Business: Model Canvas
Business: Model Canvas
BUSINESS
MODEL CANVAS
PENERAPANNYA PADA INDUSTRI
JASA PERTAMBANGAN BATUBARA
DI INDONESIA
PT. KARYA
MANUNGGAL
LITHOMAS
Aditya Wardhana
BUSINESS
MODEL CANVAS
PENERAPANNYA PADA INDUSTRI
JASA PERTAMBANGAN BATUBARA
DI INDONESIA
Aditya Wardhana
Bandung, 2014
1 Jil., 83 Halaman, 18,2 x 25,7 cm
ISBN: 978-602-99118-6-2
(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu
Ciptaan atau memberikan izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara masing-masing
paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta
rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
BUSINESS MODEL CANVAS
KATA
PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena
berkat dan rahmat-NYa maka buku “Business Model Canvas: Penerapannya Pada
Industri Jasa Pertambangan Batubara di Indonesia” ini akhirnya dapat
dipersembahkan. Penyusunan buku hasil riset ini dilakukan dalam rangka
meningkatkan kemampuan dan wawasan mahasiswa terhadap teori dan aplikasi
praktis Model Bisnis khususnya Model Bisnis Canvas sebagai salah satu matakuliah di
perguruan tinggi yang disusun berdasarkan kajian penelitian empiris yang dilakukan
oleh Penulis.
Buku ini terdiri dari 7 bab, yang merupakan hasil penelitian empiris dimana terdiri dari
pendahuluan, konsep teori, penelitian-penelitian terdahulu yang sejenis, kerangka
pemikiran, dan hasil penelitian yang dilakukan.
Penulis
v
BUSINESS MODEL CANVAS
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Bab I Pendahuluan........................................................................................... 1
Bab VII Pengujian Business Model Canvas Bisnis Jasa Batubara di Indonesia...... 77
Daftar Pustaka...................................................................................................... 83
vii
BUSINESS MODEL CANVAS
DAFTAR GAMBAR
1.1 Penghasil Batubara Terbesar Dunia 1
1.2 Produksi Batubara Indonesia dan Proyeksinya 2
1.3 Peta Lokasi Penyebaran Sumber Daya dan Cadangan Batubara -
di Indonesia 3
1.4 Proses Bisnis Jasa Eksplorasi Tambang Batubara 4
1.5 Proses Bisnis Jasa Produksi Batubara 4
1.6 Keadaan Perdagangan Batubara di Dunia 9
1.7 Keadaan Perdagangan Batubara di Indonesia 9
1.8 Model Bisnis Canvas 10
2.1 Business Model Canvas 20
2.2 Value Proposition 22
2.3 Customer Segments 24
2.4 Customer Relationship 25
2.5 Channels 26
2.6 Cost Structure 26
2.7 Revenue Stream 27
2.8 Key Activities 27
2.9 Key Partnership 28
2.10 Key Resources 28
2.11 Format Business Model Canvas Berfokus Service Delivery 29
2.12 Hubungan Antar Elemen Business Model Canvas 32
4.1 Kerangka Pemikiran 42
5.1 Diagram Kegiatan Eksplorasi 43
5.2 Prosentase Ruang Lingkup Bisnis Jasa Eksporasi Batubara 46
5.3 Kegiatan Bisnis Jasa Kontraktor Batubara 51
5.4 Struktur Pembiayaan dalam Bisnis Jasa Kontraktor Batubara 52
5.5 Sistem Kontraktor Tambang Batubara 53
5.6 Subsistem Tambang Batubara Terbuka 53
5.7 Kegiatan Kontraktor Tambang Batubara 53
5.8 Pangsa Pasar Bisnis Jasa Kontraktor Tambang Batubara 56
5.9 Bisnis Jasa Perdagangan Batubara 62
5.10 Business Flow Perdagangan Batubara 62
5.11 Perkembangan Harga Batubara Acuan Indonesia (USD) 63
5.12 Perkembangan Produsen Batubara Terbesar di Indonesia (USD) 63
5.13 Sembilan Pemasok Batubara Terbesar ke PLN 64
5.14 Kegiatan Bisnis Jasa Trasnportasi Batubara 67
5.15 Transportasi Menggunakan Truck Pengangkut Batubara 68
5.16 Pangsa Pasar Merek Truck Pengangkut Batubara 68
ix
BUSINESS MODEL CANVAS
x
BUSINESS MODEL CANVAS
DAFTAR TABEL
1.1 Produsen, Ekportir, dan Importir Batubara Dunia 2
1.2 Penggunaan Batubara Dunia untuk Pembangkit Listrik 3
1.3 Proses Bisnis Jasa Pertambangan Batubara 5
1.4 Provinsi Penghasil Batubara di Indonesia 7
2.1 Definition of Business Model 13
3.1 Penelitian Terdahulu yang Sejenis 34
5.1 Valuasi Potensi Pasar Bisnis Jasa Ekplorasi di Indonesia 46
5.2 Perusahaan Pelaku Bisnis Eksplorasi 47
5.3 Valuasi Bisnis Jasa Eksplorasi Batu Bara
(Potensi Proyeksi Pasar untuk Drilling/ Logging) 48
5.4 Valuasi Bisnis Jasa Eksplorasi Batu Bara
(Proyeksi Wilayah Potensial untuk Eksplorasi) 48
5.5 Valuasi Resiko Bisnis Jasa Eksplorasi Batu Bara 49
5.6 Valuasi Keuangan Jasa Eksplorasi Batubara 50
5.7 Valuasi Resiko Bisnis Jasa Kontraktor Tambang Batubara 58
5.8 Valuasi Keuangan Bisnis Jasa Kontraktor Tambang Batubara 59
5.9 Valuasi Resiko Bisnis Jasa Perdagangan Batubara 65
5.10 Valuasi Keuangan Jasa Perdagangan Batubara 66
5.11 Valuasi Resiko Bisnis Jasa Transportasi Batubara 70
5.12 Valuasi Keuangan Jasa Transportasi Batubara 71
7.1 Notasi Parameter dan Variabel 81
xi
BUSINESS MODEL CANVAS
Bab I
PENDAHULUAN
Perkembangan Bisnis
Jasa Pertambangan Batubara
Batubara termasuk salah satu bahan bakar fosil yang terbentuk dari endapan sisa-sisa
tumbuhan organik. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.
Pembentukan batubara dimulai sejak periode pembentukan karbon yang
berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Dilihat dari
pengelolaannya, batubara merupakan sumber daya alam yang diekstraksi dari dalam
perut bumi dengan potensi kerusakan lingkungan yang tinggi.
Cadangan batubara dunia berjumlah sekitar 861 milyar ton batubara. Rasio cadangan
dibagi produksi tahun 2013 menyisakan umur eksploitasi 110 tahun. Cadangan
batubara terbanyak berada di wilayah Eropa, Asia Pasifik, dan Amerika Bagian Utara.
Negara yang memiliki cadangan batubara terbesar adalah Amerika Serikat, Rusia,
Cina, Australia, dan India. Cadangan batubara Indonesia hanya sekitar 0,5 % dari
cadangan batubara dunia.
Indonesia merupakan salah satu penghasil batubara terbesar di dunia. Pada tahun
2013 produksi bataubara Indonesia mencapai 489 juta ton. Gambar berikut ini
menunjukkan posisi Indonesia sebagai penghasil batubara terbesar dunia.
Sumber:
Wood Mackenzie Coal Supply Service, ANZ,
December 2013
1
BUSINESS MODEL CANVAS
2
BUSINESS MODEL CANVAS
3
BUSINESS MODEL CANVAS
Proses bisnis jasa pertambangan batubara umumnya dibagi kedalam dua tahap yaitu
tahap eksplorasi (penemuan lokasi tambang batubara potensial) dan tahap produksi
(dimulai dari tahap konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan, penjualan, dan kegiatan pasca tambang atau reklamasi tambang)
dapat digambarkan sebagai berikut:
4
BUSINESS MODEL CANVAS
Proses bisnis jasa pertambangan batubara dapat dijelaskan pada tabel berikut ini:
5
BUSINESS MODEL CANVAS
(18) technical mining & processing; (19) kajian hydrology, community development/
corporate social responsibility, Safety/K-3/OSHAS; (20) heavy equipment inspection;
(21) lingkungan/ ISO-14000; (22) kajian teknologi pengelolaan & pemurnian; (23)
kajian material balance; (24) PMT untuk pemurnian & pengolahan; (25) inspeksi
peralatan pemurnian & pengolahan (crusher, conveyor plant, washer plant, smelter
plant, pipe installation, jembatan timbang); (26) survey transportasi & transhipment,
(27) kajian oceanography, (28) penyusunan port master plant, (29) kajian
pemasangan alat ukur; (30) trade consultancy; (31) pelaksanaan pasca tambang; (32)
kajian kelayakan harga; (33) penyusunan database produksi & penjualan nasional;
(34) pengawasan kegiatan eksplorasi; (35) pengawasan kegiatan tambang; (36)
pengawasan hasil produksi; (37) pengawasan pelaksanaan K-3; (38) pengawasan
pelaksanaan aspek lingkungan; (39) pengawasan pelaksanaan community
development/corporate social responsibility; (40) pengawasan hasil & kegiatan
pemurnian & pengolahan; (41) pengawasan pelaksanaan transportasi; (42)
pengawasan hasil penjualan; (43) pengawasan hasil produksi & penjualan
sehubungan dengan penerimaan Negara; (44) pengawasan pelaksanaan pasca
tambang; (45) production & quality control; (46) independent superintending; (47)
stockpile management; (48) coal mine management services; (49) eksploration
survey; (50) safety management; (51) environmental management, dan lain
sebagainya.
6
BUSINESS MODEL CANVAS
Daerah penghasil batubara dan cadangan batubara di Indonesia dapat diuraikan pada
tabel berikut ini:
7
BUSINESS MODEL CANVAS
Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor utama batubara dunia dan sekaligus
pula sebagai pengguna batubara untuk kebutuhan domestik yang cukup besar.
Negara tujuan ekspor batubara Indonesia adalah India, Jepang, Korea, Taiwan, dan
China. Ekspor batubara Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan volume ekspor
yang cenderung menurun yang disebabkan karena krisi ekonomi dunia yang melanda
sejak tahun 2008. Hal ini sebagaimana tampak pada gambar berikut:
Dari gambar diatas tampak bahwa Amerika Serikat, Eropa Barat, Eropa Timur, India,
Cina, Jepang, Korea, dan Taiwan merupakan negara importir batubara dunia,
Sedangkan Indonesia, Australia, Afrika Selatan, Columbia dan Rusia, dan Cina
merupakan negara eksportir batubara dunia. Cina bertindak sebagai eksportir dan
importir batubara dunia.
8
BUSINESS MODEL CANVAS
khususnya pada beberapa sektor industri seperti pembangkit listrik, industri semen,
industri pengolahan logam, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, perusahaan jasa
Gambar 1.7
Keadaan Perdagangan
Batubara di Indonesia
Sumber: Kementerian
ESDM
9
BUSINESS MODEL CANVAS
Bila dilihat dari sejarahnya, bisnis jasa pertambangan batubara mulai berkembang
sejak awal berkembangannya industri pertambangan batubara. Perusahaan jasa
pertambangan batubara dipakai oleh para pemegang konsesi karena mereka
memiliki pengalaman dan peralatan tambang yang menjadi kunci dari kegiatan bisnis
jasa pertambangan selain tenaga ahli dan tenaga operator. Banyak pasar untuk jasa
pertambangan masih dikuasai oleh perusahaan-perusahaan tertentu saja. 70%
perusahaan jasa pertambangan batubara belum mampu memaksimalkan
keuntungan yang diperolehnya yang disebabkan karena mereka belum memetakan
sistem bisnis jasa pertambangan batubara dengan tepat sehingga formulasi strategi
bisnis menjadi belum efektif. Sebagian besar perusahaan jasa pertambangan
batubara belum menyadari arti penting dari suatu model bisnis yang terintegrasi
(segmen konsumen, perusahaan mitra bisnis, sumber daya yang dimiliki, dan
aktivitas kunci) yang mampu meningkatkan nilai bagi pelanggan melalui serangkaian
program kerelasian pelanggan dan distribusi yang pada akhirnya mampu
memaksimumkan pendapatan usaha dan mengendalikan biaya secara efisien.
10
BUSINESS MODEL CANVAS
11
BUSINESS MODEL CANVAS
Bab II
BISNIS MODEL
Pengertian Business Model
Model bisnis menjadi topik yang semakin populer sejalan dengan perkembangan
internet sebagai pondasi bisnis pada pertengahan tahun 1990 (Demil & Lecocq,
2010). Pada prinsipnya model bisnis didasarkan pada strategi bisnis dan berbagai
topik yang terkait dengan strategi bisnis (Camison & Lopez, 2010; Casadesus & Ricart,
2010; McGrath, 2010; Morris et al., 2005), namun belum ada kesepakatan definisi
yang sama tentang apa yang dimaksud dengan model bisnis (Zott et al., 2011).
Berbagai definisi model bisnis yang dikemukakan berhubungan dengan proses
penciptaan nilai (e.g.: Zott et al, 2001; Camison & Lopez, 2010; Chesbrough, 2010;
Demil & Lecocq, 2010; Dubosson et al., 2002; Gambardella & McGahan, 2010; Morris
et al., 2005; Ostwalder et al., 2005; Rappa, 2010; Teece, 2010; Wirtz et al., 2010).
Bisnis model didefinisikan sebagai suatu gambaran yang rasional terkait usaha
organisasi dalam menciptakan, menghantarkan, dan menangkap nilai. Bisnis model
memiliki sembilan dimensi yang dikenal sebagai 'Business Model Canvas' (Ostwalder
& Pigneur, 2010:18). Sedangkan Wheelen & Hunger (2010:110) mendefinisikan
model bisnis sebagai metode yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan
uang di lingkungan bisnis dimana perusahaan beroperasi. Rappa (2010) dalam PPM
(2012:5) juga memberikan definisi yang serupa yaitu metode yang digunakan
perusahaan untuk menjalankan bisnisnya yang membuat perusahaan dapat
bertahan.
Berbagai definisi model bisnis yang dikemukakan oleh berbagai pakar dapat diuraikan
pada tabel berikut ini:
12
BUSINESS MODEL CANVAS
13
BUSINESS MODEL CANVAS
14
BUSINESS MODEL CANVAS
15
BUSINESS MODEL CANVAS
b) Model bisnis dapat dipakai untuk membantu menguji konsistensi hubungan antar
komponennya. Sebagai contoh, kalau sebuah restoran menawarkan masakan
lezat yang disajikan secara berkelas dengan harga tinggi pada segmen pasar
tertentu, harus dilihat siapa juru masaknya, seberapa canggih dia, dan seberapa
terlatih para pramusaji yang melayani. Begitu juga dengan peralatan memasak,
bahan baku yang digunakan, proses memasak dan menyajikan dan seterusnya.
c) Model bisnis dapat digunakan untuk membantu menguji pasar dan asumsi yang
digunakan ketika mengembangkan bisnis. Sebagai contoh, di industri fotografi
ada asumsi bahwa setiap kali habis mengabdikan suatu momen, konsumen pasti
akan mencetak fotonya. Ternyata asumsi ini tidak benar. Dengan datangnya
teknologi digital (imaging), konsumen menyimpan hasil jepretannya untuk
konsumsi pribadi, ditampilkan di facebook, di-share dengan teman-teman lain,
atau mencetak pribadi dengan printer warna. Hal ini didukung oleh harga printer,
tinta, dan kertasnya yang semakin hari semakin murah.
d) Model bisis dapat digunakan untuk menunjukkan seberapa radikal suatu
perubahan dilakukan dan konsekuensinya. Dengan berjalannya waktu, model
bisnis pasti berubah. Baik karena inisiatif internal perusahaan sendiri, maupun
karena tekanan perubahan dari luar. Bila perusahaan ingin mengubah proporsi
nilai konsumen, misalnya mengubah produk atau menambahkan dengan
dukungan layanan pelanggan, maka perusahaan dapat melihat kemungkinan
dampak pada komponen-komponen lainnya.
Leem et al (2004) dan Kallio et al (2006) dalam PPM (2010:20) menyatakan bahwa
model bisnis adalah strategi bisnis. Seddon dan Lewis (2003) dalam PPM (2010:21)
menyatakan bahwa akademisi dengan latar belakang manajemen lebih sering
menggunakan istilah straetgi, sementara akademisi dengan latar belakang teknologi
informasi menggunakan istilah model bisnis. Margretta (2002) dalam PPM (2010:21)
menegaskan bahwa model bisnis membantu para pemilik serta profesionalnya
menggagas bisnis di tingkat abstrak dan kemudian mengujinya di tingkat nyata.
Setealh itu, strategi bisnis disusun untuk membuat perusahaan berbeda secara
strategis terhadap para pesaingnya. Jadi model bisnis dulu dirancang, barulah
disusun strategi bisnis. Dengan demikian, model bisnis tidak sama dengan strategi
bisnis.
Lebih lanjut PPM (2010:5) menyatakan definisi model bisnis dapat dipilah ke dalam
tiga kelompok, yaitu model bisnis sebagai metode atau cara, model bisnis dilihat dari
komponen-komponen (elemen), dan model bisnis sebagai strategi bisnis. Model
bisnis sebagai metode atau cara sebagaimana dijelaskan oleh Wheelen & Hunger
(2010) dan Rappa (2010). Sedangkan model bisnis sebagai komponen-komponen,
misalnya bahwa model bisis terdiri dari kelompok produk, manfaat dan pendapatan,
atau konsumen, aset, dan pengetahuan, ada pula content, struktur, dan governance.
Disamping itu, model bisnis sebagai strategi bisnis adalah gambaran hubungan antara
keunggulan dan sumber daya yang dimiliki perusahaan, serta kegiatan-kegiatan yang
16
BUSINESS MODEL CANVAS
Menurut PPM (2010:13) model bisnis ada bermacam-macam dan dibedakan atas dua
hal penting. Yang pertama adalah apa yang dijual (what it sells). Bisnis biasanya
menjual kepemilikan atau ownership dari suatu aset. Konsumen yang membeli hal
memiliki aset tersebut memperoleh hak untuk menggunakannya dengan hampir
segala cara yang diinginkannya. Yang kedua adalah hak penggunaan aset. Konsumen
membli hak untuk menggunakan aset dalam periode waktu tertentu, tetapi pemilik
orisinal aset tersebut tetap mempertahankan kepemilikannya dan dapat membatasi
cara konsumen menggunakan asetnya. Jadi menurut apa yang dijual ada empat jenis
model bisnis yaitu:
a) Creator, yang membeli bahan baku atau komponen dari pemasok dan mengubah
atau merakitnya menjadi barang untuk dijual kembali kepada pembeli. Ini adalah
model yang dijumpai pada industri manufaktur. Menurut hak penggunaan aset
yang termasuk kelompok Creator adalah:
1. Entrepreneur menciptakan dan menjual aset keuangan,
2. Manufacturer menciptakan dan menjual aset-aset fisik,
3. Inventor menciptakan & menjual aset-aset tanwujud (paten dan hak cipta),
4. Human Creator menciptakan dan menjual aset manusia.
b) Distributor, yang membeli produk dan menjual produk yang sama tersebut kepada
pihak lain. Distributor memberikan nilai tambah dengan cara mentransportasikan
produk tersebut ke tempat yang lebih dekat ke pembeli, mengemas produk
tersebut sehingga memudahkan transportasi, penyimpanan atau penggunaan
bagi pembeli, atau memberikan pelayanan pelanggan yang memudahkan dan
lebih memuaskan pembeli. Model ini sering dijumpai di industri distribusi dan
ritel. Menurut hak penggunaan aset yang termasuk kelompok Distributor adalah:
1. Financial Trader membeli dan menjual aset keuangan tanpa mengubah atau
merancang ulang. Misalnya bank atau lembaga-lembaga keuangan yang
melakukan investasi untuk kepentingan akunnya termasuk disini.
2. Wholeseller/Retailer membeli dan menjual aset-aset fisik. Misalnya di
Indonesia ada Carrefour, Lotte, Giant,
3. Intelectual Property Trader membeli dan menjual aset-aset tanwujud,
4. Human Distributor membeli dan menjual aset-aset manusia.
17
BUSINESS MODEL CANVAS
18
BUSINESS MODEL CANVAS
Business Model Canvas menurut Ostwalder & Pigneur (2010:18) terdiri atas sembilan
elemen yaitu:
a) Value propositions, merupakan pernyataan keunikan produk/jasa yang dijanjikan
oleh perusahaan kepada customer segment sehingga konsumen dapat
menyelesaikan masalah utamanya secara lebih efektif, lebih mudah, lebih
nyaman, atau lebih murah.
b) Customer segments, merupakan kelompok orang atau organisasi yang berbeda-
beda yang ditargetkan untuk dilayani oleh suatu perusahaan karena dianggap
menguntungkan perusahaan
c) Customer relationships, merupakan jenis relasi yang ditentukan perusahaan
dengan segmen pelanggan yang spesifik. Motivasi dibalik hubungan dengan
pelanggan ini antara lain untuk akuisisi dan retensi pelanggan bahkan untuk
meningkatkan penjualan.
d) Channels, merupakan bagaimana perusahaan mengkomunikasikan, mengantar,
dan berinteraksi dengan customer segment dalam menyampaikan value
proposition perusahaan
e) Key resources, merupakan keunikan orang, teknologi, bahan baku, peralatan,
mesin, fasilitas, pendanaan, serta merek yang dibutuhkan untuk menghasilkan
proposisi nilai bagi konsumen.
f) Key activities, merupakan cara perusahaan menghasilkan dan menyampaikan
proposisi nilainya pada konsumen dengan cara terjamin kelangsungannya, mudah
pengelolaannya, dan dapat direplikasi
g) Key partners, merupakan perjanjian formal di antara dua atau lebih perusahaan
terpisah dimana di dalamnya dapat kesepakatan dan kerjasama dalam
mengembangkan dan memperkuat posisi suatu perusahaan
h) Cost structure, merupakan semua biaya yang muncul untuk mengoperasikan
bisnis
i) Revenue streams, merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan uang
dari setiap customer segment antara lain; penjualan aset, biaya penggunaan,
biaya langganan, sewa, pemberian ijin, biaya perantara, dan iklan.
19
BUSINESS MODEL CANVAS
20
BUSINESS MODEL CANVAS
Value Proposition
21
BUSINESS MODEL CANVAS
konsumen, desain dapat menjadi bagian value proposition yang sangat penting.
f) Brand merupakan value yang mengutamakan nilai jual dari nama sebuah produk.
Pelanggan dapat menemukan nilai dalam sebuah tindakan yang sederhana karena
menggunakan atau memasang merek tertentu. Misalnya menggunakan jam
tangan Rolex yang menunjukkan kekayaan.
g) Price, harga merupakan salah satu value yang paling dominan untuk menarik
pembeli. Biasanya semakin murah harga sebuah produk maka minat pembeli akan
semakin besar. Menawarkan nilai yang sama pada harga yang lebih rendah sering
dilakukan untuk memuaskan kebutuhan segmen pelanggan yang sensitif
terhadap harga. Akan tetapi, value proposition harga murah memberikan
implikasi penting bagi seluruh model bisnis. Contohnya dapat dilihat pada Nano,
sebuah mobil baru yang didesain dan diproduksi oleh konglomerat India, Tata.
Harganya yang sangat murah membuat mobil tersebut terjangkau oleh segmen
yang seluruhnya baru dalam populasi India.
h) Cost reduction, adalah mengurangi biaya, value ini ditawarkan biasanya berupa
produk yang kedepannya dapat mengurangi biaya operasional. Misalnya:
software ERP mengurangi resiko merupakan value yang biasanya diterapkan
dalam produk-produk asuransi. Dengan demikian maka resiko yang ditanggung
oleh customer dapat berkurang jika terjadi sesuatu.
i) Access, merupakan value yang mempermudah pelanggan untuk melakukan atau
mendapatkan sesuatu dengan diberikan hak akses.
e) Comformity, adalah kenyamanan, dimana biasanya dalam sebuah cafe
ditawarkan kenyamanan yang ekstra seperti sofa, musik serta pelayan yang
ramah.
Gambar 2.2
Value Proposition
Customer Segments
Definisi segmen pasar menurut Kotler & Keller (2009:248) dikemukakan bahwa
“Market Segment consists of a group of customers who share a similar set of needs
and wants” yang dapat diartikan bahwa segmen pasar terdiri dari kelompok
pelanggan yang saling berbagi keinginan dan kebutuhan yang sama.
22
BUSINESS MODEL CANVAS
kelompok orang atau organisasi yang berbeda-beda yang ditargetkan untuk dicapai
dan dilayani oleh suatu perusahaan. Secara umum segmen pasar dan segmen
pelanggan adalah dua hal yang sama. Untuk melayani pelanggan dengan lebih baik,
perusahaan harus mengelompokkan pelanggan dalam suatu segmen yang berbeda
tapi dengan kebutuhan, perilaku, saluran distribusi, dan atribut lain yang memiliki
kesamaan dalam setiap segmennya. Perusahaan harus membuat keputusan
mengenai segmen mana yang akan dilayani ataupun ditolak.
Segmen pelanggan menurut Kottler & Keller (2009:248) terdiri dari beberapa level
yang berbeda antara lain: segments, niches, local areas dan individuals. Dimana
segments market menyediakan penawaran yang fleksibel ke masing-masing anggota
tiap segmen. Contohnya Delta Airlines menawarkan ke pelanggan kelas ekonomi
tempat duduk dan soft drinks dan ekstra charges untuk minuman keras, snacks, dan
makanan. Niches market memiliki target kelompok pelanggan yang lebih sempit yang
mencari campuran keunikan dan manfaat. Contohnya Hallmark sukses membuat
segmen khusus bisnis kartu ucapan. Local market menyediakan program sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan lokal di suatu area perdagangan,
lingkungan bahkan toko individu. Contohnya HSBC menyesuaikan layanannya dengan
karakteristik masing-masing lokasi cabang mereka hingga lebih dikenal dengan
sebutan “world's local bank”. Dan terakhir Individuals market yang lebih dikenal
dengan istilah “customerization” yang menyediakan marketing yang customize sesuai
dengan keinginan pelanggan. Contohnya Jackrabbit menyediakan sepeda custom
bagi pelanggannya.
23
BUSINESS MODEL CANVAS
Selain itu Kotler & Keller (2009:253) juga membagi segmen pelanggan menjadi
beberapa kelompok variabel segmentasi utama untuk mengenali perbedaan
pelanggan yaitu: geographic, demographic, psychographic, dan behavorial
segmentation. Geographic segmentation membagi pasar menjadi unit geografis yang
berbeda seperti negara, daerah, kabupaten, kota, atau lingkungan. Demographic
segmentation membagi pasar kedalam variabel dasar grup seperti umur, jumlah
anggota keluarga, life-cycle keluarga, gender, penghasilan, pekerjaan, edukasi,
agama, ras, generasi, kewarganegaraan hingga kelas sosial. Psychographic
Segmentation adalah suatu ilmu menggunakan psikologis dan demografi untuk
memahami konsumen dengan lebih baik. Dalam segmentasi ini konsumen dibagi
menjadi grup yang berbeda berdasarkan personality, lifestyle, atau values. Behavorial
Segmentation membagi konsumen menjadi kelompok berdasarkan pengetahuan,
sikap, penggunaan, atau respon terhadap suatu produk.
Gambar 2.3
Customer Segments
Sumber: Osterwalder dan Pigneur
(2010:21)
Customer Relationships
24
BUSINESS MODEL CANVAS
Gambar 2.4
Customer Relationship
Sumber: Osterwalder & Pigneur
(2010:28)
Channels
Menurut Kotler & Keller (2009:450), channels adalah kumpulan organisasi yang saling
tergantung atau terlibat satu sama lain dalam proses pembuatan produk atau layanan
yang tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi oleh pelanggan. Definisi channels
oleh Osterwalder & Pigneur (2010:26) adalah bagaimana perusahaan berkomunikasi
dengan dan menjangkau segmen pelanggan mereka untuk menyampaikan value
proposition perusahaan. Channels memiliki beberapa fungsi seperti: meningkatkan
kesadaran pelanggan tentang produk dan jasa perusahaan, membantu pelanggan
mengevaluasi value proposition perusahaan, memungkinkan pelanggan membeli
produk dan jasa, menyampaikan value proposition kepada pelanggan, menyediakan
dukungan pasca pembelian kepada pelanggan.
Kotler & Keller (2009:456), menyampaikan bahwa ada beberapa level channel yaitu
zero-level channel yang biasa disebut direct marketing channel, one level channel
yang melibatkan satu perantara, two-level channel yang melibatkan dua perantara,
dan three-level channel yang terdiri dari tiga perantara. Selain itu channel tidak
berdiri sendiri, ada suatu sistem yang terintegrasi. Tiga tren yang paling penting
adalah vertical marketing systems, horizontal marketing systems, dan multichannel
marketing systems. Vertical marketing system terdiri dari produsen, wholesalers,
retailers yang bergerak dalam satu sistem yang memiliki satu owner. Kedua
horizontal marketing system, yang melibatkan dua atau lebih perusahaan yang tidak
berhubungan, bekerja sama memberikan sumber daya dan program untuk
menangkap tujuan dan kesempatan bersama. Dan terakhir multichannel marketing
system, adalah ketika satu perusahaan menggunakan dua atau lebih
25
BUSINESS MODEL CANVAS
channel marketing untuk menjangkau satu atau lebih segmen pasar (Kotler &
Keller:466).
Osterwalder & Pigneur (2010:27) membagi tipe channel dengan lebih sederhana
yaitu direct atau indirect channels dan partner atau owned channels. Channels
tersebut memiliki lima fase berbeda, dimana disetiap channel bisa mencakup
beberapa atau semua fase tersebut. Fase tersebut yaitu: Awareness, Evaluation,
Purchase, Delivery, dan After Sales. Berdasarkan pengelompokkan tipe channels
menurut Osterwalder & Pigneur (2010:27).
Cost Structure
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010:40) cost structure merupakan semua biaya
yang muncul untuk mengoperasikan bisnis model. Menurut Dopson, Lea R., Hayes &
Miller (2009:4) beban adalah biaya yang dibutuhkan oleh benda yang akan digunakan
untuk menjalankan bisnis. Di dalam industri makanan terdapat empat kategori beban
yaitu: beban makanan, beban minuman, beban pekerja dan beban lain–lain. Dari
kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa cost structure adalah biaya yang
dibutuhkan agar bisnis tetap dapat beroperasi.
Gambar 2.6
Cost Structure
Sumber: Osterwalder & Pigneur
(2010:40)
26
BUSINESS MODEL CANVAS
Revenue Stream
Gambar 2.7
Revenue Stream
Sumber: Osterwalder & Pigneur
(2010:30)
Key Activity
Key activity merupakan kumpulan proses kegiatan yang terjadi di dalam suatu
perusahaan. Menurut Jacob, Chase & Aquilano (2009:160) proses merupakan bagian
dari perusahaan yang mengubah input menjadi output yang diharapkan memiliki
value yang lebih besar kepada perusahaan daripada input awal. Sedangkan menurut
Slack, Chambers, Johnston & Betts (2009:1) proses ialah bagaimana suatu
perusahaan memproduksi barang dan jasa. Proses suatu produk makanan jadi dapat
sampai ke customer. Key activity didefinisikan oleh Osterwalder & Pigneur (2010:36)
sebagai aktivitas kunci yang menggambarkan hal-hal terpenting yang harus dilakukan
perusahaan agar model bisnisnya dapat bekerja.
Gambar 2.8
Key Activities
Sumber: Osterwalder & Pigneur
(2010:36)
27
BUSINESS MODEL CANVAS
Key Partnership
Perusahaan di semua tipe industri dan di seluruh dunia telah memilih untuk
membentuk suatu partnership untuk memperkuat daya bersaing di pasar domestik
maupun internasional. Menurut Thomson (2010:166), partnership merupakan
perjanjian formal di antara dua atau lebih perusahaan terpisah dimana di dalamnya
dapat kesepakatan dan kerjasama dalam mengembangkan dan memperkuat posisi
suatu perusahaan. Key partenership didefinisikan oleh Osterwalder & Pigneur
(2010:38) sebagai kemitraan utama yang menggambarkan jaringan pemasok dan
mitra yang membuat model bisnis dapat bekerja.
Gambar 2.9
Key Partnership
Sumber: Osterwalder & Pigneur
(2010:38)
Key Resources
Key resources berperan sangat penting di dalam menjaga hubungan dengan
pelanggan, mendapatkan pendapatan dan yang menghubungkan dengan pasar. Key
resources didefinisikan oleh Osterwalder & Pigneur (2010:34) sebagai sumber daya
utama yang menggambarkan aset-aset terpenting yang diperlukan agar sebuah
model bisnis dapat berfungsi.
Gambar 2.10
Key Resources
Sumber: Osterwalder & Pigneur
(2010:34)
Fokus dari Business Model Canvas adalah untuk menangkap suatu konfigurasi yang
unik dari penghantaran nilai (service delivery) pada customer segments tertentu.
Elemen-elemen utama meliputi: bagaimana (how), apa (what), siapa (who), dan
perbandingan antara proyeksi biaya dengan perbandingan pendapatan (revenues).
Business Model Canvas dapat digambarkan dalam format sebagai berikut:
28
BUSINESS MODEL CANVAS
Elemen-elemen
Business Model Canvas dan Hubungannya
Business Model Canvas menurut Ostwalder & Pigneur (2010) dalam PPM (30) terdiri
atas sembilan elemen yaitu:
a) Customer segments, adalah pihak yang menggunakan jasa atau produk dari
organisasi dan mereka yang berkontribusi dalam memberikan penghasilan bagi
organisasi. Umumnya, pelanggan adalah pihak yang membayar langsung atas
barang atau jasa yang dibelinya. Sebagai contoh, pengunjung supermarket
langsung membayar di kasir untuk barang belanjaannya. Namun demikian,
pelanggan tidak selalu sebagai pihak yang harus membayar langsung kepada
organisasi, namun tanpa kehadirannya maka tidak akan terjadi aliran dana masuk.
Contohnya adalah penghuni yang tinggal di suatu lingkungan perumahan.
Penghuni mendapat majalah komunitas yang dibagikan gratis oleh penerbitnya.
Sementara penerbit mendapatkan masukan dari pemasang iklan. Di pihak lain,
pemasang iklan berharap iklannya dibaca oleh sebanyak mungkin penghuni
perumahan.
b) Value propositions, merupakan satu keunikan yang menentukan mengapa produk
atau jasa tersebut pantas dipilih oleh pelanggan. Value proposition ini mem-
berikan tawaran untuk memecahkan masalah pelanggan atau semaksimum
29
BUSINESS MODEL CANVAS
30
BUSINESS MODEL CANVAS
daya ini, sumber daya intelektual merupakan salah satu aset yang sangat penting
karena sulit ditiru.
g) Key activities, merupakan kegiatan inti yang menentukan keberhasilan suatu
model bisnis. Seperti juga halnya dengan key resources, key activities berperan
penting dalam mewujudkan value propositions. Kegiatan inti dari dari konsultan
Information Technology (IT) adalah kemampuan menerjemahkan kebutuhan
pelanggan ke dalam suatu sistem IT yang tepat, atau kemampuan dokter dalam
mendiagnosis penyakit pasien. Tidak semua kegiatan perlu untuk dicantumkan
dalam kotak key activities ini, melainkan hanya kegiatan kunci yang betul-betul
menunjang keberhasilan organisasi mengantarkan value proposition-nya kepada
customer. Hal ini tidak berarti bahwa kegiatan lainnya tidak penting. Hanya saja
kegiatan lain tersebut cukup dilakukan dengan memenuhi standar minimal.
h) Key partnership, atau kemitraan kunci merupakan mitra kerja sama
pengoperasian organisasi. Organisasi membutuhkan kemitraan ini untuk berbagai
motif yang umumnya adalah penghematan karena tidak tercapainya skala
ekonomis, mengurangi resiko, memperoleh sumber daya atau pembelajaran.
Contohnya adalah aliansi antar pesaing di perusahaan farmasi dengan menitipkan
obatnya ke parbrik pesaing (toll manufacturing). Kemitraan yang paling umum
adalah kerjasama sepanjang supply chain seperti di bidang logistik, dimana
terdapat kerjasama antar perusahaan transportasi laut dengan perusahaan
pergudangan.
i) Cost structure, atau struktur biaya menggambarkan semua biaya yang muncul
sebagai akibat dioperasikannya model bisnis ini. Semua upaya untuk mewujudkan
value proposition melalui Channels yang tepat, Key Resources, dan Key Activities
yang andal, semuanya membutuhkan biaya. Struktur biaya dipengaruhi oleh
strategi perusahaan yang dipilih, apakah mengutamakan biaya rendah atau
mengutamakan manfaat istimewa. Contoh dari strategi biaya rendah adalah
strategi yang banyak digunakan oleh penerbangan murah. Sedangkan contoh
untuk produk dengan penciptaan manfaat istimewa dapat dipilih pada hotel-hotel
bintang lima yang memberikan layanan istimewa. Selain struktur biaya juga
dipengaruhi besarnya biaya tetap, biaya variabel, skala keekonomian (economy of
scale), dan ekonomi cakupan (economy of scope).
Hubungan antar elemen dari model sistem bisnis jasa pertambangan batubara dapat
dijelaskan bahwa ketika perusahaan merancang suatu penawaran value proposition
untuk dapat menghasilkan jasa pertambangan batubara yang berbeda secara
strategis dengan pesaingnya diperlukan kejelasan akan customer segment yang akan
dilayaninya, channels yang memungkinkan perusahaan berinteraksi dan
membangun customer relationships dengan customer segment-nya, membutuhkan
key resources dan key activities, dukungan keberadaan key partners. Value
propositions akan menentukan revenue streams yang sukses mendatangkan dana
bagi perusahaan dan pengendalian cost structure yang efisien (Osterwalder &
Pigneur, 2010:264).
31
BUSINESS MODEL CANVAS
PPM (2010:17) menyatakan bahwa model bisnis dapat dipakai untuk membantu
menguji konsistensi hubungan antar komponennya. Sebagai contoh, kalau sebuah
restoran menawarkan masakan lezat yang disajikan secara berkelas dengan harga
tinggi pada segmen pasar tertentu, harus dilihat siapa juru masaknya, seberapa
canggih dia, dan seberapa terlatih para pramusaji yang melayani. Begitu juga dengan
peralatan memasak, bahan baku yang digunakan, proses memasak dan menyajikan
dan seterusnya
Menurut PPM (2010: 38) menyatakan tahap awal dari sebuah Business Model Canvas
dimulai dengan mendefinisikan Customer Segments, karena hanya pelanggan
(customer) yang menguntungkanlah yang akan menghidupi organisasi. Setelah
customer segments didefinisikan dengan jelas, langkah selanjutnya adalah mengisi
value propositions yaitu keunikan produk atau jasa yang dijanjikan oleh organisasi
kepada customer segments yang dibidik. Namun demikian bisa saja terjadi, value
propositions mempengaruhi customer segments yang akan dipilih. Organisasi perlu
untuk mendidik customer segments yang dibidik agar menerima value popositions
yang ditawarkan.
32
BUSINESS MODEL CANVAS
Untuk mendesain Business Model Canvas, dapat dilakukan tiga langkah berikut ini:
1. Menemukan sebuah ide bisnis
2. Mendeskripsikan latar belakang munculnya ide bisnis tersebut
3. Identifikasi dan telusuri asumsi dari ide bisnis tersebut.
4. Lakukan pengujian atas asumsi business model tersebut terhadap calon
konsumen bisnis dan dengan pemasok. Apabila terjadi kendala di lapangan, maka
lakukan pivot (penyesuaian kembali business model yang telah dibuat dengan
merubah salah satu atau beberapa komponen dari kesembilan bagian business
model canvas.
5. Potret atau petakan model bisnis. Potret pada sembilan elemen Business Model
Canvas didasarkan atas kondisi bisnis yang sebenarnya terjadi.
6. Lakukan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threath). Analisis ini
dilakukan pada masing-masing elemen. Sebagai contoh, pada elemen customer
segments, kemampuan memilih customer segments yang memiliki populasi besar
dan menguntungkan, dapat diklasifikasikan sebagai kekuatan organisasi.
Sebaliknya, value propositions yang tidak dibutukan oleh suatu customer
segments yang dibidik, dapat dikatakan sebagai kelemahan. Pasar yang
berpotensi besar dan belum digarap dapat dikategorikan sebagai peluang. Di lain
pihak, apabila pesaing baru muncul dan dapat mengancam keberadaan organisasi
dapat dikategorikan sebagai kelemahan.
7. Lakukan penyempurnaan model bisnis dan atau buat prototipe. Hasil analisis
SWOT kemudian digunakan untuk dua jenis tujuan. Yang pertama menyempurna-
kan business model yang ada saat ini, dan yang kedua melahirkan prototipe-
prototipe business model yang baru.
33
BUSINESS MODEL CANVAS
Bab III
PENELITIAN TERDAHULU
YANG SEJENIS
Penelitian terhadap business model sudah dilakukan oleh para ahli sebelumnya.
Termasuk beberapa penelitian terkait implementasi business model canvas pada
berbagai bisnis manufaktur maupun jasa (services). Berikut ini disajikan beberapa
penelitian sebelumnya terkait business model yang dijadikan referensi literatur.
34
BUSINESS MODEL CANVAS
35
BUSINESS MODEL CANVAS
36
BUSINESS MODEL CANVAS
37
BUSINESS MODEL CANVAS
38
BUSINESS MODEL CANVAS
39
BUSINESS MODEL CANVAS
40
BUSINESS MODEL CANVAS
Bab IV
KERANGKA PEMIKIRAN
Bisnis model didefinisikan sebagai suatu gambaran yang rasional terkait usaha
organisasi dalam menciptakan, menghantarkan, dan menangkap nilai. Bisnis model
memiliki sembilan dimensi yang dikenal sebagai 'Business Model Canvas' (Ostwalder
& Pigneur, 2010:18). Business Model Canvas terdiri atas sembilan elemen yaitu:
a) Value propositions, merupakan pernyataan keunikan produk/jasa yang dijanjikan
oleh perusahaan kepada customer segment sehingga konsumen dapat
menyelesaikan masalah utamanya secara lebih efektif, lebih mudah, lebih
nyaman, atau lebih murah.
b) Customer segments, merupakan kelompok orang atau organisasi yang berbeda-
beda yang ditargetkan untuk dilayani oleh suatu perusahaan karena dianggap
menguntungkan perusahaan
c) Customer relationships, merupakan jenis relasi yang ditentukan perusahaan
dengan segmen pelanggan yang spesifik. Motivasi dibalik hubungan dengan
pelanggan ini antara lain untuk akuisisi dan retensi pelanggan bahkan untuk
meningkatkan penjualan.
d) Channels, merupakan bagaimana perusahaan mengkomunikasikan, mengantar,
dan berinteraksi dengan customer segment dalam menyampaikan value
proposition perusahaan
e) Key resources, merupakan keunikan orang, teknologi, bahan baku, peralatan,
mesin, fasilitas, pendanaan, serta merek yang dibutuhkan untuk menghasilkan
proposisi nilai bagi konsumen.
f) Key activities, merupakan cara perusahaan menghasilkan dan menyampaikan
proposisi nilainya pada konsumen dengan cara terjamin kelangsungannya, mudah
pengelolaannya, dan dapat direplikasi
g) Key partners, merupakan perjanjian formal di antara dua atau lebih perusahaan
terpisah dimana di dalamnya dapat kesepakatan dan kerjasama dalam
mengembangkan dan memperkuat posisi suatu perusahaan
h) Cost structure, merupakan semua biaya yang muncul untuk mengoperasikan
bisnis
i) Revenue streams, merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan uang
dari setiap customer segment antara lain; penjualan aset, biaya penggunaan,
biaya langganan, sewa, pemberian ijin, biaya perantara, dan iklan.
Hubungan antar elemen dari model sistem bisnis jasa pertambangan batubara dapat
dijelaskan bahwa ketika perusahaan merancang suatu penawaran value proposition
untuk dapat menghasilkan jasa pertambangan batubara yang berbeda secara
41
BUSINESS MODEL CANVAS
strategis dengan pesaingnya diperlukan kejelasan akan customer segment yang akan
dilayaninya, channels yang memungkinkan perusahaan berinteraksi dan
membangun customer relationships dengan customer segment-nya, membutuhkan
key resources dan key activities, dukungan keberadaan key partners. Value
propositions akan menentukan revenue streams yang sukses mendatangkan dana
bagi perusahaan dan pengendalian cost structure yang efisien (Osterwalder &
Pigneur, 2010:264).
PPM (2007:17) menyatakan bahwa model bisnis dapat dipakai untuk membantu
menguji konsistensi hubungan antar komponennya. Sebagai contoh, kalau sebuah
restoran menawarkan masakan lezat yang disajikan secara berkelas dengan harga
tinggi pada segmen pasar tertentu, harus dilihat siapa juru masaknya, seberapa
canggih dia, dan seberapa terlatih para pramusaji yang melayani. Begitu juga dengan
peralatan memasak, bahan baku yang digunakan, proses memasak dan menyajikan
dan seterusnya.
Gambar 4.1
Kerangka Pemikiran
42
BUSINESS MODEL CANVAS
Bab V
KLASIFIKASI BISNIS JASA
PERTAMBANGAN BATUBARA
DI INDONESIA
Bisnis Jasa Eksplorasi Batubara
Kegiatan eskplorasi batubara ini dapat dilakukan dengan memberikan added value
melalui penambahan konsultasi JORC sebagai bagian layanan kegiatan eksplorasi
yang ditawarkan kepada pelanggan potensial yang ada, seperti: pemegang IUP,
Pemegang kontrak kerja sama (JO/SPK) dan investor yang tertarik dalam bidang
pertambangan batubara. Perusahaan penyedia jasa eksplorasi dapat menggunakan
standar JORC untuk setiap kegiatannya sebagai nilai tambah maupun tidak
menggunakan standar JORC. Berikut adalah diagram kegiatan eksplorasi:
Gambar 5.1
Diagram Kegiatan Eksplorasi
43
BUSINESS MODEL CANVAS
tersebut, yaitu : tenaga ahli yang terdiri dari senior geologist, junior geologist dan
ahli geofisika. Selain dari tenaga ahli yang digunakan, perusahaan penyedia jasa
eksplorasi juga menyediakan beberapa peralatan untuk kegiatan mapping, seperti
palu geologi, kompas geologi, serta GPS Garmin. Selain itu, perusahaan penyedia
jasa eksplorasi juga menyewa beberapa peralatan pendukung dan laboratorium
untuk pengecekan sampel-sampel batubara guna mengetahui sebaran batubara
di suatu wilayah usaha tambang.
b) Drilling/Logging. Dalam pelaksanaan kegiatan drilling/logging, perusahaan
penyedia jasa eksplorasi menggunakan harga standard untuk setiap per meter
kedalaman pemboran yaitu berkisar Rp 350.000.000. Namun, harga tersebut
dapat dikatakan hanya untuk klien-klien dari perusahaan penyedia jasa eksplorasi
dengan IUP sedang dan kecil atau yang tidak berkaitan dengan investor dari
lembaga-lembaga keuangan lainnya. Artinya kegiatan drilling/logging yang
dilaksanakan oleh perusahaan penyedia jasa eksplorasi dapat meng-cover semua
permintaan yang ada dalam pasar drilling/logging di Indonesia. Guna mendukung
kegiatan drilling/logging yang disediakan oleh perusahaan penyedia jasa
eksplorasi, maka disediakan beberapa peralatan standar dalam pemboran dalam
hal ini adalah mesin bor jacro. Mesin bor jacro yang disediakan oleh perusahaan
terdiri dari 2 jenis mesin yang dibedakan berdasarkan maksimal kedalaman yang
dapat dicapai dari setiap pengeboran oleh masing-masing mesin tersebut, yaitu:
Mesin Bor Jacro 100 dan Mesin Bor Jacro 250. Selain penyediaan peralatan, untuk
mendukung kegiatan drilling/logging yang dilaksanakan yaitu sekitar 6 bulan
untuk satu proyek, perusahaan penyedia jasa eksplorasi juga melengkapi senior
geologist (well geologist) yang akan bekerja sama dengan operator mesin jacro
untuk penentuan kedalaman penggalian satu titik bor.
c) Konsultasi JORC. Bentuk konsultasi JORC yang disediakan oleh perusahaan
penyedia jasa eksplorasi adalah studi resource dan studi reserve dari suatu
wilayah tambang. Biasanya konsultasi JORC diberikan kepada klien atau potential
customer yang membutuhkan validasi mengenai resource dan reserve batubara
yang ada di wilayah pertambangan mereka kepada investor guna mendapatkan
dana segar untuk memproduksi batubara diwilayah tersebut. Guna mendukung
kegiatan konsultasi JORC, perusahaan penyedia jasa eksplorasi mengeluarkan
invetasi yang cukup besar dalam pembelian software-software yang digunakan
untuk mensimulasikan hasil penelitian data dilapangan. Software tersebut antara
lain : Section Maker, Seismic Processing & Analysis Software, Gemcom Surpac™,
GIS, CAD dan lain sebagainya. Selain investasi alat (pada software) yang
dikeluarkan, perusahaan penyedia jasa eksplorasi juga harus menyediakan tim
yang terdiri dari tenaga ahli dari kelimuan pertambangan, dan tenaga ahli
multidisiplin keilmuan. Selain itu yang menjadi faktor penting dalam konsultasi
JORC, perusahaan penyedia jasa eksplorasi juga menyediakan competent person
yang sudah diakui dan diizinkan untuk melakukan validasi yang sesuai dengan
standar JORC. Biasanya competent person memiliki hubungan langsung kepada
44
BUSINESS MODEL CANVAS
Ada beberapa alasan atau motivasi yang diambil oleh PT SCCI untuk melakukan tiga
bidang dari keseluruhan kegiatan Eksplorasi Batubara. Motivasi – motivasi tersebut
antara lain :
a) Kegiatan Mapping, Drilling/Logging adalah 2 kegiatan eksplorasi yang mempunyai
market size terbesar yang didasarkan dari data pangsa pasar eksplorasi yang
terdapat dalam buku petromindo 2012/2013.
b) Konsultan JORC digunakan sebagai nilai lebih untuk menarik potential customer
(pemilik IUP) yang membutuhkan dana atau investor dari lembaga keuangan yang
ada untuk memproduksi batubara di wilayah tambang mereka. Hasil dari
pelaporan eksplorasi yang menggunakan standard JORC akan mudah dipercaya
oleh lembaga-lembaga keuangan tersebut, karena sudah memenuhi kegiatan -
kegiatan yang sudah distandarisasi secara internasional.
Pemetaan pasar atas kegiatan jasa eksplorasi harus mencakup semua jenis bidang
eksplorasi sehingga hasil pemetaan dapat mendeskripsikan keadaan sebenarnya dari
bidang usaha jasa eksplorasi. Pemetaan potensi eksplorasi tambang batubara dapat
diuraikan pada tabel berikut:
Tabel 5.1. Valuasi Potensi Pasar Bisnis Jasa Ekplorasi di Indonesia
45
BUSINESS MODEL CANVAS
Berdasarkan tabel penyedia jasa diatas, bahwa ada 16 perusahaan penyedia jasa
eksplorasi yang saat ini dikategorikan sebagai pemain besar. Bila dilihat dari total klien
dan jenis klien yang ditangani PT. Pamapersada Nusantara adalah perusahaan
penyedia jasa eksplorasi batubara terbesar di Indonesia. Klien yang ditangani oleh
PAMA tidak hanya yang berasal dari PKP2B (PT Adaro Indonesia, PT Kideco Jaya
Agung, PT. Kaltim Prima Coal, PT. Indominco Mandiri, PT. Jembayan Muarabaya)
melainkan juga perusahaan yang memiliki IUP dengan luas wilayah konsesi yang tidak
terlalu besar (PT. Tambang Batubara Bukit Asam, PT. Tanjung Alam Raya, PD.
Baramarta, PT. Batu Gunung Mulia, PT. Bhumi Rantau Energy, PT. Anugrah Bara
Kaltim).
46
BUSINESS MODEL CANVAS
Tabel 5.2
Perusahaan Pelaku
Bisnis Eksplorasi
47
BUSINESS MODEL CANVAS
Tabel 5.4
Valuasi Bisnis
Jasa Eksplorasi Batu Bara
(Proyeksi Wilayah
Potensial
untuk Eksplorasi)
48
BUSINESS MODEL CANVAS
Segmenting
a) Potensial Customer/Client :
• Pemilik IUP Besar (menggunakan premium price) : Potensi tahun 2013 sekitar 14
T – 40 T Rupiah. (Non Core and Core Drilling)
• Pemilik IUP Non Besar (menggunakan standard price) : Potensi tahun 2013
sekitar 7 T – 28 T Rupiah. (Non Core and Core Drilling)
b) Potensial Ruang Lingkup Bisnis eksplorasi :
• Exploration Drilling and Sampling (33% dari Total Ruang Lingkup Bisnis
Eksplorasi)
• Mapping (33% dari Total Ruang Lingkup Bisnis Eksplorasi)
• Geology and Geophysics (25% dari Total Ruang Lingkup Bisnis Eksplorasi)
Targeting
a) Main Target Customer/Client : Pemilik IUP Besar
b) Second Target Customer/Client : Pemilik IUP Non Besar
Positioning
a) Menjadi perusahaan eksplorasi dengan standar JORC
Bisnis jasa eksplorasi batubara (coal explorator) tidak terlepas dari resiko yang harus
dihadapinya. Resiko yang dihadapi meliputi: resiko atas regulasi pemerintah, resiko
sosial politik, resiko pasar, resiko infrastruktur, resiko operasi, resiko keuangan, dan
resiko reputasi sebagaimana diuraikan pada tabel berikut ini:
49
BUSINESS MODEL CANVAS
50
BUSINESS MODEL CANVAS
Dalam usaha bisnis jasa kontraktor tambang batubara, kegiatan utama (primary
activities) meliputi:
a) Overburden removal adalah kegiatan memindahkan material bongkaran dari alat
gali (excavator jenis backhoe maupun shovel) dari point loading ke tempat
penumpukan atau pembuangan yang telah direncanakan yang disebut disposal.
Adapun disposal ada dua jenis yaitu backfill dan waste dump atau outpit dump.
Backfill adalah tempat penumpukan atau pembuangan hasil kegiatan overburden
removal yang berada di dalam area tambang. Waste dump atau outpit dump
adalah tempat penumpukan atau pembuangan hasil kegiatan overburden
removal yang berada di luar area tambang,
b) Coal getting merupakan proses pengambilan batu bara dari pembersihan
(cleaning) sampai pengisian (loading) batu bara ke alat angkut untuk kemudian di
angkut ke tempat penampungan (stockpile). Proses Penambangan meliputi: (1)
melakukan proses penambangan yang efisiensi dan efektif, (2) melakukan
monitoring dan controlling produksi, (3) melaksanakan design tambang yang
efisien dan efektif, (4) melakukan proses blasting untuk memudahkan dalam
proses coal getting
c) Setelah dilakukan kegiatan coal getting, kegiatan lanjutan adalah pengangkutan
batubara (coal hauling) dari lokasi tambang (pit) menuju stockpile atau langsung
ke unit pengolahan.
Struktur pembiayaan dalam bisnis jasa kontraktor batubara terdiri dari biaya-biaya
yang timbul di lokasi penambangan (on site costs), biaya-biaya yang timbul di fasilitas
pengolahan (on plant cost), kemudian biaya-biaya yang timbul di fasilitas penjualan
(sell costs), dan biaya-biaya yang timbul di kantor pusat (office cost).
51
BUSINESS MODEL CANVAS
Dalam usaha pertambangan, suatu hal yang penting adalah memilih metode yang
paling cocok dengan karakteristik (alam, geologi, lingkungan) dari endapan yang akan
ditambang. Metode tersebut hendaklah yang layak teknis, ekonomis, biaya rendah
dan menghasilkan keuntungan yang maksimum. Batuan permukaan yang terdiri dari
tanah dan batuan dipisahkan pertama kali dengan bahan peledak. Batuan
permukaan tersebut kemudian diangkut dengan menggunakan katrol penarik atau
dengan sekop dan truk. Setelah lapisan batu bara terlihat, lapisan batu bara tersebut
digali dan dipecahkan kemudian ditambang secara sistematis dalam bentuk jalur-
jalur. Kemudian batu bara dimuat ke dalam truk besar atau ban berjalan untuk
diangkut ke pabrik pengolahan batu bara atau langsung ke tempat dimana batu bara
tersebut akan digunakan. Dua sistem penambangan batubara yang dikenal, yaitu:
a) Sistem kontraktor tambang terbuka/tambang permukaan (surface/open pit
mining) adalah penambangan yang seluruh kegiatan penambangan dilakukan di
atas permukaan bumi/berhubungan langsung dengan udara luar. Metode
tambang terbuka memberikan keuntungan yang lebih besar dari tambang bawah
tanah, karena seluruh lapisan batu bara dapat dieksploitasi (90% atau lebih dari
batu bara dapat diambil). Penambangan pada tambang terbuka itu sendiri
dilakukan dengan beberapa tahapan kerja: pembersihan lahan (land clearing),
pengupasan lapisan tanah penutup (stripping of overburden), penambangan
(exploitation), pemuatan (loading), pengangkutan (hauling), dan pengolahan
serta pemasaran (production and marketing).
b) Sistem kontraktor tambang tertutup/bawah tanah (underground mining) adalah
penambangan yang seluruh kegiatan penambangan dilakukan di bawah
permukaan bumi/tidak berhubungan langsung dengan udara luar.
52
BUSINESS MODEL CANVAS
53
BUSINESS MODEL CANVAS
54
BUSINESS MODEL CANVAS
Berdasarkan diagram berikut ini, PAMA, BUMA dan THIESS adalah tiga perusahaan
dengan penguasaan pangsa pasar dari layanan kontraktor pertambangan batubara di
Indonesia yaitu sebesar 30% untuk PAMA, 13% untuk BUMA dan 12% untuk THIESS.
Selain itu banyak perusahaan-perusahaan sejenis yang memiliki presentasi market
share cukup besar, yaitu SIS dengan 6% penguasaan, Leighton 5%, CK 4% dan
beberapa perusahaan kecil lainnya.
Diagram dibawah ini menunjukan bahwa banyak pasar untuk jasa kontraktor
pertambangan masih dikuasai oleh perusahaan-perusahaan tertentu saja (masih
sedikit sekali pemain di bidang ini). 70% perusahaan jasa kontraktor pertambangan
batubara belum mampu memaksimalkan keuntungan yang diperolehnya yang
disebabkan karena mereka belum memetakan sistem bisnis jasa kontraktor
pertambangan batubara dengan tepat sehingga formulasi strategi bisnis menjadi
belum efektif. Sebagian besar perusahaan jasa kontraktor pertambangan batubara
belum menyadari arti penting dari suatu model bisnis yang terintegrasi (segmen
konsumen, perusahaan mitra bisnis, sumber daya yang dimiliki, dan aktivitas kunci)
yang mampu meningkatkan nilai bagi pelanggan melalui serangkaian program
kerelasian pelanggan dan distribusi yang pada akhirnya mampu memaksimumkan
pendapatan usaha dan mengendalikan biaya secara efisien.
55
BUSINESS MODEL CANVAS
• Segmenting:
Membagi-bagi pasar menjadi beberapa kelompok berdasarkan ruang lingkup
geografis dari Pemilik PKP2B/ IUP Besar, Sedang, dan Kecil serta JO/ SPK.
• Targeting
a) Main Target Customer/Client : Pemilik IUP Besar serta JO/SPK
b) Second Target Customer/Client : Pemilik IUP Non Besar
• Positioning
Menjadi kontraktor batubara terbesar di Indonesia yang memiliki layanan kerja
yang berkualitas dan harga yang kompetitif sesuai dengan kebutuhan konsumen
56
BUSINESS MODEL CANVAS
b. Loader, yang digunakan untuk memuat bongkahan batu gamping hasil dari
pembongkaran ke atas alat angkut.
c. Truck, yang digunakan sebagai alat angkut hasil front penambangan ke tempat
pabrik peremukan/penggerusan.
d. Crushing plant, yaitu suatu unit pengolahan yang berfungsi sebagai alat preparasi
batu gamping dari front penambangan guna mendapatkan ukuran butiran yang
diinginkan oleh pasar.
e. Pembangkit listrik, berfungsi sebagai sumber tenaga listrik yang akan dipakai
sebagai penerangan, untuk alat pengolahan dan menggerakkan alat–alat yang
bekerja didalam pabrik.
f. Pompa air, digunakan untuk memompa atau mengambil air guna memenuhi
kebutuhan peralatan dan karyawan.
g. Pabrik peremukan. Pabrik peremukan ini harus dibuat cukup luas agar dapat
menampung material hasil penambangan sebelum proses peremukan.
h. Pemilihan lokasi peremukan dan stockpile. Pemilihan lokasi biasanya bedasarkan
topografi daerahnya yang agak landai. Lokasi pabrik dipilih daerah yang relatif
datar dan tanpa vegetasi sehingga hanya perlu proses atau pekerjaan perataan
seperlunya saja. dan dekat dengan Infrastruktur yang ada seperti jalan, dan
penerangan.
i. Pemasangan peralatan pada Pabrik Peremuk. Untuk penempatan mesin peremuk
dibutuhkan pondasi yang cukup kuat agar dapat bertahan cukup lama sesuai
dengan proyek yang diselenggarakan dan masalah konstruksi pondasi
diborongkan kepada pihak kontraktor dengan pihak pemasok mesin peremuk
sebagai konsultan.
j. Letak kantor. Sarana perkantoran digunakan sebagai pusat pengaturan dan
pelaksanaan kegiatan kerja penambangan dan direncanakan berada pada daerah
yang mudah dicapai dan dekat dengan jalan masuk. Bangunan ini dibuat
permanen karena dipakai dalam jangka waktu yang sangat lama sesuai dengan
umur proyek.
k. Pusat perawatan alat. Dalam menunjang kelancaran operasi dibutuhkan
peralatan–peralatan yang selalu dalam kondisi yang baik dan siap pakai. Untuk itu
sangat dibutuhkan suatu sarana sebagai tempat perawatan peralatan (spare part),
agar perawatan terhadap peralatan atau mesin–mesin yang digunakan dapat
dilakukan secara rutin baik itu dalam jenis perawatan yang ringan maupun
pergantian suku cadangnya.
l. Penerangan. Sarana penerangan dimaksudkan untuk memberikan penerangan
disekitar bangunan, jalan, dan terutama sekali didalam kegiatan penunjang kerja.
Sumber listrik untuk penerangan ini tidak menjadi satu dengan listrik untuk pabrik,
sehingga khusus untuk sarana penerangan ini diperlukan sebuah generator.
m. Sumber air. Air merupakan sumber sarana yang sangat vital bagi sebuah proyek
yang melibatkan banyak tenaga kerja. Disamping air digunakan sebagai kebutuhan
sehari–hari, air juga dipakai dalam kegiatan penambangan yang didapat dari air
tanah dengan melakukan pemboran.
57
BUSINESS MODEL CANVAS
n. Prasarana penunjang Lainnya. Yang dimaksud dengan prasarana lain disini adalah
prasarana yang dipakai untuk kepentingan umum dimana selain digunakan oleh
perusahaan juga dapat dipakai oleh masyarakat setempat sehingga mempunyai
dampak yang positif terhadap kehidupan masyarakat sekitar. Prasarana lainnya
meliputi saran olahraga, saran tempat peribadatan, poliklinik, power house, dan
pos keamanan.
Bisnis jasa kontraktor batubara (coal contractor) tidak terlepas dari resiko yang harus
dihadapinya. Resiko yang dihadapi meliputi: resiko atas regulasi pemerintah, resiko
sosial politik, resiko pasar, resiko infrastruktur, resiko operasi, resiko keuangan, dan
resiko reputasi sebagaimana diuraikan pada tabel berikut ini:
58
BUSINESS MODEL CANVAS
59
BUSINESS MODEL CANVAS
60
BUSINESS MODEL CANVAS
e) Dried Mineral Matter Free (DMMF) dapat diartikan pula sebagai pure coal basis,
yang berarti batubara diasumsikan dalam keadaan murni dan tidak mengandung
air, abu, serta zat mineral lainnya. Untuk konversi perhitungan ke basis ini, maka
besarnya zat-zat mineral harus diketahui terlebih dulu.
Pada saat pembakaran batubara di boiler, air yang menempel di batubara (dalam hal
ini TM) serta air yang terbentuk dari persenyawaan hidrogen yang terkandung di
dalam batubara dan oksigen, akan berubah menjadi uap air setelah melalui proses
pemanasan dan penguapan. Karena tidak memberi nilai tambah apa pun dalam
konversi ke energi yang dapat dimanfaatkan selain untuk menguapkan air dalam
batubara saja, maka kalor yang digunakan untuk proses tadi disebut kalor laten. Jika
kalor laten ini diikutsertakan dalam analisis, maka kalori dalam batubara yang
bersangkutan disebut dengan GCV (Gross Calorific Value) atau HHV (Higher Heating
Value). Dan jika faktor kalor laten ditiadakan, maka disebut dengan NCV (Net Calorific
Value) atau LHV (Lower Heating Value).
Untuk kalori batubara, parameter ini sangat vital dalam transaksi batubara.
Umumnya, dalam kontrak pembelian batubara, persyaratan kalori oleh sebagian
besar konsumen Jepang selama ini adalah GCV dalam basis ADB. Akan tetapi,
belakangan ini sebagiannya mulai berubah ke GCV dalam basis ARB. Dan sebenarnya
di Eropa Barat, kontrak berbasis ARB untuk GCV ini sudah menjadi mayoritas dalam
transaksi batubara saat ini. Bahkan dalam perkembangannya, beberapa konsumen
juga mulai beralih ke persyaratan kalori dalam NCV berbasis ARB.
Harga batubara Indonesia akan mengikuti harga batubara dunia. Harga batubara
dunia cenderung mengalami penurunan, demikian pula di Indonesia. Perkembangan
harga batubara di Indonesia dapat digambarkan sebagaimana pada gambar berikut:
Lihat Gambar 5.11
61
BUSINESS MODEL CANVAS
Gambar 5.9
Bisnis Jasa Perdagangan Batubara
62
BUSINESS MODEL CANVAS
63
BUSINESS MODEL CANVAS
• Segmenting :
a) Geografik: membagi daerah pemasaran menjadi beberapa daerah menurut
jangkauan wilayah. Dalam hal ini perusahaan jasa perdagangan batubara (coal
trader) membagi wilayah pemasaran dari batubara yang mereka jual
berdasarkan kemampuan mereka menjangkau wilayah tersebut (tergantung
dari wilayah penghasil batubara).
b) Demografik: membagi daerah pemasaran berdasarkan tingkat penggunaan
produk yaitu frekuensi permintaan konsumen terhadap produk tersebut.
64
BUSINESS MODEL CANVAS
Hal ini berkaitan dengan permintaan atas batubara yang dijual oleh
perusahaan jasa perdagangan batubara (coal trader), misal : perusahaan
tekstil yang membutuhkan kalori yang tetap dari perusahaan jasa perdagangan
batubara (coal trader).
• Targeting
a) End User Besar : Pengembangan Power Plan PLTU
b) End User Menengah : Industri Tekstil, Semen
c) End User Kecil : Industri Makanan
• Positioning
a) Menjadi pemasok besar batubara di Indonesia yang berkualitas serta memiliki
layanan kerja yang baik yaitu pengiriman barang yang tepat waktu sesuai
dengan permintaan dan kebutuhan konsumen, juga memberikan jaminan
produk bagi konsumen. Konsekuensi untuk perusahaan jasa perdagangan
batubara (coal trader) harus menerapkan sistem manajemen penambangan
yang terpadu (penambangan, sistem logistik termasuk dengan kepemilikan
alat-alat pengiriman).
Bisnis jasa perdagangan batubara (coal trading) tidak terlepas dari resiko yang harus
dihadapinya. Resiko yang dihadapi meliputi: resiko atas regulasi pemerintah, resiko
sosial politik, resiko pasar, resiko infrastruktur, resiko operasi, resiko keuangan, dan
resiko reputasi sebagaimana diuraikan pada tabel berikut ini:
Tabel 5.9. Valuasi Resiko Bisnis Jasa Perdagangan Batubara
65
BUSINESS MODEL CANVAS
Tabel 5.10
Valuasi Keuangan Jasa Perdagangan Batubara
66
BUSINESS MODEL CANVAS
Gambar 5.14
Kegiatan Bisnis Jasa Trasnportasi Batubara
67
BUSINESS MODEL CANVAS
Perusahaan jasa transportasi yang ada hanya merupakan subkon dari kontraktor
pertambangan untuk memenuhi kapasitas produksi dari kontraktor tambang
tersebut. Untuk pelayanan jasa pengangkutan pertambangan mineral dan batubara
dalam suatu daerah biasanya dikerjakan oleh perusahaan-perusahaan lokal/
setempat. Untuk perusahaan pemegang konsesi lahan yang luas (PKP2B) biasanya
sudah di support oleh beberapa supplier alat berat, seperti United Tractor.
Pangsa pasar merek truk batubara dapat diuraikan pada gambar berikut ini:
68
BUSINESS MODEL CANVAS
• Segmenting :
a) Geografik: membagi daerah pemasaran menjadi beberapa daerah menurut
jangkauan wilayah. Dalam hal ini perusahaan penyedia jasa transportasi
batubara (coal transporter) membagi wilayah pemasaran dari transportasi
batubara berdasarkan kemampuan mereka menjangkau wilayah tersebut
tergantung dari wilayah penghasil batubara (coal seller)
b) Demografik: membagi daerah pemasaran berdasarkan tingkat penggunaan
produk yaitu frekuensi permintaan konsumen terhadap produk tersebut. Hal
ini berkaitan dengan permintaan atas batubara (coal buyer)
• Targeting :
a) Produsen Batubara Besar. 10 perusahaan produsen batubara terbesar
(menghasilkan 60% dari total produksi batubara domestik), seperti: PT Adaro,
PT BUMI resources, PT Berau Coal, PT Kideco Jaya Agung, PT Indominco
Mandiri, PT Jembayan Muarabaya, PT Mahakam Sumber Jaya, PT Trubaindo
Coal Mining, PT Bukit Asam.
b) Produsen Batubara dengan Skala lebih Kecil memliki lahan konsensi batubara
tidak terlalu luas (pemegang IUP/PKP2B skala kecil)
c) Pemegang kontrak kerjasama JO/ SPK
d) Trader/Buyer
e) Kontraktor Pertambangan
• Positioning
a) Menjadi penyedia jasa transportasi angkutan batubara di Indonesia yang
berkualitas serta memiliki layanan kerja yang baik dan pengiriman barang yang
tepat waktu sesuai dengan permintaan dan kebutuhan konsumen
b) Konsekuensi untuk perusahaan penyedia jasa transportasi batubara (coal
transporter) harus menerapkan sistem manajemen logistik terpadu.
Gambar 5.17
Peringkat Perusahaan Jasa
Transportasi Batubara
69
BUSINESS MODEL CANVAS
Bisnis jasa transportasi batubara (coal transporter) tidak terlepas dari resiko yang
harus dihadapinya. Resiko yang dihadapi meliputi: resiko atas regulasi pemerintah,
resiko sosial politik, resiko pasar, resiko infrastruktur, resiko operasi, resiko keuangan,
dan resiko reputasi sebagaimana diuraikan pada tabel berikut ini:
70
BUSINESS MODEL CANVAS
71
BUSINESS MODEL CANVAS
Mitigasi berbagai resiko dalam bisnis jasa batubara dapat dikelompokkan menjadi:
mitigasi resiko strategis, resiko operasi, dan resiko keuangan. Uraian mitigasi resiko-
resiko tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
72
BUSINESS MODEL CANVAS
73
BUSINESS MODEL CANVAS
Bab VI
BUSINESS MODEL CANVAS
JASA PERTAMBANGAN BATUBARA
DI INDONESIA
74
BUSINESS MODEL CANVAS
Gambar 6.2
Business Model Canvas
Jasa Kontraktor
Tambang Batubara
Gambar 6.3
Business Model Canvas
Jasa Perdagangan Batubara
75
BUSINESS MODEL CANVAS
76
BUSINESS MODEL CANVAS
Bab VII
PENGUJIAN
BUSINESS MODEL CANVAS
BISNIS JASA BATUBARA
Sembilan elemen-elemen dan sub-elemen dalam model sistem bisnis jasa
pertambangan batubara meliputi sebagai berikut :
1. Value propositions meliputi: kualitas penambangan, skedul waktu penambangan,
ongkos penambangan kompetitif, dan ketersediaan layanan terpadu dgn kegiatan
tambang lainnya (trading, transportasi, dll).
2. Customer segments meliputi: pemilik PKP2B/ IUP Besar, pemilik IUP Sedang –
Kecil, dan pemegang kontrak kerjasama SPK/ JO.
3. Customer relationship meliputi: program customer relationship management
(CRM), komunitas, dan personal assistance.
4. Channels meliputi: iklan/Web, tim pemasar, dan asosiasi bisnis dan profesi
pertambangan.
5. Key resources meliputi: ahli tambang yang berpengalaman, peralatan tambang yg
memadai, modal kerja yang cukup, dan metode penambangan yang tepat.
6. Key activities meliputi: overburden removal, cleaning & loading batubara, dan
hauling batubara
7. Key partners meliputi: perusahaan alat berat, perusahaan eksplorasi, perusahaan
surveyor.
8. Cost structure meliputi: biaya sewa alat berat, biaya tenaga kerja & bahan bakar,
biaya perizinan & penalti, dan biaya CSR.
9. Revenue stream meliputi: penjualan jasa overburden removal, penjualan jasa
cleaning & loading batubara, penjualan jasa hauling batubara.
77
BUSINESS MODEL CANVAS
Asumsi Model yaitu seluruh parameter model diketahui dengan pasti, revenue
streams merupakan akumulasi dari pendapatan yang terjadi dari bisnis jasa
pertambangan, dan cost structure merupakan akumulasi dari biaya yang terjadi dari
bisnis jasa pertambangan batubara.
Notasi parameter dan variabel sistem bisnis jasa pertambangan batubara yaitu:
• Customer segments ( î1 ):
Jumlah pemilik Ijin Usaha Pertambangan Besar (x1)
Jumlah pemilik Ijin Usaha Pertambangan Kecil-Sedang (x2)
Jumlah pemilik SPK/ Joint Operation (x3)
78
BUSINESS MODEL CANVAS
• Customer relationship ( î2 ):
Jumlah Program CRM (x4)
Jumlah Komunitas (x5)
Jumlah Personal Assistance (x6)
• Channels ( î3 ):
Jumlah Iklan/ WEB (x7)
Jumlah Tim Pemasar (x8)
Jumlah Asosiasi Bisnis dan Profesi Pertambangan (x9)
• Key resources ( î4 ):
Jumlah ahli tambang yg berpengalaman (x10)
Jumlah peralatan tambang yg memadai (x11)
Jumlah kecukupan modal kerja (x12)
Ketepatan metode penambangan (x13)
• Key activities ( î5 ):
Kapabilitas overburden removal (x14)
Kapabilitas cleaning & loading batubara (x15)
Kapabilitas hauling batubara (x16)
• Key partners ( î6):
Jumlah mitra perusahaan alat berat (x17)
Jumlah mitra perusahaan eksplorasi (x18)
Jumlah mitra perusahaan surveyor (x19)
• Value propositions (ç1):
1. Kesesuaian kualitas penambangan (y1)
2. Ketepatan waktu skedul penambangan (y2)
3. Ongkos penambangan yg kompetitif (y3)
4. Ketersediaan layanan terpadu lainnya (trading, transportasi, dll) (y4)
• Cost structure (ç2):
Efisiensi biaya sewa alat berat (y5)
Efisiensi biaya tenaga kerja & bahan bakar (y6)
Efisiensi biaya perizinan & penalti (y7)
Efisiensi biaya CSR (y8)
• Revenue stream (ç3):
Penjualan jasa Overburden Removal (y9)
Penjualan jasa Cleaning & Loading Batubara (y10)
Penjualan jasa Hauling Batubara (y11)
Tujuan yang ingin dicapai dari model ini adalah menghasilkan informasi terkait
parameter-parameter dan elemen-elemen utama yang menjadi prioritas dalam
menyusun strategi bisnis yang efektif.
79
BUSINESS MODEL CANVAS
Output dari model ini dalam kaitannya dengan formulasi strategi dapat dicontohkan
bahwa penciptaan value proposition (ç1) bagi pelanggan jasa pertambangan
batubara secara signifikan ditentukan oleh oleh elemen penentuan customer
segment (î1) dengan parameter pemilik Joint Operation (x3) yang memberikan
kontribusi revenue stream (ç3) terbesar dibandingkan dengan parameter pemilik IUP
besar (x1) dan pemilik IUP kecil & sedang (x2). Oleh karena itu strategi bisnis
perusahaan jasa pertambangan batubara harus diarahkan pada segmen pemilik Joint
Operation. Hal ini disebabkan karena pemilik Joint Operation hanya menerima royalti
20% tanpa modal dari penjualan hasil tambang dan pihak kontraktor menerima 80%,
dimana kontraktor dapat menarik investor dan memiliki keleluasan dalam
menentukan sistem penambangannya.
Model bisnis canvas yang digunakan pada sistem bisnis ini mengacu pada konsep
teoritis yang dinyatakan oleh Osterwalder & Pigneur (2010). Elemen dan parameter
yang digunakan dalam pemodelan bisnis ini dapat saja berubah (tidak seluruh
parameter dan elemen digunakan) menyesuaikan dari hasil implementasi model di
lapangan. Pengolahan data menggunakan software AMOS dengan data kuantitatif
sebagai hasil penilaian responden sebanyak 2000 pengguna jasa pertambangan
batubara.
Gambar 7.1
Model SEM Business Model Canvas
80
BUSINESS MODEL CANVAS
0.35 X1 0.61
Customer
0.67
0.36 X2 Segment
0.66 (î1)
0.23 X3 0.71
0.60
0.23 X4 0.70
Customer Y5 0.25
0.66
0.31 X5 Relationship
Y6 0.31
(î2) 0.68 Cost Structure
0.31 X6 0.65 (ç2) Y7 0.28
81
BUSINESS MODEL CANVAS
82
BUSINESS MODEL CANVAS
daftar
PUSTAKA
Aspara. Jaakko., Lamberg, Juha-Antti., Laukia, Arjo., Tikkanen, Henrikki. 2011.
Strategic Management of Business Model Transformation: Lessons from
Nokia. Management Decision Journal, Vol. 49 Iss 4 pp. 622 - 647
Amit, R., Zott, C. 2001. Value Creation in E-business. Strategic Management Journal,
Vol. 22, No. 6-7, p. 493-520
Barney, J. B., Clark, D. N. 2007. Resource-Based Theory: Creating and Sustaining
Competitive Advantage. New York: Oxford University Press
Cavalcante, Sérgio., Kesting, Peter., Ulhøi, John. 2011. Business Model Dynamics and
Innovation: Re-Establishing The Missing Linkages. Management Decision
Journal, Vol. 49 Iss 8 pp. 1327 - 1342
Cavalcante, Sérgio André. 2013. Understanding The Impact of Technology on Firms'
Business Models. European Journal of Innovation Management, Vol. 16 Iss 3
pp. 285 - 300
Camison, C., Lopez, A. 2010. Business Models in Spanish Industry: A Taxonomy-based
Efficacy Analysis. Management, Vol. 13, No. 4, p. 298-317
Chesbrough, H. 2010. Business Model Innovation: Opportunities and Barriers. Long
Range Planning, Vol. 43, No. 2-3, p. 354-363
Demil, B., Lecocq, X. 2010. Business Model Evolution: In Search of Dynamic
Consistency. Long Range Planning, Vol. 43, No. 2-3, p. 227-246
Doganova,L., Reanult, E. 2009. What Do Model Business Models Do? Research Policy,
Vol. 38, No. 10, p. 1559-1570.
Dubosson, M., Osterwalder, A., Pigneur, Y. 2002. E-Business Model Design,
Classification, and Measurements. Thunderbird International Business Review,
Vol. 44, No. 1, p. 5-23
Gambardella, A., McGahan, A. M. 2010. Business-Model Innovation: General Purpose
Technologies and their Implications for Industry Structure. Long Range
Planning, Vol. 43, No. 2-3, p. 262-271
Høgevold, Nils M.. 2011. A Corporate Effort Towards A Sustainable Business Model.
European Business Review, Vol. 23 Iss 4 pp. 392 - 400
Kähkönen, Anni-Kaisa. 2012. Value Net: A New Business Model for The Food Industry.
British Food Journal, Vol. 114 Iss 5 pp. 681 - 701
Kottler, Philip. and Keller, L. Kevin. 2009. Manajemen Pemasaran, Edisi 13.
Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Liu, Chun Hsien., Chen, Liu Ming-Chao., Tu, Yi-Hsien., Wang, Chu-Ching. 2014.
Constructing A sustainable Service Business Model. International Journal of
Physical Distribution & Logistics Management, Vol. 44 Iss 1/2 pp. 80 - 97
83
BUSINESS MODEL CANVAS
Liu, Yang., Wei, Jiang. 2013. Business Modeling for Entrepreneurial Firms: Four Cases
in China. Journal of Chinese Management Studies, Vol. 7 Iss 3 pp. 344 - 359
Malone, T.W., Weill, P., Lai, R.K. 2006. Do Some Business Models Perform Better than
Others? Working paper, p. 1-36.
Masanell, R., Ricart, J. E. 2010. Competitiveness: Business Model Reconfiguration for
Innovation and Internationalization. Journal of the Iberoamerican Academy of
Management, Vol. 8 Iss 2 pp. 123 - 149
Masanell, R., Ricart, J. E. 2010. From Strategy to Business Models and onto Tactics.
Long Range Planning, Vol. 43, No. 2-3, p. 195-215
McGrath, R. G. 2010. Business Models: A Discovery Driven Approach. Long Range
Planning, Vol. 43, No. 2-3, p. 247-261
Morris, M., Schindehutte, M., Allen, J. 2005. The Entrepreneur's Business Model:
Toward A Unified Perspective. Journal of Business Research, Vol. 58, No. 6, p.
726-735
Osterwalder, A., Pigneur, Y. 2010. Business Model Generation. Hoboken: John Wiley &
Sons
Osterwalder, A., Pigneur, Y., Tucci, C. L. 2005. Clarifying Business Models: Origins,
Present, and Future of the Concept. Communications of the Association for
Information Systems, Vol. 15, No. May, p. 1-40
Porter, M. E. 1998. Competitive Advantage: Creating and Sustaining Superior
Performance. New York: Free Press
Rappa, M. 2012. Business Models on The Web: Managing the Digital Enterprise.
http://digitalenterprise.org/models/models.html
Stabell, C. B.; Fjeldstad, O. D. 1998. Configuring Value for Competitive Advantage: on
Chains, Shops, and Networks. Strategic Management Journal, Vol. 19, No. 5, p.
413437
Tajuddin, M., Manan, Abdul., Adil, Ahmat. 2011. Studi Kasus Model Strategi
Pemasaran Terintegrasi Berbasis Teknologi Informasi Di Nusa Tenggara Barat.
Jurnal Ilmiah Kursor, Vol. 6, No. 2, p. 65-76
Tian, Xuemei., Martin, Bill. 2014. Business Models for Higher Education: An Australian
Perspective. Journal of Management Development, Vol. 33 Iss 10 pp. 932 - 948
Tikkanen, Henrikki., Lamberg, Juha-Antti., Parvinen, Petri., & Kallunki, Juha-Pekka.
2005. Managerial Cognition, Action and The Business Model of The Firm.
Management Decision Journal, Vol. 43 Iss 6 pp. 789 - 809
Teece, D. J. 2010. Business Models, Business Strategy and Innovation. Long Range
Planning, Vol. 43, No. 2-3, p. 172-194
Tim PPM Manajemen. 2012. Business Model Canvas: Penerapan di Indonesia.
Jakarta: Penerbit PPM.
84
BUSINESS MODEL CANVAS
Vasarhelyi, A. Miklos., Alles, G. Michael. 2008. The “Now” Economy and The
Traditional Accountung Reporting Model: Opportunities and Challenges for AIS
Research. International Journal of Accounting Information Systems, Vol 9, p.
227-239
Wirtz, B. W.; Schilke, O.; Ullrich, S. 2010. Strategic Development of Business Models.
Long Range Planning, v. 43, n. 2-3, p. 272-290, abr 2010.
Woodruff, R. B. 1997. Customer Value: The Next Source for Competitive Advantage.
Academy of Marketing Science, v. 25, n. 2, p. 139-154
Yuan, Chiu, Kao, Lin. 2009. A New Business Model for The Gift Industry in Taiwan.
European Business Review, Vol.
Yuangsheng LI.2011. Walmart Business Model Study. International Journal of
Advanced Economics and Business Management, Vol. 1, No. 2, P. 93-97
Zott, C.; Amit, R., Massa, L. 2011. The Business Model: Recent Developments and
Future Research. Journal of Management, Vol. 37, No. 4, p. 1019-1020
85