Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Ilmiah Domestic Case Study

Disiapkan Sebagai Standar Kualifikasi

KEUNIKAN DESA WISATA PENTINGSARI SEBAGAI DAYA


TARIK WISATA ALTERNATIF DI YOGYAKARTA

Disusun oleh :

Nama : Engel Chrismonawaty


NIM : 206203
Program Studi : Pariwisata
Jenjang : Strata Satu / S1

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA AMBARRUKMO


YOGYAKARTA
2021

Jurnal Ilmiah Domestic Case Study


Disiapkan Sebagai Standar Kualifikasi

KEUNIKAN DESA WISATA PENTINGSARI SEBAGAI DAYA TARIK


WISATA ALTERNATIF DI YOGYAKARTA

LEMBAR PERSETUJUAN
Disusun Oleh :

ENGEL CHRISMONAWATY
206203

Yogyakarta,
Telah disetujui dan diterima oleh :
Dosen Pembimbing I

Dr.Dra.Damiasih,MM.,M.Par.,CHE.,CGSP
NIDN : 0504086902

Jurnal Ilmiah Domestic Case Study


Disiapkan Sebagai Standar Kualifikasi

KEUNIKAN DESA WISATA PENTINGSARI SEBAGAI DAYA TARIK


WISATA ALTERNATIF DI YOGYAKARTA

LEMBAR PENGESAHAN

Disusun Oleh :
Engel Chrismonawaty
206203

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal……., bertempat di


Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta dan dinyatakan telah memenuhi
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pariwisata pada Program Studi Pariwisata.

Susunan Tim Penguji :


Ketua : Dr.Suhendroyono,SH.,MM,M.Par,CHE,CGSP
Penguji I : Dr.Dra. Damiasih,MM.,M.Par.,CHE.,CGSP (NIDN :
0504086902)
Penguji II : Moch. Nursyamsu,Spt.,M.Par.,CHE.,CGSP
(NIDN : 0506036302)
Mengesahkan
Ketua
Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta

Dr.Suhendroyono,SH.,MM,M.Par,CHE,CGSP

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat melakukan observasi dan menyelesaikan jurnal Domestic
Case Study berjudul Keunikan Desa Wisata Pentingsari Sebagai Daya Tarik Wisata
Alternatif Di Yogyakarta tepat pada waktunya.
Jurnal ilmiah ini bertujuan agar pembaca memahami Keunikan Desa Wisata
Pentingsari Sebagai Daya Tarik Wisata Alternatif Di Yogyakarta. Penulis menyadari
bahwa dalam jurnal ilmiah ini jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu penulis
mengharapkan kritik serta saran agar kedepannya dapat lebih baik lagi. Ucapan
terima kasih penulis kepada :

1. Bapak Dr.Suhendroyono,SH.,MM,M.Par,CHE,CGSP selaku Rektor


Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta
2. Ibu Dr.Dra.Damiasih,MM.,M.Par.,CHE.,CGSP selaku pembimbing
dan penguji jurnal ilmiah akademik
3. Bapak Moch. Nursyamsu,Spt.,M.Par.,CHE.,CGSP selaku pembimbing
dan penguji jurnal ilmiah akademik
4. Bapak Hendi Prasetyo,M.Par selaku pembimbing jurnal ilmiah
akademik
5. Pihak-pihak yang sudah membantu penulis dalam memlakukan
observasi serta penyelesaian jurnal ilmiah akademik ini

Yogyakarta, bulan tahun

Penulis,
Engel Chrismonawaty

LEMBAR KEASLIAN

Disusun Oleh :

Nama : Engel Chrismonawaty


NIM : 206203
Semester : III
Jenjang : Strata Satu / S1
Judul Jurnal Ilmiah : Keunikan Desa Wisata Pentingsari Sebagai
Daya Tarik Wisata Alternatif Di Yogyakarta
Menyatakan bahwa dalam jurnal Ilmiah Domestic Case Study tidak terdapat
keseluruhan atau sebagai tulisan yang saya ambil dengan cara menyalin dan seolah-
olah seperti tulisan saya dan meniru karya orang lain tanpa memberi pengakuan pada
penulisannya. Apabila saya melakukan hal tersebut, maka dengan ini saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan saya.

Yogyakarta,

Materai 10k
ttd

Penulis,
Engel Chrismonawaty

LEMBAR PERNYATAAN

Disusun Oleh :

Nama : Engel Chrismonawaty


NIM : 206203
Semester : III
Jenjang : Strata Satu / S1
Judul Jurnal Ilmiah : Keunikan Desa Wisata Pentingsari Sebagai
Daya Tarik Wisata Alternatif Di Yogyakarta
Dengan ini saya menyatakan bahwa saya menyetujui untuk :
1. Memberikan hak bebas royalti kepada STIPRAM atas jurnal ilmiah
saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Memberikan hak menyimpan, mengalih format, mengelola,
mendistribusikan,serta menampilkan dalam bentuk softcopy untuk
kepentingan akademis STIPRAM, tanpa perlu meminta ijin dari saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai salah satu penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat
digunakan sebagaimana mestinya.

Yogyakarta,

Materai ttd
Penulis,
Engel Chrismonawaty

Jurnal Ilmiah Domestic Case Study


Disiapkan Sebagai Standar Kualifikasi

KEUNIKAN DESA WISATA PENTINGSARI SEBAGAI DAYA TARIK WISATA


ALTERNATIF DI YOGYAKARTA
Disusun Oleh :

Nama : Engel Chrismonawaty


NIM : 206203

ABSTRAK

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai negara dengan beragam budaya dan keanekaragaman suku,
Indonesia memiliki berbagai daya tarik wisata yang menarik. Mulai dari keindahan
alam pantai, lautan, gunung dan serta keunikan bangunan bersejarah sampai
kulinernya disetiap provinsi. Selain itu, Indonesia adalah negara maritim. Gugusan
pulau dari Sabang sampai Merauke, negara kita kaya akan potensi wisata. Indonesia
merupakan negara yang menarik bagi wisatawan asing, itulah sebabnya sektor
pariwisata menjadi salah satu sektor penting bagi pendapatan negara.
Sadar akan hal itu, Kementerian dan Pariwisata Ekonomi Kreatif membuat
Program 10 Bali Baru yaitu Danau Toba Sumatera Utara, Tanjung Kelayang Bangka,
Mandalika NTB, Wakatobi Sulawesi Tenggara, Morotai Maluku Utara, dan Labuan
Bajo NTT. Dan empat destinasi di Pulau Jawa yaitu Kepulauan Seribu Jakarta,
Tanjung Lesung Banten, Borobudur Jawa Tengah, serta Bromo-Tengger-Semeru
Jawa Timur. Lebih dari itu, Kemenparekraf juga memperkenalkan 5 Destinasi Super
Prioritas antara lain Danau Toba Sumatera Utara, Borobudur Jawa Tengah,
Mandalika NTB, Labuan Bajo NTT dan Likupang, Sulawesi Utara. Tidak hanya
tentang daya tariknya, program ini disusun dengan berdasar pada aspek pariwisata,
salah satunya adalah aksesbilitas yang mudah untuk menjangkau destinasi di atas.
Dengan memperkenalkan destinasi 10 Bali Baru dan 5 Destinasi Super Prioritas,
diharapkan pariwisata di Indonesia dapat bersaing dilevel internasional.
Pariwisata di Indonesia juga diiringi dengan adanya wisata alternatif, yang
berfokus pada konsep wisata alam serta budaya lokal daerah. Sebagai contoh yang
dikembangkan saat ini adalah desa wisata. Dengan adanya partisipasi masyarakat
lokal untuk ikut merintis desa wisata, maka timbul aktivitas untuk mengurangi
pengangguran. Selain memajukan pariwisata daerah, pengembangan wisata alternatif
adalah sebagai penggerak aktivitas ekonomi lokal bagi masyarakat desa. Dampak lain
dari adanya konsep desa wisata ini adalah terciptanya kegiatan pelestarian budaya dan
alam.
Perkembangan pariwisata di Indonesia juga berkonsep pariwisata berbasis
masyarakat atau Community Based Tourism(CBT). Dimana konsep Community
Based Tourism sama dengan pariwisata alternatif yang berbasis pada masyarakat.
Yang bertujuan untuk melibatkan masyarakat dalam mempromosikan pariwisata
lokalnya, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Selain itu,
masyarakat terlibat dalam membuat keputusan dan mendapatkan pendapatan terbesar
dari wisatawan. Untuk itu, konsep pariwisata ini diharuskan membawa dampak
positif bagi masyarakat dan lingkungan.
Destinasi pariwisata sebagai tempat hidup masyarakat untuk bekerja serta
melakukan kegiatan sosial. Dengan demikian masyarakat merupakan bagian tidak
terpisahkan dari suatu destinasi pariwisata. Oleh karena itu, keberlanjutan destinasi
pariwisata sangat tergantung dari tingkat keterlibatan masyarakatnya dalam
pembangunan destinasi pariwisata. Terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 33 Tahun 2009 1 tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di daerah,
telah mendorong Pemerintah Daerah untuk mengembangkan ekowisata berbasis
masyarakat di Indonesia. Ekowisata didefinisikan The International Ecotourism
Society (TIES) (2000) seperti dikutip Damanik dan Weber (2006) sebagai
perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.
Pengembangan ekowisata dan desa wisata tentu memberikan pengaruh
terhadap kehidupan masyarakat, sehingga terjadi perubahan dalam aspek ekologi
sosial dan ekonomi masyarakat setempat. Pengembangan ekowisata sebagai wisata
alternatif tidak saja memberikan dampak positif, tetapi juga dapat memberikan
beberapa dampak negatif, salah satunya adalah lingkungan alam menjadi rusak, yang
menyebabkan Indonesia akan kehilangan daya tarik murni dari alam. Pembuangan
sampah sembarangan juga pengolahan limbah yang tidak sesuai standar, menjadi
penyebab polusi baik di tanah, air dan juga udara. Hal tersebut apabila tidak
diarahkan dengan benar kepada masyarakat pengelola, maka dampak negatifnya lebih
besar dari pada tujuan adanya ekowisata sebagai pariwisata alternatif itu sendiri.
Namun apabila masyarakat lokal dari desa wisata memiliki kesadaran untuk mencapai
tujuan dari pembentukan wisata alternatif, maka diharapkan peluang pencemaran
tidak terjadi.
Oleh karena itu, dibutuhkan adanya penyuluhan untuk memberikan
pengetahuan serta pelatihan kepada masyarakat terkait hal-hal yang dibutuhkan bagi
pembentukan serta pengelolaan desa wisata. Kabupaten Sleman merupakan
kabupaten yang banyak memiliki desa wisata sebagai daya tarik daerahnya. Karakter
desa dengan sarana bermain (outbond), tracking, kuliner, yang dirangkai dengan
budaya dan peninggalan sejarah khas Desa Wisata Sleman. Desa wisata yang ada di
Kabupaten Sleman antara lain Desa Wisata Kembangarum, Desa Wisata Plempoh,
Desa Wisata Brayut, Desa Wisata Budaya Tanjung, Desa Wisata Pentingsari, dan
masih banyak lagi. Masing-masing desa yang ada di Kabupaten Sleman memiliki
keunikan tersendiri sehingga wisatawan bisa memilih kemana mereka akan
melakukan wisata sesuai dengan kebutuhan wisata yang mereka inginkan.
Di Yogyakarta, konsep ekowisata serta munculnya desa wisata sudah
termasuk berkembang, maju dan inspiratif. Kemenparekaf baru saja mengadakan
kegiatan Anugerah Desa Wisata Indonesia 2021 yang terbagi menjadi 7 kategori
(CHSE, Desa Digital, Souvenir (Kuliner, Fesyen, Kriya), Daya Tarik Wisata (Alam,
Budaya, Buatan), Konten Kreatif, Homestay dan Toilet). Yogyakarta mendapat 4
penghargaan yaitu Desa/Kampung Wisata Rejowinangun Kota Yogyakarta yang
meraih Juara 2 untuk Kategori Penerapan CHSE, serta Desa Wisata Tinalah, Kulon
Progo yang meraih Juara 4 Kategori Desa Digital. Selanjutnya, Desa Wisata Sambi
(Breksi), Sleman meraih Juara 5 Kategori Desa Wisata Maju, serta Desa Wisata Kaki
Langit Mangunan, Bantul meraih Juara 3 juga di Kategori Desa Wisata Maju. Desa
lainnya yakni Desa Wisata Nglanggeran, Gunungkidul dan Desa Wisata Pentingsari,
Sleman mendapatkan penghargaan khusus yakni Desa Wisata Mandiri Inspiratif.

B. Motivasi
Kabupaten Sleman memiliki potensi besar untuk mengembangkan desa wisata
sebagai suatu daya tarik wisatawan yang memiliki minat khusus. Daya tarik minat
khusus seperti pecinta alam, kebudayaan, dan adat istiadat yang ada di daerah
pedesaan. Pariwisata bukan hanya penghasil devisa namun juga sebagai penggerak
ekonomi pedesaan yakni ekonomi masyarakat lokal. Bagi masyarakat yang ada di
sekitar obyek wisata juga memiliki pengaruh positif yang akan timbul dari
pengembangan dan membuat perluasan kesempatan kerja. Hal ini memberikan
dorongan bagi pelaku wisata misalnya seperti travel agent, restoran, hotel untuk
berusaha menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan sama halnya dengan
Desa Wisata Pentingsari. Desa wisata ini masuk dalam 100 TOP Destinasi
Pariwisata Berkelanjutan di dunia versi Global Green Destinations Days (GGDD)
2019. Wisatawan dapat merasakan sendiri kehidupan lingkungan masyarakat lokal,
pertanian, kehidupan sosial budaya, serta aktivitas kewirausahaan yang ditawarkan.
Desa Wisata Pentingsari dirintis sekitar 13 tahun yang lalu, dan berada di Kawasan
Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), dan dahulu desa ini hanya mengandalkan
kelebihan lokasi wisatanya saja. Desa ini menawarkan suatu pengalaman secara nyata
hidup layaknya warga lokal. Aktivitas sehari-hari warga Desa Pentingsari ditawarkan
sebagai daya tarik wisata. Oleh karena itu, penulis termotivasi untuk mempelajari
lebih dalam, keunikan dan kelebihan dari potensi wisata di Desa Pentingsari. Selain
itu, penulis juga dapat termotivasi untuk mempromosikan desa wisata ini sebagai
pariwisata alternatif di masa pandemi. Program wisata desa menawarkan beberapa
kegiatan diantaranya adalah live in, outbond dan camping. Melihat keberagaman
atraksi yang dimiliki oleh Desa Wisata Pentingsari, penulis melihat bahwa atraksi-
atraksi yang dimiliki menjadi daya tarik yang dapat diolah dan menjadi potensi yang
dapat dikembangkan sesuai dengan keunikannya sebagai daya tarik wisata alternatif
di Yogyakarta.

C. Tujuan
a. Sebagai salah satu persyaratan menulis Jurnal Ilmiah Foreign Case Study
b. Memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang keunikan Desa Wisa
Pentingsari
c. Memberikan wawasan tentang Desa Wisa Pentingsari sebagai kampung
pariwisata berbasis masyarakat atau Community Based Tourism(CBT)
d. Memberikan edukasi kepada pembaca tentang adanya sustainable tourism
yang dikelola oleh warga Desa Wisa Pentingsari
D. Manfaat
Berdasarkan tujuan kajian yang hendak dicapai, maka kajian ini diharapkan
mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Adapun manfaat kajian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
a. Kajian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan dan
bagi pengembangan ilmu Pariwisata

b. Kajian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, terutama


dalam bidang Pariwisata
c. Hasil kajian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi peneliti
sejenis di masa yang akan datang
2. Manfaat praktis
a. Bagi Penulis
Penulis dapat menambah ilmu pengetahuan dan konsep keilmuan mengenai ilmu
Pariwisata khususnya mengenai kawasan pariwisata desa wisata serta manfaat dan
keunikannya
b. Bagi Program Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sebagai media informasi dan
menambah ilmu pengetahuan dalam bidang kajian Pariwisata, khususnya
pengenalan desa wisata dalam keunikan dan manfaatnya bagi ekonomi pariwisata
c. Bagi Mahasiswa
Hasil kajian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan
menambah pengetahuan tentang pengaruh kawasan wisata terhadap kehidupan
masyarakat sekitarnya
d. Bagi pembaca
Kajian ini dapat memberi bekal pengetahuan sehingga dapat memberikan
pemahaman yang lebih luas dalam kehidupan, dimana masih banyak masyarakat
yang belum sadar akan pengaruh dari keunikan desa wisata terhadap kehidupan
sosial budaya dan ekonomi sebagai pariwisata alternatif
E. Seminar
Penulis telah mengikuti webinar Internasional dengan tema “Alternative
Tourism And It’s Impact” pada 10 Agustus 2021 melalui Zoom Meeting &
Youtube dengan pembicara yaitu Prof. Dr. Didi Achjari, M. Com., Ak., CA.
(Kepala LLDIKTI V, Yogyakarta - Indonesia) dan beberapa pembicara undangan
yaitu Prof. Azril Azahari, Ph.D., (STIPRAM Yogyakarta), Prof. Dr. M. Baiquni
(Universitas Gadjah Mada), Asst. Prof. Dr. Chidchanok Anantamongkolkul
(Universitas Phuket Rajabhat - Thailand) dan Jeetesh Kumar, PhD, SHTE, CRiT
(Taylor’s University, Malaysia). Sebagai salah atau syarat untuk menyelesaikan
Domestic Case Study atau DCS. Adapun tujuan dari webinar ini adalah unutk
memahami lebih dalam tentang pariwisata alternatif dan juga dampaknya. Dari
STIPRAM sendiri mendukung adanya pariwisata alternatif dengan
mengimplemetasikan aturan yang diterapkan pemerinta selama masa PPKM
Level 3. Selain itu STIPRAM juga bekerja sama dengan Belajar Merdeka
Kampus Merdeka atau MBKM sehingga meningkatkan produktivitas mahasiswa
dalam pembelajaran daring selama PPKM di masa pandemi.
Pariwisata dalam masa pandemi Covid-19 ini mengalami penurunan drastis,
baik di Indonesia sendiri maupun di negara lain. Baik secara ekonomi yang
berdampak pada devisa negara dan pelaku pariwisata, juga berdampak buruk pada
perkeonomian rakyat. Maka dari itu dibutuhkan adanya alternatif agar kegiatan
wisata tetap berjalan meskipun tidak semuanya bisa. Menurut Jeetesh Kumar,
PhD, SHTE, CRiT (Taylor’s University, Malaysia) mengatakan bahwa, pariwisata
alam menjadi pariwisata berkelanjutan yang mencakup cultural, educational,
scientific, adventure and agritourism. Dari pernyataan beliau, dapat disimpulkan
bahwa, pariwisata alternative lebih baik difokuskan pada masyarakat lokalnya
daripada jumlah wisatawan yang mengunjungi destinasi wisata alternative.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pariwisata di Masa Pandemi


Istilah pariwisata mencakup orang-orang yang melakukan perjalanan ke
tempat yang berbeda, baik secara lokal, nasional atau global untuk liburan dan
relaksasi, tetapi juga untuk motif sosial atau ekonomi. Ini merupakan salah satu
industri progresif yang kegiatannya sangat mempengaruhi ekonomi berbagai negara.
Penting untuk dicatat bahwa berbagai krisis masa lalu telah mengganggu pariwisata
global, tetapi pandemi global Covid-19 yang berkembang pesat telah menghadapkan
industri sensitif ini dengan keadaan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sektor
pariwisata memberikan kontribusi signifikan terhadap ekonomi dunia, termasuk
wilayah Kashmir yaitu adalah sebuah wilayah di utara sub-benua India. Wilayah
Kashmir adalah sebuah lembah di selatan dari ujung paling barat barisan Himalaya.
Merupakan daerah yang merupakan tanah dengan keindahan pemandangan
alam yang sempurna dengan danau yang bersinar, gletser dan padang rumput, taman
berwarna-warni, kebun buah dan ladang kunyit, dengan Himalaya bersalju yang
megah sebagai tujuan wisata yang diakui sempurna bagi wisatawan nasional dan
internasional.
Pariwisata adalah bagian dari tradisi lembah Kashmir dan memberikan kontribusi
besar bagi perkembangan ekonominya. Situasi perjalanan dan pariwisata saat ini telah
mendorong penyebaran virus corona baru yang sangat menular, yang merusak
pariwisata dan menimbulkan pertanyaan serius tentang masa depan sektor ini.
Penelitian mengungkapkan bahwa para pelaku kepentingan pariwisata mengubah
mata pencaharian mereka dari pariwisata yang terhenti, ke cara lain yang
memungkinkan dan dampak regional yang berbeda dari pandemi pada pusat-pusat
wisata serta implikasi parah pada perkembangan ekonomi Lembah Kashmir. Temuan
tersebut juga mengungkapkan bahwa kelompok ekonomi bawah sangat terpengaruh
oleh pandemi ini.
Dengan demikian, mengenali dampak awal COVID-19 dan menyimpulkan
perkiraan kerusakan ekonomi pariwisata di tengah pandemi dan seterusnya adalah
penting untuk memulihkan kegiatan pariwisata di Kashmir, yang vital bagi mata
pencaharian masyarakat. Pandemi COVID-19 memiliki konsekuensi yang
menghancurkan bagi semua bidang ekonomi global dan semua sistem sosial budaya.
Langkah-langkah dan strategi pemerintah di bidang kesehatan seperti larangan
mobilitas, jarak sosial, kampanye tinggal di rumah, pembatasan keramaian, wajib dan
karantina mandiri telah menghentikan kegiatan rekreasi, perjalanan global, dan
pariwisata. Namun, industri pariwisata dianggap sangat tangguh untuk bangkit
kembali, tetapi sangat sensitif dan rentan terhadap berbagai risiko sosial ekonomi,
politik, dan lingkungan. Namun, dampak, sifat, dan keadaan COVID-19 yang belum
pernah terjadi sebelumnya sedemikian rupa sehingga tidak hanya berbeda dari
kerentanan lain tetapi dapat menghasilkan perubahan struktural dan radikal jangka
panjang dan mendalam pada pariwisata dan kegiatan terkait. Dampak COVID-19
terhadap industri pariwisata di seluruh dunia tidak merata dalam ruang dan waktu.
Menurut perkiraan UNWTO (2020a), kedatangan wisatawan internasional
turun menjadi 78%, menyebabkan hilangnya pendapatan ekspor sebesar US$ 1,2
triliun dan pemotongan 120 juta pekerjaan pariwisata di seluruh dunia. Sebelum
pandemi virus Corona, dunia pariwisata berjalan biasa dan arus demand and supply
tetap lancar keadaannya. Virus corona masih terus menyebar ke seluruh dunia,
dengan hampir 35 juta kasus terkonfirmasi di 188 negara dan lebih dari satu juta
kasus kematian. Beberapa negara yang telah berhasil menekan Covid-19 pada awal
wabah kini kembali mengalami peningkatan kasus positif. Penularan virus ini juga
masih terus meningkat di banyak wilayah, termasuk Indonesia.
Amerika Serikat masih menempati posisi pertama dengan jumlah kasus positif
dan jumlah kematian tertinggi di dunia, disusul Brasil dan India. Tidak hanya
berdampak pada pariwisata namun juga ekonomi dunia dan masalah kesehatan.
Sekitar Desember 2019, Corona mulai menyerang manusia melalui saluran
pernapasan dan menimbulkan dampak buruk lain muncul setelah virus ini masuk ke
dalam paru-paru. Sama halnya dengan dunia parwisata yang kalah oleh dampak dari
virus ini. Hampir seluruh Negara di dunia menutup akses pariwisata mereka, sebagai
langkah untuk mencegah dan mengurangi penyebaran virus Corona.
Bahkan beberapa Negara di Eropa melakukan lockdown untuk mencegah
peningkatan penyebaran virus itu sendiri. Perancis adalah salah satu yang melakukan
lockdown. Hal itu mengakibatkan Perancis harus melakukan penutupan perbatasan
selama beberapa bulan, juga setiap orang yang akan memasuki wilayahnya harus
melakukan karantina selama 14 hari. Setiap usaha dilakukan untuk meningkatkan
keamanan dan mengurangi penyebaran virus Corona. Setelah kurang lebih 7 bulan
menutup akses masuk pengunjung dari luar negaranya, maka Perancis setelah itu
membuka bebarapa tempat wisata termasuk bar dan restoran namun untuk warga
dalam negrinya saja.
Selain itu, pada tahun 2020 beberapa Negara di Eropa seperti Swiss juga
melakukan hal yang sama. Sebagai Negara terbersih di dunia berdasarkan
perhitungan Enviromental Performance Index (EPI). Swiss juga memiliki angka
positif Covid-19 yang cukup tinggi. Fakta yang terjadi di Swiss ini menunjukkan
bahwa saat ini kebersihan lingkungan juga tidak bisa menjamin musnahnya v irus
corona. Demi mengurangi penyebaran, pemerintah Swiss sudah mengambil sejumlah
kebijakan. Salah satunya adalah menutup pintu masuk bagi sekitar 29 negara
sejak bulan Juli 2020 lalu. Di Italia dan Spanyol, yang telah memberlakukan
penutupan total pada kehidupan publik atau umum, wisata dan juga kegiatan bekerja
di kantor. Tentu saja mengalami penurunan hampir 100% pada setiap sektornya, tidak
terkecuali pariwisata sebagai sumber penghasilann penduduk Spanyol. Sama halnya
dengan Indonesia, sektor pariwisata di Swiss, Italia dan Spanyol menurun drastis
sebagai penghasil devisa negara. Namun, dampak positif timbul juga dari adanya
peristiwa ini yaitu di Italia sendiri terjadi dampak yang baik bagi lingkungannya.
Pemberlakuan lockdown mengakibatkan polusi di lingkungan berkurang, seperti
polusi udara yang berkurang dan keadaan air di kanal-kanal air di Italia yang kembali
jernih.

B. Pariwisata Alternatif
Pariwisata Alternatif merupakan tujuan wisata bagi wisatawan yang tidak ingin
berkunjung ke tempat ramai karena ingin menemukan suatu hal yang baru. Tren
wisata telah mengalami pergeseran dari pariwisata massal ke arah Pariwisata
Alternatif. Selain itu pariwisata alternatif adalah kegiatan kepariwisataan yang
memiliki gagasan yang mengandung arti sebagai suatu pembangunan yang berskala
kecil atau juga sebagai suatu kegiatan kepariwisataan yang disuguhkan kepada
wisatawan, dimana segala aktivitasnya, turut melibatkan masyarakat (Saglio : 1979
dan Gonslves : 1984). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pariwisata alternatif
merupakan kecenderungan baru dari bentuk pariwisata yang dikembangkan dengan
memperhatikan kualitas pengalaman yang diperoleh wisatawan, kualitas lingkungan,
yang memperhatikan kualitas sosial budaya dan kualitas hidup masyarakat setempat.
Pariwisata alternatif  diartikan sebagai bentuk pariwisata yang sengaja disusun dalam
skala kecil yang memperhatikan aspek kepedulian lingkungan baik abiotik, biotok,
dan sosial-budaya masyarakat setempat.
Pariwisata alternatif juga muncul akibat kejenuhan terhadap pariwisata massal
yang menimbulkan banyak kerusakan lingkungan sosial, serta tidak memperhatikan
keberlanjutan dari objek wisata itu sendiri. Holden (1984) dalam Valene 2001:5
menyatakan bahwa Variasi Pariwisata Alternatif dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
1. Pariwisata Adventure
Merupakan suatu kegiatan pariwisata alternatif yang bernuansa petualangan
(Adventure). Petualangan dalam skala kecil dapat terdiri dari Bird
Watching dan Scuba Diving. Dalam skala menengah terdiri dari kegiatan yang
bernuansa olahraga seperti Canoing dan Rafting. Sedangkan skala besar kegiatan
petualangan seperti Taman Safari.
2. Pariwisata Alam
Merupakan kegiatan pariwisata alternatif yang memfokuskan diri pada studi dan
observasi yang berkaitan dengan Flora (Tumbuhan) dan Fauna (Binatang) serta
kegiatan Lanscape.
3. Community Tourism
Community Tourism atau Pariwisata Kerakyatan merupakan suatu kegiatan pariwisata
yang dijalankan oleh rakyat, baik dari segi perencanaan sampai evaluasi dan segala
manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut sepenuhnya untuk rakyat yang
bersangkutan. Pariwisata alternatif dapat memberikan sesuatu yang berbeda dengan
pariwisata konvensional yang identik dengan ariwisata massal yang telah
menyebabkan kebisingan, polusi udara, dan hal-hal negatif lainnya. Kegiatan
alternatif dapat berupa mempelajari sosial budaya penduduk lokal, atau kesenian,
memasak, menikmati suasana kehidupan alam, dan kegiatan lainnya yang jauh dari
kebisingan dan polusi. Akibat pandemi virus corona, beberapa tempat wisata pun
masih belum dibuka sepenuhnya untuk umum. Alhasil, staycation kini menjadi
pilihan utama untuk melepas penat di tengah pandemi. Kementrian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif (KEMENPAREKRAF) akan memperkuat kolaborasi dengan
bersinergi program bersama Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi (Kemendes PDTT) dalam upaya mengembangkan desa wisata
indonesia. MENPAREKRAF Sandiaga Uno menargetkan 26 desa wisata dengan
sertifikasi berkelanjutan pada 2021. Jumlah ini bertambah 10 dari sebelumnya 16
desa wisata dengan sertifikasi berkelanjutan pada 2020. Desa Wisata bersertifikasi ini
merupakan salah satu program yang ditargetkan di 2021 berdasarkan permintaan
Presiden Joko Widodo. Pengembangan Desa Wisata ini bertujuan untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat lokal desa wisata, melestarikan budaya dan
tradisi lokal. Meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya pedesaan, promosi
produk lokal, serta mencetak desa wisata melalui koordinasi dengan Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Transmigrasi, Kementerian Komunikasi dan
Informatika, UKM, dan Kementerian BUMN serta bidang lainnya.

C. Gambaran Umum Pariwisata Alternatif

a. Lokasi Desa Wisata Pentingsari


Berlokasi di kawasan lereng Gunung Merapi jarak hanya 12,5 km dari
puncak Gunung Merapi dengan jarak tempuh 22,5 km dari pusat Kota
Yogyakarta. Desa Wisata Pentingsari berada di Kelurahan Umbulharjo, Kecamatan
Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Wisata
Pentingsari memiliki luas wilayah 103 Hektar dan ditempati oleh 399 jiwa. Desa
Wisata Pentingsari terbagi atas empat RT dan termasuk dalam RW 10. Desa ini
berdekatan dengan obyek wisata Kali Adem sebelum Lapangan Golf Merapi (Merapi
Golf) dan temasuk ke dalam pengembangan pariwisata lereng Gunung Merapi.
Desa Wisata Pentingsari berada di ketinggian ± 600 mdpl. Kondisi lingkungan
berupa alam pedesaan bukit dan dataran rendah yang diapit 2 sungai (Sungai Kuning
dan Sungai Pawon) yang berhulu di lereng Gunung Merapi. Dusun Pentingsari terdiri
dari dua dusun yaitu Bonorejo dan Pentingsari. Wilayah desa terdiri dari areal
pemukiman, perkebunan, hutan rakyat, pertanian (padi dan sayur). Desa ini termasuk
dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Kuning dan Pawon. Batas wilayah Dusun
Pentingsari dari sebelah Utara yaitu Dusun Gambertan, sebelah Selatan yaitu Dusun
Bedoyo, sebelah Timur yaitu Dusun Gatak Cancangan, serta sebelah Barat yaitu
Dusun Samba.

a. Peta lokasi Desa Wisata Pentingsari


Sumber : http://sleman.unimus.ac.id/index.php/pariwisata/desa-wisata/desa-
wisata-pentingsari/

b. Gambar Desa Wisata Pentingsari


D. Daya Tarik Pariwisata Alternatif

E. Keberlanjutan Pariwisata Alternatif


F. Pengaruh Destinasi Wisata Alternatif terhadap Ketahanan Ekonomi dan
Sosial-Budaya Masyarakat

Anda mungkin juga menyukai