta pengendalian profesionalime asuhan keperawatan
Proses mengamati secara terus-menerus pelaksanaan rencana kerja
yang sudah ada
Mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi
11. INDIKATOR MUTU
1. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan Bed Occupancy Rate
BOR) adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu
tertentu. Standar internasional BOR dianggap baik adalah 80-90%
sedangkan standar nasional 70-80%
Rumus penghitungan BOR adalah :
BOR = jumlah hari perawatan x 100 %
Jumlah TT x Jumlah hari per satuan waktu
2. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
ALOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping
memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran
mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan
hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS
yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
Rumus :
ALOS = Jumlah lama dirawat
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
3. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)
TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari saat diisi
ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat
efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi
pada kisaran 1-3 hari.
Rumus :
TOI = (Jumlah tempat tidur X Periode) – Hari perawatan)
Jumlah pasien keluar (hidup +mati)
Contoh : Dalam suatu Rumah Sakit Y, setelah dilakukan perhitungan
selama 30 hari didapatkan jumlah hari perawatan sebanyak 4000 dan ada
200 tempat tidur. Jumlah pasien yang keluar 500 orang. Berapa BOR,
ALOS dan TOI Di rumah sakit tersebut.
Jawaban :
5
BOR = Jumlah hari perawatan x 100%
Jumlah TT x jumlah hari persatuan waktu
= 4000 x 100 %
200 x 30
= 4000 x 100 %
6000
= 0.67 x 100 %
= 67 %
ALOS = jumlah hari perawatan pasien keluar
Jumlah pasien keluar
= 4000
500
= 8 hari
TOI = ( jumlah TT x hari ) – hari perawatan RS
Jumlah pasien keluar ( hidup + mati )
= (200 x 30) - 4000
500
= 6000 - 4000
500
= 2000
500
= 4 hari
2. Dalam suatu Rumah Sakit Z, setelah dilakukan perhitungan selama 30 hari
didapatkan jumlah hari perawatan sebanyak 6000 dan ada 300 tempat tidur. Jumlah
pasien yang keluar 2000 orang. Berapa BOR, ALOS dan TOI Di rumah sakit tersebut.
Jawaban :
BOR = Jumlah hari perawatan x 100%
Jumlah TT x jumlah hari persatuan waktu
= 6000 x 100 %
300 x 30
= 6000 x 100 %
9000
= 0.67 x 100 %
= 67 %
ALOS = jumlah hari perawatan pasien keluar
Jumlah pasien keluar
= 6000
2000
= 3 hari
TOI = ( jumlah TT x hari ) – hari perawatan RS
Jumlah pasien keluar ( hidup + mati )
6
= (300 x 30) - 6000
2000
= 9000 - 6000
2000
= 3000
2000
= 1,5 hari
12. TAKSIRAN PERSALINAN
a. Bila HPHT bulan Januari-Maret rumusnya :
Tanggal : + 7
Bulan :+9
Tahun :+0
b. Bila HPHT bulan April-Desember rumusnya :
Tanggal : + 7
Bulan :- 3
Tahun :+1
13. PERHITUNGAN TAKSIRAN BB JANIN
Rumus :
Jika kepala sudah masuk PAP (Divergen)
(TFU – 11) X 155 gram
Jika kepala belum masuk PAP (Konvergen)
(TFU – 12 ) X 155 gram
Contoh Jika ada ibu hamil dengan tinggi fundus 30 cm. Dan dengan verteks pada
station -2.
Maka perkiraan berat janinnya adalah:
PBJ = (30 - 12) x 155
PBJ = 2790 gram.
Jadi perkiraan berat janin adalah 2790 gram.
b. Tanda-tanda Persalinan
Rasa sakit adanya his yang datang lebih kuat sering dan teratur
8
Keluar lendir dan berampur darah yang lebih banyak, robekan
kecil pada bagain serviks
Kadang-kadang ketuban pecah
Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar
c. Moulage
Moulage 0
Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah teraba
Moulage 1
Tulang-tulang kepala janins aling bersentuhan
Moulage 2
Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih
dapat dipisahkan
Moulage 3
Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak
dapat dipisahkan
d. Faktor yang mempengaruhi persalianan
Power/tenaga
Passages/jalan lahir
Passanger/janin
Psikologis/kejiwaan ibu
e. Periode nifas
Puerperium dini/ Early Puerperium ( masa dini nifas ) yaitu
kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
Puerperium intermedial/ Immediate Puerperium
yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalis yang lamanya 6 – 8
minggu.
Remote puerperium/ Later Puerperium
waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi
f. Robekan Perineum
Robekan Perineum tingkat 1
Apaila hanya kulit perineum dan mukosa vagina yang robek dan
biasanya tidak memerlukan penjahitan
Robekan Perineum tingkat 2
Mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum perlu dijahit
Robekan Perineum tingkat 3
Roekan total muskulus sphingter ani eksternum ikut terputus dan
kadang-kadang dinding depan retktum ikut robek pula. Menjahit
robekan harus dilakukan dengan teliti
Robekan Perineum tingkat 4
9
Mukosa vagina, kulit, jaringan perineum, sphingter ani sampai
rectum perlu dirujuk
g. Adaptasi Psikologis Pada Ibu Post Partum
1. Taking In
Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan
Ibu pasif dan sangat tergantung
Focus perhatian terhadap tubuhnya
Ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan
yang dialami
Kebutuhan tidur meningkat
Nafsu makan meningkat
2. Taking Hold
Berlangsung 3-4 hari post partum
Ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya menerima
tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi
Ibu menjadi sangat sensitive sehingga membutuhkan
bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan
yang dialami ibu.
3. Letting Go
Fase ini dimulai pada akhir minggu pertama post partum
Dialami setelah tiba di rumah secara penuh merupakan
pengaturan bersama keluarga
Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu
Ibu merasa atau menyadari kebutuhan bayi yang sangat
tergantung dari kesehatan ibu.
h. Macam-Macam Lochea
1. Lochea Rubra
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,
verniks kaseosa, lanugo dan mekonium
Selama 2 hari post partum
2. Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir
Hari 3-7 post partum
3. Lochea Serosa
Berwarna kuning
Cairan tidak berdarah lagi
Pada hari 7-14 hari post partum
4. Lochea alba
Cairan putih berbentuk cream terdiri atas leokosit dan sel-sel
desidua
10
Setelah 2 minggu
5. Lochea purulenta
Terjadi infeksi
Keluar cairan seperti nanah berbau busuk
6. Lochea Stasis
Lochea tidak lancar keluarnya
i. Mobilisasi post SC
Mobilisasi dini post SC dengan miring kanan kiri dapat dimulai sejak 6-
10 jam setelah operasi.
17. TANDA-TANDA KEHAMILAN
1. Tanda Presumtif
a. Supresi menstruasi
b. Nausea, vomiting, morning sickness.
c. Sering miksi
d. Mammae bengkak terasa penuh
e. Quickening (gerakan pertama kali yang dirasakan oleh ibu)
f. Chadwicks ( + )
g. Pigmen pada kulit
2. Tanda Mungkin
a. Pembesaran abdomen
b. Tanda hegar
c. Ballotemen ( + )
d. Perubahan pada serviks
e. Braxton Hicks
f. Tes kehamilan
3. Tanda Pasti
a. Bunyi DJJ, Nadi 120 – 180
b. Pergerakan fetal
c. USG – hasil
d. Ro – ada skeletal
18. PEMERIKSAAN LEOPOLD
a. Leopold I
untuk menentukan tinggi fundus uteri, sehingga usia kehamilan dapat
diketahui.
menentukan bagian janin pada fundus uteri
b. Leopold II
Mengetahui bagian janin yang berada pada bagian samping kanan/kiri
c. Leopold III
menentukan bagian janin yang berada di bawah uterus
11
mengetahui apakah bagian tubuh janin yang berada pada bagian bawah
uterus
d. Leopold IV
Memastikan apakah bagian terendah janin sudah benar-benar masuk
PAP / belum
Menentukan seberapa banyak bagian terendah janin sudah masuk
PAP.
19. PERHITUNGAN MABP (Mean Arteri Blood Pressure)/ MAP
Rumus : Sistole + 2 Distole
3
Contoh : TD : 200/ 110 mmHg
Jawab : 200 + 2. 110 = 200 + 220 = 420 = 140
3 3 3
Jadi MABP/MAP = 140
20. IMUNISASI
BCG
Imunisasi untuk mencegah penyakit TB
Dosis pemberian 0,05 ml
Disuntikkan secara intracutan didaerah lengan kanan atas pada
insersio musculus deltoideus
CAMPAK
Diberikan pada usia 9 bulan
Diberikan secara subcutan atau intramuscular di lengan atas
Dosis 0,5 ml
POLIO
Diberikan untuk mencegah anak terjangkit penyakit polio yang
dapat menyebabkan anak menderita kelumpuhan pada kedua
kakinya dan otot-otot wajah.
Diberikan secara oral 2 tetes
Diberikan 4 x dengan interval waktu minimal 4 minggu
DPT
Diberikan secara intramuscular pada paha kanan atau kiri
Dosis 0,5 ml
Jumlah suntikan 3 x
HEPATITIS B
Diberikan sebanyak 3 x
Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari selanjutnya dengan
interval waktu minimal 4 minggu
12
Atrium kiri : menerima darah kaya O2 dialirkan ke ventrikel kiri lalu ke
seluruh tubuh
Atrium kanan : menerima darah jenuh CO2 dari seluruh tubuh dipompakan ke
paru-paru oleh ventrikel kanan
Ventrikel kiri : menerima darah dari atrium kiri dipompakan ke seluruh tubuh
melalui aorta
Ventrikel kanan : menerima darah dari atrium kanan dipompakan ke paru-paru
melalui arteri pulmonalis
22. KEPERAWATAN JIWA
1. HALUSINASI
a. Pengertian
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghidung. Pasien merasakan
stimulus yang sebenarnya tidak ada
b. Tanda dan gejala
Mengatakan mendengar suara bisikan/ melihat bayangan
Berbicara sendiri
Tertawa sendiri
Melamun
Menyendiri
Marah tanpa sebab
c. Jenis halusinasi
Halusinasi pendengaran
Mendengar suara-suara gaduh
Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
Mendengar suara yang memerintahkan melakukan sesuatu yang
berbahaya
Mencondongkan telinga kearah tertentu
Menutup telinga
Halusinasi penglihatan
Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat
hantu atau monster
Menunjuk kea rah tertentu
Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
Halusinasi penghidu
Mencium bau-bauan seperti bau darah, urine, feses, terkadang bau
yang menyenangkan
Tampak seperti sedang mencium bau-bauan tertentu
Menutup hidung
13
Halusinasi pengecapan
Merasakan seperti darah, urine, feses
Sering meludah
Muntah
Halusinasi perabaan
Mengatakan ada serangga di permukaan kulit
Merasa seperti tersengat listrik
Menggaruk-garuk permukaan kulit
d. Tahap-tahap halusinasi
1. Sleep Disorder
Sleep Disorder adalah tahap awal halusinasi seseorang sebelum
muncul halusinasi.
Karakteristik:
- Klien merasa banyak masalah,
- Berusaha menghindar dari lingkungan,
- Takut diketahui orang lain jika dirinya memiliki banyak
masalah.
- Masalah semakin terasa sulit karena berbagai stressor
terakumulasi dan support system kurang dan persepsi
terhadap masalah sangat buruk
Perilaku:
- Klien mengalami susah tidur dan berlangsung terus
menerus sehingga terbiasa menghayal dan menganggap
menghayal awal sebagai pemecah masalah.
2. Comforthing
Comforthing adalah tahap halusinasi menyenangkan (Cemas
Sedang)
Karakteristik:
- Klien mengalami perasaan mendalam seperti cemas,
kesepian, rasa bersalah, takut, dan mencoba untuk berfokus
pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan
kecemasan.
- Klien cenderung mengenali bahwa pikiran-pikiran dan
pengalaman sensori berada dalam kendali kesadaran jika
cemas dapat ditangani.
Perilaku :
- Klien terkadang tersenyum
- tertawa sendiri,
- menggerakkan bibir tanpa suara,
- pergerakkan mata cepat,
14
- respon verbal lambat, diam dan berkonsentrasi.
3. Condemning
Condemning adalah tahap halusinasi menjadi menjijikan (Cemas
Berat)
Karakteristik :
- Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk
mengambil jarak diri dengan sumber yang dipersepsikan.
- Klien mungkin merasa dipermalukan oleh pengalaman
sensori dan menarik diri dari orang lain.
Perilaku:
- Tahap ini ditandai dengan meningkatnya tanda-tanda
sistem syaraf otonom akibat ansietas otonom seperti
peningkatan denyut jantung, pernapasan, dan tekanan
darah.
- Rentang perhatian dengan lingkungan berkurang dan
terkadang asyik dengan pengalaman sensori
- Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan
realita.
4. Controling
Controling adalah tahap pengalaman halusinasi yang berkuasa
(Cemas Berat).
Karakteristik:
- Klien menghentikan perlawanan dan menyerah pada
halusinasi.
- Isi halusinasi menjadi menarik.
- Klien mungkin mengalami pengalaman kesepian jika
sensori halusinasi berhenti.
Perilaku:
- Klien menjadi taat pada perintah halusinasi,
- Sulit berhubungan dengan orang lain,
- Respon perhatian pada lingkungan berkurang (biasanya
hanya beberapa detik saja)
- Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, tremor dan
berkeringat.
5. Conquering
Conquering adalah tahap halusinasi panik dan umumnya melebur
dalam halusinasi.
Karakteristik :
- Pengalaman sensori menjadi mengancam bila klien
mengikuti perintah halusinasi.
- Halusinasi berakhir dari beberapa jam atau hari bila tidak ada
intervensi terapeutik.
15
Perilaku:
- Klien panik
- Berisiko tinggi mencederai, bunuh diri atau membunuh.
- Tindak kekerasan agitasi, menarik atau katatonik
- Ketidakmampuan memberi respon pada lingkungan.
e. Strategi Pelaksanaan ( SP )
a) SP Pasien
1. SP I
Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
Mengidentifikasi isi halusinasi
Mengidentifikasi waktu halusinasi
Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi
Mengajarkan menghardik halusinasi
Menganjurkan klien memasukkan cara menghardik dalam
kegiatan harian
2. SP II
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan orang lain
Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
3. SP III
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara
melakukan kegiatan
Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
4. SP IV
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
Memberikan penkes tentang penggunaan obat secara
teratur
Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
b) SP Keluarga
1 SP I
Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga
dalam merawat pasien
Menjelaskan pengertian halusinasi, tanda dan
gejala, jenis dan proses terjadinya halusinasi
16
Menjelaskan cara merawat klien dengan halusinasi
2 SP II
Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat
pasien dengan halusinasi
Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung
klien halusinasi
3 SP III
Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di
rumah termasuk minum obat ( discharge planning )
Menjelaskan follow up klien setelah pulang
2. PERILAKU KEKERASAN
a. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan unutk
melukai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis.
b. Tanda dan gejala
Mengancam
Mengumpat
Bicara keras dan kasar
Meninju
Membanting
melempar
c. Strategi Pelaksanaan ( SP )
SP Pasien
SP I
Mengidentifikasi penyebab PK
Mengidentifikasi tanda dan gejala PK
Mengidentifikasi PK yang dilakukan
Mengidentifikasi akibat PK
Menyebutkan cara mengontrol PK
Membantu pasien mempraktikkan cara mengontrol PK
secara fisik 1: tarik napas dalam
Menganjurkan pasien untuk memasukkan dalam
kegiatan harian
SP II
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Melatih pasien mengontrol PK dengan cara fisik 2 :
pukul kasur dan bantal
Menganjurkan pasien untuk memasukkan dalam
kegiatan harian
SP III
17
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Melatih pasien mengontrol PK dengan cara verbal
Menganjurkan pasien untuk memasukkan dalam
kegiatan harian
SP IV
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Melatih pasien mengontrol PK dengan cara spiritual
Menganjurkan pasien untuk memasukkan dalam
kegiatan harian
SP V
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Melatih pasien mengontrol PK dengan cara minum obat
Menganjurkan pasien untuk memasukkan dalam
kegiatan harian
SP Keluarga
SP I
Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
Menjelaskan pengertian PK, tanda dan gejala, serta
proses terjadinya PK
SP II
Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien
dengan PK
Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung
pada pasien dengan PK
SP III
Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum obat
Menjelaskan follow up klien setelah pulang
3. WAHAM
a. Pengertian
Waham adalah suat keyakinan yang dipertahankan secara kuat dan terus
menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Tanda dan gejala
Merasa curiga
Merasa diancam / diguna-guna
Merasa sebagai orang hebat
Merasa memiliki kekuatan luar biasa
Merasa sudah mati
18
Marah-marah tanpa sebab
c. Jenis Waham
1. Waham Agama
Keyakinan terhadap agama yang berlebihan
2. Waham Kebesaran
Keyakinan bahwa ia memiliki kebesaran/ kekuasaan khusus
3. Waham Somatik
Klien yakin bahwa tubuh/bagian tubuhnya terganngu atau
terserang penyakit
4. Waham Curiga
Klien yakin bahwa ada seseorang/ kelompok yang berusaha
merugikan atau mencederai dirinya
5. Waham Nihilistik
Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal
6. Waham Sisip pikir
Klien yakin bahwa ada ide pikiran orang lain yang disisipkan
dalam pikirannya
7. Waham Siar Pikir
Klien yakin orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan
8. Waham Kontrol Pikir
Klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar
d. Strategi Pelaksanaan
SP Pasien
SP I
Membantu orientasi realita
Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
Menganjurkan pasien untuk memasukkan dalam kegiatan
harian
SP II
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Berdiskusi tentang yang kemampuan yang dimiliki
Melatih kemampuan yang dimiliki
SP III
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Memberikan penkes tentang penggunaan obat secara teratur
Menganjurkan pasien untuk memasukkan dalam kegiatan
harian
SP Keluarga
SP I
19
Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala waham dan jenis
waham yang dialami serta proses terjadinya waham
Menjelaskan cara-cara merawat pasien waham
SP II
Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien
dengan waham
Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pada
pasien dengan waham
SP III
Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum obat ( discharge planning )
Menjelaskan follow up klien setelah pulang
20
Mendorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu
yang berharga
SP III
Mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien
Menilai pola koping yang biasa dilakukan
Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif
Mndorong pasien memilih pola koping yang konstruktif
Menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstruktif
dalam kegiatan harian
SP IV
Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien
Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang
realistis
Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka
meraih masa depan yang realistis
Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
SP Keluarga
SP I
Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala resiko bunuh diri dan
jenis perilaku bunuh diri yang dialami serta proses terjadinya
Menjelaskan cara-cara merawat pasien resiko bunuh diri
SP II
Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien
dengan resiko bunuh diri
Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pada
pasien dengan resiko bunuh diri
SP III
Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum obat ( discharge planning )
Menjelaskan follow up klien setelah pulang
5. HARGA DIRI RENDAH
a. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri
dan kemampuan diri
b. Tanda dan gejala
Mengeluh hidup tidak bermakna
Tidak memiliki kelebihan apapun
21
Merasa jelek
Putus asa
c. Strategi Pelaksanaan
SP Pasien
SP I
Mendiskusikan kemampuan dan aspek yang dimiliki pasien
( buat daftar )
Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih
dapat digunakan
Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai
kemampuan pasien
Melatih pasien sesuai dengan kemampuan yang dipilih
Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
SP II
Mendiskusikan kemampuan kedua yang dimiliki pasien
Membantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih
sesuai dengan kemampuan pasien
Melatih kemampuan kemampuan kedua yang dipilih
Memberikan reinforcement positif
Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
SP Keluarga
SP I
Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala HDR yang dialami
pasien beserta proses terjadinya
Menjelaskan cara-cara merawat pasien HDR
SP II
Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien
dengan HDR
Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pada
pasien dengan HDR
SP III
Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum oba ( discharge planning )
Menjelaskan follow up klien setelah pulang
6. ISOLASI SOSIAL
a. Pengertian
22
Isolasi sosial adalah keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena
orang lain menyatakan sikap yang negatif/mengancam (Townsend, 2010).
Atau suatu keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
sekitarnya, klien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat,
2009)
b. Tanda dan gejala
Mengatakan malas berinteraksi
Mengatakan orang lain tidak mau menerima dirinya
Merasa orang lain tidak level
Menyendiri
Mengurung diri
Tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain
c. Strategi Pelaksanaan
SP Pasien
SP I
Membina hubungan saling percaya
Membantu klien mengenal penyebab klien menarik diri
Membantu klien mengenal keuntungan dan kerugian yang
tidak berhubungan dengan orang lain
Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan
berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian
SP II
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Mengajarkan klien berinteraksi secara bertahap ( berkenalan
dengan orang pertama- seorang perawat )
SP III
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Mengajarkan klien berinteraksi secara bertahap ( berkenalan
dengan orang kedua- seorang pasien )
Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan dalam jadwal
SP keluarga
SP I
Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala ISOS serta proses
terjadinya
Menjelaskan cara-cara merawat pasien dengan ISOS
SP II
23
Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien
dengan ISOS
Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pada
pasien dengan ISOS
SP III
Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum oba ( discharge planning )
Menjelaskan follow up klien setelah pulang
24
SP I
Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala Defisit perawatan
diri serta proses terjadinya
Menjelaskan cara-cara merawat pasien dengan Defisit
perawatan diri
SP II
Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien dengan
Defisit perawatan diri
Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pada
pasien dengan Defisit perawatan diri
SP III
Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum obat( discharge planning )
Menjelaskan follow up klien setelah pulang
23. STATUS MENTAL DALAM KEPERAWATAN JIWA
1. Agitasi : gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan
2. TIK : gerakan kecil pada otot muka yang tak terkontrol
3. Grimasen : gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak
dapat dikontrol klien
4. Kompulsif : gerakan yang dilakukan berulang kali
5. Datar : tidak ada perubahan roman muka saat ada stimulus yang
menyenangkan atau menyedihkan
6. Tumpul : hanya beraksi bila ada stimulus yang kuat
7. Labil : emosi berubah-ubah
8. Tidak sesuai : emosi yang tidak sesuai atau bertentangan dengan
stimulus yang ada
9. Defensif : selalu berusaha mempertahankan pendapat dan
kebenaran sendiri
10. Curiga : menunjukkan sikap/perasaan tidak percaya pada
seseorang
11. Sirkumstansial : pembicaraan berbelit-belit tapi sampai pada
tujuan pembicaraan
12. Tangensial : pembicaraan berbelit-belit tapi tidak sampai pada
tujuan pembicaraan
13. Flight of idea : pembicaraan yang melompat dari satu topik ke
topik lainnya tidak sampai pada tujuan
14. Blocking : pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa pengaruh
eksternal
15. Perservasi : pembicaraan yang diulang berkali-kali
25
16. Obsesi : pikiran yang selalu muncul meski berusaha
menghilangkan
17. Phobia : ketakutan yang patologis/tidak logis pada obyek /situasi
tertentu
18. Hipokondria : keyakinan terhadap adanya gangguan organ dalam
tubuh yang sebenarnya tidak ada
19. Depersonalisme : perasaan yang asing terhadap diri sendiri,
orang lain dan lingkungan
20. Ide yang terkait : keyakinan terhadapa kejadian yang terjadi di
lingkungan yang bermakna dan terkait dengan dirinya
21. Pikiran magis : yakin mampu melakukan hal-hal yang mustahil
22. Nihilistik : yakin bahwa dirinya sudah meninggal, diucapkan
berkali-kali, tidak sesuai dengan kenyataan
23. Sisip pikir : ada ide orang lain yang disisipkan dalam pikirannya
24. Siar pikir : yakin bahwa orang lain tahu apa yang dipikirkan
25. Kontrol pikir : yakin bahwa pikirannya dikontrol oleh pikiran
dari luar
26. Sedasi : merasakan merasa melayang/antara sadar dan tidak
27. Stupor : gangguan motorik seperti kekakuan, merasa canggung
dengan keadaan lingkung dan dipertahankan
24. TAHAP REAKSI HOSPITALISASI PADA ANAK
Respon perilaku anak akibat perpisahan dibagi atas 3 tahap
a Tahap protes
Menangis kuat
Menjerit
Memanggil ibunya
Menggunakan tingkah laku agresif agar orang lain tahu bahwa ia
tidak ingin ditinggalkan orang tuanya
Menolak perhatian orang lain
c. Tahap putus asa ( Despair)
Anak tampak tenang
Menangis berkurang
Tidak aktif
Kurang minat untuk main
Tidak nafsu makan
Menarik diri, sedih dan apatis
d. Tahap menolak ( Denial/Detachment )
Secara samar-samar anak menerima perpisahan
Membina hubungan dangkal dengan orang lain
Kelihatan mulai menyukai lingkungan
25. KEBUTUHAN CAIRAN PADA ANAK
26
Rumus Hollyday Segar :
BB < 10 kg : BB x 100 cc
BB 10-20 kg : 1000 cc + (BB-10) x 50 cc
BB > 20 kg : 1500 cc + (BB-20) x 20 cc
26. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi Afektif
Berguna untuk pemenuhan kebutuhan kasih sayang anggota
keluarganya karena respon kasih sayang satu angggota keluarga ke
anggota keluarga lainnya
27
c. Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali
suami istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-
anaknya, baik bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari
perkawinan baru, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah
d. Keluarga Dyad
Terdiri atas suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai
anak, keduanya atau salah satunya bekerja di luar rumah
e. Keluarga duda atau janda ( single family )
Terdiri atas satu orangtua ( ayah atau ibu ) akibat perceraian atau
kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di dalam atau
di laur rumah
f. Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk menikah
2. Tipe keluarga non tradisional
a. Unmarried parent and child
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua ( biasanya ibu ) dengan anak
tanpa nikah atau perkawinan yang tidak dikehendaki
b. Commune family
Beberapa pasangan keluarga ( dengan anaknya ) yang tidak ada
hubungan saudara, hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama
c. The non marital heterosexual cohibitang family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan
d. Gay and lesbian family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana suami istri
e. Cohibing couple
Dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan
28. STRUKTUR KEKUATAN KELUARGA
a. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah
b. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu
c. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
ibu
d. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami
28
e. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri
29. TAHAPAN KELUARGA SEJAHTERA
1. Keluarga pra sejahtera
Yaitu; keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya ( basic need)
secara minimal seperti kebutuhan akan spiritual, pangan, sandang, papan,
kesehatan dan KB.
2. Keluarga sejahtera 1
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi keutuhan dasarnya secara minimal
tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologis seperti kebutuhan akan
pendidikan, KB,interaksi lingkungan tempat tinggal dan transportasi.
3. Keluarga sejahtera 2
Yaitu keluarga disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya juga telah
dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya seperti kebutuhan untuk
menabung dan memperoleh informasi.
4. Keluarga sejahtera 3
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar kebutuhan
sosial psikologis dan perkembangan keluarganya tetapi belum dapat memberikan
sumbangan yang teratur bagi masyarakat seperti sumbangan materi dan berperan
aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
30. TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA.
1. Tahap 1; pasangan baru menikah ( keluarga baru )
membina hubungan perkawinan yang saling memuaskaan
membina hubungan harmonis dengan saudara dan kerabat
merencanakan keluarga termasuk merencanakan jumlah anak yang
diinginkan.
2. Tahap 2 ; menanti kelahiran ( child bearing family ) atau anak tertua
adalah bayi berusia < 1 bulan
menyiapkan anggota keluarga baru ( bayi dalam keluarga )
membagi waktu untuk individu pasangan dan keluaga )
3. Tahap 3; keluarga dengan anak pra sekolah atau anak tertua 2,5- 6 tahun.
memyatukan kebutuhan masing masing anggota keluarga antara
lain ruang atau kamar pribadi dan keamanan
mensosialisasikan anak anak
menyatukan keinginan anak anak yang berbeda
mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga
4. Tahap 4; keluarga dengan anak sekolah atau anak tertua 7- 12 tahun
29
mensosialisasikan anak anak termasuk membantu anak anak
mencapai prestasi yang baik disekolah
membantu anak anak membina hub dengan teman sebaya
mempertahankan hub perkawinan yang memuaskan
memenuhi kebutuhan kesehatan masing masing anggota keluarga
5. Tahap 5 ; keluarga dengan remaja atau anak tertua berusia 13- 20 tahun
Mengimbangi kebebasan remaja dengan tanggung jawab yan
sejalan dengan maturitas remaja
memfokuskan kembali hubungan perkawinan
melakukan komunikasi yang terbuka diantara orang tua dengan
anak anak remaja
4. Tahap 6 ; keluarga dengan anak dewasa ( pelepasan)
menambah anggota keluarga dengan kehadiran anggota keluarga
baru melalui pernikahan anak anak yang telah dewasa
menata kembali hubungan perkawinan
Menyiapkan datangnya proses penuaan termasuk timbulnya
masalah masala kesehatan
5. Tahap 7 ; keluarga usia pertengahan
mempertahankan kontak dengan anak cucu
memperkuat hubungan perkawinan
meningkatkan usaha promosi kesehatan
6. Tahap 8 ; keluarga usia lanjut
menata kembali kehidupan yang memuaskan
menyesuaikan kehidupan dengan penghasilan yang berkurang
mempertahankan hub perkawinan menerina kehilangan pasangan
mempertahankan kontak dengan masyarakat menemukan arti
hidup
31. BANTUAN HIDUP DASAR
Langkah-langkah BHD
30
1. Memastikan keamanan ( 3 A : aman diri, aman lingkungan, aman pasien)
2. Menilai kesadaran (panggil dan tepuk bahu) dan memastikan tidak ada
nafas ( Look, Listen, Feel)
3. Meminta pertolongan/mengaktifkan sistem emergensi
4. Mengatur posisi korban (telentang, alas datar dan keras)
5. Mengatur posisi penolong (kedua lutut penolong diantara bahu pasien)
Circulation
Melakukan cek nadi karotis maksimal (5-10 detik)
Menentukan titik kompresi; dewasa/anak 'tengah sternum'
Melakukan kompresi:
a. Meletakkan pangkal telapak tangan (dengan tangan lain mengunci) 1-2
cm diatas prosesus xipoideus
b. Tangan posisi lurus, siku terkunci (tidak menekuk), bahu diatas sternum
c. Melakukan kompresi dengan kedalaman dewasa 5 cm, anak 4 cm;
kecepatan 100 kali/menit dengan irama teratur
Airway
Membuka jalan nafas dengan Head Tilt-Chin Lift manuver atau Jaw Thrust bila
dicurigai trauma servikal
Breathing
Memberi nafas buatan / ventilasi 2 kali
Melakukan kompresi : ventilasi (30 : 2) selama 5 siklus
Cek nadi:
a. Bila nadi ada tapi tidak ada nafas spontan berikan ventilasi 10-12 kali/menit
31
Penanganannya : tutup dengan kassa 3 sisi yang kedap udara
b. Tension Pneumothorax
Pasien sangat sesak
Frekuensi napas cepat dan dangkal
Ekspansi dinding dada tidak simetris disertai jejas pada daerah thorax
Suara napas berkurang atau hilang pada sisi yang cedera/hasil
auskultasi negatif
Hasil perkusi hipersonor
Deviasi trachea/trakea bergeser
Distensi vena jugularis
Penanganannya : Needle torakosintesis di ICS 2 mid klavikula
c. Hemathotorax massif ( perdarahan didalam rongga pleura/thorax )
Pasien sangat sesak
Frekuensi napas cepat dan dangkal
Hasil auskultasi negatif
Hasil perkusi dullness/pekak/redup
Adanya darah dalam rongga pleura
Penanganan : pasang WSD
d. Flail chest
Pasien sangat sesak
Frekuensi napas cepat dan dangkal
Ekspansi dinding dada tampak paradoksal
Pasien nyeri hebat saat bernapas sehingga cenderung takut untuk
bernapas
Fraktur iga 2-3
e. Tamponade jantung
JVP melemah
Bunyi jantung melemah
Penanganannya : Perikardiosintesis
33. TANDA-TANDA PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL
Pusing dan muntah
Tekanan darah sistolik meninggi
Nadi melambat ( Bradikardia )
34. TANDA-TANDA FRAKTUR BASIS CRANII
Racoon eyes (ekimosis periorbital)
Battle sign ( ekimosis retroaurikular)
Rhinorea ( perdarahan hidung )
Ottorhea ( perdarahan telinga)
32
35. ANALISA GAS DARAH
a. PH normal : 7,35 - 7,45
b. PaO2 normal : 80 – 100
c. PCO2 normal : 35 – 45
d. HCO3 normal : 22 – 26
PCO2 : Respiratorik HCO3 : Metabolik
PH < 7,35 : Asidosis PH > 7,45 : Alkalosis
PCO2 < 35 : Alkalosis PCO2 > 45 : Asidosis
HCO3 < 22 : Asidosis HCO3 > 26 : Alkalosis
Metabolik (HCO3) berbanding lurus dengan PH
Respiratorik (PCO2) berbanding terbalik dengan PH
Contoh
PH : 7, 23 PCO2 : 50 HCO3 : 24
Interpretasinya : Asidosis respiratorik
Kompensasi sebagian : status asam basa yang tidak sesuai status PH berada di luar
batas normal
Contoh
PH : 7, 48 PCO2 : 55 HCO3 : 30
Interpretasinya : Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian dengan asidosis
respiratorik
Kompensasi penuh : status asam basa tidak sesuai dengan status PH, tetapi PH
dalam batas normal
PH 7,35 – 7,40 : Asidosis
PH 7, 41 – 7,45 : Alkalosis
Contoh
PH : 7, 38 PCO2 : 32 HCO3 : 14
Interpretasinya : Asidosis metabolik terkompensasi penuh
36. FUNGSI ENZIM-ENZIM
a. Tripsin
Berfungsi memecah protein menjadi pepton
b. Kimotripsin
Berfungsi mengubah protein dan proteosa menjadi pepton, peptide dan
asam amini
c. Lipase pankreas ( Steapsin )
Merupakan enzim yang memecah emulsi lemak menjadi asam lemak
dan gliserol
d. Amilopsin ( amilase pankreas )
Merupakan enzim yang memecah amilum dan dekstrin menjadi
maltose dan glukosa
e. Ribonuklease dan deoksiribonuklease
Merupakan enzim yang mencerna DNA/RNA menjadi nukleotida
33
f. Sekretin
Berfungsi merangsang sel-sel pancreas untuk mensekresikan getah
pancreas, HCO3 dan juga mengurangi sekresi getah lambung
g. Koleisistokinin
Berfungsi merangsang sel-sel pancreas mensekresikan getah pancreas
yang kaya enzim
Menyebabkan kontraksi pada kandung empedu
h. Peptidase
Enzim yang memecah polipeptida menjadi asam amino
i. Maltase, Laktase, dan Sukrase
Enzim yang memecah disakarida ( maltose, laktosa, sukrosa ) menjadi
monosakarida
j. Erepsin
Enzim yang mengubah pepton menjadi asam amino
k. Enterokinase
Enzim yang mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin dan erepsinogen
menjadi erepsin
37. PENGKAJIAN NYERI
a. Provocate ( faktor pencetus )
Kaji tentang penyebab nyeri
Observasi bagian-bagian tubuh yang mengalami nyeri
b. Quality ( kualitas )
Sesuatu yang obyektif yang diungkapkan pasien
Seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat : tajam,
tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, dll
c. Region ( Lokasi )
Mengkaji lokasi nyeri
d. Severe ( Keparahan )
Klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai
nyeri ringan, nyeri sedang atau berat.
Menggunakan skala nyeri 0-10
e. Time ( Durasi )
Menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan, durasi dan
rangkaian nyeri
38. PEMERIKSAAN GCS
a. Eye ( Mata)
4 = Spontan membuka mata
3 = Dengan perintah
2 = dengan rangsangan nyeri
1 = tidak ada reaksi
34
b. M ( Motorik)
6 = mengikuti perintah
5 = melokalisir nyeri
4 = menghindari nyeri
3 = flexi abnormal
2 = ekstensi abnormal
1 = tidak ada reaksi
c. V ( verbal)
5 = orientasi baik
4 = bingung, disorientasi waktu dan tempat, tapi dapat mengucapkan
3 = hanya mengucapkan kata-kata namun tidak dalam satu kalimat
2 = suara tanpa arti (mengerang)
1 = tidak ada reaksi
39. APGAR SCORE
a. Appearance ( warna kulit )
0 = kulit biru pucat/cianosis
1 = badan merah, ekstremitas biru
2 = seluruh badan merah
b. Pulse ( nadi )
0 = tidak ada
1 = < 100 x/mnt, lemah
2 = > 100 x/mnt, kuat
c. Gremace ( kepekaan Reflex )
0 = tidak ada respon
1 = meringis, merintih, menangis lemah
2 = menangis kuat
d. Activity ( Tonus otot )
0 = tidak ada gerakan
1 = gerakan lemah
2 = gerakan kuat
e. Respirasi ( pernapasan )
0 = tidak ada napas
1 = napas lemah
2 = napas kuat
40. PENATALAKSANAAN PADA BAYI BARU LAHIR
Asfiksia Berat ( jika nilai APGAR SCORE 0 – 3 )
Kolaborasi dalam pemberian oksigen
Kolaborasi dalam pemberian suction
Berikan kehangatan pada bayi
35
Observasi denyut jantung, warna kulit, respirasi
Berikan injeksi vit K apabila ada indikasi perdarahan
Asfiksia Sedang ( nilai APGAR SCORE 4 – 6
Kolaborasi dalam pemberian oksigen
Kolaborasi dalam pemberian suction
Observasi respirasi bayi
Berikan kehangatan pada bayi
Bayi normal ( jika nilai APGAR SCORE 7 – 10 )
41. DERAJAT HIPERBILIRUBIN MENURUT KREMER
a. Derajat I
Apabila warna kuning dari kepala sampai leher
b. Derajat II
Apabila warna kuning dari kepala, badan sampai umbilicus
c. Derajat III
Apabila warna kuning dari kepala, badan, paha, sampai dengan lutut
d. Derajat IV
Apabila warna kuning dari kepala, badan, ekstremitas sampai dengan
pergelangan tangan dan kaki
e. Derajat V
Apabila warna kuning dari kepala, badan, semua ektremitas sampai
dengan ujung jari
36
- Ditimbukan sebagai reaksi dari suatu pengalaman hidup
yang menyedihkan.
- Depresi ini lebih mendalam berlangsung lama tetapi jarang
melampaui beberapa minggu.
2. Exhaustion depression.
- Merupakan depresi yang ditimbulkan setelah bertahun-
bertahun masa laten, akibat tekanan perasaan yang berlarut-
larut, goncangan jiwa yang berturut atau pengalaman
berulang yang menyakitkan.
3. Depresi neurotic.
- Asal mulanya adalah konflik-konflik psikologis masa anak-
anak (seperti keadaan perpisahan dengan ibu pada masa
bayi, hubungan orang tua anak yang tidak menyenangkan)
yang selama ini disimpan dan membekas dalam jiwa
penderita.
- Jauh sebelum timbulnya depresi sudah tampak adanya
gejala-gejala kecemasan, tidak percaya diri, gagap, sering
mimpi buruk, dan enuresis.
- Juga gejala jasmaniah seperti banyak berkeringat, gemetar,
berdebar-debar, gangguan pencernaan seperti diare dan
spasm
b. Depresi Endogenik
- Depresi ini diturunkan,
- timbul tanpa didahului oleh masalah psikologis atau fisik
tertentu,
- bisa juga dicetuskan oleh trauma fisik maupun psikis,
kebanyakan depresi endogen berupa suatu depresi unipolar.
c. Depresi Somatogenik
Pada depresi ini dianggap bahwa faktor-faktor jasmani berperan dalam
timbulnya depresi, terbagi dalam beberapa tipe:
1. Depresi organic.
- Disebabkan oleh perubahan perubahan morfologi dari otak
seperti arteriosklerosis serebri, demensia senelis, tumor
otak, defisiensi mental, dan lain-lain.
- Gejala-gejalanya dapat berupa kekosongan emosional
disertai ide-ide hipokondrik.
- Biasanya disertai dengan suatu psychosyndrome akibat
kelainan lokal atau difusi di otak dengan gejala kerusakan
short term memory, disorientasi waktu, tempat, dan situasi
disertai tingkah laku eksplosif dan mudah terharu.
2. Depresi simptomatik.
37
- Merupakan depresi akibat atau bersamaan dengan penyakit
jasmaniah seperti Penyakit infeksi (hepatitis, influenza,
pneumonia), Penyakit endokrin (diabetes mellitus,
hipotiroid), Akibat tindakan pembedahan, Pengobatan
jangka panjang dengan obat-obatan antihipertensi, Pada
fase penghentian kecanduan narkotika, alkohol dan obat
penenang.
44. TEORI PENUAAN
Secara garis besar teori penuaan dibagi menjadi :
a. Teori Biologis
1. Teori Genetika
Penuaan terutama dipengaruhi oleh pembentukan gen dan
dampak lingkungan pada pembentukan kode genetik
Suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang
berjalan dari waktu ke waktu untuk mengubah struktur
jaringan
2. Wear and Tear Theory
Perubahan struktur dan fungsi terjadi akibat akumulasi
sampah metabolic atau zat nutrisi yang dapat merusak sintesis
DNA sehingga mendorong malfungsi molekuler dan akhirnya
malfungsi organ tubuh.
Memperlihatkan penerimaan terhadap mitos dan stereotip
penuaan.
3. Riwayat Lingkungan
Faktor-faktor lingkungan dapat membawa perubahan dalam
proses penuaan
4. Teori Imunitas
Menggambarkan suatu kemunduran dalam system imun yang
berhubungan dengan penuaan.
Pertahanan terhadap organism mengalami penurunan
Lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit seperti
kanker dan infeksi
5. Teori Neuroendokrin
Perubahan pada tingkat molekul dan sel
b. Teori Psikososial
1. Teori Kepribadian
Aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan
harapan atau tugas spesifik lansia
Tahap akhir kehidupan sebagai waktu ketika orang
mengambil suatu inventaris dari hidup mereka
38
Suatu waktu untuk melihat kebelakang dari pada melihat ke
depan
Selama proses refleksi ini lansia harus menghadapi kenyataan
hidupnya secara retrospektif
2. Teori Tugas Perkembangan
Aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh
seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya
unutk mencapai penuaan yang sukses
3. Teori Disengagement
Penarikan diri oleh lansia dari peran bermasyarakat dan
tanggung jawabnya.
Penarikan diri ini dapat diprediksi, sistematis, tidak dapat
dihindari dan penting untuk fungsi yang tepat dari
masyarakat yang sedang tumbuh
4. Teori Aktivitas
Merupakan jalan menuju penuaan yang sukses yaitu
dengan cara tetap aktif
5. Teori Kontinuitas
Suatu kelanjutan dari kedua teori sebelumnya
Mencoba untuk menjelaskan dampak kepribadian pada
kebutuhan untuk tetap aktif
Memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan
terpenuhinya kebutuhan di masa tua.
Sering mengantuk
39
Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang
Kulit keriput, misalnya kita cubit kulit dinding perut, kulit tidak
segera kembali ke posisi semula.
Pingsan
Kejang
Perut kembung
Gagal jantung
Ubun-ubun cekung
3. Dehidrasi berat (jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10 % dari berat
badan)
Gejala:
Berak cair terus-meneru
Muntah terus-menerus
Kesadaran menurun, lemas dan terus mengantuk
Tidak bisa minum, tidak mau makan
Mata cekung, bibir kering dan biru
Cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik
Kesadaran berkurang
Tidak buang air kecil
Tangan dan kaki menjadi dingin dan lembab
Denyut nadi semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba
Tekanan darah menurun drastis hingga tidak dapat diukur
Ujung kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan
46. FASE PENYEMBUHAN LUKA
40
a. Fase Inflamasi
Respon vaskular dan selular terjadi ketika jaringan teropong atau
mengalami cedera.
Vasokonstriksi pembuluh terjadi dan pembekuan fibrinoplatelet terbentuk
dalam upaya untuk mengontrol pendarahan.
Reaksi ini berlangsung dari 5 menit sampai 10 menit dan diikuti oleh
vasodilatasi venula
Fase inflamasi sangat penting dalam proses penyembuhan luka karena
berperan melawan infeksi pada awal terjadinya luka serta memulai fase
proliferasi. Walaupun begitu, inflamasi dapat terus berlangsung hingga
terjadi kerusakan jaringan yang kronis.
b. Fase Proliferatif
Fibroblas memperbanyak diri dan membentuk jaring-jaring untuk sel-sel
yang bermigrasi. sel-sel epitel membentuk kuncup pada pinggiran luka,
kuncup ini berkembang menjadi kapiler yang merupakan sumber nutrisi
bagi jaringan granulasi yang baru.
Setelah 2 minggu, luka hanya memiliki 3% sampai 5% dari kekuatan
aslinya, sampai akhir bulan hanya 35% sampai 59% kekuatan luka
tercapai. tidak akan lebih dari 70% sampai 80% kekuatan dicapai kembali.
Banyak vitamin, terutama vitamin C, membantu dalam proses
metabolisme yang terlibat dalam penyembuhan luka.
c. Fase Maturasi dan Remodeling
Sekitar 3 minggu setelah cedera, fibroblast mulai meninggalkan luka.
Jaringan parut tampak besar, sampai fibril kolagen menyusun kedalam
posisi yang lebih padat.
Kekuatan susunan kolagen akan bertambah seiring dengan perjalanan
waktu.
Setelah 3 bulan, rata-rata kekuatan jaringan ini mencapai 50% dari
kekuatan jaringan normal, dan akan terus bertambah hingga maksimal
80% dari kekuatan jaringan normal.
47. MACAM-MACAM SUARA NAPAS
a. Suara napas vesikuler ;
Terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi.
Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti
tiupan.
b. Suara napas bronchial
Sering juga disebut dengan “Tubular sound” karena suara ini
dihasilkan oleh udara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya
terdengar keras, nyaring, dengan hembusan yang lembut.
Fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi, dan tidak ada henti
diantara kedua fase tersebut.
41
Normal terdengar di atas trachea atau daerah suprasternal notch.
c. Suara napas bronkovesikuler :
gabungan dari suara nafas bronchial dan vesikular.
Suaranya terdengar nyaring dan dengan intensitas yang sedang.
Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi.
Suara ini terdengar di daerah thoraks dimana bronchi tertutup oleh
dinding dada.
48. JENIS IRAMA PERNAPASAN
a. Eupnea ( normal )
b. Takipnea ( melebihi normal)
c. Bradipnea ( kurang dari normal )
d. Apnea ( tidak ada napas )
e. Hiperventilasi ( pernapasan dalam namun kecepatan normal )
f. Cheyne stokes ( secara bertahap semakin cepat kemudian dalam periode
tertentu melambat dan di selingi apnea )
g. Biot ( cepat dan dalam dengan berhenti tiba-tiba diantaranya )
h. Kussmaul ( cepat dan dalam tanpa berhenti )
49. SUARA TAMBAHAN PARU
a. Wheezing
Suara mengi saat ekspirasi yang biasa terjadi pada pasien asma
b. Ronchi
Mengindikasikan adanya sekret yang menumpuk
c. Stridor
Suara mengi saat inspirasi yang biasa terjadi pada pasien trauma suhu
yang mengalami oedem laring
d. Gurgling
Bunyi seperti berkumur yang biasa terjadi akibat penumpukan cairan /
darah di laring
e. Snoring
Bunyi ngorok yang menandakan posisi lidah jatuh ke belakang
50. KEKUATAN OTOT
0 = tidak ditemukannya adanya kontraksi pada otot
1 = terjadi gerakan otot namun tidak ada gerakan. Otot tidak cukup kuat
untuk mengangkat bagian tubuh tertentu
2 = otot dapat berkontraksi tetapi tidak bisa menggerakkan bagian tubuh
melawan gravitasi namun ketika gravitasi dihilangkan dengan
perubahan posisi tubuh, otot dapat menggerakkan bagian tubuh secara
penuh.
3 = otot dapat berkontraksi dan menggerakkan bagian tubuh secara penuh
melawan gaya gravitasi. Tetapi ketika diberikan dorongan melawan
gerakan tubuh, otot tidak mampu melawan.
42
4 = otot mampu berkontraksi dan menggerakkan tubuh melawan tahanan
minimal. Klien mampu melawan dorongan yang diberikan namun
tidak maksimal
5 = otot berfungsi normal dan mampu melawan tahanan maksimal.
51. PEMERIKSAAN SARAF KRANIAL
a. Nervus Olfaktorius / Nervus Kranialis I
Terdapat pada mukosa rongga hidung
Diperiksa dengan zat-zat ( bau-bauan ) seperti ; kopi, the dan
tembakau
b. Nervus Optikus / Nervus Kranialis II
Ketajaman penglihatan
Pasien disuruh membaca dengan jarak 35 cm
Pasien disuruh melihat satu benda. Tanyakan apakah benda
yang dilihat jelas/kabur
Lapangan penglihatan
Alat yang biasa digunakan adalah jari pemeriksa.
Fungsi mata diperiksa bergantian
c. Nervus Okulomotorius / Nervus kranialis III
Nervus yang mempersyarafi otot-otot bola mata eksterna, levator
palbebra dan konstriktor pupil.
Dilihat apakah ada edema kelopak mata, kelopak mata jatuh ( ptosis),
celah mata sempit (endophtalmus), bola mata menonjol (exophtalmus)
d. Nervus Trokhlearis / Nervus kranialis IV
Pemeriksaan pupil
e. Nervus Trigeminus / Nervus Kranialis V
Syaraf yang mempersyarafi sensoris wajah dan otot pengunyah.
f. Nervus Abdusens / Nervus Kranialis VI
Menilai fungsi otot bola mata dengan keenam arah utama : lateral atas,
medial atas, medial bawah, lateral bawah, ke atas dan kebawah.
g. Nervus Fasialis / Nervus Kranilais VII
Memberikan sedikit berbagai zat 2/3 lidah bagian depan seperti gula,
garam dan kina
Pasien disuruh untuk menjulurkan lidah pada waktu diuji
h. Nervus Akustikus / Nervus Kranialis VIII
Pendengaran
Keseimbangan
i. Nervus Glossofaringeus / Nervus Kranialis IX
Refleks muntah
j. Nervus Vagus / Nervus kranialis X
Apakah terjadi regurgitasi hidung
Observasi denyut jantung klien apa ada bradikardi atau takikardi
43
k. Nervus Aksesorius / Nervus Kranialis XI
Apakah terdapat parese
l. Nervus Hipoglosus/Nervus kranialis XII
Mempersyarafi otot-otot lidah
52. TRIAGE
A. Pengertian
Triase Adalah Proses khusus Memilah dan memilih pasien berdasarkan
beratnya penyakit menentukan prioritas perawatan gawat medik serta prioritas
transportasi. artinya memilih berdasarkan prioritas dan penyebab ancaman
hidup.
Triase/Triage merupakan suatu sistem yang digunakan dalam
mengidentifikasi korban dengan cedera yang mengancam jiwa untuk
kemudian diberikan prioritas untuk dirawat atau dievakuasi ke fasilitas
kesehatan.
B. Prinsip-prinsip dan Tata Triase cara melakukan
Triase dilakukan berdasarkan observasi terhadap 3 hal, yaitu :
1. Pernafasan ( respiratory)
2. Sirkulasi (perfusion)
3. Status Mental (Mental State)
C. Pengelompokan Triase berdasarkan Tag label
1. Prioritas Nol (Hitam)
- Pasien meninggal atau cedera Parah yang jelas tidak mungkin untuk
diselamatkan.
2. Prioritas Pertama (Merah)
- Penderita Cedera berat dan memerlukan penilaian cepat dan tindakan
medik atau transport segera untuk menyelamatkan hidupnya. Misalnya
penderita gagal nafas, henti jantung, Luka bakar berat, pendarahan
parah dan cedera kepala berat.
3. Prioritas kedua (kuning)
- Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera dan tingkat yang
kurang berat dan dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa
dalam waktu dekat. misalnya cedera abdomen tanpa shok, Luka bakar
ringan, Fraktur atau patah tulang tanpa Shok dan jenis-jenis penyakit
lain.
4. Prioritas Ketiga (Hijau)
- Pasien dengan cedera minor dan tingkat penyakit yang tidak
membutuhkan pertolongan segera serta tidak mengancam nyawa
dan tidak menimbulkan kecacatan.
53. KATS INDEKS
Index katz adalah pemeriksaan disimpulkan dengan system penilaian yang
didasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam melakukan aktifitas
44
fungsionalnya. Salah satu keuntungan dari alat ini adalah kemampuan untuk
mengukur perubahan fungsi aktivitas dan latihan setiap waktu, yang diakhiri
evaluasi dan aktivitas rehabilisasi.
Pengukuran pada kondisi ini meliputi Indeks Katz
Klasifikasi:
A : Mandiri, untuk 6 fungsi
B : Mandiri, untuk 5 fungsi
C : Mandiri, kecuali untuk mandi dan 1 fungsi lain.
D : Mandiri, kecuali untuk mandi, berpakaian dan 1 fungsi lain
E : Mandiri, kecuali untuk mandi, berpakaian, pergi ke toilet dan 1 fungsi lain
F : Mandiri, kecuali untuk mandi, berpakaian, pergi ke toilet berpindah (berjalan) dan 1
fungsi lain
G : Tergantung untuk 6 fungsi.
Keterangan:
Mandiri: berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari orang lain.
Seseorang yang menolak melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi,
meskipun dianggap mampu
54. MANAJEMEN SISTEM 5 MEJA
Meja 1 = pendaftaran
Meja 2 = penimbangan
Meja 3 = pencatatan
Meja 4 = penyuluhan kesehatan
Meja 5 = pelayanan professional
55. RUANG LINGKUP KEPERAWATAN KOMUNITAS
a. Pencegahan level 1 ( Promotif dan preventif )
Promotif
Penyuluhan kesehatan / Penkes
Pemeliharaan kesehatan perorangan
45
Pemeliharaan kesehatan lingkungan
Peningkatan gizi dengan pedoman umum gizi seimbang
Olahraga teratur
Rekreasi
Pendidikan seks
Preventif
Imunisasi
Pemeriksaan kesehatan berkala di puskesmas, RS
Pemeberian vitamin A dan yodium
Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas, menyusui
b. Pencegahan level 2 ( Kuratif )
Merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga yang sakit
Perawatan payudara
Home nursing
Perawatan tali pusat
c. Pencegahan level 3 ( rehabilitatif )
Upaya pemulihan kesehatan bagi penderita yang dirawat di rumah
Latihan napas dalam dan batuk efektif
Latihan ROM untuk penderita stroke
d. Resosialisasi
Upaya mengembalikan individu, keluarga dan kelompok khusus ke
dalam pergaulan masyarakat ( misalnya kusta, AIDS, WTS, tuna
wisma ).
56. TINGKAT PENCEGAHAN DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS
a. Pencegahan Primer
Merupakan pencegahan sejati
Mencakup usaha promosi kesehatan, penkes, imunisasi, kebersihan
diri, penggunaan sanitasi lingkungan yang bersih, olahraga, perubahan
gaya hidup, aktivitas kebugaran fisik (senam), nutrisi.
b. Pencegahan Sekunder
Melakukan deteksi dini
Melakukan penanganan yang tepat seperti skrining kesehatan
Deteksi dini adanya gangguan kesehatan
Uji gula darah untuk mengetahui adanya DM
Uji perkembangan denver untuk mengkaji adanya keterlambatan
perkembangan anak.
c. Pencegahan Tersier
Tujuan untuk mencegah komplikasi
Meminimalkan ketunadayaan
Memaksimalkan fungsi melalui rehabilitasi
46
Melakukan rujukan kesehatan
Melakukan konseling kesehatan bagi individu yang memiliki masalah
kesehatan
Memfasilitasi ketidakmampuan
Mencegah kematian
57. PERAN PERAWAT KOMUNITAS
a. Care Provider
Memberikan asuhan keperawatan kepada individu, keluarga dan
komunitas secara langsung menggunakan prinsip 3 tingkat pencegahan
b. Advocate
Tanggap terhadap kebutuhan komunitas dan mampu
mengkomunikasikan kebutuhan tersebut kepada pemberi layanan
secara tepat.
Mampu menggunakan sumber atau dukungan yang tersedia di
masyarakat
Membantu komunitas mengambil keputusan guna mempertahankan
dan meningkatkan kesehatannya.
c. Educator
Pemberian informasi
d. Conselor
Mendengarkan keluhan secara obyektif
Memberikan umpan balik dan informasi serta membantu klien melalui
proses pemecahan masalah
Mengidentifikasi sumber yang dimiliki klien
e. Case Manager
Mengkaji dan mengidentifikasi kebutuhan klien
Merancang rencana keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien
Mengawasi dan mengevaluasi dampak terhadap pelayanan yang
diberikan
f. Consultan
Membantu klien untuk memahami dan membantu komunitas dalam
mengambil keputusan yang tepat
Bertindak sebagai konsultan bagi perawat lain, professional lain dalam
memberikan informasi dan bantuan dalam mengatasi masalah
g. Researcher
Sebagai peneliti
Mengaplikasikan hasil riset dalam praktik keperawatan
Mengumpulkan data, merancang dan mendesiminasikan hasil riset
h. Collaborator
Berpartisipasi dalam kerjasama membuat kebijakan
47
Berkomunikasikan dengan anggota tim kesehatan
Berpartisipasi dalam kerjasama melakukan tindakan untuk
menyelesaikan masalah
i. Liaison/Penghubung
Sebagai penghubung
Merujuk permasalahan klien kepada sarana pelayanan kesehatan serta
sumber yang ada di masyarakat.
58. MANAGEMEN KONFLIK
a. Bersaing
Mengatasi konflik dengan bersaing adalah penanganan konflik di mana
seseorang atau satu kelompok berupaya memuaskan kepentingannya
sendiri tanpa mempedulikan dampaknya pada orang lain atau kelompok
lain
b. Berkolaborasi
Berkolaborasi adalah upaya yang ditempuh untuk memuaskan kedua belah
pihak yang sedang berkonflik
c. Menghindar
Menghindar adalah cara menyelesaikan konflik di mana pihak yang
sedang berkonflik mengakui adanya konflik dalam interaksinya dengan
orang lain tetapi menarik diri atau menekan konflik tersebut (seakan-akan
tidak ada konflik atau masalah).
d. Akomodasi
Akomodasi adalah upaya menyelesaikan konflik dengan cara salah satu
pihak yang berkonflik menempatkan kepentingan pihak lain yang
berkonflik dengan dirinya lebih tinggi.
e. Kompromi
Kompromi adalah cara penyelesaian konflik di mana semua pihak yang
berkonflik mengorbankan kepentingannya demi terjalinnya keharmonisan
hubungan dua belah pihak tersebut.
59. MEKANISME KOPING
a. Kompensasi
Proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan
secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang
dimilikinya
b. Penyangkalan ( Denial )
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari
realitas tersebut
c. Pemindahan ( Displacement )
Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang/benda
lain yang biasanya nertal atau lebih sedikit mengancam dirinya.
d. Disosiasi
48
Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari
kesadaran atau identitasnya
e. Identifikasi ( Identification )
Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi
berupaya dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran, perilaku
dan selera orang tersebut
f. Intelektualisasi ( Intelectualization )
Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari
pengalaman yang mengganggu perasaannya
g. Introjeksi ( Introjection )
Suatu jenis identifikasi yang kuat dimana seseorang mengambil
dan melebur nilai-nilai dan kualitas seseorang atau suatu kelompok
ke dalam struktur egonya sendiri, merupakan hati nurani
h. Isolasi
Pemisahan unsure emosional dari suatu pikiran yang mengganggu
dapat bersifat sementara atau berjangka lama
i. Proyeksi
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang
lain terutama keinginan, perasaan emosional dan motivasi yang
tidak dapat ditoleransi
j. Rasionalisasi
Mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat diterima
masyarakat untuk menghalalkan/membenarkan impuls, perasaaan,
perilaku dan motif yang tidak dapat diterima
k. Reaksi formasi
Pengembangan sikap dan pola perilaku yang ia sadari yang
bertentangan dengan apa yang sebenarnya ia rasakan atau ingin
lakukan
l. Regresi
Kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan merupakan cirri
khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini
m. Represi
Pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran, impuls atau
ingatan yang menyakitkan atau bertentangan dari kesadaran
seseorang.
Merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung oleh
mekanisme lain
n. Pemisahan ( Splitting )
Sikap mengelompokkan orang/keadaan hanya sebagai semuanya
baik atau semuanya buruk
49
Kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan negative di
dalam diri sendiri
o. Sublimasi
Penerimaaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam
penyalurannya secara normal
p. Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan
tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang disadari
Pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari
kesadaran seseorang
q. Undoing
Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian
dari tindakan/perilaku atau komunikasi sebelumnya
Merupakan pertahanan primitif
50
kantong kolostomi
Menempelkan kantong kolostomi dengan posisi
13 vertikal/ horisontal/ miring sesuai kebutuhan
pasien
Memasukkan stoma melalui lubang kantong
14 kolostomi
Merekatkan kolostomi bag dengan tepat tanpa
15 udara di dalamnya
16 Merapikan klien dan membereskan alat
17 Mencuci tangan
C. FASE TERMINASI
1 Mengevaluasi tindakan
2 Menyampaiakn RTL
3 Berpamitan
4 Dokumentasi
52
Penderita syok berat dengan gejala klinik ditemukannya kegagalan
sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun (< 20
mmHg) atau hipotensi
Kulit yang dingin, lembab, dan penderita menjadi gelisah.
d. Derajat IV
Penderita syok berat (profound shock) dengan tensi yang tidak
dapat diukur dan nadi yang tidak dapat diraba.
65. OBAT YANG SERING DIBERIKAN PADA PASIEN GANGGUAN JIWA
a. Clorpromazine ( CPZ, Largactile )
Indikasi
untuk mensupresi gejala – gejala psikosa : agitasi, ansietas,
ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan gejala
– gejala lain yang biasanya terdapat pada penderita skizofrenia,
manik depresi, gangguan personalitas, psikosa involution, psikosa
masa kecil.
Cara pemberian untuk kasus psikosa dapat diberikan per oral atau
suntikan intramuskuler.
Dosis permulaan adalah 25 – 100 mg dan diikuti peningkatan dosis
hingga mencapai 300 mg perhari. Dosis ini dipertahankan selama
satu minggu. Pemberian dapat dilakukan satu kali pada malam hari
atau dapat diberikan tiga kali sehari. Bila gejala psikosa belum
hilang, dosis dapat dinaikkan secara perlahan – lahan sampai 600 –
900 mg perhari.
Kontra indikasi
sebaiknya tidak diberikan kepada klien dengan keadaan koma,
keracunan alkohol, barbiturat, atau narkotika, dan penderita
yang hipersensitif terhadap derifat fenothiazine.
Efek samping
yang sering terjadi misalnya lesu dan mengantuk, hipotensi
orthostatik, mulut kering, hidung tersumbat, konstipasi,
amenore pada wanita, hiperpireksia atau hipopireksia, gejala
ekstrapiramida. Intoksikasinya untuk penderita non psikosa
dengan dosis yang tinggi menyebabkan gejala penurunan
kesadaran karena depresi susunan syaraf pusat,
hipotensi,ekstrapiramidal, agitasi, konvulsi, dan perubahan
gambaran irama EKG. Pada penderita psikosa jarang sekali
menimbulkan intoksikasi.
b. Haloperidol ( Haldol, Serenace )
Indikasinya
53
yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma gilies de la
tourette pada anak – anak dan dewasa maupun pada gangguan
perilaku yang berat pada anak – anak.
Dosis oral untuk dewasa 1 – 6 mg sehari yang terbagi menjadi
6 – 15 mg untuk keadaan berat. Dosis parenteral untuk dewasa
2 -5 mg intramuskuler setiap 1 – 8 jam, tergantung kebutuhan.
Kontra indikasinya
depresi sistem syaraf pusat atau keadaan koma, penyakit
parkinson, hipersensitif terhadap haloperidol.
Efek samping
yang sering adalah mengantuk, kaku, tremor, lesu, letih,
gelisah, gejala ekstrapiramidal atau pseudoparkinson.
Efek samping yang jarang adalah nausea, diare, kostipasi,
hipersalivasi, hipotensi, gejala gangguan otonomik.
Efek samping yang sangat jarang yaitu alergi, reaksi
hematologis. Intoksikasinya adalah bila klien memakai dalam
dosis melebihi dosis terapeutik dapat timbul kelemahan otot
atau kekakuan, tremor, hipotensi, sedasi, koma, depresi
pernapasan.
c. Trihexiphenidyl ( THP, Artane, Tremin )
Indikasinya
untuk penatalaksanaan manifestasi psikosa khususnya gejala
skizofrenia.
Obat ini membantu menurunkan rasa kaku pada otot, keringat
berlebih, dan produksi saliva, serta membantu meningkatkan
kemampuan berjalan pada penderita Parkinson.
Dosis dan cara pemberian untuk dosis awal sebaiknya rendah (
12,5 mg ) diberikan tiap 2 minggu.b Bila efek samping ringan,
dosis ditingkatkan 25 mg dan interval pemberian diperpanjang
3 – 6 mg setiap kali suntikan, tergantung dari respon klien.
Bila pemberian melebihi 50 mg sekali suntikan sebaiknya
peningkatan perlahan – lahan.
Kontra indikasinya
pada depresi susunan syaraf pusat yang hebat, hipersensitif
terhadap fluphenazine atau ada riwayat sensitif terhadap
phenotiazine. Intoksikasibiasanya terjadi gejala – gejala sesuai
dengan efek samping yang hebat. Pengobatan over dosis ;
hentikan obat berikan terapi simtomatis dan suportif, atasi
hipotensi dengan levarteronol hindari menggunakan
ephineprine.
Efek samping
54
Kering pada mulut
Bola mata membesar atau pandangan kabur
Lelah atau pusing
Sulit buang air kecil atau sembelit
Gugup atau cemas
Gangguan pada perut
Keringat berkurang
55
(+3) = timbul banyak petechiae diseluruh permukaan pangkal lengan &
telapak tangan muka & belakang
(+4) = banyak sekali petechiae diseluruh permukaan lengan, telapak tangan &
jari, muka & belakang
- Ukuran normal: negative atau jumlah petechiae tidak lebih dari 10
67. PEMASANGAN WSD
Water Seal Drainage (WSD) adalah Suatu sistem drainage yang menggunakan
water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum pleura ( rongga
pleura)
TUJUANNYA
Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk
mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut
INDIKASI PEMASANGAN WSD :
• Hemotoraks, efusi pleura
• Pneumotoraks ( > 25 % )
• Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk
• Flail chest yang membutuhkan pemasangan ventilator
56
Drainage berdasarkan adanya grafitasi.
Umumnya digunakan pada pneumotoraks
2. WSD dengan dua botol
Botol pertama sebagai penampung / drainase
Botol kedua sebagai water seal
Keuntungannya adalah water seal tetap pada satu level.
Dapat dihubungkan sengan suction control
3. WSD dengan 3 botol
Botol pertama sebagai penampung / drainase
Botol kedua sebagai water seal
Botol ke tiga sebagai suction kontrol, tekanan dikontrol dengan manometer.
57
Tension pneumotoraks
Hemoptisis
Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark miokard akutrd
infark dan aritmia.
Edema paru
Efusi pleura yang luas
68. SUCTION
Suction (Pengisapan Lendir) merupakan tindakan pengisapan yang bertujuan untuk
mempertahankan jalan napas, sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas
yang adekuat dengan cara mengeluarkan secret dari jalan nafas, pada klien yang tidak
mampu mengeluarkannya sendiri
Tujuan :
Mempertahankan kepatenan jalan nafas
Membebaskan jalan nafas dari secret/ lendir yang menumpuk
Mendapatkan sampel/sekret untuk tujuan diagnosa.
Prinsip:
Tekhnik steril, agar mikroorganisme tidak mudah masuk ke faring, trakeal dan bronki.
Komplikasi:
a. Hipoksia
b. Trauma jaringan
c. Meningkatkan resiko infeksi
d. Stimulasi vagal dan bronkospasm
Kriteria :
a. Kelengkapan alat penghisap lender dengan ukuran slang yang tepat
b. Menggunakan satu selang penghisap lendir steril untuk satu klien
c. Menggunkan slang penghisap lendir yang lembut
d. Penghisapan dilakukan dengan gerakan memutar dan intermitten
e. Observasi tanda-tanda vital
Indikasi :
a Klien mampu batuk secara efektif tetapi tidak mampu membersihkan sekret
dengan mengeluarkan atau menelan
b Ada atau tidaknya secret yang menyumbat jalan nafas, dengan ditandai
terdengar suara pada jalan nafas, hasil auskultasi yaitu ditemukannya suara
crakels atau ronchi, kelelahan pada pasien. Nadi dan laju pernafasan meningkat,
ditemukannya mucus pada alat bantu nafa.
c Klien yang kurang responsive atau koma yang memerlukan pembuangan secret
oral
Prosedur Kerja
a. Persiapan Alat
- Bak instrument berisi: pinset anatomi 2, kasa secukupnya.
- NaCl atau air matang.
- Canule section.
58
- Perlak dan pengalas.
- Mesin suction.
- Sarung tangan
c. Persiapan Perawat yang akan melakukan tindakan suction/pengisapan
1. Lakukan pengecekan program terapi pasien.
2. Cuci tangan.
3. Tempatkan alat di dekat pasien.
4. Persiapan Pasien:
5. Pastikan identitas pasien.
6. Kaji kondisi pasien.
7. Beritahu dan jelaskan pada pasien atau keluarganya tentang tindakan yang
akan dilakukan.
8. Jaga privasi pasien.
c. Pelaksanaan
1. Beri tahu pasien bahwa tindakan akan segera dimulai.
2. Cek alat-alat yang akan digunakan.
3. Cuci tangan.
4. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur pasien.
5. Pakai sarung tangan.
6. Berikan posisi yang nyaman pada pasien dengan kepala sedikit ekstensi
7. Berikan Oksigen 2 – 5 menit
8. Letakkan pengalas di bawah dagu pasien
9. Hidupkan mesin, mengecek tekanan dan botol penampung
10. Masukkan kanul section dengan hati-hati (hidung ± 5 cm, mulut ±10 cm)
11. Hisap lendir dengan menutup lubang kanul, menarik keluar perlahan
sambil memutar (+ 5 detik untuk anak, + 10 detik untuk dewasa)
12. Bilas kanul dengan NaCl, berikan kesempatan pasien bernafas
13. Ulangi prosedur tersebut 3-5 kali suctioning
14. Observasi keadaan umum pasien dan status pernafasannya
15. Observasi secret tentang warna, bau dan volumenya Bereskan alat.
16. Lepaskan handscoen.
17. Rapihkan kembali pasien.
18. Berikan reinforcement positif pada pasien.
19. Buat kontrak untuk pertemuan selanjutnya.
20. Kembalikan peralatan.
21. Cuci tangan.
69. TINGKAT KETERGANTUNGAN PASIEN MENURUT DOUGLASS
1. PERAWATAN MINIMAL
Memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam, dengan kriteria :
a. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
b. Makan dan minum dilakukan sendiri
c. Ambulasi dengan pengawasan
59
d. Observasi TTV dilakukan setiap jaga (shift)
e. Pengobatan minimal dengan status psikologis stabil
2. PERAWATAN PARSIAL
Memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan criteria :
a. Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
b. Oservasi TTV setiap 4 jam
c. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
d. Pasien dengan catheter urine, pemasukan dan pengeluaran intake
output cairan dicatat/dihitung
e. Pasien dengan infuse, persiapan pengobatan yang memerlukan
prosedur
7. PERAWATAN TOTAL
Memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam dengan criteria :
a. Semua keperluan pasien dibantu
b. Perubahan posisi, observasi TTV dilakukan setiap 2 jam
c. Makan melalui selang NGT, terapi intravena
d. Dilakukan penghisapan lender
e. Gelisah/disorientasi
70. KATEGORI KEPERAWATAN MENURUT SWANBURG
1. SELF CARE
a. Klien memerlukan bantuan minimal dalam melakukan tindak
keperawatan dan pengobatan
b. Klien melakukan aktivitas perawatan diri sendiri secara mandiri
c. Biasanya dibutuhkan waktu 1-2 jam dengan waktu rata-rata efektif 1,5
jam/24 jam
2. MINIMAL CARE
a. Klien memerlukan bantuan sebagian dalam melakukan tindak
keperawatan dan pengobatan tertentu, misalnya pemberian obat intravena
dan mengatur posisi.
b. Biasanya dibutuhkan waktu 3-4 jam dengan waktu rata-rata efektif 3,5
jam/24 jam
3. INTERMEDIATE CARE
Klien biasanya dibutuhkan waktu 5-6 jam dengan waktu rata-rata efektif 5,5
jam/24 jam
8. MOTHFIED INTENSIVE CARE
Klien biasanya dibutuhkan waktu 7-8 jam dengan waktu rata-rata efektif 7,5
jam/24 jam
9. INTENSIVE CARE
Klien biasanya dibutuhkan waktu 10-14 jam dengan waktu rata-rata efektif 12
jam/24 jam
71. STRATREGI INTERVENSI KEPERAWATAN KOMUNITAS (MENURUT
HITCOCK, SCHUBERT DAN THOMAS (1999)
60
1. Proses Kelompok
Proses yang selalu berubah, berkembang dan dapat menyesuaiakan diri
dengan keadaaan yang selalu berubah
Diperlukan komunikasi, motivasi tim, keragaman tim dalam mengatasi
konflik yang terjadi
Menunjukkan minat dan kebutuhan serta tujuan yang sama
2. Pendidikan kesehatan
Upaya terencana unutk perubahan perilaku masyarakat sesuai dengan
norma-norma
Memelihara dan meningkatkan kesehatan yang didasarkan pada
pengetahuan dan kesadaran melalui proses pembelajaran
3. Kemitraan
Hubungan kerjasama antara 2 pihak atau lebih berdasarkan kesetaraan,
ketebukaan dana asas saling menguntungkan unutk mencapai tujuan
bersama.
4. Pemberdayaan
Proses yang dilakukan oleh individu, kelompok dan komunitas untuk
mencapai kemanfaatan dalam kehidupan
Memobilisasi komunitas agar mampu berperan dalam pengambilan
keputusan
Upaya fasilitasi agar masyarakat mengenal masalah yang dihadapi
72. MACAM-MACAM EVALUASI
a. Evaluasi Formatif ( Proses )
Focus tipe evaluasi ini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil
kualitas pelayanan tindakan keperawatan
b. Evaluasi Sumatif ( Hasil )
Focus evaluasi ini adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada
akhir tindakan keperawatan.
61
b. Ada masalah tapi tidak perlu ditangani 1
c. Masalah tidak dirasakan 0
62