Anda di halaman 1dari 19

CASSOWARY Volume 2 (2): 128 - 146

ISSN : 2614-8900
E-ISSN : 2622-6545
©Program Pascasarjana Universitas Papua, https://pasca.unipa.ac.id/

Kajian pemanfaatan ruang kawasan pesisir studi kasus kawasan


permukiman kumuh Kelurahan Padarni Kabupaten Manokwari
Study of coastal area space use: case study of slum areas of Padarni Village,
Manokwari Regency

Adityo Dwi Nugroho

Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Papua

Email: adhitphiko@gmail.com

ABSTRACT: Manokwari is a coastal city and the capital city of the Province which is
considered as very strategic and growing city, making Manokwari more attract for jobs
seeker. Many low- income people who migrate to Manokwari make densely populated
and slum squatter settlements inevitable. Padarni Coastal Area is one of the urban areas
with very poor environmental conditions, Irregular, disaster-prone settlements as well as
basic facilities and infrastructure have not been realized properly so that the community
cannot move and live properly. The results of the study were 6 causes of slum conditions:
Socio-cultural Characteristics, level of urbanization, limited land, accessibility, facilities
and infrastructure, and weak of government policies. With the concept of waterfront
development, settlement arrangement activities are directed at the utilization of local
potential, phasing improvement in the quality of settlements and sustainable slums
prevention.

Keywords: Coastal Settlement, Slum Area, and Arrangement of region

ABSTRAK: Manokwari adalah kota pesisir dan ibu kota Provinsi yang dianggap sangat
strategis dan berkembang, membuat Manokwari lebih menarik bagi pencari kerja. Banyak
orang berpendapatan rendah yang bermigrasi ke Manokwari membuat pemukiman padat
dan pemukiman kumuh tak terhindarkan. Wilayah Pesisir Padarni adalah salah satu
daerah perkotaan dengan kondisi lingkungan yang sangat buruk, permukiman yang tidak
teratur, rawan bencana serta sarana dan prasarana dasar belum terealisasi dengan baik
sehingga masyarakat tidak dapat bergerak dan hidup dengan baik. Hasil penelitian adalah
6 penyebab kondisi kumuh: Karakteristik Sosial-budaya, tingkat urbanisasi, keterbatasan
lahan, aksesibilitas, fasilitas dan infrastruktur, dan lemahnya kebijakan pemerintah.
Dengan konsep pengembangan tepi laut, kegiatan pengaturan permukiman diarahkan
pada pemanfaatan potensi lokal, secara bertahap meningkatkan kualitas permukiman dan
pencegahan permukiman kumuh yang berkelanjutan.

Keywords: Permukiman pesisir, area kumuh, tata ruang

128
CASSOWARY Volume 2 (2): 128 - 146

PENDAHULUAN banjir pada saat musim penghujan


Pada tahun 2016 masih terdapat (Firmansyah, 2013).
35.291 Ha permukiman kumuh perkota- Arahan dalam penataan ruang
an yang tersebar di hampir seluruh Kabupaten Manokwari yang tidak secara
wilayah Indonesia sesuai hasil perhitu- spesifik mengarahkan penataan ruang
ngan pengurangan luasan permukiman pada kawasan pesisir terutama
kumuh perkotaan yang dilaksanakan Kelurahan Padarni baik melalui produk
oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya turunan penataan ruang, sehingga pada
(KEMENPUPERA, 2016). Kondisi ini prosesnya dapat menyebabkan partum-
disebabkan perubahan struktur kota, buhan dan peralihan penggunaan men-
pertumbuhan penduduk, pengendalian jadi tidak terkontrol bahkan dapat
bangunan yang lemah serta semakin me- menyebabkan degradasi lingkungan
ningkatnya kebutuhan penduduk akan kawasan pesisir.
hunian mengakibatkan pertumbuhan pe-
mukiman di berbagai wilayah mening- METODE PENELITIAN
kat, termasuk juga pembangunan di ka- Penelitian ini bermaksud meng-
wasan yang tak layak huni menjadi hal gambarkan kondisi penggunaan lahan
yang tidak terhindarkan. pesisir Kelurahan Padarni berdasarkan
Dengan jumlah penduduk 8.262 karakteristik spasial, disesuaikan dengan
jiwa (BPS, 2017) dan luas wilayah kebijakan penataan wilayah (tata ruang)
sekitar 65% merupakan lahan terbangun berdasarkan kecenderungan pola peru-
(Profil Kelurahan Padarni Tahun 2016), bahan penggunaan ruang serta kondisi
Kelurahan Padarni merupakan bagian kekumuhan. Dilakukan pemeriksaan
dalam pusat pengembangan kota yang mendalam terhadap suatu keadaan
Manokwari memiliki berbagai permasa- atau kejadian yang disebut sebagai kasus
lahan kota seperti hunian padat, kumuh (dalam hal ini kondisi kekumuhan di
dan hunian liar, penyimpangan lahan Kawasan Pesisir kelurahan Padarni)
serta menurunnya kualitas lingkungan dengan menggunakan cara-cara yang
utamanya pada kawasan pesisir pantai. sistematis dalam melakukan pengama-
Beberapa dampak dari penyim- tan, pengumpulan data, analisis infor-
pangan penggunaan lahan kawasan Pe- masi, dan pelaporan hasilnya. Sebagai
sisir antara lain, rusaknya vegetasi hasilnya, akan diperoleh pemahaman
Pantai, munculnya genangan air, menu- yang mendalam tentang mengapa sesu-
runnya kualitas air, berkurangnya lahan atu terjadi dengan menggambarkan dan
non terbangun, dan berubahnya struktur menjelaskan hubungan/gejala yang ada
mata pencaharian asli, terjadi kepadatan (Prasetyo, 2006).
dan ketidakteraturan bangunan karena
terbatasnya ruang, tidak ada atau terba- Tujuan yang ingin dicapai adalah:
tasnya ruang terbuka hijau sebagai 1. Mengidentifikasi pemanfaatan
daerah resapan hujan dan pengurang lahan di kelurahan Padarni de-
polusi udara, aksesibilitas terbatas pada ngan mengkaji pola penggunaan
pemukiman padat penduduk, penyem- lahan wilayah kelurahan Padarni,
pitan ruang terbuka karena banyak 2. Mengidentifikasi perubahan
dijadikan pemukiman, akses untuk penggunaan lahan, kecenderu-
mendapatkan air bersih dan air minum ngan perubahan penggunaan la-
yang layak sulit didapat, tidak adanya han wilayah pesisir, dan penye-
drainase yang baik dapat menyebabkan bab yang mendorong kondisi
kekumuhan kelurahan Padarni.

129
CASSOWARY Volume 2 (2): 128 - 146

3. Memberikan arahan Peningkatan strata atau setiap wilayah ditentukan se-


kualitas Kawasan Permukiman imbang dengan banyaknya subyek
Kumuh Kelurahan Padarni. dalam masing-masing strata atau
wilayah (Arikunto, 2006). Wilayah yang
Penelitian dilaksanakan Selama dimaksud yaitu Rukun Tetangga (RT).
kurang lebih 2 (Dua) Bulan, mulai dari Kemudian dilakukan teknik Systematic
Bulan Desember 2017 sampai dengan Sampling (sampling sistematis) yaitu
bulan Januari 2018. Adapun lingkup pengambilan sampel secara acak siste-
lokasi adalah Kelurahan Padarni Distrik matis, teknik ini menggunakan daftar
Manokwari Barat dengan luas wilayah penduduk pada masing strata/wilayah
sebesar 56,5 Ha dan fokus pada kawasan RT yang dipilih berdasarkan interval
pesisir Angrem dan Borobudur. Pertim- tertentu, besaran interval disesuaikan
bangan peneliti dalam memilih lokasi dengan jumlah sampel dan populasinya
karena lokasi merupakan Kawasan untuk (sugiyono, 2010).
hunian serta okupasi wilayah perairan Adapun besar sampel untuk
untuk bangunan hunian. masing-masing RT dengan mengunakan
rumus menurut Sugiyono (2010).
Populasi dan Sampel
Dengan tingkat nilai kritis yang 𝑥
𝑛= 𝑁
diinginkan yaitu sebesar 10%, ditentu- 𝑁 1
kan jumlah sampel dengan menggu-
nakan rumus Slovin (Sugiyono, 2010): Keterangan:

𝑁 ŋ : Jumlah sampel yang diinginkan


𝜂= setiap RT
1 + (𝑁 𝑋 𝑒 2 )
N : Jumlah seluruh populasi di
ŋ : Jumlah elemen atau anggota Kawasan Pesisir Kelurahan
Sampel Padarni (704 KRT)
N : Jumlah elemen (anggota Populasi) x : Jumlah populasi KRT pada setiap
e : error level (tingkat kesalahan 10 RT N1 : Jumlah populasi Sampel
% atau 0,1) ( 87 KRT )

Jumlah populasi yang dimaksud Permukiman yang teridentifikasi


adalah jumlah kepala rumah tangga kumuh wilayah dengan keragaman
(KRT) yang menempati Kawasan Pesisir penggunan lahan, intensitas perubahan
kelurahan Padarni dengan batasan Wila- penggunaan lahan/alih fungsi lahan yang
yah administrasi Rukun Tetangga (RT). signifikan terutama pada lahan tak terba-
ngun/kawasan pesisir sebagai dampak
704 704 dari meningkatnya kegiatan dan pemba-
= 2
= ngunan lahan
1 + (704 𝑥 10% 8,04
= 87 𝐾𝑅𝑇
Jumlah Interval Pengambilan sampel
(k) adalah:
Pemilihan KRT sebagai respon-
den penelitian karena berdasarkan hasil
K = N/n = 704/87 = 8
prasurvey ditemukan pada bebe-rapa
rumah terdapat lebih dari 1 KK. Pengam-
Prioritas populasi yang menjadi
bilan sampel secara proporsi dilakukan
kajian yaitu warga yang menempati
dengan mengambil subyek dari setiap

130
CASSOWARY Volume 2 (2): 128 - 146

kawasan pesisir di wilayah kelurahan menilai variabel amatan yang diinginkan


Padarni. Berdasarkan Data kependu- serta variabel yang tidak dapat diperoleh
dukan tahun 2016, jumlah penduduk dari citra dan peta. Metode- metode kerja
Kelurahan Padarni sejumlah 7.419 jiwa, lapangan yaitu metode dokumentasi,
Jumlah Kepala Keluarga (KK) 1.454 observasi, dan juga wawancara.
KK, dan kepala rumah tangga (KRT)
1.115 KRT yang tersebar dalam 7 RW Analisis Data
dan 25 RT (Profil Kelurahan Padarni
Tahun 2016). Sedangkan untuk fokus Deskripsi Statistik Dengan Metode
lokasi penelitian yaitu kawasan pesisir Distribusi
jumlah penduduk adalah 3.110 jiwa yang
tersebar di 13 RT. Frekuensi Relatif (Persen %)
Pada analisis deskriptif ini, akan
Prosedur Penelitian dikemukakan cara-cara penyajian data,
Tahapan Persiapan berupa: salah satunya menggunakan tabel
a. Menentukan daerah penelitian dan distribusi frekuensi. Analisis ini dilaku-
obyek- obyek yang akan dikaji. kan pada variabel kependudukan baik
b. Mencari referensi untuk studi pusta- pada kompisisi penduduk maupun
ka mengenai pemanfaatan ruang ka- karakteristiknya, komposisi penggunaan
wasan pesisir permukiman, indikator lahan, indikator-indikator kumuh, serta
kekumuhan dan berbagai bahasan variabel- variabel amatan lainnya Dari
lain yang sesuai. hasil yang diperoleh, data kemudian
c. Menentukan parameter-parameter dikelompokkan ke dalam beberapa
yang dibutuhkan dalam pemanfaatan varibel dengan maksud agar ciri- ciri
ruang kawasan pesisir. penting data tersebut dapat segera
d. Menentukan metode dan titik sampel terlihat.
yang digunakan dalam penelitian.
Pengambilan sampel dilakukan Analisis Penggunaan Lahan
dalam penelitian adalah metode Dilakukan untuk mengidentifi-
Systematic Random Sampling. Pe- kasi pola penggunaan lahan dengan
ngambilan sampel pada penelitian ini bantuan perangkat lunak ArcGIS 10.
dimaksudkan untuk efisiensi biaya, Hasil analisis berupa: Peta gambaran
waktu, dan tenaga. umum kawasan, peta pola penggunaan
e. Membuat peta Tematik mengenai lahan, yang menggambarkan penggu-
variabel amatan naan lahan existing wilayah studi, Peta
f. Mempersiapkan alat dan bahan yang kesesuaian penggunaan lahan, yang
dibutuhkan dalam penelitian. menggambarkan sebaran penyimpangan
lahan, dan peta tematik lainnya. Berikut
Data yang dipergunakan merupa- adalah analisis penggunaan lahan yang
kan data sekunder dan primer. Data dilakukan:
primer diperoleh dari observasi awal dan
survey sekunder yaitu studi kepustakaan, 1. Analisis Pemanfaatan Ruang Wila-
dan sumber-sumber lainnya. Kegiatan yah, dilakukan dengan menganalisis
survey lapangan (pengambilan data pri- penggunaan lahan eksisting di wila-
mer) selain dimaksudkan untuk pengam- yah Kelurahan Padarni.
bilan data, juga dilakukan untuk menguji 2. Analisis Perubahan Penggunaan La-
ketelitian/kesesuaian hasil interpretasi han, dilakukan dengan menganalisis
dengan kondisi di lapangan dan untuk perubahan (bentuk dan pola) penggu-

131
CASSOWARY Volume 2 (2): 128 - 146

naan lahan yang ada berdasarkan (BPS, 2017) dengan Jumlah Rumah
tahun penggunaan lahan tersebut. Tangga 1.921 RT. Jumlah penduduk pa-
Perubahan penggunaan lahan selain darni merupakan urutan ke 5 terbanyak
dikaji secara spasial, juga di lihat dari di Distrik Manokwari Barat namun de-
motivasi perubahannya berdasarkan ngan kepadatan tertinggi kedua dengan
keterangan responden dengan hasil 587,62 penduduk perkm2, menempati
analisis berupa gambaran kecenderu- urutan kedua setelah Kelu-rahan Wosi.
ngan perubahan lahan. Sebagian besar beragama Kristen Protes-
3. Analisis kesesuaian penggunaan la- tan kemudian disusul agama Islam. Data
han, dilakukan dengan memban- Dinas Dukcapil 2015, pekerjaan pendu-
dingkan arahan penggunaan lahan duk sebagian besar (30%) merupakan
sesuai kebijakan daerah terhadap buruh dan wiraswasta. Kondisi ini tidak
kondisi existing penggunaan lahan terlepas dari banyaknya aktifitas perda-
(peta arahan dan peta eksisting) gangan dan perkantoran serta sektor-
sektor jasa lainnya disekitar kelurahan
Analisis Kondisi Kekumuhan padarni. Pada komposisi penduduk me-
dan faktor pendorong kondisi kekumu- nurut pendidikan, sebagian besar warga
han, Dilakukan melalui kajian indikator- Padarni merupakan tamatan SLTA atau
indikator kekumuhan sesuai Permen sederajat yaitu berjumlah 5.061 jiwa.
PUPERA No. 2 tahun 2016. Daerah Padarni terutama pada kawasan
kumuhnya sebagian besar warganya
HASIL DAN PEMBAHASAN merupakan pekerja swasta, buruh atau
nelayan.
Gambaran Wilayah
Kelurahan Padarni memiliki Daya dukung lahan
topografi berupa dataran rendah pada Daya dukung lahan dihitung dari
bagian tengah dan pantai/pesisir (pada kebutuhan lahan per jiwa. Daya dukung
bagian Barat) sampai dengan berbukit lahan dapat diketahui melalui perhitu-
pada bagian Timur. Ketinggian rata-rata ngan daya tampung lahan. Nilai yang
1-3 mdpl pada pesisir dan 4-10 mdpl didapat dari hasil perhitungan daya
pada daerah bukit, Keseluruhan wilayah tampung dapat digunakan sebagai acuan
didominasi dengan penggunaan lahan untuk mengetahui kawasan mana saja
terbangun dengan jenis bangunan per- yang berada pada kondisi ambang batas
manen, mayoritas berada di daerah yang masih dapat dimanfaatkan (Sur-
dataran rendah seperti di jalan Merdeka yanto, 2009). Dari hasil perhitungan
dan jalan Sudirman. Termasuk dalam hanya RT 2 RW 2 yang masih mendu-
Pusat Pelayanan Primer dan wilayah kung untuk pengembangan meskipun
pengembangan kawasan perkotaan yang sudah mendekati batasan daya dukung
berperan sebagai Ibu Kota Kabupaten lahan, sedangkan untuk kondisi terendah
Manokwari dan memiliki fungsi sebagai atau sudah sangat tidak mendukung
pusat pelayanan skala kabupaten yang adalah di RT 5 RW 3, RT2 RW3 dan
meliputi : pusat pelayanan pemerintahan, RT3 RW3.
pendidikan dan kesehatan skala Kabu-
paten Manokwari. Ekonomi dan Sosial
Seperti pada wilayah pesisir
Penduduk lainnya, kawasan Padarni Pantai meru-
Secara keseluruhan di Padarni pakan permukiman dengan mayoritas
jumlah penduduk mencapai 8.262 jiwa penduduk sebagai, pedagang. pekerja

132
CASSOWARY Volume 2 (2): 128 - 146

swasta dan nelayan. Dengan ketergan- (berhubungan keluarga), pengelolaan


tungan terhadap hasil laut di sekitar tanah adat dan lain sebagainya.
wilayah kota Manokwari, nelayan pesisir
padarni memiliki pendapatan yang Analisis Penggunaan Lahan dan
relatif rendah. Hasil tangkapan yang di- Bangunan
peroleh dari sekitar laut kota Manokwari Sebagian besar penggunan lahan
dijual di pasar Ikan Sanggeng dan pasar di kelurahan Padarni merupakan lahan
Borobudur. Selain perikanan, terdapat terbangun, yaitu sebesar 97 Ha atau
juga pelabuhan perintis/feri Angrem sekitar 78% dari total luas keseluruhan
sebagai pusat kegiatan masyarakat dan wilayah (PNPM, 2015). sebagian besar
menggerakan kegiatan ekonomi daerah merupakan bangunan dengan fungsi
sekitarnya. Jenis pekerjaan responden hunian disusul oleh bangunan untuk
paling banyak berprofesi sebagai perkantoran serta perdagangan dan jasa
nelayan (35 Orang) disusul sektor swasta serta lainnya. Pertumbuhan peralihan
25 orang dan yang paling sedikit adalah penggunaan lahan dari lahan tak
pensiunan PNS. terbangun menjadi lahan terbangun
Secara kemampuan ekonomi, sebagian besar terjadi di wilayah bagian
sekitar 78% (876) kepala rumah tangga Timur dan Barat sedangkan untuk jalan
di Kelurahan Padarni termasuk dalam serta Ruang terbuka hijau/publik relatif
masyarakat berpenghasilan rendah (Pro- tetap. Mayoritas bangunan bentuk
fil Kelurahan Padarni Tahun 2016). kapling tidak beraturan, begitu pula arah
Masyarakat Berpenghasilan Rendah hadap bangunan responden yang terda-
(MBR) adalah masyarakat yang mem- pat di daratan mayoritas menghadap ke
punyai keterbatasan daya beli sehingga arah jalan lingkungan, bangunan yang
perlu mendapat dukungan pemerintah berada di tepian (talud) juga menghadap
untuk memperoleh rumah (Undang- kearah daratan, dan untuk bangunan
Undang No. 1 Tentang Perumahan dan yang berada di atas air arah hadap ba-
Kawasan Permukiman, 2011). MBR di ngunan mengikuti/menghadap kearah
lokasi penelitian paling banyak terdapat jembatan titian.
di wilayah RT 05 RW 03 sebanyak 153 Sebanyak 79 responden memiliki
KRT. bangunan dengan fungsi hunian sedang-
Terdapat lebih dari 15 etnis yang kan 8 responden memiliki bangunan
mendiami kawasan Padarni (RPLP dengan fungsi campuran huni-an, perda-
Padarni, 2015), hal tersebut merupakan gangan dan jasa tanpa merubah fungsi
ciri dari kawasan di Manokwari yang utama bangunan yaitu hunian. Secara
telah berkembang cukup lama. Toleransi umum kawasan kumuh merupakan ka-
yang baik menjadikan kondisi sosial wasan hunian dengan tingkat kepadatan
yang ada sangat mendukung perkem- yang tinggi dan dihuni oleh masyarakat
bangan kawasan. Kondisi masyarakat miskin (Sadana, 2014). Sesuai arahan
yang heterogen merupakan potensi yang dalam peraturan bangunan gedung
terdapat di kelurahan ini terlihat dari Kabupaten Manokwari, setiap bangunan
berbagai kegiatan budaya lokal seperti umum apabila tidak ditentu-kan lain,
acara adat, tari-tarian, ukiran dan seni ditentukan KDB maksimum 60% dari
lain. Kondisi budaya/etnis ini juga yang luas area bangunan (Peraturan Daerah
mempengaruhi pola pemanfaatan ruang Kab Manokwari No 10 tahun 2003
kawasan seperti misalnya pembangunan tentang Bangunan Gedung). Berda-
rumah sederet dalam satu marga sarkan hasil survey, kepadatan rata-rata

133
CASSOWARY Volume 2 (2): 128 - 146

bangunan daratan di kawasan pesisir dengan rumah yang lain yang berde-
adalah 83%. katan. Atau antara kerabat, rumahnya
Dengan rata-rata luasan bangu- saling bersebelahan.
nan rata- rata 73 m2, bangunan di lokasi
studi sebagian besar belum memenuhi 2. Rasa Kesukuan/satu kampung
standar yang baik. Merujuk pada SNI 03- halaman
1733-2004 tentang tata cara perencanaan Merupakan penggunaan lahan
lingkungan perumahan, standar kebutu- kelompok-kelompok tertentu yang mem-
han hunian layak huni untuk 1 keluarga bentuk hunian bersama karena berasal
(5 orang) dengan perhi-tungan kebutu- dari daerah yang sama yang memiliki
han luas latai 1 keluarga minimum hubungan keluarga maupun tidak. Pola
adalah 51 m2, maka jumlah rumah yang membangun lahan adalah orang yang
tidak layak huni di wilayah studi masih lebih dulu datang membangun bangunan
terdapat 23 bangunan atau 26% dari po- kemudian disusul orang baru berikutnya
pulasi responden. Sedang-kan terdapat yang membangun di sebelahnya mengi-
32 bangunan (37%) bangunan berukuran kuti pola sebelumnya. Model kepemi-
51-100 m2 dan ukuran bangunan diatas likan bisa berupa warisan, jual beli, atau
100 m2 sebanyak 32 bangunan. membangun sendiri karena kondisinya
adalah wilayah perairan. Seperti wilayah
Perubahan Penggunaan Lahan/Ba- RW 3, RW 4 dan RW 5.
ngunan
Sebanyak 36 (41%) responden 3. Nonkekerabatan
membangun sendiri bangunannya, se- Hubungan Nonkekerabatan, ada-
dangkan sebanyak 32 % (28 responden) lah keluarga tidak memiliki hubungan
memperolehnya dari warisan keluarga. kekerabatan dengan tetangga sekitar dan
Dari 36 responden yang membangun berbagi kapling tanah. Dimana pemilik
bangunannya sendiri, 25 diantaranya tanah menerima pendatang yang berasal
merupakan bangunan dengan jenis ba- dari luar bukan berdasarkan pertim-
ngunan rumah panggung dan dibangun bangan kekeluargaan namun memiliki
di atas air/tepi air. pertimbangan lain seperti motif ekonomi
Motivasi perubahan lahan/ yaitu sewa dan jual beli atau pembe-
bangunan Terdapat 3 pola utama peruba- rian/hibah.
han penggunaan lahan yang dipengaruhi
aspek sosial: Bentuk perubahan bangunan/lahan
Terdapat 22 responden yang
1. Sistem Kekerabatan melakukan perubahan pada bangunan
Dengan berkembangnya pendu- dari bentuk awal didirikan. Sebagian
duk dan juga kemajuan jaman, terjadi besar yaitu 9 responden merubah/
pergeseran bentuk rumah dan tata letak menambah ruangan kamar untuk me-
bangunan di wilayah pesisir. Dulu rumah menuhi kebutuhan ruang kamar. Seba-
mempunyai bentuk melebar, saat ini nyak 21 responden mengungkapkan mo-
rumah memanjang dari daratan ke arah tivasi perubahan bangunan adalah
laut. Hal ini disebabkan adanya pemba- karena kebutuhan akan ruang tambahan
gian lahan dan waris bagi keturunan dari dan 1 responden karena alasan ada lahan
pemilik rumah. Hubungan kekerabatan kosong.
akhirnya membentuk permukiman di
wilayah ini. Ditandai dengan adanya
hubungan kekerabatan antar satu rumah

134
CASSOWARY Volume 2 (2): 128 - 146

Kesesuaian penggunaan lahan Luas ketidaksesuaian/penyimpangan la-


Dari keseluruhan RT diwilayah han tertinggi berada di wilayah RT 05
Pesisir Padarni, Hanya wilayah RT 03 RW 03 mencapai 90% dari total luas
RW 05 yang sesuai dengan arahan wilayah RT yaitu 0,73 Ha. Kemudian
peruntukan lahan yaitu Zona campuran, yang kedua adalah wilayah RT 02 RW
sedangkan wilayah RT lainnya ada yang 03 sebesar 81% (0,56 dari 0,69 Ha) dari
menempati sub zona sempadan pantai. total luasan.

Tabel 1. Kesesuaian Lahan Kawasan Pesisir

Tabel 1. Hasil Penilaian kondisi kekumuhan

135
CASSOWARY Volume 2 (2): 128 - 146

Analisis Kondisi Kekumuhan seperti daerah Barangka, Lombe (warga


Analisis kondisi kekumuhan Borobudur 2 dan 4/RW
dilakukan dengan analisis meliputi 9
aspek utama. Hasil penilaian, terdapat 8 3) dan daerah Pulo Makasar Kota Bau-
RT yang termasuk kategori kumuh berat Bau (Warga Borobudur 1/RW 4), suku
dan sisanya 5 RT masuk dalam kategori Wondana di RW 1 dan 2 serta suku biak
kumuh sedang. Nilai kekumuhan 3 RT di wilayah RW 5. Dengan meningkatnya
kategori sedang juga mendekati kategori jumlah penduduk akibat urbanisasi maka
kumuh berat. makin meningkat pula kebutuhan lahan,
Penyebab Kondisi Kekumuhan dan pada lahan yang terbatas, beberapa
Pesisir Padarni Beberapa faktor yang responden memaksimalkan penggunan
menyebabkan kondisi kekumuhan bangunan hunian mereka. Terdapat
diantaranya: beberapa bangunan yang dihuni lebih
dari 1 kepala keluarga (RT 03 RW 05).
Karakteristik Sosial budaya Penduduk Kondisi ini menjadikan hunian kumuh
Hubungan kekerabatan karena dan tidak sehat karena tidak sesuai
kesamaan daerah asal (kampung) umum- standar kebutuhan ruang hunian/luas
nya masih terasa kental dbandingkan lantai minimum hunian 5-9 m2 (SNI 03-
masyarakat perkotaan, karena umumnya 1733-2004).
suatu kesatuan permukiman yang sama
sebagian besar dihuni oleh penduduk Keterbatasan lahan
yang mempunyai pertalian darah. Makin Maraknya hunian ilegal di pesisir
bersifat kedesaan makin kental ciri-ciri Padarni juga dipengaruhi oleh terbatas-
kekerabatannya. Anggota keluarga yang nya lahan. Urbanisasi penduduk/pekerja
kemudian membina rumah tangganya merupakan potensi bagi kelurahan
sendiri pada umumnya akan membangun Padarni, namun ketersediaan lahan yang
tempat huniannya di sekitar rumah orang ada berbanding terbalik dengan pening-
tuanya atau masih dalam satu unit katan penduduk. Akibatnya pembangu-
permukiman yang sama (Yunus, 2008). nan hunian ilegal marak di kawasan
Penduduk kawasan pesisir sebagian pesisir, Penggunaan lahan di kawasan
besar merupakan penduduk yang pesisir kelurahan Padarni berdasarkan
mendiami daerah pesisir/pantai juga di analisis daya dukung sudah melebihi
wilayah asalnya. Pola-pola pembagian batas daya dukung dikarenakan kepada-
lahan dan pengaturan/tata letak juga tan penduduk yang tinggi. Akibatnya,
berhubungan dengan kebiasaan dari banyak penduduk yang menempati
daerah asal responden. /membangun hunian di perairan/atas air.
Hadisabari Yunus (2008) mengung-
Faktor Urbanisasi atau Perpindahan kapkan bahwa pemadatan rumah mukim
Penduduk merupakan dampak ikutan yang selalu
Keseluruhan responden kawasan menyertai gejala pertambahan jumlah
pesisir Kelurahan Padarni merupakan penduduk. Densifikasi bangunan mukim
pendatang yang berasal dari berbagai terjadi karena adanya proses pengisian
daerah, sebagian besar pemilik hak atas kedalam, yaitu bertambahnya bangunan-
tanah adalah pemerintah daerah dan suku bangunan rumah mukim didalan lahan
Mandacan sedangkan suku yang paling permukiman yang dibangun di antara
dominan mendiami kawasan pesisir bangunan-bangunan yang sudah ada.
adalah berasal dari Kabupaten Buton Proses ini terjadi di dalam lahan

136
CASSOWARY Volume 2 (2): 128 - 146

permukiman lama dengan tatanan kawasan menjadikan peraturan dan


bangunan yang tidak teratur ditinjau dari program berjalan kurang optimal.
segi arsitektural, ukurannya dan tata Menurut Agus Sadana (Sadana,
letaknya. 2014), berkembangnya permukiman
kumuh antara lain disebabkan oleh
Kemudahan akses pertumbuhan kota yang tinggi, yang
Dari lokasi kerja responden 86 tidak diimbangi oleh tingkat pendapatan
reponden bekerja di sekitar padarni, yang yang cukup dan keterlambatan pemerin-
berarti tempat bekerja tidak jauh dari tah kota dalam merencanakan dan
lokasi hunian. Begitu juga dengan warga membangun prasarana kota pada daerah
nelayan yang merasa lebih mudah perkembangan permukiman baru.
menjual hasil tangkapan karena dekat
dengan Pasar ikan. Kemudahan ini Arahan Penataan Kawasan Pesisir
karena lokasi Kelurahan Padarni yang kegiatan penataan kawasan ku-
strategis, dekat dengan pusat ekonomi, muh harus dilakukan secara menyeluruh
kemudahan transportasi lokal dan antar tidak hanya aspek fisik binaan saja
pulau, hingga ketersediaan sarana namun juga aspek nonfisik sampai de-
pendukung (pelayanan) transportasi ngan dukungan pemerintah yang
lainnya seperti taksi, ojek dan lainnya. konsisten. Dasar pertimbangan arahan
penataan kawasan pesisir Kelurahan
Sarana prasarana dasar permukiman Padarni adalah sebagai berikut:
Kawasan pesisir Padarni masih Arahan pola ruang, program pe-
merasakan kurangnya pemenuhan kebu- nataan dan peraturan terkait, Kebutuhan
tuhan air minum dan air bersih, kelaya- lahan dan status/hak kepemilikan tanah,
kan jalan lingkungan, jaringan drainase Aksesibiltas, Keterbatasaan lahan &
dan sanitasi serta ruang publik atau ruang kepadatan bangunan tinggi, Keterse-
terbuka. Ada beberapa prasarana dan diaan dan pengelolaan prasarana dasar,
sarana umum (PSU) yang dibangun pe- Pembatas perkembangan ruang pantai,
merintah dan bantuan yang konsisten Resiko bencana, Partisipasi Masyarakat,
dari pemerintah, namun karena minim- Lokasi strategis Kawasan, dan Potensi
nya pengelolaan sarana dan prasarana Hasil Laut.
lingkungan permukiman yang baik, Arahan Penataan Kawasan Per-
kemampuan dan kapasitas serta kesada- mukiman Pesisir Kelurahan Padarni,
ran masyarakat juga rendah/terbatas, Skenario penataan dibagi 3 tahapan:
banyak terjadi penurunan kualitas PSU
dan bahkan tidak dapat digunakan lagi. A. Tahapan Kajian kebutuhan kawa-san
pesisir Padarni dan pengum-pulan
Lemahnya Penerapan Kebijakan informasi.
pemerintah Daerah Merupakan tahapan pengumpu-
Meskipun ada peraturan terkait lan informasi kawasan pesisir Padarni
arahan pemanfaatan ruang dan ketentuan terkait penanganan kumuh, baik untuk
pendirian bangunan serta beberapa pro- peningkatan kualitas kawasan maupun
gram penataan, kawasan pesisir Padarni untuk pencegahannya.
masih berada dalam kondisi kumuh. B. Tahapan Peningkatan Kualitas Ka-
Kurang tegasnya pengendalian, pene- wasan Permukiman Kumuh
rapan kebijakan, minimnya pencegahan Arahan peningkatan kualitas
serta kurang sosialisasi yang melibatkan dilakukan mendukung konsep program
masyarakat serta kajian penanganan dari Badan Perencanaan Pembangunan

137
CASSOWARY Volume 2 (2): 128 - 146

Daerah Kabupaten Manokwari yaitu dengan pihak lain dalam pencegahan


pengembangan Teluk Sawaybu sebagai kumuh.
Waterfront City dengan tujuan peren- 3. Penguatan dan pengembangan peng-
canaan menarik minat masyarakat dan hidupan berkelanjutan melalui pengu-
investor terhadap kawasan sebagai atan kelompok untuk pengembangan
bagian dari kawasan eksklusif (enclave ekonomi lokal dengan basis potensi-
system development), menjaga kein- potensi lokal, khususnya bagi pening-
dahan alam, peningkatan kualitas katan pendapatan warga berpengha-
hunian, menyediakan fasilitas umum, silan rendah di kawasan kumuh.
rekreasi dan kenyamanan, pengurangan 4. Pembangunan dan pemeliharaan Pra-
resiko bencana serta mixed use develop- sarana saran umum (PSU): pelatihan
ments. Peningkatan dan penguatan iden- pemeliharaan PSU yang memenuhi
titas lokal (kearifan lokal), waterfront standar kelayakan teknis dan kelaya-
development, penghijauan, berkarakter kan fungsi.
serta budaya lokal dan pembangunan 5. Pembentukan kelompok tanggap dan
landmark kawasan sebagai ikon (Bap- waspada bencana serta Pelatihan pe-
peda, 2005). nguatan kapasitas tanggap darurat dan
C. Tahapan Pencegahan kumuh pemeliharaan jalur-jalur evakuasi.
Rumusan pencegahan penurunan 6. Penguatan peran pemda pada aspek-
kualitas lingkungan permukiman dan aspek kekumuhan sesuai bidang ma-
tumbuhnya permukiman kumuh baru sing-masing sebagai mitra masya-
yaitu: rakat dalam pencegahan kumuh.
1. Pengawasan dan pengendalian pem- D. Tahapan Pengendalian Pemanfa-atan
bangunan permukiman Ruang Oleh Masyarakat
• Sosialiasi/Penyuluhan tentang Menurut Sadyohutomo (Tata
rencana tata ruang daerah Guna Tanah dan Penyerasian Tata
(RTRW/RDTR) Ruang, 2012) peran serta masyarakat
• Penyuluhan tentang persyaratan merupakan syarat mutlak keefektifan
IMB, Legalitas kepemilikan upaya pengendalian pemanfaatan ruang
tanah dan peruntukannya yang bertujuan tertibnya tata ruang.
• Penyuluhan tentang standar Masyarakat akan merasa ikut memiliki
teknis pembangunan infrastruk- dan bertanggung jawab terhadap tertib
tur penataan ruang. Untuk itu diperlukan
• Penyuluhan tentang ldentifikasi keterlibatan sejak awal perencanaan,
permasalahan serta kelayakan pemanfaatan dan pengendaliannya.
fungsi bangunan (terutama ba-
ngunan hunian) Desain Penataan Kawasan
• Penguatan peran masyarakat Berkonsep desain “Teluk
dalam operasional dan pemeli- Sawaybu Waterfront Development”,
haraan dapat diartikan sebagai kota yang
• Peningkatan kepedulian mitigasi memanfaatkan kawasan pantai sebagai
bencana melalui sosialisasi dan pengembangan (Prakoso, 2017) yang
dukungan pembentukan sikap terbagi menjadi dua area pengembangan
tanggap bencana. utama yaitu kawasan komersil dan
2. Membangun jejaring kemitraan de- permukiman serta fasiltas penunjang.
ngan membangun jejaring kerja sama

138
CASSOWARY Volume 2 (2): 128 - 146

Gambar 1. Desain Kawasan Permukiman Nelayan

Gambar 2. Desain Area Komersil Wisata air (Water Sport dan pusat makanan)

139
CASSOWARY Volume 2 (2): 128 - 146

A. Kawasan Komersial (Commercial untuk mendukung pengembangan ola-


Waterfront) han hasil perikanan hasil buatan warga
Kriteria pokok pengembangan sekitar Padarni, seperti Ikan asar, Roti,
kawasan komersial di kota pantai adalah: lauk pauk dan sayur.
a. Harus mampu menarik pengun- Arena Ketangkasan dan hiburan,
jung yang akan memanfaatkan merupakan area pemainan ketangkasan
potensi kawasan pantai sebagai dengan atraksi seperti jet ski, banana
tempat bekerja, belanja maupun boat, sepeda air, balon air, penyewaan
rekreasi (wisata) pancing dan layangan, serta tur peman-
b. Kegiatan diciptakan tetap mena- dangan kota menggunakan bis laut.
rik dan nyaman untuk dikunjungi
(dinamis) B. Kawasan Permukiman (Residen-
c. Bangunan harus mencirikan keu- tial Waterfront)
nikan budaya setempat dan Kriteria pokok pengembangan
merupakan sarana bersosialisasi kawasan permukiman di kota pantai
dan berusaha (komersial) adalah:
d. Mempertahankan keberadaan a. Perlu keselarasan pembangunan
golongan ekonomi lemah melalui untuk kepentingan pribadi (private)
pemberian subsidi. dan umum.
e. Keindahan bentuk fisik (profil b. Perlu memperhatikan tata air, buda-
tepi pantai) kawasan pantai ya lokal serta kepentingan umum.
diangkat sebagai faktor penarik c. Pengembangan kawasan permu-
bagi kegiatan ekonomi, sosial- kiman dapat dibedakan atas kawa-
budaya, dan lain-lain. san permukiman penduduk asli dan
kawasan permukiman baru.
Area komersil merupakan area d. Pada permukiman/perumahan nela-
seluas 1 hektar yang ditata dan yan harus dilakukan upaya penataan
dikembangkan dengan tujuan komersil dan perbaikan untuk meningkatkan
yaitu untuk water sport, wisata city view kualitas lingku-ngan dan kawasan.
(Bappeda, 2005) serta perdagangan Penempatan perumahan nelayan
olahan hasil laut nelayan dan masyarakat baru hendaknya disesuaikan dengan
lokal. Dengan ikon watch tower/menara potensi sumber daya sekitar dan
pantau berciri khas khusus yang “mar-ket” hasil budidaya perikanan.
dijadikan sebagai landmark kawasan. e. Program pemanfaatan kawasan
Bangunan Menara Pantau terins- yang dapat diterapkan untuk kawa-
pirasi dari bentuk rumah tradisional Biak san permukiman penduduk asli
Rumsram dengan model atap berundak, (lama) antara lain: revitalisasi /pena-
seperti model bangunan kantor gubernur taan bangunan, penye-diaan utilitas,
dan Mapolda Papua Barat, bangunan penanganan sarana air bersih, air
ditopang empat pilar beton berbentuk limbah dan persampahan, penyedia-
tifa dengan motif ukiran khas Papua, an dermaga perahu, serta pemeliha-
dihiasi busur dan anak panah pada sisi raan drainase.
bangunan. Menara ini juga berfungsi f. Program pemanfaatan kawasan
sebagai gerbang kawasan. yang dapat diterapkan untuk ka-
Pujasera dan Cafe Terapung, wasan permukiman baru antara lain:
berada di area watersport dibangun penataan bangunan dengan memberi
dengan model teras cafe berkonsep ruang untuk public access ke badan
pujasera khusus makanan. Dimaksudkan air, pengaturan pengambilan air

140
CASSOWARY Volume 2 (2): 128 - 146

tanah, rekla-masi, pengaturan batas penghi-jauan sempadan, dan lain-


sempadan dari badan air, program lain.

Gambar 3. Desain Menara pantau sebagai ikon kawasan Padarni

Gambar 4. Desain Bangunan Hunian dan Jarak antar bangunan meminimalisir resiko
kebakaran serta untuk sirkulasi dan kenyamanan penghuni.

Gambar 5. Desain ruang publik serba guna dan Ruang Terbuka serbaguna

Area Permukiman merupakan Bangunan type 45 dengan model berpa-


area khusus permukiman dengan sifat sangan disesuaikan dengan karakteristik
bangunan non permanen dan dibangun penduduk dan tingkat kebutuhan (Simo-
sesuai standar kelayakan bangunan. rangkir, 2018). Bangunan dikhususkan

141
CASSOWARY Volume 2 (2): 128 - 146

untuk nelayan dengan arah hadap pengangkut atau ketempat penampungan


bangunan ke laut dan darat dengan 2 sementara.
jenis parkiran kapal yaitu yang Sistem Pengelolaan Air Limbah
terlindungi (di dalam dermaga) dan tidak Domestik (SPAL) setempat berkapasitas
terlindungi (di luar) untuk akses yang 760 m3 (190 m3 x 4) berada di area
lebih cepat atau untuk kapal nelayan taman untuk memudahkan pengang-
berbadan besar. Pengembangan masa kutan serta pemeliharaan/kontrol dimana
bangunan tidak diperbolehkan dengan standar kebutuhan 200 rumah 180 m3
batasan jembatan titian terluar dan luar sesuai Pedoman SPALD-Permukiman
talud dari kawasan. (Iskandar, 2016). Desain Pipa Jaringan
Dengan luas kurang lebih 1,2 air bersih dan saluran pembuangan air
hektar, kawasan permukiman didesain limbah terletak di bawah jembatan
mengikuti garis pantai yang terbagi titian/jerambah untuk penataan jaringan
menjadi 2 blok hunian total 80 rumah (1 yang baik serta memudahkan dalam
blok terdapat 40 rumah), dengan masing pemeliharaan. Penyelenggaraan penge-
masing blok dibangun hunian model lolaan air limbah domestik bertujuan
berpasangan. Untuk akses kawasan untuk meningkatkan akses pelayanan air
diarahkan untuk ditata menjadi lurus limbah domestik yang ramah lingku-
menghubungkan jalan utama lebar jalan ngan, sehingga tercapai peningkatan
lingkungan minimal 3 meter dan jalan kualitas kehidupan masyarakat dan
jerambah (titian) 2 meter dengan pem- lingkungan yang lebih baik dan sehat
batas, serta pembangunan jalan inspeksi (Iskandar, 2016).
yang juga berfungsi sebagai jalan
lingkungan di sepanjang talud. PENUTUP

C. Fasilitas dan Utilitas Kesimpulan


Terdapat dua open space /area Dari hasil pengamatan dan
terbuka, (luas: 240 m2 x 2) di area analisis dapat diambil beberapa kesim-
permukiman nelayan untuk kegiatan pulan yaitu:
warga, yang dapat digunakan berbagai
keperluan. Semisal memperbaiki jaring, 1. Kawasan pesisir Padarni merupa-
menjemur ikan, pertemuan warga, dan kan dataran rendah yang peng-
bersosialisasi. Fasilitas publik lainnya gunaan lahannya didominasi hu-
berupa taman atau ruang terbuka multi nian dengan pola permukiman linier
fungsi, seluas 5.000 m2 sebagai tempat mengikuti garis pantai dan jalan.
bersosialisasi, bermain anak, tempat Penduduknya bekerja sebagai nela-
berolah raga, penyelenggaraan kegiatan, yan dan sektor swasta dan merupa-
titik kumpul dan tempat evakuasi untuk kan pendatang dari beberapa daerah
keadaan darurat. diantaranya dari Buton, Biak,
Wondama dan lainnya. Memiliki
Untuk penerangan jalan lingku- rata-rata kepadatan penduduk tinggi
ngan digunakan energi ramah lingku- (rata-rata 280 jiwa/ha) dan luas
ngan yaitu lampu Light Emitting Diode hunian rata-rata di atas 51 m2
(LED) bertenaga surya, sedang persam- (73%).
pahan menggunakan tempat sampah 2. Kawasan pesisir Padarni memi-liki
portable agar memudahkan pengumpu- daya dukung lahan yang terbatas
lan sampah menuju kekendaraan namun memiliki potensi sumber-
daya manusia dan pengembangan

142
CASSOWARY Volume 2 (2): 128 - 146

sektor wisata. Karakteristik pendu- tiga pelaku utama yaitu, pemerintah,


duknya masih membawa sifat dan masya-rakat dan pihak ketiga/mitra.
perilaku ke-hidupan daerah asal, Agar penanganan kumuh tidak
kondisi fisik bangunan dan ling- hanya berhenti dipenataan kawasan
kungan kurang baik (bangunan non saja namun juga memperta-hankan
permanen) dan tidak beraturan, kondisi tersebut (tertatanya kawa-
kerapatan bangunan dan penduduk san) sekaligus meningkatkan poten-
tinggi serta merupakan daerah yang si-potensi lainnya dari kawasan.
beresiko bencana gempa, suna-mi, 2. Peningkatan kualitas kawasan ku-
dan kebakaran. muh dapat dilakukan secara
3. Bertipologi kawasan kumuh di atas bertahap sesuai kemampuan dae-rah
air, 7,8 Ha kawasan pesisir Padarni didasarkan skala prioritas penanga-
termasuk dalam kategori kumuh nan kawasan yang telah dinilai oleh
berat dan 8,7 Ha kumuh sedang. pemerintah daerah. Perlunya men-
Perubahan penggunaan lahan seba- cari alternatif sumber pendanaan
gian besar dimotivasi oleh aspek program diluar APBD, seperti
sosial budaya (kekerabatan dan kemitraan dengan swasta terutama
kesukuan) dengan luas penyim- kontraktor, pengembang peruma-
pangan lahan ter-hadap tata ruang han, dan perusahaan.
mencapai 8,17 Ha.
4. Penyebab kondisi kekumuhan ka- DAFTAR PUSTAKA
wasan pesisir Padarni adalah
karakteristik sosial budaya, urba- Adisasmita, R. (2006). Pembangunan
nisasi, keterbatasan lahan, kemu- Pedesaaan dan Perkotaan, Edisi.
dahan akses, prasarana dan sara-na, Yogyakarta: Graha ilmu.
serta kurang tegasnya kebija-kan
pemerintah. Ahmad, N. (2006). Manajemen Perko-
5. Arahan Peningkatan kualitas ka- taan. Yogyakarta: Sinergi Publi-
wasan permukiman kumuh pesi-sir shing.
Padarni terbagi menjadi tiga tahapan
utama yaitu kajian kebu-tuhan Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian:
kawasan dan pengumpulan infor- Suatu pendekatan Praktik. Jakarta:
masi, peningkatan kualitas kawasan PT. Rineka Cipta.
permukiman kumuh dan pencega-
han kumuh. Bappeda. (2005). Teluk Sawaybu
6. Desain penataan kawasan Permuki- Waterfront Development. Manok-
man kumuh pesisir Padarni diarah- wari: Bappeda Kabupaten Manok-
kan untuk menjadikan kawasan wari.
pesisir Padarni sebagai kawasan
permukiman dan komersial dalam Baun, P. I. (2008). Thesis; Kajian
Konsep Teluk Sawaybu-Waterfront Pengembangan pemanfaatan ruang
Development. terbangun dikawasan pesisir kota
Kupang. Semarang: Universitas
Saran Diponegoro.
1. Upaya penanganan kawasan kumuh
memerlukan kerjasama yang terpa- Budianto, H. T. (2001). Urbanisasi
du, intensif dan konsisten dari dalam interaksi keruangan kota.
berbagai sektor (multiaspek) oleh

143
CASSOWARY Volume 2 (2): 128 - 146

Jakarta: Universitas Indonesia Cipta Karya. Jakarta: KEMEN-


Press. PUPERA.

Budiharjo, E. (2009). Perumahan dan Kodoatie, R. J. (2010). Tata Ruang Air.


Permukiman di Indonesia. Ban- Yogyakarta: Andi Offset.
dung: Alumni.
Koester, R. H. (2001). Dimensi Kerua-
Djumiko. (2010). Identifikasi Ciri-Ciri ngan Kota. akarta.: Universitas.
Perumahan Di Kawasan Pesisir
Kasus Kelurahan Sambuli Dan Koeswahyono., H. d. (2008). Aspek
Todonggeu Kecamatan Abeli Kota Kebijaksanaan Hukum Penatagu-
Kendari. Jurnal Teknik Sipil dan naan Tanah dan Penataan Ruang.
Arsitektur Vol 7, No 11, 11. Jakarta : Sinar Grafika.

Eko, T. (2012). Perubahan Penggunaan Koeswahyono., H. d. (2008). Aspek


Lahan dan Kesesuaiannya Ter- Kebijaksanaan Hukum Penatagu-
hadap RDTR di Wilayah Peri- naan Tanah dan Penataan Ruang.
Urban (Studi Kasus: Kecamatan Jakarta: Sinar Grafika.
Mlati). Jurnal Perencanaan
Wilayah dan kota Vol 8, No 4 KOTAKU. (2018). Rencana Tindak
(2012): UNDIP Semarang, 4. Penataan Lingkungan Permuki-
man. Manokwari: Kelurahan
Firmansyah, F. (2013). Pengindraan Padarni.
Jauh Untuk Evaluasi Penggunaan
Lahan. Seminar Nssional Pendaya- Kuswartojo, T. (2005). Perumahan dan
gunaan Informasi Geospasial (hal. permukiman di Indonesia. ITB:
164-169). Surabaya : FTSP-ITS. Bandung.

Haryadi dan B Setyawan. (2000). Peraturan Daerah Kab Manokwari No 10


Arsitektur Lingkungan dan tahun 2003 tentang Bangunan
Perilaku Teori, Metodologi dan Gedung. Manokwari: Pemerintah
Aplikasi. Jakarta: Proyek Kab. Manokwari.
Pengembangan Pusat Studi
Lingkungan Direktorat Pendidikan Kabupaten Manokwari Dalam Angka
Tinggi Departement Pendidikan & Tahun 2017. Manokwari: BPS.
Kebudayaan.
Mardhani, H. (2012). Penanganan Ka-
Jayadinata, J. T. (1999). Tata Guna wasan permukiman kumuh tepi
Tanah dalam Perencanaan. sungai Barito Puruk Cahu. Jurnal
Pedesaan Perkotaan dan Wilayah. Perspektif Arsitektur Volume 7 /
Bandung: Institut Teknologi No.2, Desember 2012, 27.
Bandung.
Muchsin, I. K. (2008). Aspek kebijak-
Kamus Tata Ruang edisi I. Jakarta: sanaan, hukum penatagunaan
Departemen Pekerjaan Umum. tanah & penataan ruang. Jakarta:
KEMENPUPERA. (2016). Lapo- Sinar Grafika.
ran Kinerja Direktorat Jendral

144
CASSOWARY Volume 2 (2): 128 - 146

Mulyono, S. (2006). Penatagunaan No. 28/2002 tentang bangunan


Tanah sebagai Sub Sistem dari gedung.
Penataan Ruang. Yoyakarta:
Aditya media,. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
2 Tahun 2016 Tentang Pening-
Mulyono, S. (2012). Tata Guna Tanah katan Kualitas Terhadap Peruma-
dan Penyerasian Tata Ruang. han Kumuh dan Permukiman
Surabaya.: Pustaka Pelajar. Kumuh.

Otto, S. (1991). Ekologi, lingkungan Profil Kelurahan Padarni Tahun 2016.


hidup dan pembangunan. Ban- Manokwari: Kelurahan Padarni.
dung: Djembatan.
Pamekas, R. (2013). Pembangunan dan Ridwan, M. (2017). Skripsi; Arahan
pengelolaan infrastruktur kawasan penataan kawasan Tepi Air (Water
permukiman. Bandung: Dunia Front) Sungai Musi Sebagai
Pustaka Jaya. Kawasan Pariwisata. Bandung:
universitas pasundan. Diakses dari
Prakoso, A. A. (2017). Arahan pengem- http://repository.unpas.ac.id/2900
bangan Kawasan wisata sungai 4/
Musi Kota Palembang. Jurnal
Arsitektur dan Perencanaan, Vol. Rokhmin Dahuri . (2001). Pengelolaan
1, No. 1, Desember 2017, 1-10. Sumber Daya Wilayah Pesisir dan
Diakses dari https://ejournal. Lautan Secara Terpadu. Bogor:
unisayogya.ac.id. Pradnya Paramita. RTRW Kab.
Manokwari Tahun 2013-2033.
Prasetyo, B. &. (2006). Metode
penelitian kuantitatif: teori dan Manokwari: Bappeda Kab Manokwari.
aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Sadana, A. (2014). Perencanaan
Persada. Kawasan Perumahan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Permen PU No.29 Tahun 2006 Tentang
pedoman persyaratan teknis ba- Samadhi, N. (2004). Perilaku dan Pola
ngunan gedung. Ruang. Malang: LPPM TPWK
ITN Malang. Simorangkir, E.
Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun (2018, April 2). https://finance.
2010 Tentang Penataan Ruang. detik.com/properti/d-3948964/
pupr-tambah-kriteria-rumah-
Peraturan Pemerintah Indonesia No. 66. layak-huni-ke-tipe-45.Diakses dari
Tentang Kesehatan Lingkungan. detik.com.

PermenPUPERA Nomor 25 Tahun 2014 SNI 03-1733-2004. Tata cara


Tentang Penyelenggaraan data dan perencanaan lingkungan peruma-
informasi Geospasial Infrastruktur han perkotaan, 19-20.
Bidang Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat. Sugiharto E, S. I. (2013. ). Studi Tingkat
Kesejahteraan Masyarakat Nela-
Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 yan di Kampung Gurimbang
tentang peraturan pelaksanaan UU Kecamatan Sambaliung Kabupa-

145
CASSOWARY Volume 2 (2): 128 - 146

ten Riau. Jurnal Ilmu Perikanan Undang Undang No. 26 tahun 2007
Tropis, 50-62. Tentang Penataan Ruang .

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Utami, W. (2012). Skripsi : Keterkaitan


Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Pola Pergerakan Transportasi Pada
Bandung: CV Alfabeta. Jaringan Jalan Terhadap Perkem-
bangan Wilayah di Kecamatan De-
Suryanto. (2009). Thesis: Daya dukung langgu Kabupaten Klaten. Sema-
lingkungan daerah aliran sungai rang: Universitas Sebelas Maret.
untuk pengembangan kawasan
permukiman. Semarang: Universi- Wiwik Wahidah Osman, A. P. (2013).
tas Diponegoro. Konsep Tata Bangunan pada
Permukiman Padat di Kawasan
Sutedi, A. (2011). Hukum Perizinan Pesisir Pantai, Studi Kelurahan
Dalam Sektor Pelayanan Publik. Cambaya Kecamatan Ujung Tanah
Jakarta: Sinar Grafika. Sistem Kota Makassar. Temu Ilmiah
Pengelolaan Air Limbah Domestik Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan
terpusat Skala Lingkungan. Ja- Indonesia (hal. F-42). Makasar:
karta: Ditjen Cipta Karya-DIt Fakultas Teknik Universitas Hasa-
PPLP. nuddin,.

Trigus Eko, S. R. (2012). Perubahan Wiwik, W. (2011). Studi Potensi Ling-


Penggunaan Lahan dan Kesesu- kungan Pemukiman Kumuh di
aiannya terhadap RDTR di Kampung Kota. Jurnal Jurusan
Wilayah Peri-Urban Studi Kasus: Arsitektur FTSP-ITATS, 29-33.
Kecamatan Mlati. Jurnal Pemba-
ngunan Wilayah dan Kota, 331. Yunus, H. S. (2002). Struktur Tata Ru-
ang Kota. Yogyakarta: Pustaka
Ucok Heriady Ridwan, S. R. (2012). Pelajar.
Kualitas Lingkungan Permukiman Yunus, H. S. (2008). Dinamika Wilayah
Masyarakat Suku Bajo di Daerah Periurban. Yogyakarta: Pustaka
yang Berkarakter Pinggiran Kota Pelajar.
dan Daerah Berkarakter Pedesaan
di Kabupaten Muna. Jurnal Zahnd, M. (2006). Perancangan kota
Pembangunan Wilayah Dan Kota terpadu, Teori Perancangan Kota
Vol. 8, 118-125. dan Penerapannya. Edisi revisi.
Yogyakarta.: Kanisius.
Undang-undang No. 27 tentang Penge-
lolaan Wilayah Pesisir dan Pulau- Zulkaidi, D. (1999). Pemahaman Peru-
Pulau Kecil. Undang-Undang No. bahan Pemanfaatan Lahan Kota
1 Tentang Perumahan dan Sebagai Dasar bagi Kebijakan
Kawasan Permukiman. Penanganannya. Jurnal PWK., 1.

146

Anda mungkin juga menyukai