Anda di halaman 1dari 57

MODUL PELATIHAN

“GRATITUDE TRAINING: FIND THE HAPPINESS IN YOUR LIFE”


Diajukan guna memenuhi nilai tugas mata kuliah Psikologi Positif

Dosen Pengampu :

Dr. Diana Rahmasari, S.Psi., M.Si

Disusun Oleh :

Sisilya M Stevanny (19010664030)


Robiatul Adawiyah (19010664173)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PSIKOLOGI
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Tujuan Pelatihan ............................................................ ...........................................2
C. Manfaat Pelatihan .......................................................... ...........................................2
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kebersyukuran (Gratitude)..........................................................................................3
B. Kebahagiaan (Happiness) .............................................. ...........................................6
BAB III RANCANGAN PENERAPAN MODUL
A. Metode Pelatihan........................................................................................................12
B. Trainer.........................................................................................................................12
C. Trainee .......................................................................... ..........................................12
D. Tempat dan Waktu Pelatihan............................. ............. ..........................................12
E. Alat dan Bahan Pelatihan............................................................................................13
F. Materi Pelatihan..........................................................................................................14
G. Jadwal Pelatihan ........................................................... ...........................................22
H. Rencana Kegiatan Pelatihan .....................................................................................25
I. Langkah-Langkah Pelatihan Untuk Trainer...............................................................28
J. Langkah-Langkah Pelatihan Untuk Trainee................... ...........................................28
K. Tata Tertib Saat Pelatihan .........................................................................................29
L. Lembar Petunjuk Trainer.............................................................................................29
BAB IV PENUTUP
A. Penutup.......................................................................................................................50
B. Profil Penulis..............................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................52
PEMBAGIAN TUGAS PSIKOLOGI POSITIF.................................................................53

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia sekarang selalu resah dengan kemewahan dunia, harta yang melimpah,
dan selalu resah dengan kondisi yang membelitnya, yang sangat sering terjadi termasuk
pada kalangan mahasiswa. Dalam Bahasa psikologinya disebut mengalami “kehampaan
eksistensial” yang membuat dirinya menjadi kurang puas dengan pencapaian atau impian
yang sudah diraih. Ada rasa tidak puas dengan apa yang terjadi dalam hidupnya. Manusia
kini semakin kehilangan jati dirinya dalam eksplorasi nilai-nilai spiritual yang menjadi
dasar pengendalian untuk mengontrol hasrat dan nafsu untuk memenuhi segala keinginan
(Mohammad Takdir, 2018). Tindakan bunuh diri juga semakin meningkat di Indonesia
bahkan di seluruh dunia yang sebagian besar disebabkan oleh depresi. Julianan menulis di
surat kabar bahwa depresi yang muncul di masyarakat saat ini adalah bunuh diri, tawuran,
dan penurunan produktivitas tenaga kerja. Diperkirakan 350 juta orang di seluruh dunia
mengalami depresi dan 150 orang bunuh diri setiap hari di Indonesia karena depresi. Baik
daerah pedesaan maupun perkotaan memiliki jumlah yang relatif sama. Jika penangann
tidak segera diberikan, jumlah ini bisa meningkat dari tahun ke tahun. WHO
memprediksi pada tahun 2020 angka bunuh diri global di Indonesia akan menjadi 2,4 per
100.000 jiwa (Ida Fitri Shobihah, 2014)
Bidang psikologi khususnya kajian psikologi positif saat ini mulai
menjadi perhatian para ahli psikologi dalam mengungkapkan masalah-masalah sosial
yang terjadi di tengah masyarakat dan membantu manusia mencapai kebahagiaan melalui
emosi-emosi positif. Kebahagiaan memberikan berbagai dampak positif dalam segala
aspek kehidupan dan akan mengarahkan pada hidup yang lebih baik, misalnya
memberikan kita kesempatan untuk menciptakan hubungan yang lebih baik,
menunjukkan produktivitas yang lebih besar, memiliki umur yang lebih panjang,
kesehatan yang lebih baik, kreativitas yang lebih tinggi, dan kemampuan pemecahan
masalah dan membuat keputusan mengenai rencana hidup dengan lebih baik. Syukur
merupakan salah satu dari kajian psikologi positif tersebut, yang berarti mengucapkan
terima kasih atas anugerah. Penelitian Sheldondan Sonja menunjukkan bahwa
kebersyukuran dapat mengurangi emosi negatif pada diri seseorang (Ida Fitri Shobihah,
2014).

1
Syukur juga menjadi bagian dari ajaran Islam, yang tidak asing dan bahkan sudah
“dipraktekkan” dalam kehidupan sehari-hari. Pengucapan “Alhamdulillah”sebagai simbol
dari rasa kebersyukuran. Akan tetapi, syukur sesungguhnya tidak hanya cukup pada
pengucapan tersebut, karena syukur berkaitan dengan lisan, hati dan anggota badan..
Pribadi individu, tingkah laku dan lingkungan saling mempengaruhi satu sama lain dalam
membentuk suatu perilaku atau kepribadian. Terkait banyaknya individu yang selalu
tidak puas dan kurangnya rasa syukur pada apa yang dimiliki, maka kami memiliki
inisiatif untuk menyelenggarakan pelatihan ini menganai “Gratitude Training: Find The
Happiness in Your Life”. Dengan harapan setelah melakukan pelatihan ini, individu lebih
banyak bersyukur, dan merasa bahagia dengan kehidupannya melalui rasa syukur.

B. Tujuan Pelatihan
Tujuan dilaksankannya pelatihan ini adalah untuk, meminimalisir emosi negatif
dengan membangun emosi positif dengan rasa syukur (gratitude), meningkatkan
happiness individu dalam kehidupan, melatih individu untuk selalu bersyukur dengan
yang dimilikinya, mengetahui perwujudan rasa bersyukur, dan untuk mengetahui faktor
yang memicu dan menghambat kebersyukuran (gratitude).

C. Manfaat Pelatihan
Manfaat dilaksanakannya pelatihan bersyukur ini termasuk untuk dapat membantu
seseorang merasakan emosi yang lebih positif, meningkatkan kebahagiaan, menikmati
pengalaman yang baik, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, mengatasi kesulitan,
dan membangun relasi yang kuat dengan orang lain. Dengan pelatihan bersyukur ini dapat
meningkatkan kesadaran individu menegenai bersyukur yang bisa dilakukan dimana saja
dan kapan saja, bisa dilakukan dengan berterima kasih atas memori positif di masa lalu
yang sudah lewat, bersyukur untuk masa kini dengan mengusahakan yang terbaik untuk
masa depan, serta bersyukur untuk masa depan, yakni dengan mempertahankan sikap
penuh harapan dan optimis.
.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

A. KEBERSYUKURAN (GRATITUDE)

A. Pengertian Kebersyukuran (Gratitude)


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), syukur dapat diartikan sebagai:
(1) rasa terima kasih kepada Allah, dan (2) untunglah (menyatakan lega, senang dan
lainnya). Adapun beberapa pengertian yang berterima menurut beberapa tokoh, berikut ini
:Menurut psikologi Park, Peterson & Seligman (2004) rasa syukur digambarkan dengan
kondisi individu yang sadar dan pujian atas segala hal baik yang terjadi dengan hal
tersebut dapat memberikan solusi untuk orang tersebut.
Menurut Emmons dan McCullough (dalam Sulistyarini (2010), kebesyukuran
merupakan sebuah bentuk emosi atau perasaan, yang kemudian berkembang menjadi
suatu sikap, sifat moral yang baik, kebiasaan, sifat kepribadian, dan akhirnya akan
mempengaruhi seseorang untuk bertindak atau bertindak terhadap sesuatu atau situasi .
Emmons juga mengatakan bahwa bersyukur akan membuat seseorang bahagia, membuat
perasaan nyaman, dan bahkan dapat memacu motivasi. Sehingga dampak dari perasaan
besyukur dapat berkembang menjadi reaksi atau tanggapan yang berwujud sikap, oleh
karena itu syukur kemudan dapat mendorong atau memotivasi seseorang.
Dari pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa kebersyukuran adalah suatu
perasaan bahagia ketika seseorang membutuhkan sesuatu atau bahkan sudah dalam
keadaan yang cukup, menerima hadiah dari pihak lain sehingga orang tersebut merasa
tercukupi atau menerima kelebihan (Sulistyarini, 2010).
B. Aspek-Aspek dalam Bersyukur (gratitude)
Menurut McCullough (dalam Sulistyarini 2010) mengungkapkan aspek-aspek
bersyukur terdiri dari empat unsur, yaitu:
1. Intensity, seseorang yang bersyukur ketika mengalami peristiwa positif diharapkan
untuk merasa lebih intens bersyukur.
2. Frequency, seseorang yang memiliki kecenderungan bersyukur akan merasakan
banyak perasaan bersyukur setiap harinya dan syukur bisa menimbulkan dan
mendukung tindakan dan kebaikan sederhana atau kesopanan.

3
3. Span, peristiwa-peristiwa kehidupan dapat membuat seseorang merasa bersyukur,
misalnya merasa bersyukur atas keluarga, pekerjaan, kesehatan, dll.
4. Density, orang yang bersyukur diharapkan dapat menuliskan lebih banyak nama-nama
orang yang telah membuatnya merasa bersyukur, termasuk orang tua, teman, keluarga,
dll. Keempat aspek tersebut menjadi acuan bagi seseorang untuk menjalani kehidupan
dan memaknai setiap peristiwa hidup dengan positif dan penuh rasa syukur.
Sedangkan menurut Al-Munajjid (dalam Sulistyarini, 2010) rasa syukur (gratitude)
dapat muncul karena beberapa aspek, yaitu:
1. Mengenal nikmat, menghadirkan dalam hati, menyadari dan meyakinkan bahwa
segala sesuatu dan keajaiban yang kita miliki dan lalui merupakan nikmat Allah SWT.
2. Menerima nikmat, menyebutnya dengan memperlihatkan kefakiran kepada yang
memberi nikmat dan hajat kita kepada-Nya, karena memahami bahwa nikmat itu
bukan keberhakan kita mendapatkannya akan tetapi karena itu bentuk karunia dan
kemurahan Tuhan.
3. Memuji Allah atas pemberian nikmat, merupakan pujian yang berkaitan dengan
nikmat itu ada dua macam, yang pertama bersifat umum yaitu dengan memujinya
bersifat dermawan, pemurah, baik, luas pemberiannya, dan sebagainya. Sedangkan
yang kedua bersifat khusus yaitu membicarakan nikmat yang diterima dengan merinci
nikmat-nikmat tersebut lalu mengungkapkan dengan lisan dan menggunakan nikmat
tersebut untuk hal-hal yang diridhoi-Nya
C. Komponen-Komponen dalam Bersyukur (gratitude)
Ahli psikologi barat Fitzgerald dan Snyder (2004) mengemukakan beberapa
komponen dalam bersyukur. Komponen-komponen tersebut berupa :
a) Rasa apresiasi yang hangat kepada orang lain atau sesuatu yang meliputi, perasaan
cinta, dan kasih sayang.
b) Niat baik (goodwill) yang ditunjukkan kepada seseorang atau sesuatu yang
meliputi keinginan untuk membantu orang lain yang kesusahan, keinginan untuk
berbagi, dan lain sebagainya.
c) Kecenderungan untuk bertindak positif berdasarkan rasa penghargaan dan
kehendak baik, meliputi intensi menolong orang lain, membalas kebaikan orang
lain, beribadah, dan lain sebagainya.

4
D. Jenis-Jenis Bersyukur
Peterson dan Seligman (2004), membedakan besyukur (gratitude) menjadi dua jenis,
yaitu :
1. Personal adalah rasa berterimakasih yang ditunjukkan kepada orang lain yang
khusus yang telah memberika n kebaikan atau sebagai adanya diri mereka.
2. Transpersonal adalah ungkapan terimakasih terhadap Tuhan, kepada kekuatan
yang lebih tinggi, atau kepada dunianya. Maslow dalam Peterson dan Seligman
(2004) menyatakan bahwa bentuk dasarnya dapat berupa pengalaman puncak
(peak exprerience), yaitu sebuah momen pengalaman kekhusyukan yang
melimpah.
E. Perwujudan Rasa Bersyukur (gratitude)
Menurut Al-Fauzan dalam Sulistyarini (2010) mengatakan bahwa orang yang
bersyukur, menggunakan hati, lidah dan anggota badannya untuk mencintai Allah SWT,
tunduk pada-Nya dan menggunakan nikmat- Nya di jalan yang di ridhoi-Nya. Perwujudan
rasa syukur antara lain meliputi tiga hal yaitu:
1) Bersyukur dengan hati, merupakan bentuk pengakuan dengan hati, bahwa semua
nikmat datangnya dari Allah, sebagai kebaikan dan karunia Sang pemberi nikmat
kepada hamba-Nya. Syukur dengan hati akan membuat seseorang merasakan
keberadaan nikmat itu pada dirinya sehingga ia tidak akan lupa kepada Allah.
2) Bersyukur dengan lidah, menyanjung dan memuji Allah atas nikmat-Nya dengan
penuh kecintaan, serta menyebut nikmat itu sebagai pengakuan atas karunia-Nya
dan kebutuhan terhadap-Nya, bukan karena riya' atau sombong. Mengucapkan
nikmat Allah merupakan sendi syukur. Seorang hamba yang mengucapkan syukur,
maka ia akan teringat kepada Allah dan mengakui kelemahan dirinya.
3) Bersyukur dengan anggota tubuh, anggota tubuh digunakan untuk beribadah
kepada Allah, karena setiap anggota tubuh memiliki kewajiban untuk beribadah.
Salah satu yang dapat dilakukan yaitu dengan sujud syukur.
F. Faktor yang Memicu dan Menghambat Kebersyukuran (gratitude)
Berikut hal-hal yang dapat memicu dan menghambat perasaan syukur seseorang:
1. Untuk merasa bersyukur, seseorang membutuhkan pandangan yang luas terhadap
hidup. Perasaan bersyukur juga dapat muncul ketika seseorang menyadari adanya
kehilangan pada dirinya (Peterson & Seligman, 2004).
2. Persepsi negatif dirasa dapat menghambat individu untuk bersyukur.

5
3. Sikap sombong juga dapat menghalangi bersyukur, karena individu merasa bahwa
ia yang memiliki kekuasaan atas segala yang akan terjadi.
G. Membentuk Rasa Syukur
Salah satu untuk membentuk kebesyukuran dapat cara dilakukandengan pelatihan
kebersyukuran. Dimana pelatihan kebersyukuran ini merupakan salah satu terapi yang
dapat memfokuskan kebersyukuran atas nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan terhadap
individu dengan cara mengucapkan terimakasih, mengucapkan rasa syukur setiap hari,
mensyukuri setiap peristiwa kehidupan yang dialami, dan dapat menurunkan emosi negstif
yang muncul dalam dirinya. Menurut McCullough (2008), pelatihan syukur dapat
memunculkan emosi yang menyenangkan, seperti kebahagiaan karena rasa syukur akan
membawa manfaat bagi diri sendiri atau juga hati orang lain (dalam Sulistyarini, 2010).
Latihan bersyukur dapat dilakukan dengan pendekatan kognitif perilaku, yaitu (Snyder &
Lopes, 2002) :
1. Mengidentifikasi pikiran yang salah (kekurangan, kelemahan, atau penyesalan akan
nasib).
2. Merumuskan dan mendukung pikiran syukur.
3. Menggantikan pikiran yang salah (kekurangan, kelemahan, atau penyesalan akan
nasib) kearah pikiran rasa bersyukur dan
4. Mengaplikasikan rasa syukur dalam tindakan batin dan lahiriah. Dengan latihan
kebersyukuran orang dapat mengekspresikan rasa syukur dengan berbagai cara.
Emmos dan Crumpler (dalam Sulistyarini, 2010) menyatakan bahwa fokus pada rasa
syukur membuat hidup lebih memuaskan, bermakna, bahagia, dan produktif.

B. KEBAHAGIAAN (HAPPINESS)
A. Pengertian Kebahagiaan (Happiness)
Kebahagiaan didefinisikan sebagai kondisi psikologis yang positif, yang ditandai
oleh tingginya kepuasan terhadap masa lalu, tingginya tingkat emosi positif, dan
rendahnya tingkat emosi negatif (Carr dalam Astuti, 2007). Kebahagiaan sesungguhnya
merupakan suatu hasil penilaian terhadap diri dan hidup, yang memuat emosi positif,
seperti kenyamanan dan kegembiraan yang meluap-luap, maupun aktivitas positif yang
tidak memenuhi komponen emosi apapun, seperti absorbsi dan keterlibatan (Seligman,
2005). Kebahagiaan merupakan evaluasi yang dilakukan seseorang terhadap hidupnya,
mencakup segi kognitif dan afeksi. Evaluasi kognitif sebagai komponen kebahagiaan
seseorang diarahkan pada penilaian kepuasan individu dalam berbagai aspek kehidupan,
6
seperti pekerjaan, keluarga, dan pernikahan. Sedangkan evaluasi afektif merupakan
evaluasi mengenai seberapa sering seseorang mengalami emosi positif dan negatif
(Diener dalam Astuti, 2007).
Kebahagiaan memberikan berbagai dampak positif dalam segala aspek kehidupan
dan akan mengarahkan pada hidup yang lebih baik, misalnya memberikan kita
kesempatan untuk menciptakan hubungan yang lebih baik, menunjukkan produktivitas
yang lebih besar, memiliki umur yang lebih panjang, kesehatan yang lebih baik,
kreativitas yang lebih tinggi, dan kemampuan pemecahan masalah dan membuat
keputusan mengenai rencana hidup dengan lebih baik (Carr dalam Oriza, 2009).
Berdasarkan penjelasan dari beberapa tokoh di atas maka dapat disimpulkan bahwa
Kebahagiaan diartikan sebagai hasil penilaian diri terhadap kepuasan hidup yang ditandai
dengan munculnya emosi dan aktivitas positif di sebagian besar waktu serta
keseimbangan dalam menjalankan hidup, yang ditentukan oleh empat aspek yaitu
material, intelektual, emosional, dan spiritual. Setiap orang merupakan penilai utama
mengenai kebahagiaan yang mereka rasakan, karena mereka adalah pihak yang terlibat
langsung dengan proses pencapaian kebahagiaan dalam hidupnya, sehingga ketika
mereka telah merasakan kebahagiaan tersebut maka merekalah yang dapat menilai dan
mendeskripsikannya secara tepat.
B. Aspek Kebahagiaan (Happiness)
Menurut Hurlock (2004) terdapat “tiga A” aspek kebahagiaan, yaitu acceptance
(penerimaan), affection (kasih sayang), dan achievement (pencapaian). Chaplin (2008)
dalam kamus lengkap psikologi menjelaskan secara rinci mengenai defenisi tiga aspek
kebahagiaan tersebut sebagai berikut:
1. Acceptance (Penerimaan)
Merupakan suatu yang ditandai dengan sikap positif atau menolak, dalam
praktik klinis, pengakuan atau penghargaan terhadap nilai-nilai individual,
tanpa menyertakan pengakuan terhadap tingkah lakunya, atau tanpa keterikatan
emosional yang terdapat dipihak terapis yang bersangkutan.
2. Affection (Kasih Sayang)
Merupakan perasaan yang sangat kuat, cinta, satu kelas yang luas dari
proses-proses mental, termasuk perasaan, emosi, suasana hati, dan temperamen.

7
3. Achievement (Pencapaian)
Merupakan suatu pencapaian atau hasil yang telah dicapai, satu tingkat
khusus dari kesuksesan karena mempelajari tugas-tugas, atau tingkat tertentu dari
kecakapan/keahlian dalam tugas-tugas sekolah atau akademis.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan (Happiness)
Faktor-faktor yang mempengaruhi happiness menurut Seligman (2002) adalah sebagai
berikut:
1. Kehidupan sosial.
Orang yang sangat bahagia adalah orang-orang yang dapat mempunyai
kehidupan sosial yang baik dan sering melakukan sosialisasi dan paling sedikit hidup
dalam kesendirian.
2. Agama dan Religiusitas.
Orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupan daripada
orang yang tidak religius, hal ini dikarenakan agama dapat memberikan harapan akan
masa depan dan menciptakan makna dalam hidup bagi manusia. Hubungan antara
harapan akan masa depan dan keyakinan beragama merupakan landasan mengapa
keimanan sangat efektif melawan keputusan dan meningktkan kebahagiaan.
3. Pernikahan.
Pernikahan sangat erat hubungannya dengan kebahagiaan. Orang yang menikah
dapat mempengaruhi panjangnya usia dan mendapatkan penghasilan.
4. Usia .
Kepuasan hidup sedikit meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Afek
menyenangkan sedikit melemah dan afek negatif tidak berubah, yang berubah ketika
menua adalah intensitas emosi. Perasaan ingin selalu berada dipuncak dan
keputusasaan menjadi berkurang seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman.
5. Uang
Pada negara yang sangat miskin, kaya bisa berarti lebih bahagia, namun pada
negara yang miskin, kurang merasa bahagia.
6. Kesehatan.
Kesehatan objektif yang baik tidak selalu berdampak pada kebahagiaan, yang
terpenting dalam hal ini adalah bagaimana persepsi subjektif kita seberapa sehat diri
kita.

8
D. Komponen-komponen Kebahagiaan (Happiness)
Kebahagiaan juga didefinisikan sebagai keadaan psikologis positif yang ditandai
dengan tingginya derajat kepuasan hidup, afek positif, dan rendahnya derajat afek
negatif Carr (dalam Restika, 2012). Definisi lain yang serupa juga diungkapkan oleh
Diener (dalam Restika, 2012) yang menggunakan istilah kesejahteraan subjektif sebagai
sinonim dari kebahagiaan, yaitu: “subjective well-being emphasizes an individual’s own
assessment of his or her own life-not the judgment of experts’-and includes satisfaction
(both in general and satisfaction with specific domains), pleasant affect, and low negative
affect”. Selain itu, kebahagiaan juga melibatkan kepuasan (kepuasan secara umum dan
kepuasan pada ranah kehidupan yang spesifik), afek yang menyenangkan, dan rendahnya
afek negatif. Berdasarkan kedua definisi yang sudah dijelaskan di atas, terlihat bahwa
kebahagiaan memiliki beberapa komponen penting yaitu (Diener, dalam Restika 2012):
1. Afek Positif dan Afek Negatif
Afek positif dan afek negatif menggambarkan pengalaman utama dari situasi atau
kejadian yang terus terjadi dalam kehidupan manusia. Dengan mengetahui tipe
kecenderungan reaksi yang dialami individu, kita dapat memperoleh pemahaman tentang
cara individu menilai kondisi dan peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Evaluasi afektif
ini terdiri dari emosi dan mood, dimana emosi bersifat lebih sementara karena merupakan
respon situasi, sedangkan mood memiliki rentang yang lebih lama daripada emosi. Orang
yang dikatakan bahagia adalah orang yang jarang mengalami afek negatif dan sering
mengalami afek positif.
2. Kepuasan Hidup
Kepuasan hidup didefinisikan sebagai penilaian global tentang kualitas hidup
individu. Individu dapat menilai kondisi hidupnya, mempertimbangkan pentingnya
kondisi-kondisi ini, dan mengevaluasi kehidupan mereka pada skala yang berkisar dari
tidak puas sampai puas. Berbeda dengan afek positif dan negatif yang merupakan
komponen afektif dari kebahagiaan, kepuasan hidup merupakan komponen koginitif
karena melibatkan proses kognitif dalam mengevaluasi kejadian-kejadian dalam hidup.
Penilaian kepuasan hidup berbeda-beda dari satu kebudayaan dengan kebudayaan lain dan
bahkan pada level individual. Hal ini merupakan sebuah keuntungan karena pada akhirnya
tingkat kepuasan hidup yang dirasakan individu benar-benar bersumber dari perspektif
individu itu sendiri.

9
3. Ranah Kepuasan
Ranah kepuasan menggambarkan evaluasi individu terhadap ranah yang spesifik
dalam kehidupannya. Penilaian terhadap ranah kehidupan yang spesifik dapat
menjelaskan komponen-komponen yang mempengaruhi penilaian kepuasan hidup
individu secara keseluruhan. Oleh karena itu, penilaian terhadap ranah kepuasan yang
spesifik ini dapat memberikan informasi mengenai cara individu membuat penilaian
kebahagiaan secara keseluruhan, dan juga dapat memberi informasi yang lebih detil
tentang aspek spesifik dari kehidupan individu yang berjalan buruk dan berjalan baik.
E. Ciri-ciri Orang Kebahagiaan (Happiness)
Menurut Gail dan Seehy (dalam Siswanto, 2007) ciri-ciri orang bahagia adalah
sebagai berikut:
1. Hidup mempunyai arti dan arah. Seseorang yang puas dengan kehidupannya akan
dapat merealisasikan sesuatu diluar dirinya seperti pekerjaan dan harapan yang ingin
dicapai sehingga dapat memberikan hidup yang terarah dan berarti.
2. Dapat menangani permasalahan yang ada pada dirinya dengan cara tidak seperti
orang kebanyakan dan lebih bersifat pribadi dan kreatif. Seseorang yang bahagia
mampu dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang dialaminya dan dapat
menjalankan rencana yang telah dibuatnya dalam rangka pemecahan masalahnya.
3. Jarang merasa diperlakukan tidak adil atau dikecewakan dalam kehidupan. Seseorang
yang memiliki kepuasan hidup yang tinggi cenderung melihat kegagalan sebagai
pengalaman yang berguna dan kegagalan tersebut mendorong untuk melakukan usaha
yang lebih baik dari sebelumnya.
4. Mencapai beberapa tujuan hidup yang penting. Seseorang yang berbahagia dan merasa
puas dalam kehidupannya dicirikan dengan terpenuhnya tujuan yang diharapkan
seperti kehidupan yang aman, keluarga yang aman dan adanya rasa cinta dan kasih
sayang terhadap sesama manusia.
5. Peduli dengan pertumbuhan dan perkembangan pribadi. Seseorang yang bahagia akan
menggambarkan pribadinya yang jujur, penuh cinta dan bertanggung jawab. Mereka
mampu menghadapi realita sesuai dengan keadaan yang sebenarnya tanpa dibuat-buat,
memiliki beberapa sahabat dan mampu mengambil tanggung jawab apabila
diperlukan.
6. Memiliki keadaan hubungan mencintai dengan dicintai secara mutualisme. Seseorang
yang bahagia akan memiliki rasa saling menguntungkan terhadap orang yang mereka
cintai dan mampu memelihara hubungan tersebut.
10
7. Memiliki banyak teman. Seseorang yang bahagia memiliki teman-teman yang mampu
memberikan perasaaan nyaman dan dukungan di saat yang diperlukan.
8. Orang yang menyenangkan dan bersahabat. Seseorang yang berbahagia dicirikan
dengan prilaku yang menyenangkan dan bersemangat serta dapat memberikan
dukungan kepada orang lain sehingga membuat orang di sekitarnya menjadi semangat.
9. Tidak melihat kritik sebagai serangan pribadi yang dapat menurunkan harga diri.
Seseorang yang bahagia memiliki harga diri yang cukup sehingga jika mendapatkan
kritikan tidak menjatuhkan harga diri mereka. Mereka dapat membedakan antara
tingkah laku yang kurang sesuai sehingga harus mendapatkan kritikan dari orang lain.
10. Tidak memiliki ketakutan-ketakutan yang dimiliki orang lain. Seseorang yang bahagia
tidak memiliki ketakutan dan kecemasan dalam menjalani hidupnya.

11
BAB III

RANCANGAN PENERAPAN MODUL

A. Metode Pelatihan

Pelatihan ini menggunakan berbagai macam metode palatihan, disesuaikan dengan


kebutuhan disetiap sesinya. Berikut metode-metode yang digunakan diantaranya :

 Ceramah, dimana pada metode ini dalam penyampaian materi dengan


mengutamakan interaksi antara trainer dan trainee melalui pemaparan secara
langsung.
 Diskusi, dimana pada metode ini trainee dihadapkan pada suatu permasalahan dalam
bentuk pertanyaan. Dan dirundingkan bersama-sama.
 Experiences learning, dimana pada metode ini trainee lebih aktif. Experiences
learning ini menggabungkan antara pengetahuan, dan keterampilan, serta
pengalaman-pengalaman yang dimiliki.

B. Trainer
Adapun kriteria sebagai trainer dalam program training ini ialah:
1. Mahasiswi Jurusan Psikologi minimal semester 5
2. Telah atau sedang menempuh Mata Kuliah Psikologi Positif
3. Memahami materi dan modul pelatihan
4. Memiliki keterampilan verbal dan komunikasi yang baik
5. Memiliki pengetahuan, pemahaman dan keterampilan mengenai topik pelatihan
6. Mampu untuk membuat materi yang menarik . Berikut adalah nama-nama trainer
pada pelatihan ini, yaitu:
1. Trainer Robi’atul Adawiyah
2. Trainer Sisilya M. Stevanny
C. Trainee
Trainee pada pelatihan ini ialah mahasiswa Jurusan Psikologi UNESA
angkatan 2020 & 2021.
D. Tempat dan Waktu Pelatihan
Pelatihan ini bertempat di Zoom Meeting, yang akan dilaksanakan pada tanggal 18
s/d 19 Februari 2022.

12
E. Alat dan Bahan Pelatihan
1) Alat dan Bahan Pelatihan Sesi 1
1. Zoom Meeting
2. Perangkat (PC, laptop, dll) yang terhubung dengan internet
3. Modul pelatihan
4. Materi pelatihan, yaitu powerpoint
5. Alat tulis
6. Link pre-test melalui Google Form
2) Alat dan Bahan Pelatihan Sesi 2
1. Zoom Meeting
2. Perangkat (PC, laptop, dll) yang terhubung dengan internet
3. Modul pelatihan
4. Materi pelatihan, seperti powerpoint.
5. Alat tulis

6. Link LK1 melalui Google Form


3) Alat dan Bahan Pelatihan Sesi 3
1. Zoom Meeting
2. Perangkat (PC, laptop, dll) yang terhubung dengan internet
3. Modul pelatihan
4. Materi pelatihan, seperti powerpoint.
5. Alat tulis
6. Link LK2 melalui Google Form
4) Alat dan Bahan Pelatihan Sesi 4
1. Zoom Meeting
2. Perangkat (PC, laptop, dll) yang terhubung dengan internet
3. Modul pelatihan
4. Materi pelatihan, seperti powerpoint, audio dan video
5. Alat tulis

13
F. Materi Pelatihan
Materi 1
Kebersyukuran (Gratitude)

A. Pengertian Kebersyukuran (Gratitude)


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), syukur dapat diartikan sebagai:
(1) rasa terima kasih kepada Allah, dan (2) untunglah (menyatakan lega, senang dan
lainnya). Adapun beberapa pengertian yang berterima menurut beberapa tokoh, berikut ini
:Menurut psikologi Park, Peterson & Seligman (2004) rasa syukur digambarkan dengan
kondisi individu yang sadar dan pujian atas segala hal baik yang terjadi dengan hal
tersebut dapat memberikan solusi untuk orang tersebut.
Menurut Emmons dan McCullough (dalam Sulistyarini (2010), kebesyukuran
merupakan sebuah bentuk emosi atau perasaan, yang kemudian berkembang menjadi
suatu sikap, sifat moral yang baik, kebiasaan, sifat kepribadian, dan akhirnya akan
mempengaruhi seseorang untuk bertindak atau bertindak terhadap sesuatu atau situasi .
Emmons juga mengatakan bahwa bersyukur akan membuat seseorang bahagia, membuat
perasaan nyaman, dan bahkan dapat memacu motivasi. Sehingga dampak dari perasaan
besyukur dapat berkembang menjadi reaksi atau tanggapan yang berwujud sikap, oleh
karena itu syukur kemudan dapat mendorong atau memotivasi seseorang.
Dari pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa kebersyukuran adalah suatu
perasaan bahagia ketika seseorang membutuhkan sesuatu atau bahkan sudah dalam
keadaan yang cukup, menerima hadiah dari pihak lain sehingga orang tersebut merasa
tercukupi atau menerima kelebihan (Sulistyarini, 2010).
B. Aspek-Aspek dalam Bersyukur (gratitude)
Menurut McCullough (dalam Sulistyarini 2010) mengungkapkan aspek-aspek
bersyukur terdiri dari empat unsur, yaitu:
1. Intensity, seseorang yang bersyukur ketika mengalami peristiwa positif diharapkan
untuk merasa lebih intens bersyukur.
2. Frequency, seseorang yang memiliki kecenderungan bersyukur akan merasakan
banyak perasaan bersyukur setiap harinya dan syukur bisa menimbulkan dan
mendukung tindakan dan kebaikan sederhana atau kesopanan.

3. Span, peristiwa-peristiwa kehidupan dapat membuat seseorang merasa bersyukur,


misalnya merasa bersyukur atas keluarga, pekerjaan, kesehatan, dll.

14
4. Density, orang yang bersyukur diharapkan dapat menuliskan lebih banyak nama-nama
orang yang telah membuatnya merasa bersyukur, termasuk orang tua, teman, keluarga,
dll. Keempat aspek tersebut menjadi acuan bagi seseorang untuk menjalani kehidupan
dan memaknai setiap peristiwa hidup dengan positif dan penuh rasa syukur.
Sedangkan menurut Al-Munajjid (dalam Sulistyarini, 2010) rasa syukur (gratitude)
dapat muncul karena beberapa aspek, yaitu:

1. Mengenal nikmat, menghadirkan dalam hati, menyadari dan meyakinkan bahwa


segala sesuatu dan keajaiban yang kita miliki dan lalui merupakan nikmat Allah SWT.
2. Menerima nikmat, menyebutnya dengan memperlihatkan kefakiran kepada yang
memberi nikmat dan hajat kita kepada-Nya, karena memahami bahwa nikmat itu
bukan keberhakan kita mendapatkannya akan tetapi karena itu bentuk karunia dan
kemurahan Tuhan.
3. Memuji Allah atas pemberian nikmat, merupakan pujian yang berkaitan dengan
nikmat itu ada dua macam, yang pertama bersifat umum yaitu dengan memujinya
bersifat dermawan, pemurah, baik, luas pemberiannya, dan sebagainya. Sedangkan
yang kedua bersifat khusus yaitu membicarakan nikmat yang diterima dengan merinci
nikmat-nikmat tersebut lalu mengungkapkan dengan lisan dan menggunakan nikmat
tersebut untuk hal-hal yang diridhoi-Nya
C. Komponen-Komponen dalam Bersyukur (gratitude)

Ahli psikologi barat Fitzgerald dan Snyder (2004) mengemukakan beberapa


komponen dalam bersyukur. Komponen-komponen tersebut berupa :

a) Rasa apresiasi yang hangat kepada orang lain atau sesuatu yang meliputi, perasaan
cinta, dan kasih sayang.
b) Niat baik (goodwill) yang ditunjukkan kepada seseorang atau sesuatu yang
meliputi keinginan untuk membantu orang lain yang kesusahan, keinginan untuk
berbagi, dan lain sebagainya.

c) Kecenderungan untuk bertindak positif berdasarkan rasa penghargaan dan


kehendak baik, meliputi intensi menolong orang lain, membalas kebaikan orang
lain, beribadah, dan lain sebagainya.

15
D. Jenis-Jenis Bersyukur
Peterson dan Seligman (2004), membedakan besyukur (gratitude) menjadi dua jenis,
yaitu :
1. Personal adalah rasa berterimakasih yang ditunjukkan kepada orang lain yang
khusus yang telah memberika n kebaikan atau sebagai adanya diri mereka.
2. Transpersonal adalah ungkapan terimakasih terhadap Tuhan, kepada kekuatan
yang lebih tinggi, atau kepada dunianya. Maslow dalam Peterson dan Seligman
(2004) menyatakan bahwa bentuk dasarnya dapat berupa pengalaman puncak
(peak exprerience), yaitu sebuah momen pengalaman kekhusyukan yang
melimpah.
E. Perwujudan Rasa Bersyukur (gratitude)
Menurut Al-Fauzan dalam Sulistyarini (2010) mengatakan bahwa orang yang
bersyukur, menggunakan hati, lidah dan anggota badannya untuk mencintai Allah SWT,
tunduk pada-Nya dan menggunakan nikmat- Nya di jalan yang di ridhoi-Nya. Perwujudan
rasa syukur antara lain meliputi tiga hal yaitu:
1) Bersyukur dengan hati, merupakan bentuk pengakuan dengan hati, bahwa semua
nikmat datangnya dari Allah, sebagai kebaikan dan karunia Sang pemberi nikmat
kepada hamba-Nya. Syukur dengan hati akan membuat seseorang merasakan
keberadaan nikmat itu pada dirinya sehingga ia tidak akan lupa kepada Allah.
2) Bersyukur dengan lidah, menyanjung dan memuji Allah atas nikmat-Nya dengan
penuh kecintaan, serta menyebut nikmat itu sebagai pengakuan atas karunia-Nya
dan kebutuhan terhadap-Nya, bukan karena riya' atau sombong. Mengucapkan
nikmat Allah merupakan sendi syukur. Seorang hamba yang mengucapkan syukur,
maka ia akan teringat kepada Allah dan mengakui kelemahan dirinya.
3) Bersyukur dengan anggota tubuh, anggota tubuh digunakan untuk beribadah
kepada Allah, karena setiap anggota tubuh memiliki kewajiban untuk beribadah.
Salah satu yang dapat dilakukan yaitu dengan sujud syukur.
F. Faktor yang Memicu dan Menghambat Kebersyukuran (gratitude)

Berikut hal-hal yang dapat memicu dan menghambat perasaan syukur seseorang:

1. Untuk merasa bersyukur, seseorang membutuhkan pandangan yang luas terhadap


hidup. Perasaan bersyukur juga dapat muncul ketika seseorang menyadari adanya
kehilangan pada dirinya (Peterson & Seligman, 2004).
2. Persepsi negatif dirasa dapat menghambat individu untuk bersyukur.
16
3. Sikap sombong juga dapat menghalangi bersyukur, karena individu merasa bahwa
ia yang memiliki kekuasaan atas segala yang akan terjadi.

G. Membentuk Rasa Syukur


Salah satu untuk membentuk kebesyukuran dapat cara dilakukandengan pelatihan
kebersyukuran. Dimana pelatihan kebersyukuran ini merupakan salah satu terapi yang
dapat memfokuskan kebersyukuran atas nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan terhadap
individu dengan cara mengucapkan terimakasih, mengucapkan rasa syukur setiap hari,
mensyukuri setiap peristiwa kehidupan yang dialami, dan dapat menurunkan emosi negstif
yang muncul dalam dirinya. Menurut McCullough (2008), pelatihan syukur dapat
memunculkan emosi yang menyenangkan, seperti kebahagiaan karena rasa syukur akan
membawa manfaat bagi diri sendiri atau juga hati orang lain (dalam Sulistyarini, 2010).
Latihan bersyukur dapat dilakukan dengan pendekatan kognitif perilaku, yaitu (Snyder &
Lopes, 2002) :
1. Mengidentifikasi pikiran yang salah (kekurangan, kelemahan, atau penyesalan akan
nasib).
2. Merumuskan dan mendukung pikiran syukur.
3. Menggantikan pikiran yang salah (kekurangan, kelemahan, atau penyesalan akan
nasib) kearah pikiran rasa bersyukur dan
4. Mengaplikasikan rasa syukur dalam tindakan batin dan lahiriah. Dengan latihan
kebersyukuran orang dapat mengekspresikan rasa syukur dengan berbagai cara.
Emmos dan Crumpler (dalam Sulistyarini, 2010) menyatakan bahwa fokus pada rasa
syukur membuat hidup lebih memuaskan, bermakna, bahagia, dan produktif.

Materi 2
Kebahagiaan (Happiness)

A. Pengertian Kebahagiaan (Happiness)

Kebahagiaan didefinisikan sebagai kondisi psikologis yang positif, yang ditandai


oleh tingginya kepuasan terhadap masa lalu, tingginya tingkat emosi positif, dan
rendahnya tingkat emosi negatif (Carr dalam Astuti, 2007). Kebahagiaan sesungguhnya
merupakan suatu hasil penilaian terhadap diri dan hidup, yang memuat emosi positif,
seperti kenyamanan dan kegembiraan yang meluap-luap, maupun aktivitas positif yang
tidak memenuhi komponen emosi apapun, seperti absorbsi dan keterlibatan (Seligman,
17
2005). Kebahagiaan merupakan evaluasi yang dilakukan seseorang terhadap hidupnya,
mencakup segi kognitif dan afeksi. Evaluasi kognitif sebagai komponen kebahagiaan
seseorang diarahkan pada penilaian kepuasan individu dalam berbagai aspek kehidupan,
seperti pekerjaan, keluarga, dan pernikahan. Sedangkan evaluasi afektif merupakan
evaluasi mengenai seberapa sering seseorang mengalami emosi positif dan negatif
(Diener dalam Astuti, 2007).
Kebahagiaan memberikan berbagai dampak positif dalam segala aspek kehidupan
dan akan mengarahkan pada hidup yang lebih baik, misalnya memberikan kita
kesempatan untuk menciptakan hubungan yang lebih baik, menunjukkan produktivitas
yang lebih besar, memiliki umur yang lebih panjang, kesehatan yang lebih baik,
kreativitas yang lebih tinggi, dan kemampuan pemecahan masalah dan membuat
keputusan mengenai rencana hidup dengan lebih baik (Carr dalam Oriza, 2009).
Berdasarkan penjelasan dari beberapa tokoh di atas maka dapat disimpulkan bahwa
Kebahagiaan diartikan sebagai hasil penilaian diri terhadap kepuasan hidup yang ditandai
dengan munculnya emosi dan aktivitas positif di sebagian besar waktu serta
keseimbangan dalam menjalankan hidup, yang ditentukan oleh empat aspek yaitu
material, intelektual, emosional, dan spiritual. Setiap orang merupakan penilai utama
mengenai kebahagiaan yang mereka rasakan, karena mereka adalah pihak yang terlibat
langsung dengan proses pencapaian kebahagiaan dalam hidupnya, sehingga ketika
mereka telah merasakan kebahagiaan tersebut maka merekalah yang dapat menilai dan
mendeskripsikannya secara tepat.

B. Aspek Kebahagiaan (Happiness)

Menurut Hurlock (2004) terdapat “tiga A” aspek kebahagiaan, yaitu acceptance


(penerimaan), affection (kasih sayang), dan achievement (pencapaian). Chaplin (2008)
dalam kamus lengkap psikologi menjelaskan secara rinci mengenai defenisi tiga aspek
kebahagiaan tersebut sebagai berikut:

1. Acceptance (Penerimaan)

Merupakan suatu yang ditandai dengan sikap positif atau menolak, dalam
praktik klinis, pengakuan atau penghargaan terhadap nilai-nilai individual,
tanpa menyertakan pengakuan terhadap tingkah lakunya, atau tanpa keterikatan
emosional yang terdapat dipihak terapis yang bersangkutan.

18
2. Affection (Kasih Sayang)
Merupakan perasaan yang sangat kuat, cinta, satu kelas yang luas dari
proses-proses mental, termasuk perasaan, emosi, suasana hati, dan temperamen.
3. Achievement (Pencapaian)
Merupakan suatu pencapaian atau hasil yang telah dicapai, satu tingkat
khusus dari kesuksesan karena mempelajari tugas-tugas, atau tingkat tertentu dari
kecakapan/keahlian dalam tugas-tugas sekolah atau akademis.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan (Happiness)
Faktor-faktor yang mempengaruhi happiness menurut Seligman (2002) adalah sebagai
berikut:
1. Kehidupan sosial.
Orang yang sangat bahagia adalah orang-orang yang dapat mempunyai
kehidupan sosial yang baik dan sering melakukan sosialisasi dan paling sedikit hidup
dalam kesendirian.
2. Agama dan Religiusitas.
Orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupan daripada
orang yang tidak religius, hal ini dikarenakan agama dapat memberikan harapan akan
masa depan dan menciptakan makna dalam hidup bagi manusia. Hubungan antara
harapan akan masa depan dan keyakinan beragama merupakan landasan mengapa
keimanan sangat efektif melawan keputusan dan meningktkan kebahagiaan.
3. Pernikahan.
Pernikahan sangat erat hubungannya dengan kebahagiaan. Orang yang menikah
dapat mempengaruhi panjangnya usia dan mendapatkan penghasilan.
4. Usia .
Kepuasan hidup sedikit meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Afek
menyenangkan sedikit melemah dan afek negatif tidak berubah, yang berubah ketika
menua adalah intensitas emosi. Perasaan ingin selalu berada dipuncak dan
keputusasaan menjadi berkurang seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman.
5. Uang
Pada negara yang sangat miskin, kaya bisa berarti lebih bahagia, namun pada
negara yang miskin, kurang merasa bahagia.
6. Kesehatan.

19
Kesehatan objektif yang baik tidak selalu berdampak pada kebahagiaan, yang
terpenting dalam hal ini adalah bagaimana persepsi subjektif kita seberapa sehat diri
kita.

D. Komponen-komponen Kebahagiaan (Happiness)

Kebahagiaan juga didefinisikan sebagai keadaan psikologis positif yang ditandai


dengan tingginya derajat kepuasan hidup, afek positif, dan rendahnya derajat afek
negatif Carr (dalam Restika, 2012). Definisi lain yang serupa juga diungkapkan oleh
Diener (dalam Restika, 2012) yang menggunakan istilah kesejahteraan subjektif sebagai
sinonim dari kebahagiaan, yaitu: “subjective well-being emphasizes an individual’s own
assessment of his or her own life-not the judgment of experts’-and includes satisfaction
(both in general and satisfaction with specific domains), pleasant affect, and low negative
affect”. Selain itu, kebahagiaan juga melibatkan kepuasan (kepuasan secara umum dan
kepuasan pada ranah kehidupan yang spesifik), afek yang menyenangkan, dan rendahnya
afek negatif. Berdasarkan kedua definisi yang sudah dijelaskan di atas, terlihat bahwa
kebahagiaan memiliki beberapa komponen penting yaitu (Diener, dalam Restika 2012):

1. Afek Positif dan Afek Negatif

Afek positif dan afek negatif menggambarkan pengalaman utama dari situasi atau
kejadian yang terus terjadi dalam kehidupan manusia. Dengan mengetahui tipe
kecenderungan reaksi yang dialami individu, kita dapat memperoleh pemahaman tentang
cara individu menilai kondisi dan peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Evaluasi afektif
ini terdiri dari emosi dan mood, dimana emosi bersifat lebih sementara karena merupakan
respon situasi, sedangkan mood memiliki rentang yang lebih lama daripada emosi. Orang
yang dikatakan bahagia adalah orang yang jarang mengalami afek negatif dan sering
mengalami afek positif.

2. Kepuasan Hidup

Kepuasan hidup didefinisikan sebagai penilaian global tentang kualitas hidup


individu. Individu dapat menilai kondisi hidupnya, mempertimbangkan pentingnya
kondisi-kondisi ini, dan mengevaluasi kehidupan mereka pada skala yang berkisar dari
tidak puas sampai puas. Berbeda dengan afek positif dan negatif yang merupakan
komponen afektif dari kebahagiaan, kepuasan hidup merupakan komponen koginitif
karena melibatkan proses kognitif dalam mengevaluasi kejadian-kejadian dalam hidup.
20
Penilaian kepuasan hidup berbeda-beda dari satu kebudayaan dengan kebudayaan lain dan
bahkan pada level individual. Hal ini merupakan sebuah keuntungan karena pada akhirnya
tingkat kepuasan hidup yang dirasakan individu benar-benar bersumber dari perspektif
individu itu sendiri.
3. Ranah Kepuasan
Ranah kepuasan menggambarkan evaluasi individu terhadap ranah yang spesifik
dalam kehidupannya. Penilaian terhadap ranah kehidupan yang spesifik dapat
menjelaskan komponen-komponen yang mempengaruhi penilaian kepuasan hidup
individu secara keseluruhan. Oleh karena itu, penilaian terhadap ranah kepuasan yang
spesifik ini dapat memberikan informasi mengenai cara individu membuat penilaian
kebahagiaan secara keseluruhan, dan juga dapat memberi informasi yang lebih detil
tentang aspek spesifik dari kehidupan individu yang berjalan buruk dan berjalan baik.

E. Ciri-ciri Orang Kebahagiaan (Happiness)

Menurut Gail dan Seehy (dalam Siswanto, 2007) ciri-ciri orang bahagia adalah
sebagai berikut:
1) Hidup mempunyai arti dan arah. Seseorang yang puas dengan kehidupannya akan
dapat merealisasikan sesuatu diluar dirinya seperti pekerjaan dan harapan yang ingin
dicapai sehingga dapat memberikan hidup yang terarah dan berarti.
2) Dapat menangani permasalahan yang ada pada dirinya dengan cara tidak seperti
orang kebanyakan dan lebih bersifat pribadi dan kreatif. Seseorang yang bahagia
mampu dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang dialaminya dan dapat
menjalankan rencana yang telah dibuatnya dalam rangka pemecahan masalahnya.
3) Jarang merasa diperlakukan tidak adil atau dikecewakan dalam kehidupan. Seseorang
yang memiliki kepuasan hidup yang tinggi cenderung melihat kegagalan sebagai
pengalaman yang berguna dan kegagalan tersebut mendorong untuk melakukan usaha
yang lebih baik dari sebelumnya.
4) Mencapai beberapa tujuan hidup yang penting. Seseorang yang berbahagia dan merasa
puas dalam kehidupannya dicirikan dengan terpenuhnya tujuan yang diharapkan
seperti kehidupan yang aman, keluarga yang aman dan adanya rasa cinta dan kasih
sayang terhadap sesama manusia.
5) Peduli dengan pertumbuhan dan perkembangan pribadi. Seseorang yang bahagia akan
menggambarkan pribadinya yang jujur, penuh cinta dan bertanggung jawab. Mereka
mampu menghadapi realita sesuai dengan keadaan yang sebenarnya tanpa dibuat-buat,
21
memiliki beberapa sahabat dan mampu mengambil tanggung jawab apabila
diperlukan.
6) Memiliki keadaan hubungan mencintai dengan dicintai secara mutualisme. Seseorang
yang bahagia akan memiliki rasa saling menguntungkan terhadap orang yang mereka
cintai dan mampu memelihara hubungan tersebut.
7) Memiliki banyak teman. Seseorang yang bahagia memiliki teman-teman yang mampu
memberikan perasaaan nyaman dan dukungan di saat yang diperlukan.
8) Orang yang menyenangkan dan bersahabat. Seseorang yang berbahagia dicirikan
dengan prilaku yang menyenangkan dan bersemangat serta dapat memberikan
dukungan kepada orang lain sehingga membuat orang di sekitarnya menjadi semangat.
9) Tidak melihat kritik sebagai serangan pribadi yang dapat menurunkan harga diri.
Seseorang yang bahagia memiliki harga diri yang cukup sehingga jika mendapatkan
kritikan tidak menjatuhkan harga diri mereka. Mereka dapat membedakan antara
tingkah laku yang kurang sesuai sehingga harus mendapatkan kritikan dari orang lain.
10) Tidak memiliki ketakutan-ketakutan yang dimiliki orang lain. Seseorang yang bahagia
tidak memiliki ketakutan dan kecemasan dalam menjalani hidupnya.

G. Jadwal Pelatihan
1) Jum’at, 18 Februari 2022 (14.00-16.00)
No. Waktu Kegiatan PIC Metode
(Person in Charge)
Peserta masuk ke room
1. 14.00-14.30 zoom meeting Operator -
(30 menit)
MC menyapa peserta MC
2. 14.30-14.35 pelatihan & foto (Sisilya M. -
(5 menit) bersama Stevanny)

22
Sesi 1 (Jikoshoukai)
Perkenalan
Trainer & Trainer
3. 14.35-15.10 perkenalan Robi’atul Adawiyah Ceramah
(35 menit) Trainee
Pengisian
pre-test

Sesi 2 (Thanks,
My Self)
4. 15.10-15.40 Penyampaian Trainer  Ceramah
(40 menit) materi Robi’atul Adawiyah  Diskusi
gratitude  Experience
Diskusi antara Learning
trainer dan
trainee mengenai
gratitude
15.40-15.45 Ice Breaking
(5 menit) (Trainer Robi’atul Adawiyah)

5. 15.45-15.55 Pengisian LK 1 Trainer


(10 menit) Robi’atul Adawiyah -

6. 15.55-16.00 Penutupan oleh MC MC -


(Sisilya M.
Stevanny)

23
2) Sabtu, 19 Februari 2022 (08.00-10.00)
PIC
No Waktu Kegiatan (Person in Charge) Metode
.
Peserta masuk ke
1. 08.00-08.30 Zoom Meeting Operator -
(30 menit)
MC
2. 08.30-08.35 Pembukaan oleh MC (Robi’atul -
(5 menit) & foto bersama Adawiyah)
Sesi 3 (Be Happy)
Penyampaian  Ceramah
materi mengenai Trainer  Diskusi
3. 08.35-09.15 Happines Sisilya M. Stevanny  Experience
(40 menit) Diskusi mengenai Learning
Happines

4. 09.15-09.20 Ice Breaking


(5 menit) Trainer Sisilya M. Stevanny

5. 09.20-09.30 Pengerjaan LK2 Trainer -


(10 menit) Sisilya M. Stevanny

Sesi 4 (Yes, I can)


Evaluasi dan  Ceramah
diskusi bersama  Diskusi
6. 09.30-09.55 Refleksi diri Trainer  Experience
(25 menit) Pengisian post- Sisilya M. Stevanny Learning
test
Penutupan oleh
7. 09.55-10.00 MC Operator -

24
(5 menit)

H. Rencana Kegiatan Pelatihan

Berikut rencana kegiatan Gratitude Training: Find The Happiness in Your Life:
Sesi Alur Per-Sesi Uraian kegiatan Media

Jum’at, 18 Februari 2021


Sesi 1 Pada sesi 1 ini,  Perkenalan diri diawali

(Jikoshoukai) diawali dengan oleh pihak pelaksana


perkenalan diri. pelatihan, yakni
Dilanjutkan para mahasiswa yang
trainee untuk bertugas.
memperkenalkan  Memberikan

diri. Serta berbagi penjelasan terkait


pengalaman pelatihan yang
terkait gratitude dilakukan (tujuan dan
dan happines manfaat).
 Memperkenalkan

masing-masing trainer
Zoom Meeting
yang akan mengisi
pelatihan.
 Trainee

memperkenalkan diri
dan membagikan
pengalaman terkait
dengan gratitude dan
happines
 Trainee ditugaskan
mengerjakan pre-test
berkaitan dengan
gratitude dan happines

25
Sesi 2 Pada sesi 2 ini  Trainer memaparkan
(Thanks, pemaparan materi materi gratitude.
My Self) terkait gratitude.  Trainer membuka
Dan fokus utama diskusi terkait
pada hambatan-hambatan
permasalahan trainee untuk
yang dihadapi menerapkan gratitude.
oleh trainee.  Para trainee
Terutama pada melaksanakan diskusi
munculnya rasa bersama-sama.
tidak syukur yang  Melakukan ice
dapat breaking
menghambat  Trainee mengerjakan
kebahagiaan LK1, mengenai
individu. pengalaman yang
pernah dialami trainee
terkait kurangnya rasa
syukur terhadap yang
dimiliki atau
hambatan-hambatan
dari trainee terkait
permasalahan untuk
menerapkan gratitude
Sabtu, 19 Februari 2021
Sesi 3 (Be Happy) Pada sesi 3 ini  Trainer memaparkan
pemaparan terkait materi mengenai
happines. Trainee happiness.
diarahkan untuk  Trainee diberikan
fokus pada waktu untuk Zoom Meeting
kelebihan atau menemukan kelebihan-
pencapaian yang kelebihan atau
dimiliki, supaya pencapaian yang
dapat lebih dimiliki.

26
bersyukur dan  Melakukan ice
lebih bahagia. breaking.
 Trainee mengerjakan
LK2, dengan
menuliskan kelebihan-
kelbihan yang dimiliki
secara detail, beserta
bukti konkritnya.

Sesi 4 (Yes, I Pada sesi 4 ● Melakukan evaluasi


can) ini, akan dan diskusi secara
dilakukan evalua bersama-sama dengan
si pelatihan, dan trainee lainnya.
refleksi diri dari ● Refleksi diri berupa
trainee. Serta kalimat atau tulisan
penutupan afirmasi untuk diri
pelatihan. sendiri.
● Dilanjutkan dengan
pengerjaan post-test
mengenai gratitude
dan happines
● Penutupan training
oleh yang bertugas.
● Trainee ditugaskan
mengisi post-test.
 Pelatihan berakhir.

27
I. Langkah-Langkah Pelatihan Untuk Trainer
Berikut langkah-langkah yang harus dilakukan oleh trainer dalam melaksanakan
pelatihanadalah sebagai berikut :
a) Panitia perlu membuat WhatsApp group untuk pelatihan.
b) Panitia meminta trainee untuk bergabung dalam grup tersebut.
c) Panitia membagikan kontrak pelatihan pada grub WhatsApp dan meminta
trainee untuk menandatangani kontrak pelatihan tersebut.
d) Trainer memaparkan di WhatsApp group terkait pelatihan yang akan
dilaksanakan.
e) Trainer membagikan jadwal pelatihan di grup WhatsApp yang telah
dibuat.
f) Trainer memaparkan terkait tugas-tugas yang harus dikerjakan.
g) Trainer perlu menyiapkan Zoom Meeting sesuai dengan jadwal pelaksanaan
pelatihan.
h) Trainer membagikan link Zoom Meeting pelatihan pada trainee, di
WhatsApp group yang sudah dibuat, beserta panduan bergabung Zoom Meeting.
i) Trainer membagikan tata tertib pelatihan di WhatsApp group.
j) Ketika pelaksanaan pelatihan dimulai, trainer perlu membacakan ulang tata
tertib pelatihan.
J. Langkah-Langkah Pelatihan Untuk Trainee
Langkah-langkah trainee untuk bergabung dalam pelatihan ini, adalah sebagai
berikut :
a) Trainee diwajibkan mengisi Google Form pendaftaran yang telah disediakan.
b) Setelah mengisi form pendaftaran, di akhir form terdapat link grub. Trainee
diharapkan bergabung dalam WhatsApp group tersebut.
c) Trainee masuk ke room Zoom Meeting melalui link yang diberikan oleh
panitia, sesuai dengan tanggal yang sudah ditentukan
d) Trainee dianjurkan on camera saat pelatihan berlangsung.
e) Mute audio, kecuali trainee mengutarakan pendapatnya.
f) Menyalakan fitur raise hand ketika akan bertanya
g) Trainee wajib mengisi presensi, pre-test, LK 1 & 2, dan post- test yang
telah disiapkanoleh trainer
h) Trainee wajib mengikuti pelatihan dengan aktif dan kondusif
i) Trainee yang aktif berpartisipasi dalam pelatihan akan mendapat reward.
28
K. Tata Tertib Saat Pelatihan
Berikut tata tertib saat pelatihan :
Trainer dan trainee diharapkan masuk room zoom meeting sesuai jam yang telah
ditentukan.
Trainer dan trainee dianjurkan on camera.
Diharapkan rise hand terlebih dahulu jika terdapat keperluan.
Mute audio jika tidak ada keperluan.
Trainee mengikuti seluruh rangkaian pelatihan.
Trainee diharap aktif dalam berpartisipasi

L. Lembar Petunjuk Trainer


1) Lembar Petunjuk Trainer
Trainer Robi’atul Adawiyah

SESI 1 JIKOSHOUKAI Modul


Gratitude Training: Find The Happines in Your Life
Durasi (1 x 35 menit)
PENGANTAR
Pada sesi ini trainer dan trainee saling bertatap muka untuk pertama kalinya melalui
virtual. Sehingga diperlukan untuk membangun rapport selama pelatihan berlangsung.
Trainer dan trainee melakukan perkenalan secara singkat. Dan dilanjutkan dengan
memberikan penjelasan terkait pelatihan yang dilakukan (tujuan dan manfaat) oleh trainer.
Setelah itu trainee membagikan pengalaman terkait dengan gratitude dan happiness. Dan
trainee ditugaskan mengerjakan pre-test berkaitan dengan gratitude dan happiness.

TUJUAN
1) Menciptakan suasana yang asyik dan menyenangkan.
2) Menjalin hubungan yang baik antara trainer dan trainee.

METODE Ceramah

1. Opening
2. Perkenalan Trainer
3. Perkenalan Trainee
MATERI
29
4. Menjelaskan terkait pelatihan yang dilakukan (tujuan dan
5. manfaat)
6. Membagikan pengalaman terkait dengan gratitude dan
7. happiness.
8. Pre-test
1. Zoom Meeting
2. Perangkat (PC, laptop, dll) yang terhubung dengan internet
ALAT DAN 3. Modul pelatihan
BAHAN 4. Materi pelatihan, yaitu powerpoint
5. Alat tulis
6. Link pre-test melalui Google Form
 Perkenalan diri diawali oleh pihak pelaksana pelatihan,

 yakni mahasiswa yang bertugas.

 Memberikan penjelasan terkait pelatihan yang dilakukan

 (tujuan dan manfaat).

PROSEDUR  Memperkenalkan masing-masing trainer yang akan mengisi

 pelatihan.

 Trainee memperkenalkan diri dan membagikan pengalaman

 terkait dengan gratitude dan happines

 Trainee ditugaskan mengerjakan pre-test berkaitan dengan

 gratitude dan happines

Trainer Robi’atul Adawiyah

SESI 2 THANKS, MY SELF Modul


Gratitude Training: Find The Happines in Your Life
Durasi (1 x 40 menit)
PENGANTAR
Pada sesi ini trainer memparkar materi terkait gratitude. membuka diskusi terkait
hambatan-hambatan trainee untuk menerapkan gratitude. Setelah itu dilanjutkan dengan ice
breaking. Kemudian Trainee mengerjakan LK1, mengenai pengalaman yang pernah dialami
trainee terkait kurangnya rasa syukur terhadap yang dimiliki atau hambatan-hambatan dari
trainee terkait permasalahan untuk menerapkan gratitude.

30
TUJUAN
1. Untuk mengetahui mengenai teori-teori terkait gratitude.
2. Membantu trainee mengidentifikasi pikiran-pikiran tidak bersyukur atau tidak
berterimakasih dalam kehidupan sehari-hari dan menggantikan pikiran-pikiran tidak
bersyukur dengan pikiran yang mendukung rasa syukur.

METODE  Ceramah
 Diskusi
 Experience Learning
MATERI
Kebersyukuran (Gratitude)

A. Pengertian Kebersyukuran (Gratitude)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), syukur


dapat diartikan sebagai: (1) rasa terima kasih kepada Allah, dan (2)
untunglah (menyatakan lega, senang dan lainnya). Adapun beberapa
pengertian yang berterima menurut beberapa tokoh, berikut ini
:Menurut psikologi Park, Peterson & Seligman (2004) rasa syukur
digambarkan dengan kondisi individu yang sadar dan pujian atas
segala hal baik yang terjadi dengan hal tersebut dapat memberikan
solusi untuk orang tersebut.
Menurut Emmons dan McCullough (dalam Sulistyarini
(2010), kebesyukuran merupakan sebuah bentuk emosi atau
perasaan, yang kemudian berkembang menjadi suatu sikap, sifat
moral yang baik, kebiasaan, sifat kepribadian, dan akhirnya akan
mempengaruhi seseorang untuk bertindak atau bertindak terhadap
sesuatu atau situasi . Emmons juga mengatakan bahwa bersyukur
akan membuat seseorang bahagia, membuat perasaan nyaman, dan
bahkan dapat memacu motivasi. Sehingga dampak dari perasaan
besyukur dapat berkembang menjadi reaksi atau tanggapan yang
berwujud sikap, oleh karena itu syukur kemudan dapat mendorong
atau memotivasi seseorang.

31
Dari pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa
kebersyukuran adalah suatu perasaan bahagia ketika seseorang
membutuhkan sesuatu atau bahkan sudah dalam keadaan yang
cukup, menerima hadiah dari pihak lain sehingga orang tersebut
merasa tercukupi atau menerima kelebihan (Sulistyarini, 2010).
B. Aspek-Aspek dalam Bersyukur (gratitude)
Menurut McCullough (dalam Sulistyarini 2010) mengungkapkan
aspek-aspek bersyukur terdiri dari empat unsur, yaitu:
1. Intensity, seseorang yang bersyukur ketika mengalami peristiwa
positif diharapkan untuk merasa lebih intens bersyukur.
2. Frequency, seseorang yang memiliki kecenderungan bersyukur
akan merasakan banyak perasaan bersyukur setiap harinya dan
syukur bisa menimbulkan dan mendukung tindakan dan
kebaikan sederhana atau kesopanan.
3. Span, peristiwa-peristiwa kehidupan dapat membuat seseorang
merasa bersyukur, misalnya merasa bersyukur atas keluarga,
pekerjaan, kesehatan, dll.
4. Density, orang yang bersyukur diharapkan dapat menuliskan
lebih banyak nama-nama orang yang telah membuatnya merasa
bersyukur, termasuk orang tua, teman, keluarga, dll. Keempat
aspek tersebut menjadi acuan bagi seseorang untuk menjalani
kehidupan dan memaknai setiap peristiwa hidup dengan positif
dan penuh rasa syukur.
Sedangkan menurut Al-Munajjid (dalam Sulistyarini, 2010) rasa
syukur (gratitude) dapat muncul karena beberapa aspek, yaitu:
1. Mengenal nikmat, menghadirkan dalam hati, menyadari dan
meyakinkan bahwa segala sesuatu dan keajaiban yang kita miliki
dan lalui merupakan nikmat Allah SWT.
2. Menerima nikmat, menyebutnya dengan memperlihatkan
kefakiran kepada yang memberi nikmat dan hajat kita kepada-
Nya, karena memahami bahwa nikmat itu bukan keberhakan kita
mendapatkannya akan tetapi karena itu bentuk karunia dan
kemurahan Tuhan.

32
3. Memuji Allah atas pemberian nikmat, merupakan pujian yang
berkaitan dengan nikmat itu ada dua macam, yang pertama
bersifat umum yaitu dengan memujinya bersifat dermawan,
pemurah, baik, luas pemberiannya, dan sebagainya. Sedangkan
yang kedua bersifat khusus yaitu membicarakan nikmat yang
diterima dengan merinci nikmat-nikmat tersebut lalu
mengungkapkan dengan lisan dan menggunakan nikmat tersebut
untuk hal-hal yang diridhoi-Nya
.
C. Komponen-Komponen dalam Bersyukur (gratitude)
Ahli psikologi barat Fitzgerald dan Snyder (2004)
mengemukakan beberapa komponen dalam bersyukur. Komponen-
komponen tersebut berupa :
1. Rasa apresiasi yang hangat kepada orang lain atau sesuatu yang
meliputi, perasaan cinta, dan kasih sayang.
2. Niat baik (goodwill) yang ditunjukkan kepada seseorang atau
sesuatu yang meliputi keinginan untuk membantu orang lain
yang kesusahan, keinginan untuk berbagi, dan lain sebagainya.
3. Kecenderungan untuk bertindak positif berdasarkan rasa
penghargaan dan kehendak baik, meliputi intensi menolong
orang lain, membalas kebaikan orang lain, beribadah, dan lain
sebagainya.
D. Jenis-Jenis Bersyukur
Peterson dan Seligman (2004), membedakan besyukur
(gratitude) menjadi dua jenis, yaitu :
1. Personal adalah rasa berterimakasih yang ditunjukkan
kepada orang lain yang khusus yang telah memberika n
kebaikan atau sebagai adanya diri mereka.
2. Transpersonal adalah ungkapan terimakasih terhadap Tuhan,
kepada kekuatan yang lebih tinggi, atau kepada dunianya.
Maslow dalam Peterson dan Seligman (2004) menyatakan
bahwa bentuk dasarnya dapat berupa pengalaman puncak
(peak exprerience), yaitu sebuah momen pengalaman
kekhusyukan yang melimpah.
33
E. Perwujudan Rasa Bersyukur (gratitude)
Menurut Al-Fauzan dalam Sulistyarini (2010) mengatakan
bahwa orang yang bersyukur, menggunakan hati, lidah dan anggota
badannya untuk mencintai Allah SWT, tunduk pada-Nya dan
menggunakan nikmat- Nya di jalan yang di ridhoi-Nya. Perwujudan
rasa syukur antara lain meliputi tiga hal yaitu:
1) Bersyukur dengan hati, merupakan bentuk pengakuan dengan
hati, bahwa semua nikmat datangnya dari Allah, sebagai
kebaikan dan karunia Sang pemberi nikmat kepada hamba-Nya.
Syukur dengan hati akan membuat seseorang merasakan
keberadaan nikmat itu pada dirinya sehingga ia tidak akan lupa
kepada Allah.
2) Bersyukur dengan lidah, menyanjung dan memuji Allah atas
nikmat-Nya dengan penuh kecintaan, serta menyebut nikmat itu
sebagai pengakuan atas karunia-Nya dan kebutuhan terhadap-
Nya, bukan karena riya' atau sombong. Mengucapkan nikmat
Allah merupakan sendi syukur. Seorang hamba yang
mengucapkan syukur, maka ia akan teringat kepada Allah dan
mengakui kelemahan dirinya.
3) Bersyukur dengan anggota tubuh, anggota tubuh digunakan
untuk beribadah kepada Allah, karena setiap anggota tubuh
memiliki kewajiban untuk beribadah. Salah satu yang dapat
dilakukan yaitu dengan sujud syukur.
F. Faktor yang Memicu dan Menghambat Kebersyukuran (gratitude)
Berikut hal-hal yang dapat memicu dan menghambat perasaan
syukur seseorang:
1) Untuk merasa bersyukur, seseorang membutuhkan pandangan
yang luas terhadap hidup. Perasaan bersyukur juga dapat muncul
ketika seseorang menyadari adanya kehilangan pada dirinya
(Peterson & Seligman, 2004).
2) Persepsi negatif dirasa dapat menghambat individu untuk
bersyukur.
3) Sikap sombong juga dapat menghalangi bersyukur, karena

34
individu merasa bahwa ia yang memiliki kekuasaan atas segala
yang akan terjadi.
G. Membentuk Rasa Syukur
Salah satu untuk membentuk kebesyukuran dapat cara
dilakukandengan pelatihan kebersyukuran. Dimana pelatihan
kebersyukuran ini merupakan salah satu terapi yang dapat
memfokuskan kebersyukuran atas nikmat yang telah diberikan oleh
Tuhan terhadap individu dengan cara mengucapkan terimakasih,
mengucapkan rasa syukur setiap hari, mensyukuri setiap peristiwa
kehidupan yang dialami, dan dapat menurunkan emosi negstif yang
muncul dalam dirinya. Menurut McCullough (2008), pelatihan
syukur dapat memunculkan emosi yang menyenangkan, seperti
kebahagiaan karena rasa syukur akan membawa manfaat bagi diri
sendiri atau juga hati orang lain (dalam Sulistyarini, 2010). Latihan
bersyukur dapat dilakukan dengan pendekatan kognitif perilaku,
yaitu (Snyder & Lopes, 2002) :
1) Mengidentifikasi pikiran yang salah (kekurangan, kelemahan,
atau penyesalan akan nasib).
2) Merumuskan dan mendukung pikiran syukur.
3) Menggantikan pikiran yang salah (kekurangan, kelemahan, atau
penyesalan akan nasib) kearah pikiran rasa bersyukur dan
4) Mengaplikasikan rasa syukur dalam tindakan batin dan lahiriah.
Dengan latihan kebersyukuran orang dapat mengekspresikan
rasa syukur dengan berbagai cara. Emmos dan Crumpler (dalam
Sulistyarini, 2010) menyatakan bahwa fokus pada rasa syukur
membuat hidup lebih memuaskan, bermakna, bahagia, dan
produktif.

Lembar Kerja I

Nama : ………………………………
Kelas : ………………………………
Angkatan : ……………………………...

35
No. Pengalaman terkait Cara Penerapan Rasa
Kurangnya Rasa Syukur Syukur dan Contoh
Konkrit

Selamat Mengerjakan
Salam Positif Selalu
1. Zoom Meeting
2. Perangkat (PC, laptop, dll) yang terhubung dengan internet
ALAT DAN 3. Modul pelatihan
BAHAN 4. Materi pelatihan, seperti powerpoint, audio dan video
5. Alat tulis
6. Link LK1 melalui Google Form
 Trainer memaparkan materi gratitude.

 Trainer membuka diskusi terkait hambatan-hambatan trainee


untuk menerapkan gratitude.
 Para trainee melaksanakan diskusi bersama-sama.

PROSEDUR  Melakukan ice breaking

 Trainee mengerjakan LK1, mengenai pengalaman yang pernah

dialami trainee terkait kurangnya rasa syukur terhadap yang


dimiliki atau hambatan-hambatan dari trainee terkait permasalahan
untuk menerapkan gratitude

Trainer Sisilya M. Stevanny

SESI 3 BE HAPPY Modul


Gratitude Training: Find The Happines in Your Life
Durasi (1 x 40 menit)

36
PENGANTAR
Pada sesi ini trainer memaparkan materi mengenai happiness. Setelah itu, trainee
diberikan waktu untuk menemukan kelebihan-kelebihan yang dimiliki. Dan dilanjutkan
dengan ice breaking. Serta dilanjutkan dengan trainee mengerjakan LK2, dengan menuliskan
kelebihan-kelebihan yang dimiliki secara detail, beserta bukti konkritnya.

TUJUAN
1. Untuk mengetahui mengenai teori-teori terkait happiness.
2. Membangun emosi positif dalam kehidupan sehari-hari.
3. Menciptakan kebahagiaan melalui rasa syukur.
 Ceramah
METODE  Diskusi
 Experience Learning

MATERI Kebahagiaan (Happiness)

A. Pengertian Kebahagiaan (Happiness)


Kebahagiaan didefinisikan sebagai kondisi psikologis yang
positif, yang ditandai oleh tingginya kepuasan terhadap masa lalu,
tingginya tingkat emosi positif, dan rendahnya tingkat emosi
negatif (Carr dalam Astuti, 2007).
Kebahagiaan sesungguhnya merupakan suatu hasil penilaian
terhadap diri dan hidup, yang memuat emosi positif, seperti
kenyamanan dan kegembiraan yang meluap-luap, maupun aktivitas
positif yang tidak memenuhi komponen emosi apapun, seperti
absorbsi dan keterlibatan (Seligman, 2005).
Kebahagiaan merupakan evaluasi yang dilakukan seseorang
terhadap hidupnya, mencakup segi kognitif dan afeksi. Evaluasi
kognitif sebagai komponen kebahagiaan seseorang diarahkan pada
penilaian kepuasan individu dalam berbagai aspek kehidupan,
seperti pekerjaan, keluarga, dan pernikahan. Sedangkan evaluasi
afektif merupakan evaluasi mengenai seberapa sering seseorang
mengalami emosi positif dan negatif (Diener dalam Astuti, 2007).
Kebahagiaan memberikan berbagai dampak positif dalam

37
segala aspek kehidupan dan akan mengarahkan pada hidup yang
lebih baik, misalnya memberikan kita kesempatan untuk
menciptakan hubungan yang lebih baik, menunjukkan produktivitas
yang lebih besar, memiliki umur yang lebih panjang, kesehatan
yang lebih baik, kreativitas yang lebih tinggi, dan kemampuan
pemecahan masalah dan membuat keputusan mengenai rencana
hidup dengan lebih baik (Carr dalam Oriza, 2009).
Berdasarkan penjelasan dari beberapa tokoh di atas maka
dapat disimpulkan bahwa Kebahagiaan diartikan sebagai hasil
penilaian diri terhadap kepuasan hidup yang ditandai dengan
munculnya emosi dan aktivitas positif di sebagian besar waktu serta
keseimbangan dalam menjalankan hidup, yang ditentukan oleh
empat aspek yaitu material, intelektual, emosional, dan spiritual.
Setiap orang merupakan penilai utama mengenai kebahagiaan yang
mereka rasakan, karena mereka adalah pihak yang terlibat langsung
dengan proses pencapaian kebahagiaan dalam hidupnya, sehingga
ketika mereka telah merasakan kebahagiaan tersebut maka
merekalah yang dapat menilai dan mendeskripsikannya secara
tepat.

B. Aspek Kebahagiaan (Happiness)


Menurut Hurlock (2004) terdapat “tiga A” aspek kebahagiaan,
yaitu acceptance (penerimaan), affection (kasih sayang), dan
achievement (pencapaian). Chaplin (2008) dalam kamus lengkap
psikologi menjelaskan secara rinci mengenai defenisi tiga aspek
kebahagiaan tersebut sebagai berikut:
1. Acceptance (Penerimaan)
Merupakan suatu yang ditandai dengan sikap positif
atau menolak, dalam praktik klinis, pengakuan atau
penghargaan terhadap nilai-nilai individual,
tanpa menyertakan pengakuan terhadap tingkah lakunya,
atau tanpa keterikatan emosional yang terdapat dipihak
terapis yang bersangkutan.

38
2. Affection (Kasih Sayang)
Merupakan perasaan yang sangat kuat, cinta, satu
kelas yang luas dari proses-proses mental, termasuk
perasaan, emosi, suasana hati, dan temperamen.
3. Achievement (Pencapaian)
Merupakan suatu pencapaian atau hasil yang telah
dicapai, satu tingkat khusus dari kesuksesan karena
mempelajari tugas-tugas, atau tingkat tertentu dari
kecakapan/keahlian dalam tugas-tugas sekolah atau
akademis.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan (Happiness)


Faktor-faktor yang mempengaruhi happiness menurut Seligman
(2002) adalah sebagai berikut:
a) Kehidupan sosial.
Orang yang sangat bahagia adalah orang-orang yang dapat
mempunyai kehidupan sosial yang baik dan sering melakukan
sosialisasi dan paling sedikit hidup dalam kesendirian.
b) Agama dan Religiusitas.
Orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas terhadap
kehidupan daripada orang yang tidak religius, hal ini
dikarenakan agama dapat memberikan harapan akan masa depan
dan menciptakan makna dalam hidup bagi manusia. Hubungan
antara harapan akan masa depan dan keyakinan beragama
merupakan landasan mengapa keimanan sangat efektif melawan
keputusan dan meningktkan kebahagiaan.
c) Pernikahan.
Pernikahan sangat erat hubungannya dengan kebahagiaan.
Orang yang menikah dapat mempengaruhi panjangnya usia dan
mendapatkan penghasilan.
d) Usia .
Kepuasan hidup sedikit meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. Afek menyenangkan sedikit melemah dan

39
afek negatif tidak berubah, yang berubah ketika menua adalah
intensitas emosi. Perasaan ingin selalu berada dipuncak dan
keputusasaan menjadi berkurang seiring dengan bertambahnya
usia dan pengalaman.
e) Uang
Pada negara yang sangat miskin, kaya bisa berarti lebih
bahagia, namun pada negara yang lebih
f) Kesehatan.
Kesehatan objektif yang baik tidak selalu berdampak pada
kebahagiaan, yang terpenting dalam hal ini adalah bagaimana
persepsi subjektif kita seberapa sehat diri kita.

D. Komponen-komponen Kebahagiaan (Happiness)


Kebahagiaan juga didefinisikan sebagai keadaan
psikologis positif yang ditandai dengan tingginya derajat
kepuasan hidup, afek positif, dan rendahnya derajat afek
negatif Carr (dalam Restika, 2012). Definisi lain yang serupa
juga diungkapkan oleh Diener (dalam Restika, 2012) yang
menggunakan istilah kesejahteraan subjektif sebagai sinonim
dari kebahagiaan, yaitu: “subjective well-being emphasizes an
individual’s own assessment of his or her own life-not the
judgment of experts’-and includes satisfaction (both in general
and satisfaction with specific domains), pleasant affect, and low
negative affect”. Selain itu, kebahagiaan juga melibatkan
kepuasan (kepuasan secara umum dan kepuasan pada ranah
kehidupan yang spesifik), afek yang menyenangkan, dan
rendahnya afek negatif. Berdasarkan kedua definisi yang sudah
dijelaskan di atas, terlihat bahwa kebahagiaan memiliki
beberapa komponen penting yaitu (Diener, dalam Restika 2012):
1) Afek Positif dan Afek Negatif
Afek positif dan afek negatif menggambarkan pengalaman
utama dari situasi atau kejadian yang terus terjadi dalam kehidupan
manusia. Dengan mengetahui tipe kecenderungan reaksi yang

40
dialami individu, kita dapat memperoleh pemahaman tentang cara
individu menilai kondisi dan peristiwa yang terjadi dalam hidupnya.
Evaluasi afektif ini terdiri dari emosi dan mood, dimana emosi
bersifat lebih sementara karena merupakan respon situasi, sedangkan
mood memiliki rentang yang lebih lama daripada emosi. Orang yang
dikatakan bahagia adalah orang yang jarang mengalami afek negatif
dan sering mengalami afek positif
2) Kepuasan Hidup
Kepuasan hidup didefinisikan sebagai penilaian global
tentang kualitas hidup individu. Individu dapat menilai kondisi
hidupnya, mempertimbangkan pentingnya kondisi-kondisi ini, dan
mengevaluasi kehidupan mereka pada skala yang berkisar dari tidak
puas sampai puas. Berbeda dengan afek positif dan negatif yang
merupakan komponen afektif dari kebahagiaan, kepuasan hidup
merupakan komponen koginitif karena melibatkan proses kognitif
dalam mengevaluasi kejadian-kejadian dalam hidup. Penilaian
kepuasan hidup berbeda-beda dari satu kebudayaan dengan
kebudayaan lain dan bahkan pada level individual. Hal ini
merupakan sebuah keuntungan karena pada akhirnya tingkat
kepuasan hidup yang dirasakan individu benar-benar bersumber dari
perspektif individu itu sendiri.
3) Ranah Kepuasan
Ranah kepuasan menggambarkan evaluasi individu terhadap
ranah yang spesifik dalam kehidupannya. Penilaian terhadap ranah
kehidupan yang spesifik dapat menjelaskan komponen-komponen
yang mempengaruhi penilaian kepuasan hidup individu secara
keseluruhan. Oleh karena itu, penilaian terhadap ranah kepuasan
yang spesifik ini dapat memberikan informasi mengenai cara
individu membuat penilaian kebahagiaan secara keseluruhan, dan
juga dapat memberi informasi yang lebih detil tentang aspek spesifik
dari kehidupan individu yang berjalan buruk dan berjalan baik.

E. Ciri-ciri Orang Kebahagiaan (Happiness)

41
Menurut Gail dan Seehy (dalam Siswanto, 2007) ciri-ciri orang
bahagia adalah sebagai berikut:
a) Hidup mempunyai arti dan arah. Seseorang yang puas dengan
kehidupannya akan dapat merealisasikan sesuatu diluar dirinya
seperti pekerjaan dan harapan yang ingin dicapai sehingga dapat
memberikan hidup yang terarah dan berarti.
b) Dapat menangani permasalahan yang ada pada dirinya dengan
cara tidak seperti orang kebanyakan dan lebih bersifat pribadi
dan kreatif. Seseorang yang bahagia mampu dalam
menyelesaikan setiap permasalahan yang dialaminya dan dapat
menjalankan rencana yang telah dibuatnya dalam rangka
pemecahan masalahnya.
c) Jarang merasa diperlakukan tidak adil atau dikecewakan dalam
kehidupan. Seseorang yang memiliki kepuasan hidup yang tinggi
cenderung melihat kegagalan sebagai pengalaman yang berguna
dan kegagalan tersebut mendorong untuk melakukan usaha yang
lebih baik dari sebelumnya.
d) Mencapai beberapa tujuan hidup yang penting. Seseorang yang
berbahagia dan merasa puas dalam kehidupannya dicirikan
dengan terpenuhnya tujuan yang diharapkan seperti kehidupan
yang aman, keluarga yang aman dan adanya rasa cinta dan kasih
sayang terhadap sesama manusia.
e) Peduli dengan pertumbuhan dan perkembangan pribadi.
Seseorang yang bahagia akan menggambarkan pribadinya yang
jujur, penuh cinta dan bertanggung jawab. Mereka mampu
menghadapi realita sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
tanpa dibuat-buat, memiliki beberapa sahabat dan mampu
mengambil tanggung jawab apabila diperlukan.
f) Memiliki keadaan hubungan mencintai dengan dicintai secara
mutualisme. Seseorang yang bahagia akan memiliki rasa saling
menguntungkan terhadap orang yang mereka cintai dan mampu
memelihara hubungan tersebut.
g) Memiliki banyak teman. Seseorang yang bahagia memiliki

42
teman-teman yang mampu memberikan perasaaan nyaman dan
dukungan di saat yang diperlukan.
h) Orang yang menyenangkan dan bersahabat. Seseorang yang
berbahagia dicirikan dengan prilaku yang menyenangkan dan
bersemangat serta dapat memberikan dukungan kepada orang
lain sehingga membuat orang di sekitarnya menjadi semangat.
i) Tidak melihat kritik sebagai serangan pribadi yang dapat
menurunkan harga diri. Seseorang yang bahagia memiliki harga
diri yang cukup sehingga jika mendapatkan kritikan tidak
menjatuhkan harga diri mereka. Mereka dapat membedakan
antara tingkah laku yang kurang sesuai sehingga harus
mendapatkan kritikan dari orang lain.
j) Tidak memiliki ketakutan-ketakutan yang dimiliki orang lain.
Seseorang yang bahagia tidak memiliki ketakutan dan
kecemasan dalam menjalani hidupnya.

Lembar Kerja 2
Nama :
Kelas :
Angkatan :
Tuliskan 5 kelebihan atau pencapaian yang Anda miliki di
tahun ini, beserta contoh dan bentuk perilakukonkritnya!
.................................................................................................
.................................................................................................
.................................................................................................
.................................................................................................

Selamat Mengerjakan
Salam Positif Selalu

43
1. Zoom Meeting
2. Perangkat (PC, laptop, dll) yang terhubung dengan internet
ALAT DAN 3. Modul pelatihan
BAHAN 4. Materi pelatihan, seperti powerpoint, audio dan video
5. Alat tulis
6. Link LK2 melalui Google Form
 Trainer memaparkan materi mengenai happiness.

 Trainee diberikan waktu untuk menemukan kelebihan-


kelebihan yang dimiliki.
PROSEDUR  Melakukan ice breaking.

 Trainee mengerjakan LK2, dengan menuliskan kelebihan-

kelebihan yang dimiliki secara detail, beserta bukti


konkritnya.
Trainer Sisilya M. Stevanny

SESI 4 YES, I CAN Modul


Gratitude Training: Find The Happines in Your Life
Durasi (1 x 25 menit)
PENGANTAR
Pada sesi ini, melakukan evaluasi dan diskusi secara bersama-sama dengan trainee lainnya.
Selanjutkan refleksi diri berupa kalimat atau tulisan afirmasi untuk diri sendiri. Dilanjutkan
dengan pengerjaan post-test mengenai gratitude dan happiness. Closing training oleh yang
bertugas. Setelah itu trainee ditugaskan mengisi post-test. Dan pelatihan berakhir.

TUJUAN
1. Menerapkan gratitude dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menciptakan happiness dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengetahui feedback dari trainee setelah mengikuti pelatihan.

 Ceramah
METODE  Diskusi
 Experience Learning

44
MATERI Ringkasan materi mengenai gratitude dan happiness

1. Zoom Meeting
2. Perangkat (PC, laptop, dll) yang terhubung dengan internet
ALAT DAN 3. Modul pelatihan
BAHAN 4. Materi pelatihan, seperti powerpoint, audio dan video
5. Alat tulis
 Melakukan evaluasi dan diskusi secara bersama-sama dengan
trainee lainnya.
 Refleksi diri berupa kalimat atau tulisan afirmasi untuk diri sendiri.
 Dilanjutkan dengan pengerjaan post-test mengenai gratitude dan
PROSEDUR happines
 Closing training oleh yang bertugas.
 Trainee ditugaskan mengisi post-test.
 Pelatihan berakhir.

2) Pre-test dan Postest


Pernyataan STS TS N S SS
Saya puas dengan kehidupan saya saat ini.
Saya menginginkan kehidupan, seperti kehidupan
orang lain.
Kehidupan ini sangat membahagiakan.
Jika saya tidak seperti ini, pasti kehidupan saya
membahagikan.
Saya merasa tidak bahagia dengan kehidupan saya

Saya selalu bersyukur dengan apa yang saya miliki


Saya merasa tidak puas dengan kehidupan saya
Kehidupan saya saat ini cukup berat bagi saya.
Saya sering mengeluh dengan kehidupan yang saya
jalani

45
A. Lampiran Penunjang
1) Lembar Persetujuan Trainee

GATITUDE TRAINING: FIND THE HAPPINESS IN YOUR LIFE

Lembar Persetujuan Trainee

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : ...........................................
Kelas : ..........................................
Angkatan :...........................................

Dengan ini menyatakan bersedia untuk mengikuti Gratitude Training: Find The
Happiness in Your Life.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sadar, dan telah memahami, serta
mendapatkan penjelasan secara lengkap.

Surabaya, 01 Januari 2021


Trainee

2) Lembar Rencana Tindakan


Lembar Rencana Tindakan
Nama : ...........................................
Kelas : ..........................................
Angkatan :...........................................

46
Selama mengikuti pelatihan “Gratitude Training: Find The Happiness in Your
Life” ini, saya mendapatkan pengalaman & pengetahuan mengenai..................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
Saya berencana setelah mengikuti pelatihan “Gratitude Training: Find The
Happiness in Your Life” ini, saya akan ...................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
3) Lembar Evaluasi

Lembar Evaluasi
Gratitude Training: Find The Happiness in Your Life
Petunjuk :
Pilihlah salah satu jawaban pada kolom dibawah ini sesuai dengan keadaan yang
sebenar-benarnya!.

1) STS (Sangat Tidak Setuju)


2) TS (Tidak Setuju)
3) N (Netral)
4) S (Setuju)
5) SS (Sangat Setuju)

47
No. Pertanyaan STS TS N S SS

1. Materi pelatihan yang diberikan


sudah sesuai dengan tujuan dan
modul pelatihan

3. Jumlah waktu pelatihan yang


diberikan dalam mencapai tujuan
pelatihan

4. Kemampuan panitia pelaksana


dalam menyiapkan fasilitas dan
tempat pelatihan

5. Kelengkapan fasilitas pelatihan


dalam mendukung kelancaran
kegiatan pelatihan

6. Metode pelatihan yang digunakan

7. Kemampuan trainer dalam


penyampaian dan penguasaan materi
pelatihan

8. Efisien dalam menggunakan waktu


pelatihan

48
9. Kemampuan trainer dalam
berinteraksi dengan trainee

10. Sikap profesional dan kompetensi


trainer ketika melaksanakan
pelatihan

11. Materi gratitude mudah untuk


dipahami
12. Materi happiness mudah untuk
dipahami

13. Rasa syukur saya meningkat setelah


mengikuti pelatihan ini

14. Melalui pelatihan ini saya merasa


lebih bisa bersyukur dan bahagia

15. Saya merasa paham dengan semua


materi yang diberikan

49
BAB IV
PENUTUP
Dengan diadakannya Gratitude Training: Find The Happiness in Your Life. Kami
sangat mengharapkan para trainee mampu menerapkan rasa syukur dalam kehidupannya
sehari-hari. Ketika mendapatkan sesuatu atau pencapaian dapat bersyukur pada Tuhan YME
dan berterimakasih dengan diri sendiri. Dapat diterapkan dengan bersyukur melalui hati, dan
perbuatan. Dan tidak mengeluh terhadap kehidupan yang djalaninya. Serta mampu
mensyukuri kelebihan yang dimilki. Sehingga, dapat merasa lebih bahagia dalam menjalani
kehidupan melalui bersyukur.

50
PROFIL PENULIS
A. Profile Penulis Pertama
Robi’atul Adawiyah, dipanggil dengan sebutan Ade. Lahir di Lumajang 14 Mei
1999. Ia seorang mahasiswi yang sedang menempuh Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya. Saat ini ia tinggal di Lumajang, desa
Selokbseuki, Kecamatan Sukodono.

B. Profile Penulis Kedua


Sisilya M. Stevanny, dipanggil dengan sebutan Sisil. Lahir di Bangkalan 11
November 2000. Ia seorang mahasiswi yang sedang menempuh Jurusan Psikologi,
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya. Saat ini ia tinggal di Madura,
Kecamatan Kamal, Kabupaten Bangkalan.

51
DAFTAR PUSTAKA

Park, N., Peterson, C., & Seligman, M. E. P. (2004). Kekuatan karakter dan kesejahteraan,
Journal of Social and Clinical Psychołogy, 23(5), 603-619.
Purnami, R. S., & Rohayati. (2013). IMPLEMENTASI METODE EXPERIENTIAL
LEARNING DALAM PENGEMBANGAN SOFTSKILLS MAHASISWA YANG
MENUNJANG INTEGRASI TEKNOLOGI, MANAJEMEN DAN BISNIS. JPP:
Jurnal Penelitian Pendidikan, 13(1), 98-104. DOI:
https://doi.org/10.17509/jpp.v13i1.3511
Restika., Dwi., & Gusti. (2012). Kebahagiaan Pada Janda Remarriage.
Padang: Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang.
Seligman, M. (2002). Authentic happiness: Using the new positive psychology to realize your
potential for lasting fulfill-ment. New York: Free Press.
Shobihah, I. F. (2014). Kebersyukuran (Upaya Membangun Karakter Bangsa Melalui Figur
Ulama). Jurnal Dakwah: Media Komunikasi dan Dakwah, 15(2), 383-406.
DOI: https://doi.org/10.14421/jd.2014.15208
Sulistyarini., & Ria, R. I. 2010. Pelatihan Kebersvukuran Untuk Fotokopi Proaktif pada
Survivor Bencana Gunung Merapi. Yogyakarta: Direktorat Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat Universitas Islam Indonesia.
Takdir, M. (2018). Psikologi Syukur : Perspektif Psikologi Qurani Dan Psikologi Positif
Untuk Menggapai Kebahagiaan Sejati. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

52
PEMBAGIAN TUGAS PSIKOLOGI POSITIF
1. Sisilya M. Stevanny
Mengerjakan :
 COVER
 BAB I Pendahuluan
 BAB II Kajian Teori
2. Robi’atul Adawiyah
Mengerjakan :
 BAB III Rancangan Penerapan Modul
 BAB IV Penutup
 DAFTAR PUSTAKA

53
54

Anda mungkin juga menyukai