Anda di halaman 1dari 4

BAHASA SEBAGAI OBJEK KAJIAN GENDER

Kadek Eva Krishna Adnyani


Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang, Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja
Jalan Jend. A Yani 67 Singaraja 81116, Telp. 0362-21541, Fax. 0362-27561
Email: eva.undiksha@gmail.com

ABSTRAK


The qualitative research is aimed at describing language as an object of gender studies pioneered by
Robin Lakoff. The data of the research were the special words and grammar which exclusively referred to be
used by women and used as an object of gender studies. The findings show that one can often identify the val-
ues of society from the language used because language is a reflection of the society. The differences between
the competitive assertive male style and cooperative supportive female style tend to dominate the studies con-
clusions about relations between gender and language. However, this should be considered with caution since
language use also varies according to situational conditions.

Keywords: language, gender, relation.

PENDAHULUAN
Gambar 1 adalah gambar yang diambil
Nilai konvensional mengenai hubungan dari buku anak-anak tahun 1970-an yang beredar
gender dalam masyarakat sering kali menem- luas di masyarakat. Kita bisa lihat bagaimana
patkan dunia pria berada dalam tempat kerja dan mind-set yang dibangun pada anak-anak yang
wanita berada di rumah. Kalaupun bekerja, wa- membaca buku ini; Ketika laki-laki menjadi pi-
nita hanya akan menjadi inferior dari posisi pria lot, perempuan menjadi pramugari. Ketika laki-
yang superior. Selanjutnya, mari kita simak gam- laki menjadi presiden, perempuan menjadi ibu
bar berikut ini : negara. Ketika laki-laki menjadi dokter, perem-
puan menjadi perawat. Ketika laki-laki memba-
ngun rumah, wanita mengurus rumah itu (mem-
bersihkan dan lain lain).
Bukan hanya dalam kehidupan sehari-
hari, dalam dunia spiritual pun laki-laki sering
dianggap lebih superior dibanding wanita. Dalam
berbagai buku agama dan karya seni seperti
lukisan (contoh yang terkenal adalah lukisan ber-
judul Creation yang dilukis oleh Michelangelo),
sering kali Tuhan digambarkan sebagai pria, bu-
kan wanita. Banyak pula kisah dalam berbagai
agama yang mencantumkan bahwa pria dicipta-
Gambar 1. Ide mengenai pembagian kerja berdasar- kan lebih dahulu oleh Tuhan, sementara wanita
kan gender (sumber : Sociology : A Down to Earth diciptakan kemudian dari tulang rusuk pria. Para
Approach, 2008).

| PRASI | Vol. 9 | No. 18 | Juli - Desember 2014 | 11


penganut Yahudi ortodoks bahkan setiap harinya dan masyarakat baru muncul pada pertengahan
berterima kasih kepada Tuhan karena mereka abad ini. Para ahli bahasa mulai sadar bahwa
tidak dilahirkan sebagai wanita (Adnyani, 2010 : pengkajian bahasa tanpa mengaitkannya dengan
13). masyarakat akan mengesampingkan beberapa as-
Semua itu adalah fakta-fakta yang sering pek penting dan menarik, bahkan mungkin me-
kita temukan ketika mengkaji kedudukan wanita nyempitkan pandangan terhadap disiplin bahasa
dan pria dari sisi spiritual. Lalu bagaimana jika itu sendiri.
ditinjau dari segi bahasa? Gerakan wanita yang terjadi pada tahun
1970-an, memicu timbulnya berbagai penelitian
PENGKAJIAN BAHASA DAN GENDER tentang isu-isu gender dalam berbagai aspek se-
perti hukum, politik, pendidikan, dan sebagainya.
Segala sesuatu yang dilakukan manusia Bahasa, sebagai aspek penting dalam kehidupan
dalam bertutur akan selalu dipengaruhi oleh situ- manusia, juga tidak luput dari lahan analisis para
asi dan kondisi di sekitarnya. Sebagaimana telah budayawan, sosiolog, dan linguis, yang ingin
dinyatakan Fishman (1975) yakni mengenai who mengkaji kepatriarkatan dari analisis bahasa.
speaks what language to whom and when. So- Katubi (2004) mengungkapkan 3 alasan
siolingusitik sebagai ilmu yang bersifat in- dijadikannya bahasa sebagai objek kajian gender.
terdisipliner yang menggarap masalah-masalah Pertama, salah satu tujuan penelitian gender ialah
kebahasaan dalam hubungannya dengan faktor- membongkar aspek-aspek budaya yang berkaitan
faktor sosial, situasional, dan kulturalnya. Oleh dengan ketimpangan sosial gender. Dengan de-
karena itu, para ahli bahasa mengatakan bahwa mikian, analisis ini menunjukkan adanya hubu-
sosiolinguistik bermula dari adanya asumsi akan ngan antara bahasa dan budaya, baik dalam
keterkaitan bahasa dengan faktor-faktor ke- hubungan koordinatif maupun subordinatif.
masyarakatan sebagai dampak dari komunitas- Bahasa membuat kita berpartisipasi dalam
nya yang tidak homogen (Wardaugh 1986 dalam pandangan, kepercayaan, nilai-nilai, keyakinan-
Wijana, 2011 : 8). Menarik untuk meninjau keyakinan normatif dan pandangan dunia ko-
pemakaian bahasa dilihat dari sudut pandang so- munitas tertentu. Makna-makna itu sampai pada
siolinguistik, yang tidak akan melepaskan bahasa kita karena bahasa bersama dan bahasa bersama
dari faktor sosial, situasional, dan kultural yang merupakan “basis komunitas”. Tidak ada realitas
melingkupinya. independen dari bahasa karena kita berhadapan
Bahasa adalah suatu hal yang sangat e- dengan situasi tempat kosakata sebuah dimensi
sensial dalam kehidupan. Bahasa adalah salah sosial tertentu terdapat pada bentuk praktik so-
satu ciri khas manusiawi yang membedakannya sial dalam dimensi itu. Artinya, kosakata itu tidak
dari makhluk-makhluk yang lain. Selain itu, ba- bermakna ketika skala-skala praktik itu tidak ada.
hasa mempunyai fungsi sosial, baik sebagai alat Dengan demikian, nilai-nilai yang dianut
komunikasi maupun sebagai suatu cara mengi- suatu masyarakat, termasuk di dalamnya nilai
dentifikasikan kelompok sosial. budaya patriarkat, dapat terkemas dalam bahasa.
Pandangan de Saussure (1916) yang me- Misalnya, kita lihat dalam nilai masyarakat Jawa,
nyebutkan bahwa bahasa adalah salah satu lem- terdapat ungkapan konco wingking (di rumah
baga kemasyarakatan, yang sama dengan lem- tangga, perempuan hanya berfungsi sebagai te-
baga kemasyarakatan lain, seperti perkawinan, man pria di belakang, yaitu di dapur, sumur, dan
pewarisan harta peninggalan, dan sebagainya kasur).
telah memberi isyarat akan pentingnya perhatian Dalam bahasa Jepang, terdapat periba-
terhadap dimensi sosial bahasa. Namun, kesa- hasa yang maknanya kurang lebih senada, yaitu
daran tentang hubungan yang erat antara bahasa otoko wa matsu, onna wa fuji yang menggam-

12 | PRASI | Vol. 9 | No. 18 | Juli - Desember 2014 |


barkan karakteristik pria dan wanita, dimana pria tik di Universitas California, Berkeley. Bidang
diibaratkan sebagai sebuah pohon pinus yang keahliannya adalah sosiolinguistik serta bahasa
dapat hidup berdiri sendiri dan tetap bertahan dan gender. Buku Language and Woman’s Place
walau diterpa badai atau salju. Sementara wanita karyanya sering dianggap sebagai peletak dasar
diibaratkan pohon bunga fuji yang tumbuh men- lahirnya subbidang bahasa dan gender pada li-
jalar pada pohon pinus. nguistik.
Makna yang terkandung di dalam periba- Lakoff (2003 : 45) menyebutkan bahasa
hasa ini adalah bahwa pria merupakan insan yang wanita memiliki dasar bahwa wanita adalah
kuat baik secara rohaniah maupun jasmaniah se- kaum marjinal sampai ke bagian penting dari ke-
hingga mereka memiliki kelebihan kemampuan hidupan, yaitu bahasa. Marjinalitas dan ketidak-
dalam kehidupannya. Sedangkan wanita diang- berdayaan wanita direfleksikan baik dalam cara
gap sebagai insan lemah yang pantas hidup ber- wanita diharapkan untuk berbicara dan cara wan-
gantung pada pria (Sudjianto, 1999 : 6). ita dibicarakan. Aspek-aspek ini bisa dieksplorasi
Alasan kedua dijadikannya bahasa se- dari aspek leksikon dan sintaksis.
bagai salah satu kajian gender adalah adanya Seorang wanita akan dicela jika dia tidak
gelombang kajian “citra wanita”, yaitu represen- berbicara seperti seorang “lady” (wanita yang
tasi. Sastra, buku bacaan anak-anak, iklan, dan anggun) karena dianggap tidak feminim. Namun
media mendapat perhatian kritis dari kelompok jika ia berbicara dia dianggap tidak bisa berpikir
feminis seiring menjamurnya kajian representasi. dengan jelas dan tidak bisa turut serta dalam dis-
Bahasa memiliki hubungan dengan kajian repre- kusi serius (Lakoff, 2003 : 48). Kita cenderung
sentasi karena bahasa merupakan media repre- memaklumi luapan emosi / amarah dari pria
sentasi. Hal ini sebenarnya terpengaruh konsep dalam bentuk makian, namun kita tidak memak-
“pengkondisian”, yakni jika anda dipaparkan lumi hal yang sama dari wanita. Wanita boleh
terus-menerus pada stereotip dan distorsi, anda mengeluh namun tidak boleh mengungkapkan
akan mempercayainya tanpa mempertanyakan- kegusaran dalam bentuk makian (Lakoff, 2003 :
nya. 51).
Alasan ketiga ketertarikan kaum feminis Dalam hal pujian, berikut ini adalah
atau ilmuwan yang tertarik pada gerakan femi- sekelompok kata sifat yang mengindikasikan
nis untuk menganalisis bahasa dari perspektif pujian pembicara akan suatu hal. Beberapa kata
gender ialah pengaruh teori antropologi, yakni sifat adalah netral pada jenis kelamin manapun.
hipotesis Sapir-Whorf yang menyatakan bahwa Namun pada kolom lain, ada yang dibatasi pada
bahasa secara kuat mempengaruhi dan bahkan ujaran wanita.
menentukan pandangan dunia seseorang. Bahasa
yang kita gunakan secara sadar atau tidak sadar
mempengaruhi pikiran kita tentang semua hal
di dunia kita. Bahasa mempengaruhi cara kita
bertindak sebagai wanita atau sebagai pria dalam
masyarakat. Bahasa juga mereproduksi cara kita
menentukan identitas budaya kita.

Teori Bahasa Dan Gender oleh Lakoff Tabel 1. Kata Sifat yang Mengindikasikan Pujian

Tokoh yang sering disebut paling influental Bagi pria, untuk menggunakan kata yang
dalam bidang bahasa dan gender adalah Robin ada pada kolom “women only” bisa berdampak
Lakoff. Robin Lakoff adalah profesor linguis- buruk pada reputasinya walaupun wanita bisa

| PRASI | Vol. 9 | No. 18 | Juli - Desember 2014 | 13


dengan bebas menggunakan kata-kata di kolom Sepuluh fitur bahasa wanita yang diaju-
netral (Lakoff, 2003 : 52). kan Lakoff ini kemudian banyak digunakan seba-
Mari kita lihat kata-kata berikut secara se- gai landasan teori penelitian bahasa dan gender di
mantik : seluruh dunia.
He’s a professional
She’s a professional PENUTUP
Pada contoh kalimat 1, disimpulkan
bahwa orang tersebut adalah anggota dari sebuah Bahasa memiliki peranan yang penting
profesi, seperti dokter atau pengacara. Sedangkan dalam konstruksi dan pelestarian pembagian gen-
pada contoh kalimat 2, asumsi pertama adalah der. Penelitian mengenai bahasa dan gender se-
bahwa sang wanita adalah seorang wanita tuna ring dikaitkan dengan karakteristik bahasa wanita
susila. Sekali lagi wanita didefinisikan dengan yang ditulis oleh Lakoff, karena cukup detail dan
seksualitasnya, sebagai sebuah aspek khusus dari merangkum berbagai macam aspek penting yang
hubungannya dengan pria (Lakoff, 2003 : 64 - diperlukan dalam teori bahasa dan gender. Hasil
65). konstruksi sifat-sifat dan pelabelan pada bahasa
Lakoff kemudian membagi bahasa wanita wanita dalam kontrastifnya dengan bahasa pria
menjadi 10 fitur berikut: berkorelasi dengan peran dan relasi gender yang
1) Hedge (terkungkung / terbatasi). berlangsung dalam suatu masyarakat. Karena
Pendapat diutarakan dengan bahasa yang tidak bahasa adalah hasil konstruksi budaya, hal terse-
absolut / mutlak, contohnya sort of, kind of, it but tidak bersifat permanen dan dapat berubah
seems like, dan sebagainya. sewaktu-waktu mengikuti perkembangan situasi
2) Menggunakan ragam bahasa yang (sangat) so - yang terjadi di masyarakat.
pan. Sebagai contohnya, menggunakan kata-
kata seperti would you mind..., I’d appreciate it DAFTAR PUSTAKA
if...., ...if you don’t mind, dan sebagainya.
3) Menggunakan tag questions untuk mengeks- Adnyani, Kadek Eva Krishna. 2010. Politik Ibu Rumah
Tangga Jepang : Kasus Tokyo Seikatsusha Net-
presikan pendapat. Contohnya: “You are going
work sebagai Partai Politik Lokal.
to dinner, aren’t you?” Universitas Indonesia. Tesis (tidak diterbitkan).
4) Menggunakan intensifier. Fishman, J. A. 1975. The Sociology of Language.
Contohnya : “You are so very kind” Massachussets: Newbury House Publication.
5) Menggunakan “empty” adjectives. Henslin, James M. 2008. Sociology: A Down-to-earth-ap-
proach. USA: Pearson and AB.
Yakni kata sifat yang tidak signifikan, seperti Katubi. 2004. Studi Bahasa dan Jender: Sejarah Sing -
divine, charming, cute kat, Ancangan, dan Model Analisis. Dimuat
6) Menggunakan tata bahasa dan pengucapan dalam Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume
yang benar. Jarang menggunakan slang (ragam VI No. 1 Tahun 2004.
bahasa tidak resmi) dibandingkan dengan pria, Lakoff, Robin. 2003. Language, Gender, and Politics:
Putting ‘Women’ And ‘Power’ In The Same Sen-
contohnya:“I would be very appreciative if you tence. In Holmes and Meyerhoff, 2003.
could show me the way”. Sudjianto. 1999. Jender, Wanita, dan Bahasa Jepang.
7) Menghindari kata-kata makian. Disampaikan dalam Seminar Nasional Pendidik-
8) Menaikkan intonasi dalam pernyataan. an Bahasa dan Sastra Jepang yang diselenggara-
Contohnya: what’s for dinner? roast beef? kan Universitas Gadjah Mada, 29-31 Oktober
1999.
9) Penggunaan kosakata warna yang sangat te- Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi. 2011.
pat. Contohnya : Magenta, Aquamarin. Sosiolinguistik: Kajian Teori dan Analisis.
10) Menggunakan penekanan empatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Contohnya : It was a BRILLIANT performance

14 | PRASI | Vol. 9 | No. 18 | Juli - Desember 2014 |

Anda mungkin juga menyukai