Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PERBEDAAN PENDAPAT DI KALANGAN ULAMA TENTANG JUAL BELI ‘INAH


Disusun untuk memenuhi tugas Perbandingan Fiqh Muamalah
Dosen pengampu : Drs. Aliyudin, M.Ag.

Disusun Oleh

Fera Apriani 1203040034

Semester 3 / A

JURUSAN PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT., shalawat serta salam semoga
selalu terlimpah curahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.,beserta
keluarganya dan para pengikutnya yang setia sampai akhir zaman.

Alhamdulillah atas rahmat dan hidayah Allah swt. saya dapat menyelesaikan tugas
makalah dengan judul “Perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang jual beli ‘inah” .
Apabila terdapat di dalamnya kekurangan dan kesalahan dalam penjelasannya mohon
dimaklum karena saya adalah insan yang sangat jauh dari kata sempurna.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perbandingan Fiqh
Muamalah dengan harap semoga Dosen pengampu bpk. Drs. Aliyudin, M.Ag. dapat
memberikan kritik dan saran agar makalah ini penuh dengan pelajaran yang dapat diambil,
sehingga bisa menjadi cermin untuk tugas berikutnya, dan saya ucapkan terimakasih atas
bimbingan bapak semoga bapak dapat memberikan keikhlasan dalam membimbing agar saya
mendapatkan kemanfaatan ilmu yang bisa menuntun saya ke jalan yang diridhoi Allah SWT.

Bandung, 20 Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................................4
C. TUJUAN MASALAH....................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. Pengertian Jual Beli Innah.........................................................................................................5
B. Pendapat Ulama tentang Jual Beli Model Innah......................................................................5
BAB III.................................................................................................................................................7
PENUTUP............................................................................................................................................7
A. Kesimpulan..............................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masalah jual beli ‘inah adalah masalah klasik yang secara tidak sengaja terus
berkembang hingga saat ni. Di mana jual beli ‘inah ini merupakan hillah atau rekayasa
perdagangan yan bertujuan untuk meraup keuntungan semata. Rasulullah saw.
melarang jual beli ‘inah karena terdapat unsur riba yang merugikan pihak lain.
Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda : “Apabila kalian telah berjual beli dengan cara
al-‘inah dan kalian telah ridha dengan perkebunan dan kalian lebih mengambil ekor-ekor
sapi dan kalian meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kepada kalian suatu
kehinaan yang (Allah) tidak akan mencabutnya sampai kalian kembali kepada agama
kalian.” (H.R. Abu Daud). Hadits tersebut menginsyaratkan bahwa Rasulullah saw
melarang jual beli ‘inah, diungkapkan oleh beliau bahwa akibat bagi pelaku jual beli ‘inah
ini adalah kehinaan yang tidak pernah dilepaskan oleh Allah swt.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari jual beli innah ?
2. Bagaimana pendapat para ulama tentang jual beli innah ?

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian dari jual beli innah.
2. Untuk mengetahui pendapat para ulama tentang jual beli innah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Jual Beli Innah

Secara bahasa al-‘inah berarti pinjaman, dan dalam kamus disebut ‘ayyana berarti
melakukan ‘inah atau hutang, yaitu dengan cara pedagang menjual barang dengan harga
tangguh, lalu membelinya dengan bayar tunai dengan harga yang lebih rendah. Menurut
terminology ilmu fiqh, ‘inah artinya jual beli manipulatif untuk digunakan alasan
peminjaman uang yang dibayar lebih dari jumlahnya. Yakni dengan cara menjual barang
dengan pembayaran tertunda, lalu membelinya kembali secara kontan dengan harga
lebih murah. Jual beli ‘inah merupakan praktik jual beli yang dilakukan oleh seorang
penjual sedangkan ‘inah merupakan sebuah penjualan dimana seorang pembeli
membeli barang dari seorang penjual dengan harga yang telah ditentukan secara kredit
dan kemudian barang tersebut dijual kembali oleh si pembeli kepada penjual aslinya
dengan harga yang lebih rendah dari pada harga beli sebelumnya. Dari penjelasan
tersebut dapat dipahami bahwa sebetulnya motif pembeli adalah mendapatkan uang
tunai namun mempergunakan barang sebagai perantara untuk mendapatkan uang tunai
tersebut.

B. Pendapat Ulama tentang Jual Beli Model Innah

Imam Syafii dan Imam Hambali berpendapat bahwa jual beli dengan cara innah
bahwasanya boleh, walaupun makruh.

Jual beli dengan cara innah (menjual barang dengan harga tertentu secara kredit,
lalu penjual itu membelinya dari pembelinya secara kontan dengan harga yang lebih
rendah), penjualan dengan cara demikian tidak diperbolehkan, berbeda dengan halnya
jika pembelinya menjual barang itu kepada orang lain lalu dibeli oleh pembeli pertama,
maka penjualan demikian hukumnya boleh.
Sedangkan pendapat Imam Syafiiyah yang membolehkannya ba’I al-‘inah jika terjadi
dua akad jual beli yang terpisah dan tidak diperjanjikan atau dikaitkan (muallaq).
Sebagaimana ungkapan Imam Syafii dalam al-Umm : “kita menyerahkan niat-niat
mereka kepada Allah swt.” Tetapi jika kedua akad tersebut diperjanjikan, maka menurut
syafii ba’I al-‘inah itu tidak dibolehkan, karena dengan diperjanjikan sudah diketahui
maksud pembeli adalah uang bukan barang.

Oleh karena itu, sesungguhnya ba’I al-‘inah itu dilarang, baik menurut jumhur
ataupun menurut syafi’iyah karena substansi kedua praktik tersebut adalah pinjaman
berbunga.

Imam Hanafi berpendapat bahwa konsep al-‘inah dihukumi fasid / rusak atau dikenal
saat ini batal demi hukum karena jual beli seperti ini dianggap sebagai suatu cara untuk
menuju riba sebagaimana dua harga yang berbeda yang mana salah satunya
mendapatkan keuntungan lebih yang dianggap sebagai bunga. Selain itu, Imam Hanafi
mengatakan bahwa transaksi dikatakan fasid jika kedua belah pihak antara penjual dan
pembeli tidak melibatkan pihak ketiga sebagai pihak perantaranya.

Imam Maliki dan Imam Hanbali berpendapat bahwa transaksi jual beli ini juga
dikatakan batal atau tidak sah, berdasarkan saddudz dzarii’ah.

Muhammad seorang tabi’in berpendapat bahwa jual beli seperti ini adalah makruh
namun lebih condong ke arah riba karena dia mengatakan “posisi jual beli ini dalam hati
saya bagaikan gunung-gunung hina yang dibuat oleh pemakan riba.”
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jual beli ‘inah merupakan sebuah penjualan dimana seorang pembeli membeli
barang dari seorang penjual dengan harga yang telah ditentukan secara kredit dan
kemudian barang tersebut dijual kembali oleh si pembeli kepada penjual aslinya dengan
harga yang lebih rendah daripada harga beli sebelumnya. Dan para ulama banyak yang
mengharamkan hal ini karena transaksi ini menjurus ke dalam riba.
DAFTAR PUSTAKA

Nahrawi, Al-Imam Asy Syafi’I fi Madzhabihi Al-adim wa al-jadid, Jakarta:Yayasan An-Nahrawi,


1994.

Anda mungkin juga menyukai