Anda di halaman 1dari 25

Pedoman Penulisan Tesis

Program Studi Magister Ilmu Hukum

BAGIAN PERTAMA
USULAN PENELITIAN TESIS (PROPOSAL)

SISTEMATIKA PROPOSAL

Bagian utama usulan penelitian (proposal) setidak -tidaknya berisi uraian tentang hal-
hal sebagai berikut :

Sistematika Proposal Penelitian Hukum Normatif

Judul Penelitian

A. Latar Belakang
B. Permasalahan
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
E. Keaslian Penelitian
F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep
1. Kerangka Teori
2. Kerangka Konseptual
G. Metode Penelitian
1. Jenis dan Sifat Penelitian
2. Pendekatan Penelitian
3. Data Penelitian
4. Tehnik dan Alat Pengumpulan Data
5. Analisis Data
H. Jadwal Rencana Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Sistematika Proposal Penelitian Hukum Empiris

Judul Penelitian

A. Latar Belakang
B. Permasalahan
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
E. Keaslian Penelitian
F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep
1. Kerangka Teori
2. Kerangka Konseptual
G. Metode Penelitian
1. Jenis dan Sifat Penelitian
2. Variable yang diamati
3. Pengukuran variable
4. Sumber data penelitian
5. Lokasi penelitian dan alasan pemilihan lokasi
6. Populasi dan sample
7. Tehnik pengumpulan data
8. Metode analisis data

1
Pedoman Penulisan Tesis
Program Studi Magister Ilmu Hukum

H. Jadwal Rencana Penelitian


DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Latar belakang pada dasarnya merupakan rangkaian


yang sistematis dari argumentasi-argumentasi hasil
A. Latar Belakang
penelitian awal yang dilakukan oleh peneliti untuk
meyakinkan semua pihak bahwa masalah-masalah yang
dirumuskan dalam penelitian tersebut benar-benar penting untuk diteliti. Dengan
demikian latar belakang merupakan informasi awal bagi pembaca untuk memutuskan
membaca lebih lanjut hasil penelitian. Latar belakang yang tidak argumentatif dan
informatif bisa menimbulkan ketidak yakinan bagi pembaca untuk membaca lebih
lanjut hasil penelitian, meskipun masalah yang diteliti sangat penting.

Uraian latar belakang dimulai dengan uraian yang bersifat umum dan seterusnya
mengerucut kepada latar yang lebih spesifik tertuju pada gambaran permasalahan
yang akan diteliti. Latar belakang yang baik sedapatnya mampu memperlihatkan
adanya kesenjangan antara keadaan-keadaan normatif (ideal) dengan keadaan yang
konkrit (empiris), atau mampu menjelaskan secara meyakinkan bahwa keadaan yang
sifatnya normatif menimbulkan sejumlah permasalahan pada tataran aplikasi. Oleh
karena itu, latar belakang harus didukung oleh data-data yang akurat, mutakhir dan
dapat dipercaya. Data dalam hal ini bisa bersifat teoritis (kepustakaan) dan lebih baik
jika disertai dengan data empiris.

Sebagai panduan umum, ada beberapa pertanyaan yang harus terjawab dalam uraian
latar belakang, antara lain :
1. Apa saja kondisi yang melatar belakangi timbulnya permasalahan -permasalahan
yang akan diteliti ?
2. Mengapa permasalahan tersebut penting untuk diteliti, baik dari perspektif
subjekif peneliti maupun dari perspektif kemanfaatan secara umum ?
3. Bagaimana posisi permasalahan-permasalahan tersebut dalam kerangka
pembangunan sistem hukum nasional ?

Rumusan permasalahan harus harmonis dengan uraian-


uraian dalam bagian latar belakang. Permasalahan
B. Permasalahan
dirumuskan dalam kalimat pertanyaan dan
menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Jumlah permasalahan sangat tergantung pada kemampuan identifikasi peneliti dan
dukungan data. Namun, sebaiknya jumlahnya permasalahan yang dirumuskan tidak
terlalu banyak.

Mengingat bahwa penelitian yang akan dilakukan adalah pada tingkat tesis, maka
karakteristik permasalahan sebaiknya tidak deskriptif semata dan tidak pula terlalu
berat bobot filosofisnya.

Bagi penelitian yang murni menggunakan pendekatan metode p enelitian kualitatif,


maka permasalahan dapat saja dirubah, apabila pada saat melakukan pengumpulan
data dan analisis data, Peneliti menemukan masalah-masalah yang jauh lebih penting
dan lebih konkrit dari pada masalah yang dirumuskan dalam Usulan Peneliti an

2
Pedoman Penulisan Tesis
Program Studi Magister Ilmu Hukum

(Poposal). Perubahan ini tentu memiliki konsekuensi terhadap latar belakang


permasalahan dan hasil penelitian.

Tujuan penelitian harus dirumuskan secara tegas, jelas


C. Tujuan dan konkrit. Rumusan tujuan penelitian harus harmonis
Penelitian dengan rumusan permasalahan. Hindarkan membuat
rumusan tujuan penelitian dengan mengambilalih secara
utuh kata-kata yang tercantum dalam permasalahan,
sehingga perumusannya dari segi bahasa menjadi rancu.

Misalnya jika rumusan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana penjabaran prinsip


business judgment rules dalam perundang-undangan tentang perseroan terbatas di
Indonesia ?. Rumusan tujuan sebaiknya tidak dirumuskan sebagai berikut : untuk
mengetahui bagaimana penjabaran business judgment rules dalam perundang-
undangan tentang perseroan terbatas di Indonesia.

Mungkin akan lebih baik jika tujuan penelitian dirumuskan untuk mengetahui dan
menganalisis penjabaran prinsip business judgment rule dalam ketentuan-ketentuan
perundang-undangan tentang perseroan terbatas di Indonesia termasuk keputusan -
keputusan pengadilan.

Secara umum tujuan penelitian adalah : (1). untuk mengumpukan data,


mengkualifikasi data dan selanjutnya memaparkan data untuk mengetahui sebuah
fenomena atau gejala hukum yang terjadi. (2). Mengumpulkan data, mengkualifikasi
data, menganalisis data untuk menjawab permasalahan dalam sebuah fenomena atau
gejala hukum yang terjadi. (3). Mengumpulkan data, mengkualifikasi data,
menganalisis data untuk menemukan solusi atas permasalahan yang terjadi dalam
sebuah fenomena atau gejala hukum. (4). Untuk m embuat prediksi ke depan atas
suatu gejala atau fenomena normatif. Mungkin untuk pedoman sederhana tujuan -
tujuan tersebut dapat diharmoniskan dengan penelitian yang diusulkan dalam Usulan
Penelitian (Proposal).

Rumusan dari manfaat penelitian sedapat mungkin harus


D. Manfaat harmonis dengan permasalahan dan tujuan yang
Penelitian diharapkan dari penelitian yang diusulkan. Umumnya
manfaat penelitian diuraikan dalam dua perspektif
utama, yakni manfaat secara teoritis atau akademis dan
manfaat secara praktis.

a. Manfaat teoritis atau akademis tentu akan berkaitan dengan pengembangan


doktrin-doktrin atau teori-teori hukum pada bidang hukum yang relevan dengan
permasalahan yang diteliti.

b. Manfaat praktis akan lebih berkaitan pada manfaat pada tataran operasional dalam
pembangunan hukum nasional atau pada lembaga/ instansi terkait atau pihak -
pihak lain yang berkepentingan.

3
Pedoman Penulisan Tesis
Program Studi Magister Ilmu Hukum

Uraian tentang keaslian penelitian dicantumkan terutama


E. Keaslian untuk menghindarinya terjadinya duplikasi hasil
Penelitian penelitian atau terjadinya penyimpangan-penyimpangan
yang tidak perlu terjadi. Oleh karena itu, dalam bagian
keaslian penelitian, pengusul proposal harus membuat
uraian yang meyakinkan semua pihak bahwa penelitian yang akan dilakukan berbeda
dengan penelitian-penelitian sejenis yang sudah ada. Unsur perbedaan dalam hal ini
sebaiknya ditekankan pada perbedaan masalah, metode atau lokasi penelitian.

Uraian keaslian penelitian yang baik mencantumkan beberapa hasil penelitian


terdahulu yang relevan atau berhubungan dengan penelitian yang diusulkan dan
menjelaskan perbedaannya dengan penelitian yang diusulkan. Penelitian terdahulu
dapat dicari dari data base P rogram Studi Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum,
Program Studi Magister Kenotariatan dan melalui jaringan internet.

1. Kerangka Teori
F. Kerangka Teori Kerangka teori adalah bagian penting dalam sebuah
dan Kerangka penelitian, terutama bagi yang menggunakan pendekatan
Konseptual kualitatif sebagai metode penelitian. Mengingat
pendekatan ini mengutamakan keharmonisan antara
teori atau doktrin dengan data yang dikumpulkan.
Kerangka teori penting dirumuskan secara tepat karena kerangka teori merupaka n
pisau analisis bagi Peneliti untuk memecahkan permasalahan -permasalahan yang
telah dirumuskan. Oleh karena itu kerangka teori yang dipergunakan harus benar -
benar relevan dengan permasalahan yang akan diteliti.

Pengusul Proposal penelitian dibenarkan menguraikan wacana-wacana teoritis yang


relevan dalam kerangka teori. Bisa saja diuraikan wacana teoritis dari kerangka teori
yang sangat mendasar sampai pada teori aplikatif atau teori terapan. Hal ini tidak
menjadi kewajiban. Pengusul bisa saja hanya menguraikan kerangka teori dalam
tingkatan teori aplikatif atau teori terapan.

2. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah hasil penalaran dari pengusul Proposal yang berisi
penjelasan tentang hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang
lainya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konseptual ini pada dasarnya
merupakan alur pikir yang memberikan arah bagi jalannya penelitian secara
konseptual. Kerangka konseptual disusun dengan memperhatikan konsep -konsep
hukum yang terkandung dalam kerangka teoritis yang dipergunakan sebagai pisau
analisis penelitian.

Selanjutnya agar konsep-konsep yang dipergunakan dalam penelitian, terutama


konsep-konsep yang terkait langsung dengan variable penelitian, tidak ditafsirkan
berbeda, maka perlu dirumuskan kerangka konsep atau dengan mempergunakan
model definisi operasional. Sebaiknya, dalam memberikan batasan konsep atau
definisi operasional pengusul proposal haruslah memiliki dasar yang kuat. Misalnya
dengan menggunakan makna yang dicantumkan dalam perundang-undangan atau
hasil penelitian dasar yang sudah dilakukan oleh para ahli hukum terdahulu. Dengan
demikian harus dihindari pemaknaan konsep yang tidak berdasar.

4
Pedoman Penulisan Tesis
Program Studi Magister Ilmu Hukum

Contoh kerangka konseptual dengan judul penelitian : “Analisis Yuridis Penerapan


Doktrin Piercing the Corporate Veil terhadap Tanggungjawab Pemegang Saham dalam
Putusan Pengadilan di Indonesia”.

Contoh Kerangka Konsep

T anggungjaw ab T erbatas
(lim ited liability)

Putusan-
Putusan
Doktrin Piercing the Pengadilan
K erugian Pemegang Corporate Veil di
Perseroa Saham
Indonesia
n

T anggungjaw ab Penuh

1. Penelitian Hukum Normatif


G. Metode Bagian ini menjelaskan secara rinci cara penelitian
Penelitian dilaksanakan. Pilihan metode penelitian harus relevan
dengan permasalahan yang diteliti. Bagian Metode
Penelitian sekurang-kurangnya memuat uraian tentang :
(1). jenis dan sifat penelitian, (2). pendekatan penelitian, (3). Data penelitian, (4).
tehnik dan alat pengumpulan data, (4). analisis data.

a. Jenis dan Sifat Penelitian

Pada bagian ini dijelaskan jenis dan sifat penelitian yang sesuai dengan rumusan
masalah dan tujuan penelitian. Jenis penelitian dapat meliputi jenis penelitian hukum
normatif, atau penelitian hukum empiris atau kombinasi penelitian h ukum normative
dan empiris. Jelas diuraikan tipe penelitian hukum normative yang dipergunakan
dalam penelitian, misalnya penelitian inventarisasi hukum positif, penelitian untuk
menemukan asas dan/atau doktrin hukum, penelitian hukum inconcrito, penelitian
hukum taraf sinkronisasi vertical dan horizontal atau penelitian sejarah hukum.
Penjelasan mengenai jenis penelitian selalu dikaitkan dengan konteks penelitian yang
dilakukan. Jadi bukan diuraikan secara umum saja berdasarkan kajian kepustakaan.

Sifat penelitian dapat meliputi penelitian yang bersifat deskriptif, eksploratif,


eksplanatif atau preskriptif, tergantung kepada masalah yang akan diteliti. Dijelaskan
alasan-alasan yang mendukung mengapa penelitian tersebut bersifat deskriptif,
eksploratif, eksplanatif atau preskriptif.

b. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian dapat meliputi pendekatan perundang -undangan (statute


approach), pendekatan konsep (conceptual approach), pendekatan kasus (case
approach), pendekatan sejarah (historical approach) atau pendekatan perbandingan
hukum (comparative approach). Pada bagian ini dijelaskan alasan-alasan yang
relevan tentang penggunaan pendekatan penelitian yang digunakan.

5
Pedoman Penulisan Tesis
Program Studi Magister Ilmu Hukum

c. Data Penelitian (Bahan Hukum)

Bagi penelitian hukum normative yang seluruhnya menggunkan data sekunder, data
penelitian dapat juga dituliskan sebagai Bahan Hukum. Data penelitian dalam
penelitian hukum normative pada prinsipnya menggunakan data sekunder yang
umum dikenal dengan sebutkan bahan hukum. Bahan hukum terdiri dar i bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Dalam Usulan
Penelitian (Proposal) dijelaskan secara rinci bahan hukum primer yang dipergunakan
dalam penelitian sebagai hasil inventarisasi perundang-undangan yang telah
dilakukan oleh peneliti.

Dibenarkan juga untuk menggunakan data primer untuk mendukung argumentasi -


argumentasi hasil analisis data sekunder, sesuai dengan kebutuhan. Bagi penelitian
yang memerlukan dukungan data primer, disebutkan secara jelas jenis data primer
yang dipergunakan, misalnya data hasil wawancara,, focus group discussion atau hasil
pengamatan (observasi).

d. Tehnik dan Alat Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data dapat meliputi antara lain : tehnik pengumpulan melalui
studi pustaka (library research), studi dokumen (documentary research) atau tehnik
pengumpuylan data lapangan (field research). Sedangkan alat yang dipergunakan
dalam mengumpulkan data primer dapat meliputi pedoman wawancara, observasi,
questioner, atau focus group discussion. Data sekunder dikumpulkan dengan
menggunakan alat pengumpulan data berupa studi pustaka ( library research) atau
studi dokumen (documentary research).

Bagi yang menggunakan dukungan data primer melalui wawancara dijelaskan secara
rinci mengenai jenis wawancara yang dipergunakan dan narasumber atau informan
yang diwawancarai serta metode menentukan narasumber atau informan yang
diwawncarai.

e. Analisis Data
Pada bagian ini ditegaskan metode analisis data yang dipergunakan yaitu analisis data
kualitatif. Selanjutnya dijelaskan alasan-alasan menggunakan metode analisis data
yang digunakan serta prosedur yang dilakukan dalam analisis data sampai dengan
pengambilan kesimpulan.

2. Penelitian Hukum Empiris


Bagi usulan penelitian yang menggunakan tipe penelitian hukum empiris dengan
analisis data kualitatif atau kuantitatif, sistematika proposal pada bagian Metode
Penelitian sekurang-kurangnya memuat penjelasan tentang :
(1). Tipe atau jenis penelitian
(2). Variable yang diamati
(3). Pengukuran variable
(4). Sumber data penelitian
(5). Lokasi penelitian dan alasan pemilihan lokasi
(6). Populasi dan sample, meliputi uraian tentang metode sampling yang
dipergunakan
(7). Tehnik pengumpulan data, meliputi observasi, atau tehnik survey, atau
instrument lain seperti questioner, angket, dan lain-lain.

6
Pedoman Penulisan Tesis
Program Studi Magister Ilmu Hukum

(8). Metode analisis data, meliputi analisis data secara kuant itatif sampai pada logika
penarikan kesimpulan.

Jadwal rencana penelitian berisi uraian tentang rencana


H. Rencana Jadwal penggunaan waktu penelitian, mulai dari pengumpulan
Penelitian data awal, perumusan proposal sampai pada selesainya
laporan hasil penelitian untuk diseminarkan. Jadwal ini
penting sebagai panduan pengusul dan alat kontrol bagi
anggota komisi pembimbing dalam mengamati perkembangan mahasiswa
bimbingannya.

Contoh Rencana Jadwal Penelitian

No. Kegiatan Estimasi Waktu Pelaksanaan


Januari Pebruari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
01 Persiapan
Penelitian
02 Penyusunan
Proposal
Penelitian
03 Konsultasi dan
perbaikan
04 Kolokium
Proposal
05 Perbaikan
Proposal
06 Pelaksanaan
Penelitian
T esis
07 Konsultasi dan
perbaikan
08 Seminar H asil
09 Konsultasi dan
perbaikan
10 Ujian T esis

Catatan : disesuaikan dengan kebutuhan

Daftar Pustaka hanya memuat bahan-bahan pustaka


yang benar-benar diacu dalam usulan penelitian atau
I. Daftar Pustaka
tesis tersebut. Bahan-bahan pustaka yang tidak dirujuk
tidak dicantumkan dalam Daftar Pustaka. Bahan-bahan
pustaka dimaksud dapat berupa buku teks, jurnal-jurnal hukum atau jurnal lainnya
yang relevan, makalah/ paper, hasil seminar, dan kegiatan ilmiah lainnya, surat
kabar, majalah, dan hasil browsing di internet dan lain-lain yang relevan.

Ada dua model cara penulisan daftar pustaka yang banyak di pergunakan di
Program Studi Magister Ilmu Hukum FH USU , yakni :
(1). model pertama, cara penulisannya sebagai berikut :
(a). dipisahkan dalam beberapa kategori yakni buku teks ; jurnal, makalah
seminar, majalah ilmiah ; surat kabar, majalah, bulletin ; hasil browsing
di internet ; dan perundang-undangan.
(b). bahan-bahan pustaka pada setiap kategori diurut ke bawah menurut
abjad ;

7
Pedoman Penulisan Tesis
Program Studi Magister Ilmu Hukum

(c). untuk perundang-undangan dituliskan dari peringkat yang lebih tinggi


ke peringkat perundang-undangan yang lebih rendah. Untuk perundang-
undangan yang berada dalam satu peringkat diurutkan mulai tahun
perundang-undangan yang paling terakhir diundangkan ;
(d). untuk buku teks, urutan penulisan ke samping dimulai dari n ama penulis
(ditulis secara terbalik dengan mendahulukan nama keluarga), judul
buku dicetak miring, tempat penerbit : penerbit dan tahum penerbit dan
tahun penerbitan ;
(e). untuk makalah, tulisan dalam jurnal, majalah ilmiah, bulletin, artikel
surat kabar, urutan penulisan ke samping dimulai dari nama (ditulis
secara terbalik dengan mendahulukan nama keluarga), judul tulisan
diketik normal (tidak cetak miring) dan diberi tanda “ pada awal judul
dan tanda ” pada akhir judul, sumber (nama jurnal, nomor, volu me,
tahun terbit) ;
(f). untuk bahan yang bersumber dari internet dituliskan alamat webside
darimana bahan tersebut diperoleh dan kapan diakses;

(2). model kedua, cara penulisannya sebagai berikut :


(a). bahan-bahan tidak dipisahkan/ dibedakan dalam k ategori buku teks ;
jurnal, makalah seminar, majalah ilmiah ; surat kabar, majalah, bulletin ;
hasil browsing di internet ; dan perundang-undangan.
(b). untuk buku teks, urutan penulisan kesamping dimulai dari nama penulis
(ditulis secara terbalik dengan mendahulukan nama keluarga), judul
buku dicetak miring, tempat penerbit : penerbit dan tahun penerbitan ;
(c) untuk makalah, tulisan dalam jurnal, majalah ilmiah, bulletin, artikel
surat kabar, urutan penulisan kesamping dimulai dari nama (ditulis
secara terbalik dengan mendahulukan nama keluarga dan
pengetikannya dimulai dari sisi paling kiri kertas), judul tulisan diketik
normal (tidak cetak miring) dan diberi tanda “ pada awal judul dan tanda
” pada akhir judul, sumber (nama jurnal dimirinkan, nomor, volume,
tahun terbit) ;
(d). untuk bahan yang bersumber dari internet dituliskan alamat webside
darimana bahan tersebut diperoleh , dan waktu diakses
(e). untuk bahan-bahan yang tidak ditulis oleh individu, awal penulisan dua
tab. dari sisi paling kiri kertas.
Penulisan daftar pustaka dimulai dengan menulis nama belakang/nama
keluarga penulis, nama depan, judul buku (huruf dimiringkan), tempat
penerbitan : nama penerbit, tahun penerbitan.

Mahasiswa dapat memilih salah satu model tersebut, yang terpenting adalah
konsistensi dalam menggunakan model yang dipilih.

Lampiran disertakan dalam usulan penelitian/ tesis


hanya apabila usulan penelitian atau tesis tersebut
J. Lampiran
benar-benar menggunakan keterangan-keterangan yang
perlu dilampirkan untuk melengkapi usulan penelitian
atau tesis, seperti lembar questioner, pedoman wawancara dan sebagainya (jika
ada), perundang-undangan yang menjadi focus utama penelitian, dan lain-lain
sesuai keperluan.

8
Pedoman Penulisan Tesis
Program Studi Magister Ilmu Hukum

BAGIAN KEDUA
TESIS

FORMAT TESIS

Seperti halnya usulan penelitian (proposal), tesis terdiri dari bagian awal, bagian
utama dan bagian akhir.

Bagian awal sebuah tesis tidak jauh berbeda dari bagian


awal usulan penelitian seperti yang telah diuraikan pada
A. Bagian Awal
bagian terdahulu. Hanya saja pada format bagian awal
tesis ditambah dengan halaman inti sari/ abstrak.
Dengan demikian format bagian awal tesis terdiri dari :
a. halaman sampul depan
b. halaman sampul dalam
c. halaman setelah halaman judul
d. pernyataan tidak plagiat
e. halaman persetujuan
f. halaman penetapan panitia penguji
g. inti sari/Abstrak
h. halaman kata pengantar/ucapan terima kasih
i. daftar isi
j. daftar tabel dan daftar gambar (jika ada)
k. daftar lampiran (jika ada)
l. daftar arti lambang singkatan dan istilah (jika ada)

Pada dasarnya bagian utama tesis terdiri dari bagian


utama Usulan Penelitian (Proposal) ditambah bab-bab
B. Bagian Utama
pembahasan dari setiap permasalahan. Dengan
demikian bagian utama tesis formatnya adalah sebagai
berikut :

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Permasalahan
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Keaslian Penelitian
F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep
1. Kerangka Teori
2. Kerangka Konsep
G. Metode Penelitian1
1. Jenis dan Sifat Penelitian
2. Pendekatan Penelitian
3. Data Penelitian
4. Tehnik dan Alat Pengumpulan Data
5. Analisis Data

BAB II : …………………………..(disesuaikan dengan permasalahan pertama)


A. ………………………………….

1
Bagi penelitian hukum empiris dengan analisis data kuantitatif, bagian Metode Penelitian
disesuaikan sebagaimana bagian Metode Penelitian pada Proposal

9
Pedoman Penulisan Tesis
Program Studi Magister Ilmu Hukum

B. …………………………………..
C. ………………………………….

BAB III : …………………………..(disesuaikan dengan permasalahan kedua)


A. ………………………………….
B. …………………………………..
C. ………………………………….

BAB IV : …………………………..(disesuaikan dengan permasalahan ketiga)


A. ………………………………….
B. …………………………………..
C. ………………………………….

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Format seperti diuraikan di atas sangat dianjurkan bagi mahasiswa yang


menggunakan tipe penelitian hukum normatif dengan metode analisis data secara
kualitatif. Format yang sama juga diberlakukan bagi mahasiswa yang menggunakan
tipe penelitian hukum empiris dengan metode analisis data secara kuantitatif.

Bagian akhir dari tesis terdiri dari DAFTAR


C. Bagian Akhir PUSTAKA dan LAMPIRAN. Format penulisan kedua
bagian ini tidak berbeda dengan format penulisan
akhir usulan penelitian seperti telah diuraikan
sebelumnya.

10
Pedoman Penulisan Tesis
Program Studi Magister Ilmu Hukum

BAGIAN KETIGA
TATA CARA PENULISAN

A. BAHAN DAN UKURAN

Bahan dan ukuran memuat persyaratan tentang naskah, sampul, warna sampul,
tulisan pada sampul dan ukuran.
a. Naskah
Naskah usulan penelitian (proposal) dan tesis dibuat di atas kertas HVS 80 g/m²
dan tidak timbal balik.
b. Sampul
Sampul tesis dibuat dari kertas buffalo atau yang sejenis, dan sedapat -dapatnya
diperkuat dengan karton dan dilapisi plastik. Tulisan yang tercetak pada s ampul
sama dengan yang terdapat pada halaman judul.
c. Warna Sampul
Warna sampul ditetapkan merah hati
d. Ukuran
Ukuran naskah ialah 21,6 cm x 27,9 cm (ukuran kwarto) warna putih.

B. PENGETIKAN

Pada pengetikan diuraikan persyaratan-persyaratan jenis huruf, penulisan bilangan


dan satuan, jarak baris, batas tepi, pengisian ruangan, alinea baru, permulaan
kalimat, judul dan sub judul, perincian ke bawah, dan letak simetris.

1. Jenis huruf
(1). Naskah usulan penelitian dan tesis diketik dengan menggunakan huruf
Times New Roman 12 untuk seluruh naskah ;
(2). Penulisan catatan kaki (foot note) diketik dengan menggunakan huruf
Times New Roman 10
(3) Huruf miring digunakan untuk menggantikan penulisan kata (kalimat)
yang biasanya digaris bawahi untuk tujuan tertentu, misalnya nama latin,
singkatan/ kata asing, dan lain-lain ;
(4). Bila naskah menggunakan lambang, huruf Yunani atau tanda -tanda lain
yang tidak dapat diketik (tidak tersedia di Komputer), harus ditulis tangan
dengan rapi memakai tinta hitam ;

2. Bilangan dan satuan


(1). Bilangan diketik dengan angka, kecuali pada permulaan kalimat harus
ditulis dengan huruf;
(2). Bila menggunakan bilangan desimal ditandai dengan koma bukan dengan
titik ;
(3). Bila menggunakan satuan yang dinyatakan dengan singkatan resmi, maka
diketik dengan huruf kecil tanpa titik di belakangya, misalnya cm, m, kg,
dan lain-lain ;

3. Jarak baris
Jarak antara 2 baris dibuat 2 spasi, kecuali intisari, kutipan langsung, judul, judul
daftar tabel dan gambar yang lebih dari 1 baris, dan daftar pustaka diketik
dengan jarak 1 spasi ke bawah ;

11
Pedoman Penulisan Tesis
Program Studi Magister Ilmu Hukum

4. Batas tepi
Batas-batas pengetikan, ditinjau dari pinggir kertas ketentuannya ditetapkan
sebagai berikut :
(1). tepi atas : 4 cm
(2). tepi bawah : 3 cm
(3). tepi kiri : 4 cm, dan
(4). tepi kanan : 3 cm

5. Pengisian ruangan
Ruangan yang terdapat pada halaman naskah diisi penuh, artinya pengetikan
harus mulai dari batas tepi kiri sampai ke batas tepi kanan, dan jangan sampai
ada ruangan yang terbuang, kecuali kalau memulai alinea baru, daftar, gambar,
sub judul, atau hal-hal yang khusus lainnya.

6. Alinea baru
Alinea baru dimulai pada ketikan yang keenam dari batas tepi kiri.

7. Permulaan kalimat
Kalimat yang dimulai dengan bilangan atau lambang harus dieja pengetikannya,
misalnya Sepuluh Pasal dari Undang-Undang ; Limabelas tahun setelah
diundangkannya Undang-Undang tersebut dan seterusnya ;

8. Judul bab, sub bab, anak sub bab dan seterusnya


Tata cara penulisan judul bab, sub bab, anak sub bab dan seterusnya ditetapkan
sebagai berikut :
(1). Judul bab harus ditulis dengan huruf kapital seluruhnya dan diatur selalu
simetris, dengan jarak 4 cm dari tepi atas tanpa diakhiri dengan titik ;
(2). Sub bab ditulis simetris di tengah-tengah atau di pinggir kiri, semua awal
kata semuanya dimulai dengan huruf kapital, kecuali kata sambung dan
kata depan, tanpa diakhiri dengan titik. Kalimat pertama setelah sub bab
dimulai dengan alinea baru ;
(3). Anak sub bab diketik mulai dari batas tepi kiri, tetapi hanya huruf pertama
saja yang berupa huruf kapital, tanpa diakhiri titik. Kalimat pertama
sesudah anak sub bab dimulai dengan alinea baru;
(4). Sub anak sub bab ditulis mulai dari ketikan keenam diikuti dengan titik
dan garis bawah. Kalimat pertama yang menyusul kemudian, diketik terus
ke belakang dalam satu baris dengan sub anak sub bab. Kecuali itu sub
anak sub bab dapat juga ditulis langsung berupa kalimat, tetapi yang
berfungsi sub anak sub bab ditempatkan paling depan dan diberi garis
bawah.
(5) Penomoran bab, sub bab, anak sub bab dan seterusnya sebagai berikut:

No. Pembagian Bab Awal Nomor


1. Bab I, II, III, IV, V
2. Subbab A, B, C
3. Anak Subbab 1, 2, 3
4. Subanak sub bab a, b, c
5. Dan seterusnya 1), 2), 3)
a), b), c)
i), ii), iii)

12
Pedoman Penulisan Tesis
Program Studi Magister Ilmu Hukum

(1), (2), (3)


(a), (b), (c)
(i), (ii), (iii)

9. Rincian kebawah
Jika pada penulisan naskah ada rincian yang harus disusun vertikal ke bawah,
pakailah nomor urut dengan angka atau huruf sesuai dengan derajat rincian.
Penggunaan garis penghubung (-) atau tanda-tanda lain di depan rincian tidak
dibenarkan.

Urutan penomoran rincian kebawah :


1) _______________________________________________________________________
a) ___________________________________________________________________
i) _______________________________________________________________
(1) ___________________________________________________________
(a) ______________________________________________________
(i) _________________________________________________
1. _____________________________________________
a. ________________________________________
i. _____________________________________

10. Letak simetris


Judul, sub judul, gambar, tabel atau daftar ditulis simetris terhadap tepi kiri dan
kanan pengetikan.

C. PENOMORAN

Bagian ini melupi uraian-uraian tentang tata cara penomoran halaman, tabel, dan
gambar.

1. Halaman
Tata cara penomoran halaman adalah sebagai berikut :

(1). Bagian awal usulan penelitian dan tesis, mulai dari halaman judul sampai
ke daftar tabel dan daftar lampiran (bila ada) diberi nomor halaman
dengan angka Romawi kecil, dan diletakkan di tengah bawah ;
(2). Bagian utama dan bagian akhir, mulai dari Pendahuluan (Bab I) sampai
kepada halaman terakhir memakai angka Arab sebagai nomor halaman;
(3). Nomor halaman bagian utama dan bagian akhir diletakkan di sisi kanan
atas kertas, kecuali kalau ada judul atas bab pada bagian atas halaman
tersebut. Untuk halaman yang demikian, maka nomor halaman
ditempatkan pada sisi tengah bawah kertas ;
(4). Nomor halaman diketik dengan jarak 3 cm dari tepi kanan dan 1,5 cm dari
tepi atas atau tepi bawah ;

2. Tabel (daftar)
Tabel (daftar) diberi nomor urut dengan angka Arab

13
Pedoman Penulisan Tesis
Program Studi Magister Ilmu Hukum

3. Gambar
Bila ada gambar, maka gambar di nomori secara berurut dengan menggunakan
angka Arab ;

D. TABEL (DAFTAR) DAN GAMBAR

1. Tabel (Daftar)
Pembuatan tabel (daftar) mengikuti ketentuan-ketentuan sebagai berikut ;
(1). Setiap awal pada judul tabel ditulis dengan huruf besar kecuali kata
penghubung dan kata depan ;
(2). Nomor tabel (daftar) yang diikuti dengan judul ditempatkan simetris di
atas tabel (daftar), tanpa diakhiri dengan titik ;
(3). Tabel (daftar) tidak boleh dipenggal, kecuali bila tabel yang bersangkutan
memang panjang dan tidak cukup ditampilkan dalam satu halaman. Untuk
hal yang demikian, maka pada halaman lanjutan tabel (daftar)
dicantumkan nomor tabel (daftar) dan kata lanjutan tanpa judul ;
(4). Kolom-kolom diberi nama dan dijaga agar pemisahan antara satu kolom
dengan kolom lainnya cukup tegas, tetapi tanpa garis pemisah antar kolom
;
(5). Kalau tabel (daftar) lebih dari ukuran lebar kertas, sehingga harus dibuat
memanjang kertas (landscape), maka bagian atas tabel (daftar) harus
diletakkan di sebelah kiri kertas ;
(6). Di atas dan di bawah tabel (daftar) dipasang garis batas, agar terpisah dari
uraian pokok dalam tulisan ;
(7). Tabel (daftar) diketik simetris ;
(8). Pada bagian kanan bawah tabel (daftar) ditulis sumber pengambilan tabel
(daftar) tersebut ;
(8). Tabel (daftar) yang lebih dari dua halaman atau yang harus dilipatkan,
ditempatkan pada bagian lampiran ;

Contoh penulisan Tabel (Daftar) terdapat pada Lampiran 5

2. Gambar
Pembuatan gambar mengikuti ketentuan-ketentuan sebagai berikut ;
(1). Bagan, grafik, skema, peta atau foto semuanya disebut gambar (tidak
dibedakan) ;
(2). Nomor gambar yang diikuti dengan judul ditempatkan simetris di bawah
gambar, tanpa diakhiri dengan titik ;
(3). Gambar tidak boleh dipenggal ;
(4). Keterangan gambar dituliskan pada tempat-tempat yang lowong di dalam
gambar dan jangan pada halaman lain ;
(5). Bila gambar melebar sepanjang tinggi kertas, maka bagian atas gambar
harus diletakkan di sebelah kiri kertas ;
(6). Ukuran gambar (lebar dan tingginya) diusahak an supaya sewajar-
wajarnya (tidak terlalu kurus atau terlalu gemuk) ;
(7). Bagan dan grafik dibuat dengan tinta hitam yang tidak larut dalam air dan
garis lengkung grafik dibuat dengan bantuan kurve Perancis ( French
curve);
(8). Letak gambar diatur supaya simetris ;

Contoh penulisan Gambar terdapat pada Lampiran 6

14
Pedoman Penulisan Tesis
Program Studi Magister Ilmu Hukum

E. BAHASA

1. Bahasa yang dipakai


Bahasa yang dipakai ialah bahasa Indonesia yang baku sesuai dengan kaidah Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD), yaitu ada subyek, dan predikat, dan untuk lebih
sempurna di tambah dengan obyek dan keterangan. Bahasa yang digunakan
sederhana, lugas dan objektif.

2. Bentuk Kalimat
Kalimat-kalimat tidak boleh menampilkan orang pertama dan atau orang kedua (saya,
aku, kita, kami, engkau, dan lain-lain), tetapi dibuat dalam bentuk pasif. Pada
penyajian ucapan terima kasih pada prakata, kata Saya diganti dengan kata Penulis.

3. Istilah
Istilah yang dipakai ialah istilah Indonesia atau yang sudah diIndonesiakan. Jika
terpaksa harus memakai istilah asing, bubuhkan garis bawah atau cetak miring pada
istilah itu.

4. Kesalahan yang sering terjadi


Kata penghubung seperti sehingga dan sedangkan, tidak boleh dipakai untuk memulai
suatu kalimat. Kata depan, misalnya pada, sering dipakai tidak pada tempatnya,
misalnya diletakkan di depan subyek (merusak susunan kalimat). Kata dimana dan
dari sering kurang tepat pemakaiannya dan hanya dipakai seperti penggunaan kata
“where” dan “of” dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Indonesia bentuk yang demikian
tidaklah baku dan jangan dipakai. Awalan ke dan di harus dibedakan dengan kata
depan ke dan di. Tanda baca harus dipergunakan dengan tepat. Penulisan Pasal yang
diikuti nomor Pasal, maka kata P harus memakai huruf besar kecuali bila kata pasal
tidak diikuti dengan nomor pasal. Seperti Pasal 7 ayat (1) UUPT.

F. PENULISAN NAMA

Penulisan nama mencakup nama penulis yang diacu dalam uraian, daftar pustaka,
nama yang lebih dari satu suku kata, nama dengan garis penghubung, nama yang
diikuti dengan singkatan, dan gelar kesarjanaan.
1. Nama Penulis yang diacu dalam Uraian
Penulisan nama Penulis mempedomani hal-hal sebagai berikut :
(1). Penulis yang tulisannya diacu dalam uraian, nama penulis ditulis lengkap
tidak mendahulukan nama keluarga (nama belakang).
Contoh : James A. Kehoe menyatakan bahwa internasionalisasi pasar
modal telah berkembang dengan cepat.
(2). Penulis yang jumlahnya lebih dari 2 orang hanya ditulis nama penulis
pertama dan diikuti dengan dkk. Atau et.al.
Contoh : Menurut James D. Cox, dkk., pemberian informasi berdasarkan
prinsip keterbukaan dapat mengantisipasi terjadinya kemungkinan
investor tidak memperoleh informasi atau fakta material atau tidak
meratanya informasi bagi bagi investor disebabkan ada informasi yang
telah disampaikan kepada orang-orang tertentu.
(penulis buku pada contoh di atas ada 3 orang, yakni James D. Cox, Robert
W. Hilman, Donald D. Langevoort).

15
Pedoman Penulisan Tesis
Program Studi Magister Ilmu Hukum

2. Nama Penulis dalam Daftar Pustaka


Penulisan nama penulis dalam daftar pustaka, mempedomani hal -hal sebagai berikut :
(1). Nama penulis ditulis dengan mendahulukan nama keluarga (nama
belakang).
Contoh :
a) Theberge, Leonard J. “ Law and Economic Development.” Journal of
International Law and Policy, Vol. 9, 1980.
b) Nasution, Bismar, Rejim Anti-Money Laundering Di Indonesia, Jakarta :
BooksTerrace & Library, 2005.
(2). Penulis yang jumlahnya lebih dari satu orang, nama semua penulis
dituliskan. Nama penulis pertama ditulis dengan mendahulukan nama
keluarga (nama belakang) sedangkan penulis berikutnya penulisan nama
tidak dibalik (tidak mendahulukan nama keluarga/ nama belakang).
Contoh : Solomon, Lewis., Donald E. Schwartz, Jeffrey D. Bauman, Elliot J.
Weiss, Corporations Law and Policy Materials and Problems, ST. Paul, Minn
: West Publishing Co, 1998.

3. Nama dengan Garis Penghubung


Apabila nama Penulis dalam sumber aslinya ditulis dengan garis penghubung di
antara dua suku katanya, maka keduanya dianggap satu kesatuan. Contoh : Sulastin –
Sutrisno ditulis Sulastin Sutrisno.

4. Nama yang diikuti dengan Singkatan


Nama yang diikuti dengan singkatan, dianggap bahwa singkatan tersebut menjadi
satu dengan suku kata yang ada di depannya. Contoh Mawardi A.I ditulis Mawardi A.I ;
Williams D. Ross Jr. ditulis Ross Jr., WD

5. Gelar Kesarjanaan
Gelar kesarjanaan dalam penulisan nama, baik pada kutipan maupun daftar pustaka,
tidak boleh dicantumkan.

G. KUTIPAN

1. Kutipan langsung
Mengutip secara langsung dilakukan dengan cara menyalin kata demi kata yang sama
bunyinya dengan ejaannya. Kutipan langsung terdiri dari kutipan pendek dan kutipan
panjang.
a. Kutipan pendek, yaitu kutipan yang tidak lebih dari lima baris, maka dapat diketik
langsung pada teks dengan tanda kutip di antara bagian yang dikutip. Contoh :
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 19 88 tentang Lembaga
Pembiayaan, Pasal 1 butir 7 menyebutkan “Perusahaan Kartu Kredit ( Credit Card
Company) adalah badan usaha yang melakukan pembiayaan untuk membeli
barang dan jasa dengan menggunakan kartu kredit”.
b. Kutipan panjang, yaitu kutipan yang lebih dari lima baris, ditulis tanpa tanda
kutip, tetapi dimulai baris baru 6 ketuk baris pertama dan tiga ketuk untuk baris
selanjutnya, dengan hanya satu spasi.
Contoh kutipan panjang :
Penjelasan Pasal 91 Undang-Undang Pasar Modal menyatakan :
Masyarakat pemodal sangat memerlukan informasi mengenai kegiatan
perdagangan, keadaan pasar, atau harga efek di bursa efek yang tercermin dari
kekuatan penawaran jual dan penawaran beli efek sebagai dasar untuk

16
Pedoman Penulisan Tesis
Program Studi Magister Ilmu Hukum

mengambil keputusan investasi dalam efek. Sehubungan de ngan itu, ketentuan


ini melarang adanya tindakan yang dapat menciptakan gambaran semu
mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga efek, antara lain :
a. melakukan transaksi efek yang tidak mengakibatkan pemilikan ; atau
b. melakukan penawaran jual atau penawaran beli efek pada harga tertentu,
dimana pihak tersebut juga telah bersekongkol dengan pihak lain yang
melakukan penawaran beli atau penawaran jual efek yang sama pada harga
yang kurang lebih sama.

Apabila kutipan terlalu panjang, maka beberapa kata dapat dibuang dari sumber
aslinya namun tidak boleh mengurangi makna yang dikutip. Penulisan seperti ini
disertai dengan tanda titik-titik (…) atau disebut dengan ellipses point

2. Kutipan tidak langsung


Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang dibuat bila penulis mengutip karangan
yang diolah memakai bahasa sendiri (tanpa memasukkan pribadi penulis). Kutipan ini
ditulis tanpa menggunakan tanda kutip. Tentang suatu masalah yang sama penulis
dapat mengambil dari beberapa sumber, sepanjang isi, maksud dan jiwa yang dikutip
sama.

3. Sumber kutipan
Secara umum penunjukan sumber kutipan dapat berupa bodynote, footnote atau
endnote. Cara yang dipergunakan pada Program Studi Ilmu Hukum Sekolah
Pascasarjana USU adalah footnote. Cara penulisan footnote disesuaikan dengan
kebiasaan pembimbing, yang penting adalah taat asas, konsisten dan tidak campur
aduk. Meskipun demikian dianjurkan untuk menggunakan contoh berikut ini ;

Contoh penulisan sumber kutipan footnote

a. buku teks
1 J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Buku II, ,

(Bandung : Citra Aditya Bakti, 1995), hlm. 166.


2 James K. Feibleman, Justice, Law and Culture, (Dordrecht : Matinus Nijhoff

Publisher, 1985), hlm. 5


3 J. Satrio, op.cit., hlm. 180.

b. bukan buku teks


1 A.F. Mason, “Contract, Good Faith and Equitable Standard in Fair Dealing”,

The Law Quarterly Review, Vol. 116, January 2000, hlm. 69.
2 Ibid., hlm. 70.
3 Setiawan, “Kontrak Standar dalam Teori dan Praktek”, Varia Peradilan,

Tahun IX. No. 103, April 1994, hlm. 156.


4 Roy Goode, “ The Concept of Good Faith in English Law,”
www.cnr.it/CRDCS/frames2.htm diakses 20 Juli 2002.
5 A.F. Mason, loc.cit., hlm. 69.

H. BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATKAN

1. Nama undang-undang ditulis lengkap sesuai dengan judulnya.


2. Penulisan pasal : contoh Pasal 5 ayat (1).
P besar serta angkat ayat di antara tanda kurung.

17
Pedoman Penulisan Tesis
Program Studi Magister Ilmu Hukum

Mengingat Pasal 1 umumnya merupakan pasal berisikan pengertian, maka


pasal tersebut tidak mempunyai “ayat” akan tetapi “butir”.
3. Peraturan perundanga, seharusnya : peraturan perundang-undangan.
4. Penulisan “di” digabung apabila merupakan awalan kata kerja seperti “diatasi”.
“Diatas” dilepas karena bukan awalan kata kerja.
5. Penulisan kata majemuk “aneka ragam” dilepas, akan tetapi “keanekaragaman”
digabung, karena ada awal “ke” dan akhiran “an”.
6. Kata “analisa seharusnya “analisis”, karena yang diambil dalam transformasi ke
dalam bahasa Indonesia adalah pengucapannya dalam ba hasa Inggris : analysis,
bukan bahasa Belanda: analyse.
Demikian pula “sistem” (bahasa Inggris : system), bukan “sistim” (bahasa
Belanda: systeem).
7. Penulisan “...ir” seperti “diinventarisir” dari kata Belanda “inventariseren” harus
diganti menjadi “diinventarisasi” dari kata Inggris “inventarization”.
Demikian pula dengan proglamir menjadi proglamasi, introdusir menjadi
introduksi, eksploitir menjadi eksploatasi dan sebagainya.
8. Penulisan “kwalitas”, menjadi “kualitas”, karena tidak boleh ada dua huruf mati
berurutan, dengan beberapa pengecualian, di antaranya kata “sanksi” tidak
boleh sangsi, yang mempunyai pengertian lain.
9. Penulisan “resiko” menjadi “risiko”, “tehnik” menjadi “teknik”, “azas” menjadi
“asas”.
10. Penulisan “efektip, produktip, negatip” huruf “p” nya diganti dengan “f” menjadi
“efektif, produktif, negatif” karena bangsa Indonesia mengenal dan dapat
mengucapkan huruf “f”.
11. Kata “aktif” memakai “f”, akan tetapi apabila berubah menjadi “aktivitas” huruf
“f” berubah menjadi “v”.
12. Kata “peruntukan” ditulis degan satu “k”, yaitu awalan pe da akhiran an, akan
tetapi “diperuntukkan” ditulis dengan dua “k” karena di sini dengan awalan di
dan akhiran kan.
13. Kata “data-data” adalah keliru, karena “data” adalah jamak dari kata “datum”
yang tunggal.
14. Kata “yang mana, di mana” perlu diganti.
15. Perlu diperhatikan bentuk kalimat aktif dengan menggunakan kata kerja
dengan awalan “me” serta kalimat pasif dengan menggunakan awalan “di”,
seperti “Dalam Pasal 5 dinyatakan ...” dan “Pasal 5 menyatakan ...”, jadi bukan
“Dalam Pasal 5 menyatakan...”.
16. Penulisan “nonhayati” digabung karena kata “non” tidak berdiri sendiri.
17. Dalam karya ilmiah dihindari kata seperti “tidak karuan, seenaknya” yang
digunakan sebagai ungkapan sehari-hari.
18. Penggunaan “adalah merupakan” perlu dipilih satu, karena kedua-duanya
adalah predikat.
19. Gelar tidak digunakan dalam naskah maupun dalam daftar pustaka.
Dapat digunakan dalam ucapan terima kasih.
20. Penulisan referensi dapat dilaksanakan dengan menggunakan sistem catatan
kaki (footnote) atau dimasukkan dalam teks di belakang kutipan (nama penulis,
tahun penerbitan: halaman).
Pilih di antara keduanya, tidak boleh dicampur.
21. Penomoran dapat dilakukan dengan sistem digital atau penggunaan huruf dan
angka dengan urutan : I, A, 1., a., 1), a), 1), dan (a).
Pilih di antara keduanya, tidak boleh dicampur.
22. Hindari kata seperti “sangat perlu sekali” yang bersifat berlebihan.

18
Pedoman Penulisan Tesis
Program Studi Magister Ilmu Hukum

23. Kata “konsepsional” adalah dari kata Belanda “conceptioneel”, sebagaimana


juga kata “konsepsi” dari kata Belanda “conceptic”.
Adalah lebih tepat menggunakan kata “konseptual” dari kata Inggris
“conceptual”, sebagaimana juga kata “konsep” dari kata Inggris “concept”.
24. Penggunaan bentuk jamak “saran-saran” tidak perlu, karena “saran”
mengandung makna tunggal maupun jamak.
25. Penggunaan tanda baca – hanya untuk pemenggalan kata.
Dengan demikian tidak digunakan untuk meluruskan garis kanan dari atas ke
bawah (“kosmetika”), juga tidak digunakan untuk penomoran.
26. Mengingat program komputer pada umumnya adalah program bahasa Inggris,
perlu diperhatikan pemenggalan kata bahasa Indonesia yang tidak dikenal oleh
program komputer.
Caranya adalah dengan menggeser kata kedua, kata ketiga dan seterusnya dari
baris yang mengandung kesalahan pemenggalan sampai diperoleh
pemenggalan yang benar menurut bahasa Indonesia.
27. Kata “sedangkan, sehingga, dan” tidak dapat digunakan sebagai awal kalimat,
karena merupakan kata penghubung.

I. NASKAH PUBLIKASI

Penulisan Naskah Publikasi mengikuti ketentuan-ketentuan sebagai berikut ;


(1). Naskah Publikasi memuat berturut-turut halaman sampul luar, halaman
pengesahan, kata pengantar, abstract, abstrak, daftar isi, daftar tabel, isi
naskah dan daftar pustaka;
(2). Penulisan Naskah Publikasi menggunakan jenis huruf Times New Roman,
ukuran huruf/font 12 dengan spasi 2 (dua) sama dengan Tesis;
(3). Untuk ketebalan isi Naskah Publikasi maksimal berisi 25 halaman;

19
Pedoman Penulisan Tesis
Program Studi Magister Ilmu Hukum

LAMPIRAN 1
HALAMAN SAMPUL DEPAN

………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………. [Judul Penelitian]

TESIS

Oleh :

……………………………….. [Nama Mahasisw a]


…………………………. [Nomor Induk Mahasisw a] /HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
…………….. [T ahun]

20
Pedoman Penulisan Tesis
Program Studi Magister Ilmu Hukum

LAMPIRAN 2
HALAMAN SAMPUL DALAM

………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………. [Judul Penelitian]

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh


Gelar Magister Hukum dalam Program Studi
Magister Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara

Oleh :

……………………………….. [Nama Mahasisw a]


…………………………. [Nomor Induk Mahasisw a] /HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
…………….. [T ahun]

21
Pedoman Penulisan Tesis
Program Studi Magister Ilmu Hukum

LAMPIRAN 3
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : …………………………………………….
NIM : …………………………………………….
Program Studi : Magister Ilmu Hukum
Judul Tesis :
………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat ini adalah asli karya saya
sendiri, bukan merupakan plagiat atau duplikasi dari penelitian yang telah
ada sebelumnya. Apabila ternyata dikemudian hari diketahui bahwa Tesis
saya ini merupakan plagiat atau duplikasi karena kesalahan saya sendiri,
maka saya bersedia diberikan sanksi apapun oleh Program Studi Magister
Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan saya tidak
akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikian Surat Pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya dan dalam
keadaan sehat.

Medan,
…………………………………..

Yang membuat pernyataan,

M aterai

…………………………………………….
.

22
Pedoman Penulisan Tesis
Program Studi Magister Ilmu Hukum

LAMPIRAN 4
HALAMAN PERSETUJUAN

JUDUL TESIS : ……………………………………………………………………………………….

NAMA : ……………………………………….
NIM : ……………………………………….
PROGRAM : Magister Ilmu Hukum
STUDI

Menyetujui :

Komisi Pembimbing

(………………………………Gelar dan Nama)


Ketua

(………………………………Gelar dan Nama) (………………………………Gelar dan Nama)


Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

(………………………………Gelar dan Nama) (………………………………Gelar dan Nama)


Anggota Anggota

Tanggal Lulus : ………………………………..

23
Pedoman Penulisan Tesis
Program Studi Magister Ilmu Hukum

LAMPIRAN 5
CONTOH PENULISAN TABEL (DAFTAR)

Tabel 1
S anksi terhadap Pasangan Perkawinan S emarga
Masyarakat Mandailing di Desa Manegen

No Lama Usia Orang Sanksi


Perkawinan
(tahun)
1. 4-12 6 Membayar denda sebesar Rp
500.000,- dan mengganti marga
istri dengan marga ibu laki-laki.
2. 12-20 4 Membayar sanksi adat kepada
calon mertua dan pengetua adat
dengan memotong hewan ternak
dan mengganti marga istri dengan
marga ibu laki-laki.
3. 20-28 4 Membayar sanksi adat kepada
calon mertua dan pengetua adat
dengan memotong hewan ternak
dan mengganti marga istri dengan
marga ibu laki-laki.
4. 28-36 0 -
5. 36-44 0 -
6. 44-52 6 Diasingkan dari kampung dan
tidak bisa ikut dalam acara adat.
Jumlah 20
Sumber: Kantor Kepala Desa M anegen, 2017

24
Pedoman Penulisan Tesis
Program Studi Magister Ilmu Hukum

LAMPIRAN 6
CONTOH PENULISAN GAMBAR

Skema 1
Proses Pelaksanaan Perkawinan Semarga Pada Masyarakat Mandailing
di Desa Manegen

1. Acara di rumah boru


na ni oli
Martahi Patobang hata Mangalehen
mangan pamunan

Manyapai Manulak sere +


boru Sidang adat
Pabuat boru
Mangaririt
boru Akad nikah
Pasahat mara
Padamos hata

2. Acara di rumah bayo pangoli

Haroan boru M embawa


Pataon raja-raja adat pengantin ke tapian
dan koum sisolkot raya bangunan

M arpokat
haroan boru
Panaek gondang Mangalehen goar

M angalo-alo
dan manjagit Mata ni horja
Mangupa
boru

Sumber: Buku Adat Budaya Mandailing dalam Tantangan Zaman Pandapotan


Nasution.

25

Anda mungkin juga menyukai