Anda di halaman 1dari 86

I.

BIOLOGI BUNGA

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Bunga merupakan organ reproduksi pada tumbuhan, organ ini
bukanlah organ pokok dan merupakan modifikasi (perubahan bentuk) dari organ
utama yaitu batang dan daun yang bentuk, susunan, dan warnanya telah
disesuaikan dengan fungsinya sebagai alat perkembangbiakan pada tumbuhan.
Jika kita memperhatikan bagian dasar bunga dan tangkai bunga, bagian ini
merupakan modifikasi dari batang, sedangkan kelopak dan mahkota bunga
merupakan modifikasi dari daun yang bentuk dan warnanya berubah. Sebagian
masih tetap bersifat seperti daun, sedangkan sebagian lagi akan mengalami
metamorfosis membentuk bagian yang berperan dalam proses reproduksi.
Bunga majemuk pada umumnya memilki empat organ utama, yaitu kelopak
(sepal), mahkota (petal), benang sari (stamen), dan putik (pistil). Benang sari
terdiri dari tangkai sari (filament), putik (stigma), tangkai putik (style), dan bakal
buah (ovary). Berdasarkan kelengkapan bagian bunga, bunga dapat digolongkan
ke dalam bunga lengkap,yaitu bunga yang memiliki ke empat organ bunga
(kelopak, mahkota, benang sari dan putik) dan bunga tak lengkap, yaitu bunga yag
tidak memiliki salah satu atau lebih organ bunga tersebut. Dilihat dari alat
generatifnya, ada bunga sempurna dan bunga tidak sempurna. Bunga sempurna
adalah bunga yang memiliki benang sari dan putik. Sedangkan bunga tidak
sempurna hanya memiliki salah satu organ generative tersebut. Dalam hal ini
maka ada bunga jantan (staminate) dan ada pula bunga betina (pistilate).
Pengetahuan tentang morfologi bunga dapat mempermudah kita dalam
menentukan metode pemuliaan yang dapat diterapkan serta dapat menentukan
jenis penyerbukannya. Proses penting dalam daur hidup suatu tanaman adalah
penyerbukan dan pembuahan. Penyerbukan (pollination) merupakan peristiwa
melekatnya serbuk sari ke kepala putik. Penyerbukan merupakan tahap awal dari
terbentuknya individu atau tanaman baru. Penyerbukan dapat terjadi secara alami
dengan bantuan angin, air, manusia, serangga atau hewan lainnya dan lain-lain.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum Biologi Bunga ini bertujuan agar mahasiswa dapat:
1. Memahami biologi bunga pada tanaman
2. Memahami fungsi biologi bunga dan kaitannya dengan pemuliaan
tanaman.
3. Mampu menggambarkan serta menguraikan bagian dari suatu
bunga serta fungsinya pada tanaman.

B. Metode Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum pemuliaan tanaman dilaksanakan pada hari Senin, 14 Maret 2016
pukul 15.30 – 17.00 WIB di Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi
UNS.

2. Bahan dan Alat


Bahan :
1) Bunga padi (Oryza sativa)
2) Bunga pepaya (Carica papaya)
3) Bunga cabai (Capsicum annum)
4) Bunga jagung (Zea mays)

Alat :
1) Jarum preprat
2) gunting, pinset
3) alat gambar

3. Cara Kerja
a. Menyiapkan bunga-bunga yang akan diamati
b. Perhatikan agian-bagiannya secara teliti
c. Gambarkan pada kertas pekrjaan masing-masing bunga dan bagian-
bagiannya.
d. Sebutkan tipe bunga dan macam penyerbukannya untuk bunga yang
akan diamati.
C. Tinjauan Pustaka

1. Taksonomi
Tanaman jagung (Zea mays L.) dalam sistematika tumbuh-
tumbuhan menurut (Saktiyono, 2006) termasuk kingdom; Plantae,
divitio; Spermatophyta, classis; Monocotyledonae, ordo;
Commelinales, familia; Poaceae, genus; Zea, species; Zea mays. Jagung
merupakan tanaman berumah satu (monoecious), bunga jantan
(staminate) terbentuk pada ujung batang, sedangkan bunga betina
(pistilate) terletak pada pertengahan batang. Tanaman jagung bersifat
protandy, yaitu bunga jantan umumnya tumbuh 1-2 hari sebelum
munculnya rambut (style) pada bunga betina, oleh karena itu bunga
jantan dan bunga betina yang terpisah akibat sifatnya yang protandry
tersebut, maka jagung mempunyai sifat menyerbuk silang. Produksi
tepung sari (pole) dari bunga jantan diperkirakan mencapai 25.000-
50.000 butir tanaman. Bagian-bagian dari bunga betina adalah tangkai
tongkol, tunas, kelobot, calon biji, calon jenggel, penutup kelobot dan
rambut-rambut (Purwono, 2010).
Taksonomi Pepaya (Amir Hamzah, 2014) termasuk kingdom;
Plantae, divisi; Magnoliophyta, kelas; Magnoliopsida, ordo; Violales,
famili; Caricaceae, genus; Carica, species; Carica pepayae L. Bunga
pepaya termasuk bunga majemuk yang tersusun pada sebuah tangkai
atau poros bunga (peunculus). Kelompok bunga majemuk tersebut
disebut inflorensia yang duduk pada ketiak daun. Tanaman pepaya
memilki tiga jenis bunga , yaitu bunga jantan (masculus), bunga betina
(femineus) dan bunga sempurna (hermaprodite).
Bunga jantan adalah bunga yang hanya memilki benang sari saja,
sedangkan bunga betina hanya memilki putik saja. Kedua jenis bunga
tersebut disebut bunga berjenis kelamin satu atau uniseksual. Jenis
bunga yang memilki putik dan benang sari disebut sebagi bunga
sempurna. Bunga jantan mudah dikenal karena memiliki bunga
majemuk yang bertangkai panjang dan bercabang-cabang. Bunga
pertama yang terdapat pada pangkal tangkai adalah bunga jantan.
Bunga jantan ini memiliki ciri-ciri putik atau bakal buah yang tidak
berkepala karenanya tidak dapat menjadi buah, sedangkan benang sari
susunannya sempurna.
Bunga sempurna (hermaprodite) memilki putik dengan bakal
buah dan benang sari. Saat muncul sampai mekar berlangsung 45-47
hari, biasanya terletak di ujung tangkai bunga pepaya, yang dapat
melakukan penyerbukan sendiri. penyerbukan sendiri adalah penyatuan
sel telur dengan sel sperma yang berasal dari satu tanaman.
Bunga betina hanya menghasilkan bunga betina, bakal buahnya
sempurna tidak berbenang sari, uuntuk dapat menjadi buah harus
diserbuki bunga jantan dari luar. Pepaya betina berbunga sepanjang
tahun, buah bulat bertangkai pendek. Pepaya sempurna (hermaprodite)
memiliki bunga yang sempurna susunannya, ia memiliki bakal buah
dan benang sari, sehingga dapat melakukan penyerbukan sendiri
(Baga, 2010).
Taksonomi cabai (Warisno, 2010) termasuk kingdom; Plantae,
divisi; Magnoliophyta, kelas; Magnoliopsida, ordo; Solanales, famili;
Solanaceae, genus; Capsicum, spesies; Capsicum annuum (cabai besar,
cabai lonceng). Bunga cabai tergolong bunga lengkap karena terdiri dari
kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari, dan putik. Kelopak bunga
berjumlah enam helai berwarna kehijauan. Mahkota bunga terdiri atas
5-7 petal berwarna putih susu atau kadang-kadang ungu. Posisi bunga
menggantung; panjang bunga biasanya0,8-1,5 cm; lebar 0,5 cm; dan
panjang tangkai bunga antara 3-8 cm. Tangkai putik berwarna putih,
panjangnya sekiatar 0,5 cm. Kepala putik berwarna kekuning-kuningan.
Tangkai sari berwarna putih dengan panjang sekitar 0,5 cm. Kepala sari
yang belum matang berwarna biru atau ungu. Dalam satu bunga
terdapat satu putik dan 5-7 benang sari.
Bunga cabai umumnya merupakan bunga tunggal (kecuali pada
spesies tertentu berbunga ganda), terletak pada hampir setiap ruas
(nodus). C. Annum (cabai besar) mempunyai satu bunga/ruas, C.
Frutescens (cabai rawit) mempunyai 1-3 bunga/ruas, C. Pubescens
(cabai gendot) mempunyai 1-5 bung/ruas, C. Baccatum (cabai ubatuba)
mempunyai 1-5 bunga/ruas, C. Chinense mempunyai 2-5 bunga/ruas
Bunga cabai cenderung berkarakter protogyny dan tepung sari
keluar dari kotak sari pada saat bnga mekar. Bungai cabai menyerbuk
sendiri, tetapi penyerbukan silang secara alami dapat terjadi dengan
bantuan lebah dengan presentase persilangan berkisar 7,6 – 36,8 %.
Bunga pertama terbentuk pada umur 23-31 hari sesudah tanam
(Syukur, 2015)
Taksonomi tanaman padi (Yuktika, 2014) termasuk kingdom;
Plantae, divisi : Spermatophyta, class : Monocotyledonae, ordo; Poales,
familia; Poaceae, genus; Oryza, species; Oryza sativa L. Bunga padi
adalah bunga terminal yang berbentuk malai terdiri dari bunga-bunga
tunggal (spikelet). Tiap bunga tunggal terdiri dari dua lemma steril,
lemma (sekam besar), palea (sekam kecil), enam buah benang sari yang
masing-masing memiliki dua kotak sari dan sebuah putik. Kepala putik
berjumlah dua buah dengan bulu-bulu halus. Pada dasar bunga terdapat
lodikula yang berperan penting terhdap mekarnya bunga. Pada waktu
padi akan berbunga, lodikula mengembang serta mendorong lemma dan
palea sehingga terpisah dan membuka. Bunga mekar diikuti dengan
pecahnya kotak sari serta menutupnya kembali lemma dan plaea yang
memungkinkan tepung sari menempel pada kepala putik pada bunga
yang sama.
Mekarnya bunga dimulai dari sepikelet bagian atas lalu berlanjut
ke arah bawah, dan mencapai tingkat yang tertinggi pada pukul 08.00-
11.00. pada saat yang sama, tepung sari telah matang dan siaga.
Tanaman yang sudah siap untuk diemaskulasui ditantdai dengan
keluarnya malai 50-60% dari dalam sepikelet. Emaskulasi sebaiknya
dilakukan pada pagi hari atau sore hari untuk mempertahankan
reseptivitas kepala putik karena dipenggaruhi kelembaban dan
temperatur. Reseptivitas kepala putik yang terbaik dicapai setelah tiga
hari sepikelet membuka, lalu berangsur menurun menjelang hari ke
tujuh. Pembuahan terjadi setelah tiga jam penyerbukan. Padi termasuk
tanaman menyerbuk sendiri dengan presentasi penyerbukan silang
kurang dari 5%. Metode pemuliaan padi sama dengan metode
pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri lainnya. Varietas utama yang
dihasilkan dari kegiatan pemuliaan padi adalah varietas galur murni.
Pemuliaan padi diarahkan pada perbaikan produktivitas, kualitas beras,
ideotipe yang mengrah pada PTB, tahan terhadap cekaman biotik dan
abiotik (Syukur, 2015)
Kelopak bunga (calix) merupakan bagian terluar dari bunga.
Kelopak bunga biasanya berwarna hijau atau warna lain yang tersusun
dalam satu atau beberapa lingkaran. Kelopak bunga berfungsi untuk
melindungi kuncup bunga.
Mahkota bunga (corolla) umumnya lebih besar daripada kelopak
bunga dan terletak di sebeah dalam kelopak bunga. Setiap jenis
tumbuhan, umumnya memiliki warna mahkota bunga yang mencolok
sehingga menarik perhatian serangga untuk membantu tumbuhan dalam
penyerbukan. Selain itu, mahkota bunga juga memilikibentuk yang
beraneka ragam. Kelopak dan mahkota bunga bersama-sama
membentuk perhiasan bunga (periantum).
Benang sari (stamen) merupakan organ perkembangbiakan (alat
kelamin) jantan pada tumbuhan. Letak benang sari umumnya
mengelilingi putik. Benang sari menghasilkan sel kelamin jantan.
Bagian-bagian penyusun benang sari adalah tangkai sari (filamen). Pada
ujung benang sari terdapat kepala sari atau kotak sari (antera). Kepala
sari berisi serbuk sari (polen). Serbuk sari merupakan sel elamin jantan
(sperma).
Putik (pistillum) terletak di bagian pusat bunga setelah benang sari.
Putik merupakan organ perkembangbiakan betina, karena membentik
sel telur (ovum). Bagian-bagian penyusun putik adalah kepala putik
(stigma), tangkai putik (stilus), dan bakal buah (ovarium). Di dalam
bakal buah terdapat bakal biji (ovulum). Di dalam bakal biji terdapat sel
telur yang merupakan sel kelamin betina (Saktiyono, 2006).
Biologi bunga penting untuk diketahui supaya dapat menetukan
keseragaman buah, menentukan pohon induk dan mengetahui
bermacam-macam bunga pepaya. Dalam ilmu budidaya dan peuliaan
tanamn, mempelajari biologi bunga merupakan salah satu hal yang
sangat penting. Dengan mempelajari biologi bunga maka para peulia
tanamn akan dapat melakukan kegiatan pemuliaan tanamn karena
dalam biologi bunga akan dipelajari berbagai macam struktur bunga,
sehingga bisa diketahui kedudukan benang sari dan putik dari bunga
yang bersangkutan. Mempelajari biologi bunga juga bermanfaat untuk
menentukan tipe penyerbukan tanaman penyerbukan sendiri atau
penyerbukan silang (Warisno, 2010).
D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

1. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Bioiogi Bunga padi (Oryza sativa), bunga pepya (Carica
papaya), bunga cabai (Capsicum annum) dan bunga jagung (Zea mays)
N Gambar Keterangan
o Bagian Tipe Bunga Tipe
Bagian Penyerbuka
n
1 Bunga pepaya 1. Mahkota Bunga Penyerbukan
(Carica papaya) (corolla)
jantan silang (cross
2. Kepala
benang polinated)
sari
(stamen)
3. Tangkai
benang
sari
(filament
)
Gambar 1.1 Bunga 4. Kelopak
pepaya jantan (calyx)
Bunga pepaya 1. Mahkota Hermaprodi Penyerbukan
(Carica papaya) bunga
t sendiri (self
(corolla)
2. Putik polinated
(pistil)
crop)
3. Benang
sari
(stamen)
4. Ovarium
5. Kelopak
bunga
6. Tangkai
bunga
Gambar 1.2 Bunga
pepaya hermaprodit
Bunga pepaya 1. Mahkota Bunga Penyerbukan
(Carica papaya) (corolla)
betina silang (cross
2. Putik
(pistil) polinated)
3. ovarium

Gambar 1.3 bunga


pepaya betina
2 Bunga Cabai 1. mahkota Hermaprodi Penyerbukan
(Capsinum annum L.) (corolla)
t sendiri (self
2. kelopak
(calyx) polinated
3. tangkai
crop)
bunga
4. tangkai
benang
sari
(filament)
5. kepala
Gambar 1.4 Bungai benang
cabai sari
(stamen
6. kepala
putik
(stigma)
7. tangkai
putik
(stylus)
3 Bunga Padi 1. kelopak Hermaprodi Penyerbukan
(Oryza sativa) (calyx)
t sendiri (self
2. mahkota
(corolla) polinated
3. kepala
crop)
benang
sari
(anthera)
4. tangkai
benang
Gambar 1.5 bunga padi sari
(filament)
4 Bunga Jagung 1. benang Bunga Penyerbukan
(Zea mays) sari
jantan silang (cross
(stamen)
polinated)
Gambar 1.6 bunga
jagung jantan
Bunga Jagung 1. putik Bunga Penyerbukan
(Zea mays) (pistil)
betina silang (cross
polinated)

Gambar 1.7 bunga


jagung betina

2. Pembahasan
Bunga merupakan organ yang penting bagi tanaman terutama
untuk proses perkembangbiakan secara seksual. Komponen dasar dari
suatu bunga adalah kelopak, tajuk atau mahkota bunga, benang sari dan
putik. Pengetahuan tentang sifat-sifat dari kedua jenis tanaman yang akan
dipersilangkan dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembungaan,
penyerbukan, serta pembentukan buah diperlukan untuk dapat
menyelenggarakan penyerbukan silang buatan dengan hasil yang baik.
Dengan metode pemuliaan tanaman diharapkan dapat menyelenggarakan
penyerbukan silang buatan dengan hasil yang baik.
Biologi bunga penting untuk diketahui supaya dapat menetukan
keseragaman buah, menentukan pohon induk dan mengetahui bermacam-
macam bunga pepaya. Dalam ilmu budidaya dan pemuliaan tanaman,
mempelajari biologi bunga merupakan salah satu hal yang sangat
penting. Dengan mempelajari biologi bunga maka para pemulia tanaman
akan dapat melakukan kegiatan pemuliaan tanaman karena dalam biologi
bunga akan dipelajari berbagai macam struktur bunga, sehingga bisa
diketahui kedudukan benang sari dan putik dari bunga yang
bersangkutan. Mempelajari biologi bunga juga bermanfaat untuk
menentukan tipe penyerbukan tanaman penyerbukan sendiri atau
penyerbukan silang (Warisno, 2010)..
a. Bunga pepaya
Bunga pepaya termasuk bunga majemuk yang tersusun pada
sebuah tangkai atau poros bunga (peunculus). Kelompok bunga
majemuk tersebut disebut inflorensia yang duduk pada ketiak daun.
Tanaman pepaya memilki tiga jenis bunga, yaitu bunga jantan
(masculus), bunga betina (femineus) dan bunga sempurna
(hermaprodite). Bunga jantan adalah bunga yang hanya memilki
benang sari saja, sedangkan bunga betina hanya memilki putik saja.
Kedua jenis bunga tersebut disebut bunga berjenis kelamin satu atau
uniseksual. Jenis bunga yang memilki putik dan benang sari disebut
sebagi bunga sempurna. Bunga jantan mudah dikenal karena memiliki
bunga majemuk yang bertangkai panjang dan bercabang-cabang.
Bunga pertama yang terdapat pada pangkal tangkai adalah bunga
jantan. Bunga jantan ini memiliki ciri-ciri putik atau bakal buah yang
tidak berkepala karenanya tidak dapat menjadi buah, sedangkan
benang sari susunannya sempurna. Bunga sempurna (hermaprodite)
memilki putik dengan bakal buah dan benang sari. Saat muncul
sampai mekar berlangsung 45-47 hari, biasanya terletak di ujung
tangkai bunga pepaya, yang dapat melakukan penyerbukan sendiri.
penyerbukan sendiri adalah penyatuan sel telur dengan sel sperma
yang berasal dari satu tanaman. Bunga betina hanya menghasilkan
bunga betina, bakal buahnya sempurna tidak berbenang sari, untuk
dapat menjadi buah harus diserbuki bunga jantan dari luar. Pepaya
betina berbunga sepanjang tahun, buah bulat bertangkai pendek.
Pepaya sempurna (hermaprodite) memiliki bunga yang sempurna
susunannya, ia memiliki bakal buah dan benang sari, sehingga dapat
melakukan penyerbukan sendiri (Baga, 2010).
Bunga berkelamin tunggal berumah dua (poligam). Bunga jantan
dan beberapa bunga betina seringkali dalam tandan yang bertangkai
panjang. Bunga pepaya jantan berbentuk tabung ramping, kelopak
kecil, mahkota bangun terompet, putih kekuning-kuningan dengan
tepi terpisah dengan mahkota yang bebas/hampir bebas. Bakal buah
beruang satu atau dengan sekat-sekat semu nampaknya beruang 5.
Kepala putik 5 yang bertangkai putik. Tipe penyerbukannya adalah
penyerbukan silang (cross polinated).
Bunga Hermaprodit mempunyai bakal buah berbentuk panjang
lonjong, mempunyai 5-10 helai daun buah, namun ada pula yang
kurang dari lima helai. Benang sari memiliki 10 helai yang terdapat
pada ujung tabung sebelah dalam. Letak benang sari ini lima helai
bertangkai panjang melekat di antara daun bunga, dan lima helai
bertangkai pendek yang melekat pada bagian tengah dari daun bunga.
Menghasilkan buah yang bentuknya panjang lonjong. Bunga banci
atau berkelamin dua mempunyai dasar bunga yang berbentuk lonceng,
kelopak berlekuk 5 atau bertepi rata, daun mahkota 5, tangkai bunga
dan ovarium. Tipe penyerbukannya adalah penyerbukan sendiri (self
polinated crop)
Bunga betina mempunyai daun bunga yang terdiri dari 5 helai dan
letaknya terlepas satu sama lain, tidak memiliki benang sari, bakal
buahnya bulat dan tepinya rata, dapat menjadi buah bila diserbuki
tepung sari dari tanaman lain. Tipe penyerbukan silang (cross
polinated).
b. Bunga cabai
Tanaman cabe mempunyai bunga yang sempurna, polysimetris
ada juga yang monosimetris, kelopak bunga 5 dan saling berlekatan.
Mahkota bunga 5 saling berlekatan dan berbentuk terompet, corong
atau bintang. Benangsari 5 buah terdapat di dalam tabung mahkota
bunga. Putik 1, bakal buah beruang 2 atau lebih. Meruapakan bunga
banci atau hermaprodit, yaitu memiliki benang sari dan putik. Tipe
penyerbukannya yaitu dengan penyerbukan sendiri (self polinated
crop).
Menurut Syukur (2015) bunga cabai tergolong bunga lengkap
karena terdiri dari kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari, dan
putik. Kelopak bunga berjumlah enam helai berwarna kehijauan.
Mahkota bunga terdiri atas 5-7 petal berwarna putih susu atau kadang-
kadang ungu. Posisi bunga menggantung; panjang bunga biasanya0,8-
1,5 cm; lebar 0,5 cm; dan panjang tangkai bunga antara 3-8 cm.
Tangkai putik berwarna putih, panjangnya sekiatar 0,5 cm. Kepala
putik berwarna kekuning-kuningan. Tangkai sari berwarna putih
dengan panjang sekitar 0,5 cm. Kepala sari yang belum matang
berwarna biru atau ungu. Dalam satu bunga terdapat satu putik dan 5-
7 benang sari.
Bunga cabai umumnya merupakan bunga tunggal (kecuali pada
spesies tertentu berbunga ganda), terletak pada hampir setiap ruas
(nodus). C. Annum (cabai besar) mempunyai satu bunga/ruas, C.
Frutescens (cabai rawit) mempunyai 1-3 bunga/ruas, C. Pubescens
(cabai gendot) mempunyai 1-5 bung/ruas, C. Baccatum (cabai
ubatuba) mempunyai 1-5 bunga/ruas, C. Chinense mempunyai 2-5
bunga/ruas
Bunga cabai cenderung berkarakter protogyny dan tepung sari
keluar dari kotak sari pada saat bnga mekar. Bungai cabai menyerbuk
sendiri, tetapi penyerbukan silang secara alami dapat terjadi dengan
bantuan lebah dengan presentase persilangan berkisar 7,6 – 36,8 %.
Bunga pertama terbentuk pada umur 23-31 hari sesudah tanam.
c. Bunga padi
Bunga padi adalah tipe bunga hermaprodit atau berkelamin dua
yaitu memiliki putik dan benang sari. Bagian-bagian bunga padi
adalah kelopak bunga (calyx), mahkota bunga (corolla), benang sari
(stamen) dan putik (pistillum). Bunga padi mempunyai tipe
persilangan menyerbuk sendiri (self polinated crop).
Menurut Syukur (2015) Bunga padi adalah bunga terminal yang
berbentuk malai terdiri dari bnga-bunga tunggal (spikelet). Tiap bunga
tunggal terdiri dari dua lemma steril, lemma (sekam besar), palea
(sekam kecil), enam buah benang sari yang masing-masing memiliki
dua kotak sari dan sebuah putik. Kepala putik berjumlah dua buah
dengan bulu-bulu halus. Pada dasar bunga terdapat lodikula yang
berperan penting terhdap mekarnya bunga. Pada waktu padi akan
berbunga, lodikula mengembang serta mendorong lemma dan palea
sehingga terpisah dan membuka. Bunga mekar diikuti dengan
pecahnya kotak sari serta menutupnya kembali lemma dan plaea yang
memungkinkan tepung sari menempel pada kepala putik pada bunga
yang sama.
Mekarnya bunga dimulai dari sepikelet bagian atas lalu berlanjut
ke arah bawah, dan mencapai tingkat yang tertinggi pada pukul
08.00-11.00. pada saat yang sama, tepung sari telah matang dan siaga.
Tanaman yang sudah siap untuk diemaskulasui ditantdai dengan
keluarnya malai 50-60% dari dalam sepikelet. Emaskulasi sebaiknya
dilakukan pada pagi hari atau sore hari untuk mempertahankan
reseptivitas kepala putik karena dipenggaruhi kelembaban dan
temperatur. Reseptivitas kepala putik yang terbaik dicapai setelah tiga
hari sepikelet membuka, lalu berangsur menurun menjelang hari ke
tujuh. Pembuahan terjadi setelah tiga jam penyerbukan. Padi termasuk
tanaman menyerbuk sendiri dengan presentasi penyerbukan silang
kurang dari 5%. Metode pemuliaan padi sama dengan metode
pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri lainnya. Varietas utama yang
dihasilkan dari kegiatan pemuliaan padi adalah varietas galur murni.
Pemuliaan padi diarahkan pada perbaikan produktivitas, kualitas
beras, ideotipe yang mengrah pada PTB, tahan terhadap cekaman
biotik dan abiotik.
d. Bunga jagung
Jagung merupakan tanaman berumah satu (monoecious), bunga
jantan (staminate) terbentuk pada ujung batang, sedangkan bunga
betina (pistilate) terletak pada pertengahan batang. Tanaman jagung
bersifat protandy, yaitu bunga jantan umumnya tumbuh 1-2 hari
sebelum munculnya rambut (style) pada bunga betina, oleh karena itu
bunga jantan dan bunga betina yang terpisah akibat sifatnya yang
protandry tersebut, maka jagung mempunyai sifat menyerbuk silang.
Produksi tepung sari (pole) dari bunga jantan diperkirakan mencapai
25.000-50.000 butir tanaman. Bagian-bagian dari bunga betina adalah
tangkai tongkol, tunas, kelobot, calon biji, calon jenggel, penutup
kelobot dan rambut-rambut (Purwono, 2010).
Jagung adalah tanaman berumah satu dimana bunga jantan
terbentuk pada ujung batang, sedangkan bunga betina terletak pada
pertengahan batang. Tanaman jagung bersifat protandy dimana bunga
jantan umumnya tumbuh 1-2 hari sebwlum munculnya rambut pada
bunga betina. Pada bunga jagung perbungaan jantan berbentuk malai
(tassel), yang terdiri dari bulir polos tengah dan cabang lateral. Poros
tengah biasanya memiliki empat baris pasangan bunga (spikelet) atau
lebih. Cabang lateral biasanya terdiri dari dua baris. Setiap pasangan
bunga terdiri dari satu bunga duduk (tidak bertangkai) dan satu bunga
bertangkai. Perbungaan betina tumbuh pada ujung tongkol samping
batang yang berasal dari ketiak daun, biasanya pada sekitar
pertengahan panjang batang utama. Batang lateral sangat pendek
karena ruasnya yang pendek. Pada setiap buku batang lateral, tumbuh
sehelai daun. Karena dekatnya antar buku, daun-daun tersebut saling
menutup membentuk kelobot yang membungkus tongkol yang sedang
berkembang. Bunga betina terbentuk sebagai spikelet yang
berpasangan pada poros tengah pada batang lateral, yang dienal
sebagai tongkol. Tipe penyerbukannya adalah penyerbukan silang
(cross polinated).
Faktor yang mempengaruhi penyerbukan bunga jagung adalah
faktor ekternal yaitu angin. Penyerbukan tanaman cabai biasanya dibantu
angin atau lebah. Kecepatan angin yang dibutuhkan untuk penyerbukan
antara 10-20 km/jam. Angin yang terlalu kencang justru akan merusak
tanaman, sedangkan penyerbukan yang dibantu oeh lebah dilakukan saat
lebah tertarik mendekati bunga tanaman cabai yang menarik
penampilannya terdapat madu di dalamnya ( Warisno, 2010).

E. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil praktikum biolgi bunga yaitu:

1. Bunga lengkap adalah bunga yang memiliki mahkota bunga, kelopak


bunga, benang sari, dan putik.

2. Setiap bunga memiliki tipe penyerbukan yang berbeda yaitu


penyerbukan sendiri (self polinated crop) dan penyerbukang silang
(cross polinated).

3. Fungsi biologi bunga dalam pemuliaan tanaman adalah untuk


mengetahui tipe penyerbukan bunga sehingga para pemulia tanaman
dapat menyelenggarakan penyerbukan silang buatan dengan hasil
yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Amir Hamzah, 2014. 9 Jurus Sukses Bertanam Pepaya California. Jakarta: PT


AgroMedia Pustaka.
Baga, Moechd, 2010. Bertanam Pepaya. Jakarta: Penebar Swadaya.
Purwono, 2010. Bertanam Jagung Unggul. Bogor: Penebar Swadaya.
Saktiyono, 2006. IPA Biologi SMP dan MTS Jilid 1. Penerbit Erlangga
Saktiyono, 2006. IPA Biologi SMP dan MTS Jilid 2. Penerbit Erlangga
Syukur, Muhamad dkk. 2015. Teknik pemuliaan tanaman. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Warisno. 2007. Jagung Hibrida. Yogyakarta : Penertbit Kanisius.
Warisno, 2010. Peluang Usaha dan Budidaya Cabai. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
Yuktika, 2014. Inventarisasi Jamur Dan Bakteri Yang Berasosiasi Dengan
Benih Padi (Oryza Sativa L.) : 8
II. PENCANDRAAN TANAMAN

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Tumbuhan memiliki fungsi dan manfaat yang penting bagi
kehidupan manusia. Ada banyak macam jenis atau spesies tumbuhan di
dunia ini yang dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri morfologi dan
anatominya. Masing-masing tumbuhan tersebut memiliki karakteristik
yang berbeda-beda, yang berdasarkan karakteristiknya tersebut maka
tumbuhan dapat diklasifikasikan.
Pencandraan adalah teknik penggambaran sifat-sifat tanaman
dalam tulisan verbal yang dapat dilengkapi dengan gambar, data
penyebaran, habitat, asal-usul, dan manfaat dari golongan tanaman yang
dimaksud. Pencandraan merupakan proses awal klasifikasi, yang
dilakukan dalam proses ini adalah identifikasi makhluk hidup satu
dengan makhluk yang lainnya. Pencandraan digunakan untuk
mengamati tingkah laku, bentuk morfologi, anatomi dan fisiologi pada
makhluk hidup.
Pada tanaman kita kenal adanya dua tipe tanaman yaitu tipe tegak
dan tipe menjalar. Kedua tipe ini apabila melakukan pencandraan, maka
akan ditemui perbedaan-perbedaan bentuk morfologinya.. Adapun yang
termasuk pencandraan tanaman adalah; bentuk umum tanaman, akar,
batang, daun, buah, biji.
Manfaat pencandraan tanaman dalam pemuliaan tanaman antara
lain, adalah untuk menunjukkan adanya variabilitas pada tanaman,
untuk melakukan seleksi dalam kegiatan pemuliaan tanaman, untuk
membedakan keragaman yang ada pada tingkat spesies, serta sebagai
langkah dalam pengamatan dan identifikasi plasma nutfah dengan
berbagai sifat penting
2. Tujuan praktikum
Menggambarkan morfologi suatu ras tanaman.

B. Metode praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum pemuliaan tanaman acara Pencandraan Tanaman ini
dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2016 pukul 15.30 dan bertempat di
Laboratorium EMPT (Ekologi Manajemen Produksi Tanaman) Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bahan dan Alat
a. Tanaman kacang tanah
b. Penggaris
c. Kalkulator
d. Alat tulis
3. Cara Kerja
a. Mengamati bentuk umum tanaman (pohon, perdu, semak, rumput-
rumputan.
b. Mengamati akar tanaman (tunggang/serabut)
c. Mengamati dan mengukur bagian-bagian batang seperti:
1) Panjang batang
2) Internodia
d. Mengamati dan mengukur bagian-bagian daun seperti:
1) Panjang daun
2) Lebar daun
e. Mengamati dan menghitung bagian-bagian biji seperti:
1) Jumlah iji per polong
2) Jumlah polong per tanaman
f. Membuat tabel (batang, daun, biji)
g. Analisis data semua parameter, menghitung Sd dengan rumus:

Sd=
√ ∑( x− x́)2
n−( n−1)
h. Menghitung kisara terpanjang (max) = x + Sd, dan kisaran
terpendek (min) = x – Sd

C. Tinjauan Pustaka
Menurut Ratnaputri (2008) klasifikasi tanaman kacang tanah secara
taksonomi termasuk divisi Spermatophyta, kelas Dicotyledonae, ordo
Rosales, famili Papilionaceae, genus Arachis, spesies Arachis hypogaea.
Pertumbuhan kacang tanah secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua
macam tipe, yaitu tipe tegak (Bunch type, Erect type, Fastigiate) dan tipe
menjalar (Runner type, Prostrate type, Procumbent). Pada umumnya
percabangan tanaman kacang tanah tipe tegak sedikit banyak melurus atau
hanya agak miring ke atas. Batang utama tanaman kacang tanah tipe
menjalar lebih panjang daripada batang utama tipe tegak, biasanya panjang
batang utama antara 33-50 cm. Kacang tanah tipe tegak lebih disukai
daripada tipe menjalar, karena umurnya lebih genjah, yakni antara 100-120
hari, sedangkan umur tanaman kacang tanah tipe menjalar kira-kira 150-
180 hari. Disamping itu, kacang tanah tipe tegak lebih mudah dipungut
hasilnya daripada kacang tanah tipe menjalar.
Pencandraan merupakan proses awal klasifikasi. Yang dilakukan
dalam proses ini adalah identifikasi makhluk hidup satu dengan makhluk
hidup yang lainnya. Penyandraan dilakukan guna untuk mengamati
tingkah laku, bentuk morfologi, anatomi, dan fisiologi pada makhluk
hidup (Murtiningsih, 2008). Pencandraan tanaman ialah suatu upaya untuk
mengenal dan mengetahui deskripsi morfologi dan sifat suatu tanaman.
Pengenalan yang utama ialah pada nama ilmiah tanaman daripada nama
lokalnya, karena nama ilmiah sering digunakan sebagai pedoman ketika
terjadi perselisihan untuk menentukan suatu jenis tanaman ( Nur Azizah,
2008 )
Keragaman suatu jenis tanaman diantaranya dapat diketahui dari
morfologinya. Sifat-sifat daun seperti bentuk dan susunan tulang daun
dapat dipakai sebagai petunjuk suatu jenis tumbuhan. Karakter morfologi
dianggap masih belum cukup untuk mencari kedudukan yang jelas
sehingga perlu metode lain sebagai komplemen untuk mengevaluasi
kekerabatan, namun karakterisasi secara morfologi merupakan informasi
awal yang diperlukan dalam upaya mencari karakter unggul dan baik
(Radiya 2013).
Sistem akar sebagaian besar Dicotyledoneae dan Gymnospermae
terdiri atas akar tunggang yang membentuk cabang pada sisinya. Bagian
dewasa akar, yang biasanya mengalami penebalan sekunder, hanya
berfungsi sebagai alat pemegang pada tanah dan untuk menyimpan bahan
cadangan (Mulyani 2006).
D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Panjang Batang Utama dan Leteral Kacang Tanah
(Arachis hypogaea)
No Variabel Ul X (cm) x-x (cm) ( x-x )2 (cm)
1. Panjang 1 38 -0,2 0,04
2 44 5,8 33,64
Batang
3 37 -1,2 1,44
Utama 4 34 -4,2 17,64
5 38 -0,2 0,04
x 38,2 ∑=157,2
2. Panjang 1 30 -9,6 92,16
2 47 7,4 54,76
Batang
3 42 2,4 5,76
Lateral 4 38 -1,6 2,56
5 41 1,4 1,96
x 39,6 ∑=157,2
Sumber: Laporan Sementara
Tabel 2.2 Panjang Internodia Batang Utama dan Leteral Kacang Tanah
(Arachis hypogaea)
No Variabel Ul X (cm) x-x (cm) ( x-x )2 (cm)
1. Panjang 1 6 1 1
2 5 0 0
Internodia
3 4 -1 1
Batang 4 5 0 0
Utama 5 5 0 0
x 5 ∑=2
2. Panjang 1 6 0,3 0,09
2 6,5 0,8 0,64
Internodia
3 5 -0,7 0,49
Batang 4 6 0,3 0,09
Lateral 5 5 -0,7 0,49
x 5,7 ∑=1,8
Sumber: Laporan Sementara
Tabel 2.3 Panjang Daun Batang Utama Dan Leteral Kacang Tanah
(Arachis hypogaea)
No Variabel Ul X (cm) x-x (cm) ( x-x )2 (cm)
1. Panjang 1 5 -0,44 0,1936
2 5 -0,44 0,1936
Daun
3 5 -0,44 0,1936
Batang 4 7 1,56 2,4336
Utama 5 5,2 -0,24 0,0576
x 5,44 Ʃ=3,072
2. Panjang 1 3 -1,3 1,69
2 4,5 0,2 0,04
Daun
3 4,5 0,2 0,04
Batang 4 4 -0,3 0,09
Lateral 5 5,5 1,2 1,44
x 4,3 Ʃ = 3,3
Sumber: Laporan Sementara
Tabel 2.4 Lebar Daun Batang Utama Dan Leteral Kacang Tanah
(Arachis hypogaea)
No Variabel Ul X (cm) x-x (cm) ( x-x )2 (cm)
1. Lebar Daun 1 2 -0,36 0,1296
2 2 -0,36 0,1296
Batang
3 2,5 0,14 0,0196
Utama 4 3 0,64 0,4096
5 2,3 -0,06 0,0036
x 2,36 ∑= 0,692
2. Lebar Daun 1 1 -0,8 0,64
2 2 0,2 0,04
Batang
3 2 0,2 0,04
Lateral 4 2 0,2 0,04
5 2 0,2 0,04
x 1,8 Ʃ =0,8
Sumber: Laporan Sementara
Tabel 2.5 Jumlah Biji per Polong Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
No Variabel Ul X (cm) x-x (cm) ( x-x )2 (cm)
1. Jumlah Biji 1 5 1,6 2,56
2 2 -1,4 1,96
1
3 3 -0,4 0,16
4 6 2,6 6,76
5 1 -2,4 5.76
x 3,4 Ʃ= 17,2
2. Jumlah Biji 1 17 4,2 17,64
2 7 -5,8 33,64
2
3 21 8,2 67,24
4 9 -3,8 14,44
5 10 -2,8 7,84
x 12,8 Ʃ = 140,8
3. Jumlah Biji 1 5 0,2 0,04
3 2 9 4,2 17,64
0 -4,8 23,04
3
2 -2,8 7,84
4
8 3,2 10,24
5
x 4,8 Ʃ= 58,8
Sumber: Laporan Sementara
Tabel 2.6 Jumlah Polong Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
pada Pertanaman
Ul X x-x (cm) ( x-x )2 (cm)
1 27 3,6 12,96
2 22 -1,4 1,96
3 32 8,6 73,96
4 17 -6,4 40,96
5 19 -4,4 19,36
x 23,4 ∑= 149,2
Sumber : Laporan Sementara
Analisis Data :
 Panjang batang utama
√ ∑( x− x́)2
Sd=
n−( n−1)

=
√ 52,8
20
=0,36
Kisaran max= x + sd
=38,2 + 0,36
=38,56
Kisaran min = x – sd
=38,2 – 0,36
=37,84
 Panjang batang lateral
√ ∑( x− x́)2
Sd=
n−( n−1)

=
√ 157,2
20
=0,63
Kisaran max = x + sd
=39,6 + 0,63
=40,23
Kisaran min =x - sd
=39,6 – 0,63
=38,97
 Panjang internodia batang utama
√ ∑( x− x́)2
Sd=
n−( n−1)

=
√2
20
=0,07
Kisaran max = x + sd
=5 + 0,7
=5,07
Kisaran min =x - sd
=5 – 0,7
=4,93
 Panjang internodia batang lateral
√ ∑( x− x́)2
Sd=
n−( n−1)
=
√ 1,8
20
=0,067
Kisaran max = x + sd
=5,7 + 0,067
=5,767
Kisaran min =x – sd
=5,7 – 0,067
=5,633
 Panjang daun batang utama
√ ∑( x− x́)2
Sd=
n−( n−1)

=
√ 3,072
20
=0,09
Kisaran max = x + sd
=5,44 + 0,09
=5,53
Kisaran min =x – sd
=5,44 – 0,09
5,35
 Panjang daun batang lateral
√ ∑( x− x́)2
Sd=
n−( n−1)

=
√ 3,3
20
=0,09

Kisaran max = x + sd
=4,3 + 0,09
=4,39
Kisaran min =x – sd
=4,3 – 0,9
=4,21
Lebar daun batang utama
√ ∑( x− x́)2
Sd=
n−( n−1)

=
√ 0,692
20
=0,04
 Kisaran max = x + sd
=2,36 + 0,04
=2,4
Kisaran min =x – sd
=2,36 – 0,04
=2,32
Lebar daun batang lateral
√ ∑( x− x́)2
Sd=
n−( n−1)

=
√ 0,8
20
=0,044
Kisaran max = x + sd
=1,8 + 0,044
= 1,84
Kisaran min =x – sd
=1,8 – 0,44
=1,75

 Jumlah biji 1
√ ∑( x− x́)2
Sd=
n−( n−1)
=
√ 17,2
20
=0,21
Kisaran max = x + sd
=3,4 + 0,21
=3,61
Kisaran min =x – sd
=3,4 – 021
=3,19
 Jumlah biji 2
√ ∑( x− x́)2
Sd=
n−( n−1)

=
√ 140,8
20
=0,59
Kisaran max = x + sd
=12,8 + 0,59
=13,39
Kisaran min =x – sd
=12,8 - 0,59
=12,21
 Jumlah biji 3
√ ∑( x− x́)2
Sd=
n−( n−1)

=
√ 58,8
20
=0,38
Kisaran max = x + sd
=4,8 + 0,38
=5,18

Kisaran min =x – sd
=4,8 - 0,38
=4,42
 Jumlah polong
√ ∑( x− x́)2
Sd=
n−( n−1)

=
√ 149,2
20
=0,61
Kisaran max = x + sd
=23,4 + 0,61
=24,01
Kisaran min =x - sd
=23,4 - 0,61
=22,79
2. Pembahasan
Pencandraan merupakan proses awal klasifikasi. Yang dilakukan
dalam proses ini adalah identifikasi makhluk hidup satu dengan
makhluk hidup yang lainnya. Penyandraan dilakukan guna untuk
mengamati tingkah laku, bentuk morfologi, anatomi, dan fisiologi pada
makhluk hidup (Murtiningsih, 2008). Pencandraan adalah teknik
penggambaran sifat-sifat tanaman dalam tulisan verbal yang dapat
dilengkapi dengan gambar, data penyebaran, habitat, asal-usul, dan
manfaat dari golongan tanaman yang dimaksud. Pencandraan terhadap
keragaman tingkat spesies tanaman sangat penting fungsinya dalam
kegiatan pemuliaan tanaman. Pemuliaan tanaman yang terdiri atas tiga
gatra, yaitu variabilitas, seleksi, dan hibridisasi, membutuhkan
kemampuan khusus dalam pencandraan tanaman oleh para pelakunya.
Fungsinya antara lain adalah untuk menunjukkan adanya
variabilitas pada tanaman, untuk melakukan seleksi dalam kegiatan
pemuliaan tanaman, untuk membedakan keragaman yang ada pada
tingkat spesies, serta sebagai langkah dalam pengamatan dan
identifikasi plasma nutfah dengan berbagai sifat penting. Pencandraan
secara visual dengan melakukan evaluasi terhadap penampilan fenotipik
tanaman pada lingkungan tertentu, dengan faktor penilaian berupa sifat-
sifat agronomi, morfologi, serta kenampakan atau sifat lain yang
menjadi pembeda antara suatu varietas dengan varietas lainnya.
Tanaman yang diamati pada praktikum yaitu tanaman kacang
tanah. Tanaman kacang tanah memiliki sistem perakaran tunggang.
Rukmana (2008) memaparkan, pertumbuhan akar menyebar ke semua
arah sedalam lebih kurang 30 cm dari permukaan tanah. Akar tanaman
kacang tanah bersimbiosis dengan bakteri rhizobium radicicola. Bakteri
ini terdapat pada bintil-bintil akar tanaman kacang tanah dan hidup
bersimbiosis saling menguntungkan. Tanaman kacang tanah tidak dapat
menambat nitrogen bebas dari udara tanpa bakteri rhizobium.
Sebaliknya, bakteri rhizobium tidak dapat mengikat nitrogen tanpa
bantuan tanaman kacang tanah.
Batang dan cabang kacang tanah berbentuk bulat, sedikit berbulu
dan berwarna hijau. Menurut Kasno dan Harnowo (2014), Berdasarkan
bentuk dan letak cabang lateral, karakteristik kacang tanah dapat
dibedakan menjadi tipe menjalar dan tipe tegak. Kacang tanah tipe
menjalar mempunyai percabangan lebih panjang, tumbuh ke samping
dan hanya bagian ujung yang mengarah ke atas serta umurnya panjang
(sekitar 6 bulan). Kacang tanah tipe tegak mempunyai percabangan
yang tumbuh agak lurus ke atas dan umurnya relatif genjah, berkisar
antara 95-120 hari. Berdasarkan pola percabangan, ada tidaknya buku
subur pada batang utama dan susunan buku subur pada cabang lateral,
kacang tanah dibedakan menjadi dua tipe: Spanish valencia dan
virginia.
Daun kacang tanah memiliki tipe pertulangan daun menyirip.
Menurut Marzuki (2006), kacang tanah berdaun majemuk meyirip
genap. Daunnya terdiri dari empat anak daun dengan tangkai daun agak
panjang. Helaian daun beragam, ada yang berbentuk bulat, elips, dan
agak lancip, tergantung varietasnya. Permukaan daun ada yang berbulu
dan ada yang tidak berbulu. Bunga kacang tanah keluar pada ketiak
daun. Bentuk bunganya aneh. Setiap bunga seolah-olah bertangkai
panjang berwarna putih. Tangkai ini sebenarnya bukan tangkai bunga,
tetapi tabung kelopak. Mahkota bunga berwarna kuning. Bendera dari
mahkota bunga bergaris-garis merah pada pangkalnya. Umur bunga
hanya satu hari, mekar di pagi hari dan layu pada sore hari.
Pada Kacang Tanah, Bunga kacang diproduksi pada tangkai
ramping dekat pangkal tanaman. Pada setiap perbungaan terdapat 2 – 5
bunga, bunga duduk berwarna kuning muda hingga jingga kemerahan.
Bunga kacang tanah mulai muncul dari ketiak daun pada bagian bawah
tanaman yang berumur antara 4-5 minggu dan berlangsung hingga
umur sekitar 80 hari setelah tanam. Bunga berbentuk kupu-kupu
(papilionaceus), berukuran kecil, dan terdiri atas lima daun tajuk.
Masing-masing bunga terdiri dari lima daun tajuk: bendera besar, dua
sayap lateral, dan lunas yang terbentuk oleh dua kelopak yang menyatu.
Pada lunas terdapat 9 benang sari (androecium) dan putik (ginesium).
Bunga kacang tanah pada umumnya melakukan penyerbukan
sendiri. Penyerbukan terjadi menjelang pagi, sewaktu bunga masih
kuncup (kleistogami). Penyerbukan silang dapat terjadi, namun
persentasenya sangat kecil, sekitar 0, 5 %.
Umur bunga tidak lama: setelah terjadi penyerbukan, daun
mahkota mekar penuh, dan pada hari berikutnya akan layu dan gugur.
Bunga yang berhasil menjadi polong biasanya hanya bunga yang
terbentuk pada sepuluh hari pertama. Bunga yang muncul selanjutnya
sebagian besar akan gugur sebelum menjadi ginofora (bakal buah).
Buah kacang tanah berada di dalam tanah. Setelah terjadi
pembuahan, bakal buah tumbuh memanjang dan nantinya akan menjadi
tangkai polong. Mula-mula, ujung ginofora yang runcing mengarah ke
atas, kemudian tumbuh mengarah ke bawah dan selanjutnya masuk ke
dalam tanah sedalam 1-5 cm. pada waktu menembus tanah,
pertumbuhan memanjang ginofora akan terhenti. Panjang ginofora ada
yang mencapai 18 cm. tempat berhentinya ginofora masuk ke dalam
tanah tersebut menajdi tempat buah kacang tanah. Ginofora yang
terbentuk di cabang bagian atas dan tidak masuk ke dalam tanah akan
gagal membentuk polong. Setiap polong kacang tanah berisi 1-4 biji,
namun kebanyakan 2-3 biji. Setiap pohon memiliki jumlah dan isi
polong beragam, tergantung pada varietas dan tanaman yang
dibudidayakan.
Biji kacang tanah terdapat di dalan polong. Kulit luar (testa)
bertekstur keras, berfungsi untuk melindungi biji yang berada di
dalamnya. Biji terdiri atas lembaga dan keeping biji, diliputi oleh kulit
ari tipis(tegmen). Biji berbentuk bulat agak lonjong atau bulat dengan
ujung agak datar karena berhimpitan dengan butir biji yang lain selagi
di dalam polong. Warna kulit biji bervariasi: merah jambu, merah,
cokelat, merah tua, dan ungu. Biji kecil berukuran sekitar 20 g/100 biji,
biji sedang sekitar 50 g/100 biji, dan biji besar lebih dari 50 g/100 biji.
Varietas local pada umumnya memiliki biji kecil yaitu 30-40 g/100 biji.
Rendemen biji dari polong berkisar antara 50 %-70 %.
Hasi dar Praktikum yang telah dilakukan yaitu diperoleh standard
deviasi panjang batang utama 0,36 cm dengan kisaran max 38,56 cm
dan kisaran min 37,84 cm. Standard deviasi panjang batang lateral 0,63
cm dengan kisaran max 40,23 cm dan kisaran min 38,97 cm. Standard
deviasi panjang internodia batang utama 0,07 cm dengan kisaran max
5,07 cm dan kisaran min 4,93 cm. Standard deviasi panjang internodia
batang lateral 0,067 cm dengan kisaran max 5,767 cm dan kisaran min
5,633 cm. Standard deviasi panjang daun batang utama 0,09 cm dengan
kisaran max 5,53 cm dan kisaran min 5,35 cm. Standard deviasi
panjang daun batang lateral 0,09 cm dengan kisaran max 4,39 cm dan
kisaran min 4,21 cm. Standard deviasi lebar daun batang utama 0,04 cm
dengan kisaran max 2,4 cm dan kisaran min 2,32 cm. Standard deviasi
lebar daun batang lateral 0,044 cm dengan kisaran max 1,84 cm dan
kisaran min 1,75 cm. Standard deviasi jumlah biji 1 yaitu 0,21 dengan
kisaran max 3,61 dan kisaran min 3,19. Standard deviasi jumlah biji 2
yaitu 0,59 dengan kisaran max 13,39 dan kisaran min 12,21. Standard
deviasi jumlah biji 3 yaitu 0,38 dengan kisaran max 5,18 dan kisaran
min 4,42. Standard deviasi polong 0,61 dengan kisaran max 24,01 dan
kisaran min 22,79.
Menurut Ratnaputri (2008) Varietas-varietas kacang tanah unggul
yang dibudidayakan para petani biasanya bertipe tegak dan berumur
pendek (genjah). Varietas unggul kacang tanah ditandai dengan
karakteristik sebagai berikut:
a. Daya hasil tinggi.
b. Umur pendek (genjah) antara 85-90 hari.
c. Hasilnya stabil.
d. Tahan terhadap penyakit utama (karat dan bercak daun).
e. Toleran terhadap kekeringan atau tanah becek.
E. Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan :
1. Pencandraan adalah teknik penggambaran sifat-sifat tanaman dalam
tulisan verbal yang dapat dilengkapi dengan gambar, data penyebaran,
habitat, asal-usul, dan manfaat dari golongan tanaman yang dimaksud.
2. Manfaat pencandraan tanaman dalam pemuliaan tanaman antara lain,
adalah untuk menunjukkan adanya variabilitas pada tanaman, untuk
melakukan seleksi dalam kegiatan pemuliaan tanaman, untuk
membedakan keragaman yang ada pada tingkat spesies, serta sebagai
langkah dalam pengamatan dan identifikasi plasma nutfah dengan
berbagai sifat penting
3. Panjang batang utama, panjang daun batang utama dan lebar daun
batang utama lebih pendek dari panjang batang lateral, panjang daun
batang lateral dan lebar daun batang lateral. Sedangkan, panjang
internodia batang utama lebih panjang daripada panjang internodia
btang lateral.
4. Varietas unggul kacang tanah ditandai dengan karakteristik sebagai
berikut: daya hasil tinggi, umur pendek (genjah) antara 85-90 hari,
hasilnya stabil, tahan terhadap penyakit utama (karat dan bercak
daun), toleran terhadap kekeringan atau tanah becek.
DAFTAR PUSTAKA

Aryuliona, Dyah. 2006. Biologi SMA dan MA untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Azizah 2008. Modul Panduan Praktikum Mata Kuliah Produksi Tanaman Obat
dan Aromatik (PTO 2045). Malang: Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya.
Kasno dan Harnowo 2014. Karakteristik Varietas Unggul Kacang Tanah dan
Adopsinya oleh Petani. Jurnal Iptek Tanaman Pangan 9(1) : 13-23.
Marzuki. Bertanam Kacang Tanah. Jakarta: Penebar Swadaya.
Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
Murtiningsih. 2008. Bioloigi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Grasindo.
Nur Azizah. 2008. Modul Praktikum Produksi Tanaman Obat dan Aromatik
(PTOA). Malang: Universitas Brawijaya
Radiya, Mezi. 2013. Karakteristik Morfologi Tanaman Pisang (Musa paradisiaca)
di Kabupaten Agam. Fakultas Pertanian Universitas Tamansiswa Padang.
Ratnaputri, Inne. 2008. Karakteristik pertumbuhan dan produksi lima varietas
kacang tanah (arachis hypogaea l.). Skripsi
Rukmana. 2008. Kacang Tanah. Yogyakarta: Kanisius.
IV. POPULASI TANAMAN ALLOGAM (MENYERBUK SILANG)

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Prosedur pemuliaan tanaman menyerbuk silang (allogam) berbeda
dengan tanaman menyerbuk sendiri. Pada tanaman menyerbuk sendiri
umumnya bertujuan memperoleh individu tanaman homozigot, sedangkan
pada tanaman menyerbuk silang bertujuan untuk memperoleh populasi
yang terdiri dari tanaman heterozigot. Dengan demikian, metode yang
digunakan berbeda, terutama pada prosedur seleksinya. Varietas yang
dibentuk pada tanaman menyerbuk silang secara umum adalah varietas
hibrida dan bersari bebas.
Tanaman yang penyerbukan dan pembuahannya bersilang (tanamaan
allogam) dikenal adanya perkawinan acak (random mating), yaitu suatu
perkawinan dimana tiap individu dalam populasi mempunyai kesempatan
yang sama untuk kawin dengan individu lain dalam populasi tersebut.
Untuk mengetahui proporsi atau komposisi populasi yang berasal dari
suatu populasi yang mengalami perkawinan acak, perlu diketahi mengenai
frekuensi gen dan frekuensi genotipe. Kemudahan dalam melakukan
penyerbukan silang (kawin acak) mengakibatkan dalam suatu populasi
tanaman menyerbuk silang (allogam) terdiri atas tanaman-tanaman
heterozigot dan antara satu tanaman dengan yang lain dapat tidak sama
genotipenya (heterogeneus).
Perbaikan varietas suatu tanaman menyerbuk silang, berkaitan dengan
usaha merubah frekuensi gen yakni ke arah peningkatan frekuensi gen
yang dikehendaki. Perubahan ini biasanya dilakukan melalui seleksi.
Pemuliaan pada tanaman menyerbuk silang dapat didefinisikan sebagai
seleksi terhadap populasi dengan tujuan untuk menciptakan populasi
dengan frekuensi gen yang baru dan unik.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan Praktikum Acara Populasi Tanaman Allogam (Menyerbuk
Silang) yaitu:
a. Mempelajari struktur genetic populasi tanaman allogam (menyerbuk
silang)
b. Mempelajari pengaruh seleksi terhadap perubahan struktur genetic
populasi tanaman allogam
B. Metode Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara populasi tanaman allogam (menyerbuk silang) ini
dilaksanakan pada hari Senin tanggal 28 Maret 2016 dan 4 April 2016
pukul 14:30 sampai pukul 16:00 di Laboratorium Ekologi dan Manajemen
Produksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Bahan dan Alat
a. Kantong terbuat dari kain atau kertas
b. Biji kedelai berwarna hitam dan putih sebanyak yang diperlukan
c. Kalkulator
3. Cara Kerja
a. Pembuktian Hukum Hardy-Weinberg
1) Frekuensi alel A = a = 0,5
a) Mengambil 2 kantong, masing-masing kantong diisi 32 butir
kedelai putih dan 32 butir kedelai hitam. Kedelai hitam
menggambarkan alel A dan kedelai putih menggambarkan alel a.
b) Membuat persilangan tiruan dengan mengambil satu butir jagung
dari masing-masing kantong, kemudian mencatat genotip hasil
perkawinan. Bila keduanya merah dicatat sebagai genotip AA,
satu merah satu putih sebagai Aa, dan keduanya purih sebagai aa.
Mengembalikan biji ke dalam kantong semula. Melakukan
persilangan sebanyak 64 kali.
c) Menyusun dan menghitung data hasil persilangan (genotip) dalam
table berikut.

Yang diamati Yang diharapkan


Genotip O-E (O-E)2 (O-E)2/2
(O=Observasi) (E = Expected)
AA 16
Aa 32
aa 16
∑ 64
d) Membandingkan X2-hitung dengan X2-tabel (0,05; n-1)= 3,84.
Jika X2-hitung < X2-tabel, berarti sesuai Hukum Hardy-Weinberg.
2) Frekuensi alel A = 0,75 dan alel a = 0,25
Melakukan percobaan seperti poin (1)
b. Pengaruh Seleksi terhadap perubahan struktur genetic (frekuensi gen)
populasi tanaman allogam
1) Tidak ada seleksi
a) Membuat populasi dengan frekuensi alel A = p = 0,5 dan
frekuensi alel a = q = 0,5
b) Membuat persilangan tiruan dengan mengambil dua butir jagung
secara berturut-turut dan mencatat hasilnya mengikuti table
berikut. Sekali persilangan menghasilkan 4 keturunan. Membuat
persilangan 16 kali sehingga menghasilkan 64 keturunan
Frekuensi keturunan
Persilangan Frekuensi Total
AA Aa aa
AA x AA
AA x Aa
AA x aa
Aa x Aa
Aa x aa
Aa x aa
Jumlah
c) Menghitung frekuensi gen/alel A dan a pada populasi baru hasil
persilangan (generasi 1 ) dan membandingkan dengan frekuensi
gen/alel A dan a pada populasi awal (sebelum persilangan)
2) Seleksi lengkap
a) Membuat populasi dengan frekuensi alel A = p = 0,5 dan
frekuensi alel a = q = 0,5
b) Membuat persilangan tiruan dengan mengambil dua butir jagung
secara berturut-turut dan mencatat hasilnya mengikuti table
berikut. Sekali persilangan menghasilkan 4 keturunan. Membuat
persilangan 16 kali sehingga menghasilkan 64 keturunan
c) Untuk menunjukkan adanya seeksi lengkap terhadap homozigot
resesif, setiap persilangan yang salah satu atau kedua tetuanya
homozigot resesif tidak dicatat.
d) Menghitung frekuensi gen/alel A dan a pada populasi baru hasil
persilangan (generasi 1)
e) Melanjutkan percobaan persilangan sampai lima generasi;
persilangan generasi kedua menggunakan populasi hasil
persilangan pertama, dan selanjutnya.
f) Membuat grafik frekuensi alel resesif a (perubahan frekuensi gen)
dari generasi 1-5.
3) Seleksi tidak lengkap
a) Membuat populasi dengan frekuensi alel A = p = 0,5 dan
frekuensi alel a = q = 0,5
b) Membuat persilangan tiruan dengan mengambil dua butir jagung
secara berturut-turut dan mencatat hasilnya mengikuti table
berikut. Sekali persilangan menghasilkan 4 keturunan. Membuat
persilangan 16 kali sehingga menghasilkan 64 keturunan
c) Untuk menunjukkan adanya seleksi tidak lengkap terhadap
homozigot resesif (aa), hanya mencatat menghasilkan 2
keturunan. Persilangan normal menghasilkan 4 keturunan.
d) Menghitung frekuensi gen/alel A dan a pada populasi baru hasil
persilangan (generasi 1)
e) Melanjutkan percobaan persilangan sampai lima generasi;
persilangan generasi kedua menggunakan populasi hasil
persilangan pertama, dan selanjutnya.
f) Membuat grafik frekuensi alel resesif a (perubahan frekuensi gen)
dari generasi 1-5.

C. Tinjauan Pustaka
1. Tanaman menyerbuk silang dan sruktur genetik tanaman menyerbuk
silang
Tanaman penyerbuk silang bentuk populasinya di alam ditandai
tingkat keanekaragaman tinggi dan bentuk genotip individunya
heterozigot, hal ini terjadi karena adanya persilangan antar individu yang
terus menerus sehingga individu yang terbentuk dengan susunan genotip
baru dengan komposisi pasangan gen yang berbeda. Proporsi genotip dan
gen pada setiap keturunan dalam populasi dapat diduga atau
diperhitungkan, namun ketepatannya sangat tergantung beberapa faktor
antara lain: jumlah lokus serta alel yang dimiliki, susunan genotip serta
banyaknya gamet yang dapat memepertahanakan kelangsungan
hidupnya. Pada populasi tanaman penyerbuk silang pendugaan proporsi
genotip dan gen pada keturunannya dapat dilakukan dari hasil
pengamatan fenotipenya dan dinyatakan dalam frekuensi genotip dan gen
(Nandariyah, 2011).
Menurut buku lain, tanaman menyerbuk silang bertujuan untuk
memperoleh populasi yang terdiri dari tanmaan heterozigot. Metode yang
digunakan berbeda dengan tanaman menyerbuk sendiri, terutama pada
prosedur seleksinya. Varietas yang dibentuk pada tanaman menyerbuk
silang secara umum adalah varietas hibrida dan bersari bebas.
Suatu varietas tanaman menyerbuk silang pada dasarnya
merupakan populasi yang mempunyai frekuensi gen tertentu.
Kemudahan dalam melakukan penyerbukan silang mengakibatkan dalam
satu varietas terdiri atas tanaman heterozigot dan masing-masing
tanaman dapat tidak sama genotipenya (heterogen), kecuali varietas
hibrida. Namun demikian, secara fenotipe nampaknya sama sehingga
populasi itu memperlihatkan ciri varietas tertentu. Keragaman genetik
dapat dipertahankan dari generasi ke generasi karena adanya kawin acak
sehingga baik frekuensi gen maupun genotipe dapat tetap sama pada
generasi keturunannya (Syukur, 2015).
2. Hukum Hardy Weinberg
Menurut hukum Hardy-Weinberg, frekuensi gen dan genotipe
akan konstan dari generasi ke generasi pada suatu populasi kawin acak
apabila tidak terjadi seleksi, mutasi, dan migrasi (Syukur, 2015). Hukum
Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel dan genotip suatu
populasi selalu konstan dari generasi ke generasi dengan kondisi tertentu.
Kondisi tersebut adalah: 1) ukuran populasi cukup luas, 2) populasi
terisolasi, 3) jumlah mutasi gen dalam alel setimbang, 4) perkawinan
acak, dan 5) kemampuan reproduksi antar individu sama
(Aryulina, 2006).
Menurut Ferdinand, Moekti, dan Sobardan (2007) Hardy-Weinberg
menemukan suatu rumus sederhana yang dapat digunakan untuk
menemukan probabilitas frekuensi genotipe pada suatu populasi dan
untuk mengetahui perubahan yang terjadi dari satu generasi ke generasi
lainnya. Rumus tersebut dikenal sebagai persamaan kesetimbangan
Hardy-Weinberg. Persamaan ini adalah p2 + 2pq + q2 = 1, p adalah
frekuensi alel dominan dan q adalah frekuensi alel resesif untuk suatu
sifat yang diatur oleh sepasang alel, misalkan A dan a.
3. Pengaruh seleksi terhadap tanaman menyerbuk silang (allogam)
Setiap individu dapat melakukan kawin acak apabila mempunyai
kesempatan sama unuk membentuk keturunan dan setiap bunga betina
dapat diserbuki oleh setiap gamet jantan. Kawin acak yang diikuti seleksi
dapat mengubah frekuensi gen, keragaman populasi, dan korelasi
genetikantara kerabat dekat. Walaupun dapat mengubah frekuensi gen
tetapi kecil pengaruhnya terhadap homozigositas tanaman (Syukur, 2015)

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan


1. Hasil Pengamatan
a. Pembuktian Hukum Hardy-Weinberg
Tabel 4.1 Hukum Hardy-Weinberg A : a (0,5 : 0,5)
Yang diamati Yang
Genotipe O-E (O-E)2 (O-E)2/E
(O=observed) diharapkan
AA 10 16 -6 36 2,25
Aa 21 32 -11 121 3,78
Aa 33 16 17 289 18,06
Total 64 64 24,09
Sumber: Laporan Sementara
Tabel 4.2 Hukum Hardy-Weinberg 2 A : a (0,75 : 0,25)
Yang diamati Yang
Genotipe O-E (O-E)2 (O-E)2/E
(O=observed) diharapkan
AA 15 16 -1 1 0,0625
Aa 29 32 -3 9 0,28125
Aa 20 16 4 16 1
Total 64 64 1,34375
Sumber: Laporan Sementara
b. Pengaruh seleksi terhadap perubahan struktur genetic (frekuensi gen)
populasi tanaman allogam
1) Tanpa Seleksi
Tabel 4.3 Generasi Pertama Tanpa Seleksi
Frekuensi Keturunan
Persilangan Frekuensi Total
AA Aa aa
AAXAA I 1 4 0 0
AAXAa I 1 2 2 0
AAXaa I 1 0 4 0
AaXAa IIII 4 8 4 4
AaXaa III 3 0 6 6
aaXaa IIIIII 6 0 0 24
Jumlah 16 16 14 16 34
Sumber: Laporan Sementara
Analisis data:

Frekuensi genotip AA¿


∑ AA =
14
=0,22
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
Aa 16
Frekuensi genotip Aa¿ = =0,25
64
∑ ( AA+ Aa+aa)
Frekuensi genotip aa¿
∑ aa 34
==0,53
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
1 1
Frekuensi alel (A)¿ D+ H=0,22+ 0,25=0,345
2 2
1 1
Frekuensi alel (a)¿ H + R= 0,25+ 0,53=0,655
2 2
Kedelai hitam (A) = A x 64
= 0,345 x 64
= 22,08 ~ 22
Kedelai putih (a) = a x 64
= 0,655 x 64
= 41,92 ~ 42
Tabel 4.4 Generasi Kedua Tanpa Seleksi
Frekuensi Keturunan
Persilangan Frekuensi Total
AA Aa Aa
AAXAA 0 0 0 0 0
AAXAa I 1 2 2 0
AAXaa II 2 0 8 0
AaXAa IIIII 5 10 5 5
AaXaa III 3 0 6 6
aaXaa IIIII 5 0 0 20
Jumlah 16 16 12 21 31
Sumber: Laporan Sementara
Analisis data:

Frekuensi genotip AA¿


∑ AA =
12
=0,1875
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
Frekuensi genotip Aa¿
∑ Aa =
21
=0,33
∑ ( AA+ Aa+aa) 64

Frekuensi genotip aa¿


∑ aa 31
==0,48
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
1 1
Frekuensi alel (A)¿ D+ H=0,19+ 0,33=0,355
2 2
1 1
Frekuensi alel (a)¿ H + R= 0,33+ 0,48=0,645
2 2
Kedelai hitam (A) = A x 64 = 0,355 x 64 ¿ 22,72 ~ 23
Kedelai putih (a) = a x 64 = 0,645 x 6 = 41,28 ~ 41

Tabel 4.5 Generasi Ketiga Tanpa Seleksi


Frekuensi Keturunan
Persilangan Frekuensi Total
AA Aa aa
AAXAA 0 0 0 0 0
AAXAa I 1 2 2 0
AAXaa I 1 0 4 0
AaXAa IIIII II 7 14 7 7
AaXaa IIIII I 6 0 12 12
aaXaa I 1 0 0 4
Jumlah 16 16 16 25 23
Sumber: Laporan Sementara
Analisis data:

Frekuensi genotip AA¿


∑ AA =
16
=0,25
∑ ( AA + Aa+aa) 64
Aa 25
Frekuensi genotip Aa¿ = =0,4
64
∑ ( AA+ Aa+aa)
Frekuensi genotip aa¿
∑ aa 23
==0,36
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
1 1
Frekuensi alel (A)¿ D+ H=0,25+ 0,4=0,45
2 2
1 1
Frekuensi alel (a)¿ H + R= 0,4 +0,36=0,56
2 2
Kedelai hitam (A) = A x 64
= 0,45 x 64
= 28,8 ~ 29
Kedelai putih (a) = a x 64
= 0,56 x 64
= 35
Tabel 4.6 Generasi Keempat Tanpa Seleksi
Frekuensi Keturunan
Persilangan Frekuensi Total
AA Aa aa
AAXAA 0 0 0 0 0
AAXAa IIII 4 8 8 0
AAXaa II 2 0 8 0
AaXAa IIII 4 8 4 4
AaXaa IIIII 5 0 10 10
aaXaa I 1 0 0 4
Jumlah 16 16 16 30 18
Sumber: Laporan Sementara

Analisis data:

Frekuensi genotip AA¿


∑ AA =
16
=0,25
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
Aa 30
Frekuensi genotip Aa¿ = =0,47
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
aa 18
Frekuensi genotip aa¿ = =0,28
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
1 1
Frekuensi alel (A)¿ D+ H=0,25+ 0 , 47=¿ 0,485
2 2
1 1
Frekuensi alel (a)¿ H + R= 0 , 235+0,28=¿ 0,515
2 2
Kedelai hitam (A) = A x 64
= 0,485 x 64
= 31
Kedelai putih (a) = a x 64
= 0,515 x 64
= 33
Tabel 4.7 Generasi Kelima Tanpa Seleksi
Frekuensi Keturunan
Persilangan Frekuensi Total
AA Aa Aa
AAXAA 0 0 0 0 0
AAXAa III 3 6 6 0
AAXaa II 2 0 8 0
AaXAa II 2 4 2 2
AaXaa IIIII I 7 0 14 14
aaXaa II 2 0 0 8
Jumlah 16 16 10 30 24
Sumber: Laporan Sementara
Analisis data:
Frekuensi genotip AA¿
∑ AA =
10
=0,15
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
Aa 30
Frekuensi genotip Aa¿ = =0,47
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
aa 24
Frekuensi genotip aa¿ = =0,38
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
1 1
Frekuensi alel (A)¿ D+ H=0,15+ 0 , 47=¿ 0,385
2 2
1 1
Frekuensi alel (a)¿ H + R= 0 , 235+0,38=¿ 0,61
2 2

Kedelai hitam (A) = A x 64


= 0,385 x 64
= 24,64 ~ 25
Kedelai putih (a) = a x 64
= 0,61 x 64
= 39,04 ~ 39
2) Seleksi Lengkap
Tabel 4.8 Generasi Pertama Seleksi Lengkap
Frekuensi Keturunan
Persilangan Frekuensi Total
AA Aa Aa
AAXAA IIIII 5 20 0 0
AAXAa IIIII 5 10 10 0
AaXaa IIIII I 6 12 6 6
Jumlah 16 42 16 6
Sumber: Laporan Sementara

Analisis data:

Frekuensi genotip AA¿


∑ AA =
42
=0,65625
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
Frekuensi genotip Aa¿
∑ Aa 16
==0,25
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
Frekuensi genotip aa¿
∑ AA 6
=
=0,09375
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
1 1
Frekuensi alel (A)¿ D+ H=0,65625+ 0,25=0,78
2 2
1 1
Frekuensi alel (a)¿ H + R= 0,25+ 0,09375=0,21875
2 2
Kedelai hitam (A) = A x 64
= 0,78 x 64
= 49,92 ~ 50
Kedelai putih (a) = a x 64
= 0,22 x 64
= 14,08 ~ 14

Tabel 4.9 Generasi Kedua Seleksi Lengkap


Frekuensi Keturunan
Persilangan Frekuensi Total
AA Aa Aa
AAXAA IIII 4 16 0 0
AAXAa IIIII II 7 14 14 0
AaXAa IIIII 5 10 5 5
Jumlah 16 40 19 5
Sumber: Laporan Sementara
Analisis data:

Frekuensi genotip AA¿


∑ AA =
40
=0,625
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
Frekuensi genotip Aa¿
∑ AA 19
==0,296875
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
Frekuensi genotip aa¿
∑ AA 5
==0,078125
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
1 1
Frekuensi alel (A)¿ D+ H=0,625+ 0,3=0,775
2 2
1 1
Frekuensi alel (a)¿ H + R= 0,3+ 0,08=0,23
2 2
Kedelai hitam (A) = A x 64
= 0,775 x 64
= 49,6 ~ 50
Kedelai putih (a) = a x 64
= 023 x 64
= 14,72 ~ 14
Tabel 4.10 Generasi Ketiga Seleksi Lengkap
Frekuensi Keturunan
Persilangan Frekuensi Total
AA Aa Aa
AAXAA IIIII 5 20 0 0
AAXAa IIIII III 8 16 16 0
AaXaa III 3 6 3 3
Jumlah 16 42 19 3
Sumber: Laporan Sementara
Analisis data:

Frekuensi genotip AA¿


∑ AA =
42
=0,65625
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
Frekuensi genotip Aa¿
∑ AA 19
=
=0,296875
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
Frekuensi genotip aa¿
∑ AA 3
=
=0,046875
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
1 1
Frekuensi alel (A)¿ D+ H=0,66+ 0,3=0,81
2 2
1 1
Frekuensi alel (a)¿ H + R= 0,3+ 0,05=0,2
2 2
Kedelai hitam (A) = A x 64
= 0,8 x 64
= 51
Kedelai putih (a) = a x 64
= 0,2 x 64
= 12,8 ~ 13
Tabel 4.11 Generasi Keempat Seleksi Lengkap
Frekuensi Keturunan
Persilangan Frekuensi Total
AA Aa Aa
AAXAA III 3 12 0 0
AAXAa IIIII IIIII II 12 24 24 0
AaXaa I 1 2 1 1
Jumlah 16 38 25 1
Sumber: Laporan Sementara
Analisis data:

Frekuensi genotip AA¿


∑ AA =
38
=0,59
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
Frekuensi genotip Aa¿
∑ AA 25
= =0,39
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
Frekuensi genotip aa¿
∑ AA =
1
=0,015625
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
1 1
Frekuensi alel (A)¿ D+ H=0,6+ 0,4=0,8
2 2
1 1
Frekuensi alel (a)¿ H + R= 0,4 +0,02=0,2
2 2
Kedelai hitam (A) = A x 64
= 0,8 x 64
= 51
Kedelai putih (a) = a x 64
= 0,2 x 64
= 12,8 ~ 13

Tabel 4.12 Generasi Kelima Seleksi Lengkap


Frekuensi Keturunan
Persilangan Frekuensi Total
AA Aa Aa
AAXAA I 1 4 0 0
AAXAa IIIII IIIII I 12 24 24 0
AaXaa III 3 6 3 3
Jumlah 16 34 27 3
Sumber: Laporan Sementara
Analisis data:

Frekuensi genotip AA¿


∑ AA =
34
=0,53
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
Frekuensi genotip Aa¿
∑ AA =
27
=0,42
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
Frekuensi genotip aa¿
∑ AA 3
= =0,046875
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
1 1
Frekuensi alel (A)¿ D+ H=0,53+ 0,42=0,74
2 2
1 1
Frekuensi alel (a)¿ H + R= 0,42+0,05=0,26
2 2
Kedelai hitam (A) = A x 64
= 0,74 x 64
= 47,36 ~ 47
Kedelai putih (a) = a x 64
= 0,26 x 64
= 16,64 ~ 17
3) Seleksi Tidak Lengkap
Tabel 4.13 Generasi Pertama Seleksi Tidak Lengkap
Frekuensi Keturunan
Persilangan Frekuensi Total
AA Aa Aa
AAXAA I 1 4 0 0
AAXAa II 2 4 4 0
AAXaa I 0,5 0 2 0
AaXAa III 3 6 3 3
AaXaa IIIII IIIII I 5,5 0 11 11
aaXaa IIIII III 4 0 0 16
Jumlah 16 14 20 30
Sumber: Laporan Sementara

Analisis data:

Frekuensi genotip AA¿


∑ AA =
14
=0,21875
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
Frekuensi genotip Aa¿
∑ AA 20
= =0,3125
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
Frekuensi genotip aa¿
∑ AA 30
= =0,46875
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
1 1
Frekuensi alel (A)¿ D+ H=0,22+ 0,31=0,38
2 2
1 1
Frekuensi alel (a)¿ H + R= 0,31+0,47=0,63
2 2
Kedelai hitam (A) = A x 64
= 0,38 x 64
= 24,32 ~ 24
Kedelai putih (a) = a x 64
= 0,63 x 64
= 40,22~40
Tabel 4.14 Generasi Kedua Seleksi Tidak Lengkap (42 : 22)
Frekuensi Keturunan
Persilangan Frekuensi Total
AA Aa Aa
AAXAA 0 0 0 0 0
AAXAa I 1 2 2 0
AAXaa I 0,5 0 2 0
AaXAa I 1 2 1 1
AaXaa IIIII IIIII IIII 7 0 14 14
aaXaa IIIII IIIII I 6,5 0 0 26
Jumlah 16 4 19 41
Sumber: Laporan Sementara
Analisis data:

Frekuensi genotip AA¿


∑ AA 4
=
=0,0625
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
Frekuensi genotip Aa¿
∑ AA 19
=
=0,296875
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
Frekuensi genotip aa¿
∑ AA 41
=
=0,640625
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
1 1
Frekuensi alel (A)¿ D+ H=0,06+ 0,3=0,21
2 2
1 1
Frekuensi alel (a)¿ H + R= 0,3+ 0,64=0,79
2 2

Kedelai hitam (A) = A x 64


= 0,21 x 64
= 13,44 ~ 13
Kedelai putih (a) = a x 64
= 0,79 x 64
= 50,56 ~ 51
Tabel 4.15 Generasi Ketiga Seleksi Tidak Lengkap (41 : 23)
Frekuensi Keturunan
Persilangan Frekuensi Total
AA Aa Aa
AAXAA 0 0 0 0 0
AAXAa II 2 4 4 0
AAXaa IIII 2 0 8 0
AaXAa II 2 4 2 2
AaXaa IIIII II 3,5 0 7 7
aaXaa IIIII IIIII III 6,5 0 0 26
Jumlah 16 8 21 35
Sumber: Laporan Sementara
Analisis data:

Frekuensi genotip AA¿


∑ AA 8
= =0,125
∑ ( AA+ Aa+aa) 64

Frekuensi genotip Aa¿


∑ AA 21
==0,328125
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
Frekuensi genotip aa¿
∑ AA 35
=
=0,546875
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
1 1
Frekuensi alel (A)¿ D+ H=0,125+ 0,328=0,289
2 2
1 1
Frekuensi alel (a)¿ H + R= 0,328+ 0,546=0,71
2 2
Kedelai hitam (A) = A x 64
= 0,289 x 64
= 18,496 ~ 19
Kedelai putih (a) = a x 64
= 0,71 x 64
= 45,44 ~ 45

Tabel 4.16 Generasi Keempat Seleksi Tidak Lengkap (41 : 23)


Persilangan Frekuensi Total Frekuensi Keturunan
AA Aa Aa
AAXAA 0 0 0 0 0
AAXAa III 3 6 6 0
AAXaa II 1 0 4 0
AaXAa IIII 4 8 4 4
AaXaa IIIII IIIII I 5,5 0 11 11
aaXaa IIIII 2,5 0 0 10
Jumlah 16 14 25 25
Sumber: Laporan Sementara
Analisis data:

Frekuensi genotip AA¿


∑ AA =
14
=0,22
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
Frekuensi genotip Aa¿
∑ AA 25
==0,39
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
Frekuensi genotip aa¿
∑ AA 25
=
=0,39
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
1 1
Frekuensi alel (A)¿ D+ H=0,22+ 0,39=0,415
2 2
1 1
Frekuensi alel (a)¿ H + R= 39+0,39
2 2
¿ 0,585
Kedelai hitam (A) = A x 64
= 0,415 x 64
= 26,56 ~ 27
Kedelai putih (a) = a x 64
= 0,585 x 64
= 37,44 ~ 37
Tabel 4.17 Generasi Kelima Seleksi Tidak Lengkap (40 : 24)
Frekuensi Keturunan
Persilangan Frekuensi Total
AA Aa Aa
AAXAA IIIII I 6 24 0 0
AAXAa II 2 4 4 0
AAXaa I 0,5 0 2 0
AaXAa IIIII I 6 12 6 6
AaXaa II 1 0 2 2
aaXaa I 0,5 0 0 2
Jumlah 16 40 14 10
Sumber : Laporan Sementara
Analisis data:

Frekuensi genotip AA¿


∑ AA 40
==0,625
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
Frekuensi genotip Aa¿
∑ AA 14
=
=0,21875
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
Frekuensi genotip aa¿
∑ AA 10
=
=0,15625
∑ ( AA+ Aa+aa) 64
1 1
Frekuensi alel (A)¿ D+ H=0,625+ 0,22=0,735
2 2
1 1
Frekuensi alel (a)¿ H + R= 0,22+0,16=0,27
2 2
Kedelai hitam (A) = A x 64
= 0,735 x 64
= 47,04~47
Kedelai putih (a) = a x 64
= 0,27 x 64
= 17,28 ~ 17
2. Pembahasan
Tanaman penyerbuk silang bentuk populasinya di alam ditandai
tingkat keanekaragaman tinggi dan bentuk genotip individunya
heterozigot, hal ini terjadi karena adanya persilangan antar individu yang
terus menerus sehingga individu yang terbentuk dengan susunan genotip
baru dengan komposisi pasangan gen yang berbeda (Nandariyah, 2011).
Tanaman menyerbuk silang bertujuan untuk memperoleh populasi yang
terdiri dari tanmaan heterozigot. Metode yang digunakan berbeda dengan
tanaman menyerbuk sendiri, terutama pada prosedur seleksinya. Varietas
yang dibentuk pada tanaman menyerbuk silang secara umum adalah
varietas hibrida dan bersari bebas.
Suatu varietas tanaman menyerbuk silang pada dasarnya merupakan
populasi yang mempunyai frekuensi gen tertentu. Kemudahan dalam
melakukan penyerbukan silang mengakibatkan dalam satu varietas terdiri
atas tanaman heterozigot dan masing-masing tanaman dapat tidak sama
genotipenya (heterogen), kecuali varietas hibrida. Namun demikian, secara
fenotipe nampaknya sama sehingga populasi itu memperlihatkan ciri
varietas tertentu. Keragaman genetik dapat dipertahankan dari generasi ke
generasi karena adanya kawin acak sehingga baik frekuensi gen maupun
genotipe dapat tetap sama pada generasi keturunannya (Syukur, 2015)
Berdasarkan cara penyerbukannya secara garis besar tanaman
digolongkan menjadi dua, yaitu tanaman autogam dan tanaman allogam.
Tanaman autogam adalah tanaman yang melakukan penyerbukan sendiri
(self-pollinated crops). Tanaman ini memiliki organ kelamin tanaman
(stamen atau benang sari dan pistil atau putik) terletak dalam satu bunga
(hermaphrodit atau monoklin). Faktor yang mendukung terjadinya
penyerbukan sendiri adalah biseksual, homogami dan kleistogami.
Biseksual adalah suatu kondisi dimana organ kelamin jantan dan betina
terletak dalam satu bunga. Homogam adalah suatu kondisi dimana benang
sari dan kepala putik pada biseksual tersebut masak pada waktu yang
bersamaan. Kleistogami adalah suatu kondisi dimana penyerbukan pada
bunga biseksual tersebut terjadi sebelum mahkota bunga membuka,
misalnya pada tanaman padi.
Tanaman allogam adalah tanaman yang melakukan penyerbukan
silang (Cross-pollinated crops). Tanaman ini memiliki organ kelamin
jantan (benang sari) dan organ kelamin betina (putik) terletak bunga yang
berbeda, dalam satu tanaman atau lain tanaman. Penyerbukan silang secara
alami dapat terjadi karena bantuan angin (anemophily), serangga
(entomophily), air (hydrophily) dan hewan (zoophily).
Menurut Ferdinand, Moekti, dan Sobardan (2007) Hardy-Weinberg
menemukan suatu rumus sederhana yang dapat digunakan untuk
menemukan probabilitas frekuensi genotipe pada suatu populasi dan untuk
mengetahui perubahan yang terjadi dari satu generasi ke generasi lainnya.
Rumus tersebut dikenal sebagai persamaan kesetimbangan Hardy-
Weinberg. Persamaan ini adalah p2 + 2pq + q2 = 1, p adalah frekuensi alel
dominan dan q adalah frekuensi alel resesif untuk suatu sifat yang diatur
oleh sepasang alel, misalkan A dan a. Persamaan untuk p dan q adalah:

P = AA + ½ Aa
q = aa + ½ Aa

Karena hanya ada dua alel dalam kasus ini, frekuensi keseluruhan
harus berjumlah 100%. Persamaan p2 + 2pq + q2 = 1, p2 adalah prediksi
frekuensi gen homozigot dominan (AA) pada populasi, 2pq adalah
prediksi frekuensi gen heterozigot (Aa) dan q2 adalah prediksi frekuensi
gen homozigot resesif (aa).
Berdasarkan hasil pengamatan, pada perbandingan (p=0,5 dan
q=0,5) diperoleh nilai X2-hitung senilai 24,09 sedangkan X2-tabel yaitu
3,84. Hal ini bertentangan dengan hukum Hardy-Weinberg karena X2-
hitung > X2-tabel. Percobaan dengan perbandingan (p=0,75 dan q=0,25)
diperoleh nilai X2-hitung yaitu 1,34. Hal ini sesuai dengan hukum
keseimbangan Hardy-Weinberg karena nilai X2-hitung < X2-tabel.
Pada percobaan pengaruh seleksi terhadap perubahan struktur
genetik (frekuensi gen) populasi tanaman allogam dengan cara yang
pertama dengan tanpa seleksi diketahui generasi pertama bahwa frekuensi
genotip AA adalah 0,22, frekuensi genotip Aa adalah 0,25, dan frekuensi
genotip aa dalah 0,53. Pada generasi kedua, didapatkan frekuensi genotip
AA adalah 0,1875, frekuensi genotip Aa adalah 0,33, dan frekuensi
genotip aa dalah 0,48. Pada generasi ketiga, frekuensi genotip AA adalah
0,25, frekuensi genotip Aa adalah 0,4, dan frekuensi genotip aa dalah 0,36.
Pada generasi keempat didapatkan frekuensi genotip AA adalah 0,25,
frekuensi genotip Aa adalah 0,47, dan frekuensi genotip aa dalah 0,28.
Selanjutnya, pada generasi kelima didapatkan frekuensi genotip AA adalah
0,15, frekuensi genotip Aa adalah 0,47, dan frekuensi genotip aa dalah
0,38.
Jadi frekuensi Alel A perlakuan tanpa seleksi generasi pertama,
kedua, ketiga, keempat, dan kelima berturut-turut adalah 0,345; 0,355;
0,45; 0,485; 0,385. Sedangkan frekuensi alel a perlakuan tanpa seleksi
generasi pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima berturut-turut adalah
0,655; 0,645; 0,56; 0,515; 0,61. Sehingga dari data tersebut diperoleh
jumlah biji A gen selanjutnya dari generasi pertama sampai generasi
kelima berturut-turut yaitu 22, 23, 29, 31 dan 25, sedangkan jumlah biji a
gen selanjutnya berturut-turut yaitu 42, 41, 35, 33, dan 39.
Frekuensi Alel A perlakuan seleksi lengkap generasi pertama, kedua,
ketiga, keempat, dan kelima berturut-turut adalah 0,78; 0,775; 0,81; 0,8;
0,74 sedangkan frekuensi alel a perlakuan seleksi lengkap generasi
pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima berturut-turut adalah
0,21875; 0,23; 0,2; 0,2; 0,26. Sehingga dari data tersebut diperoleh jumlah
biji A gen selanjutnya dari generasi pertama sampai generasi kelima
berturut-turut yaitu 50, 50, 51, 51, dan 47 sedangkan jumlah biji a gen
selanjutnya berturut-turut yaitu 14, 14, 13, 13, dan 17.
Frekuensi Alel A perlakuan seleksi tidak lengkap generasi pertama,
kedua, ketiga, keempat, dan kelima berturut-turut adalah 0,38; 0,21; 0,289;
0,415; 0,735 sedangkan frekuensi alel a perlakuan seleksi tidak lengkap
generasi pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima berturut-turut adalah
0,63; 0,79; 0,71; 0,585; 0,27. Sehingga dari data tersebut diperoleh jumlah
biji A gen selanjutnya dari generasi pertama sampai generasi kelima
berturut-turut yaitu 24, 13, 19, 27, dan 47 sedangkan jumlah biji a gen
selanjutnya berturut-turut yaitu 40, 51, 45, 37, dan 17.
Setiap individu dapat melakukan kawin acak apabila mempunyai
kesempatan sama unuk membentuk keturunan dan setiap bunga betina
dapat diserbuki oleh setiap gamet jantan. Kawin acak yang diikuti seleksi
dapat mengubah frekuensi gen, keragaman populasi, dan korelasi
genetikantara kerabat dekat. Walaupun dapat mengubah frekuensi gen
tetapi kecil pengaruhnya terhadap homozigositas tanaman (Syukur, 2015)
E. Kesimpulan
Berdasarkan berbagai pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Tanaman allogam adalah tanaman yang melakukan penyerbukan silang
(Cross-pollinated crops). Tanaman ini memiliki organ kelamin jantan
(benang sari) dan organ kelamin betina (putik) terletak bunga yang
berbeda, dalam satu tanaman atau lain tanaman. Penyerbukan silang
secara alami dapat terjadi karena bantuan angin (anemophily), serangga
(entomophily), air (hydrophily) dan hewan (zoophily).
2. Pada percobaan pembuktian hukum Hardy-Weinberg dengan frekuensi
alel A=0,5 dan a=0,5 hasil yang didapat bertentangan dengan hukum
Hardy-Weinberg.
3. Pada percobaan pembuktian hukum Hardy-Weinberg dengan frekuensi
alel A=0,75 dan a=0,25 hasil yang didapat sesuai dengan hukum Hardy-
Weinberg.
4. Keragaman genetik dalam perkawinan silang dapat dipertahankan dari
generasi ke generasi karena adanya kawin acak sehingga baik frekuensi
gen maupun genotipe dapat tetap sama pada generasi keturunannya
5. Kawin acak yang diikuti seleksi dapat mengubah frekuensi gen,
keragaman populasi, dan korelasi genetikantara kerabat dekat. Walaupun
dapat mengubah frekuensi gen tetapi kecil pengaruhnya terhadap
homozigositas tanaman
DAFTAR PUSTAKA

Aryulina, Diah dkk. 2006. Biologi sma dan ma untuk kelas xii. Penerbit Erlangga.
Ferdinand, Moekti, dan Sobardan 2007. Praktis belajar biologi untuk kelas xii
sekolah menengah atas/madrasah aliyah program ilmu pengetahuan alam.
Jakarta: Visindo Media Persada.
Nandariyah, Djati W.D. 2011. Perbaikan sifat tanaman. Surakarta: UNS Press
Syukur, Muhamad dkk. 2015. Teknik pemuliaan tanaman. Jakarta: Penebar
Swadaya.
V. SELEKSI MASSA

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pemuliaan tanaman kadang-kadang mempunyai pengertian sempit
yaitu hanya memperlihatkan pelaksanaan hibridisasi atau persilangan
yang direncanakan, tapi sebenarnya adalah mencakup keseluruhan
bidang kegiatan yang bertujuan untuk memperbaiki sifat genetik
tanaman yang sudah ada. Menentukan metode pemuliaan tanaman
merupakan tanggung jawab penting dari pemulia tanaman, meskipun
suatu metode telah ditentukan dan dianggap paling efektif dan efisien
untuk suatu komoditas tanaman tertentu pada suatu percobaan dan
dilandasi teori yang kuat, mungkin bisa tidak berlaku untuk semua
kondisi setempat. Atas dasar tipe penyerbukan tanaman metode
pemuliaan tanaman dibedakan menjadi dua yaitu metode pemuliaan
tanaman untuk kelompok tanaman penyerbuk sendiri (Self pollination)
dan metode pemuliaan tanaman untuk kelompok tanaman penyerbuk
silang (Cross pollination). Kacang tanah termasuk tanaman penyerbuk
sendiri (self pollination) dan salah satu metode yang digunakan adalah
seleksi massa.
Seleksi massa adalah salah satu metode seleksi yang tertua untuk
memilih bahan tanam yang lebih baik pada generasi berikut.Seleksi ini
juga merupakan yang paling sederhana dan banyak pemulia hanya
mengandalkan nalurinya dalam menjalankan metode ini, meskipun
dasar ilmiah untuk pelaksanaannya sudah tersedia. Praktek yang
demikian juga disebut seleksi massa positif. Seleksi massa negatif
(disebut juga roguing) juga dapat dilakukan, terutama untuk
memelihara kemurnian sifat suatu populasi: individu-individu yang
menyimpang dari penampilan normal dibuang.
Program pemuliaan tanaman didasarkan atas seleksi dimana
tanaman dipilih oleh pemulia tanaman untuk satu atau beberapa
penampakan (fenotipe) dari karakter yang menjadi target perbaikan,
baik secara individu maupun populasi tanaman.  Karakter- karakter
yang umumnya merupakan target seleksi antara lain produksi, mutu
hasil, ketahanan terhadap hama/penyakit dan/atau toleransi terhadap
lingkungan marginal. Sifat genetik yang disukai pada induk diusahakan
agar frekuensinya meningkat, sedangkan frekuensi genetik pada sifat
induk yang tidak disukai ditekan serendah mungkin.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum Acara Seleksi Massa ini bertujuan untuk :
a. Agar mahasiswa dapat menjelaskan pengertian seleksi massa.
b. Mampu menjelaskan kegunaan seleksi massa dalam pemuliaan
tanaman.
B. Metode Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Acara Seleksi Massa dilakukan pada Sabtu, 30 Mei
2015 di Lahan Praktikum Fakultas Pertanian UNS Surakarta,
Jumantono, Karanganyar.
2. Bahan dan Alat
Populasi kacang tanah di petak lahan Jumantono, Karanganyar;
penggaris, kamera dan alat tulis.
3. Cara Kerja
a. Memilih sampel tanaman yang mempunyai keragaan baik
(menonjol) intensitas 10% (10 dari 100 tanaman) yang terletak
dalam beberapa baris (5-10 tanaman).
b. Mengamati :
1) Tinggi tanaman
2) Jumlah cabang
3) Ada tidaknya serangan penyakit dengan menghitung intensitas
serangan penyakit tiap tanaman

IP=
∑ tanaman yang sakit x 100 %
∑ seluruh tanaman yang diamati
4) Ada tidaknya hama pada tanaman
C. Tinjauan Pustaka
Seleksi massa merupakan metode pemuliaan tanaman yang paling
tua dan paling sederhana dibandingkan denagan metode pemuliaan
tanaman lainnya. Dalam seleksi massa, pemulia dapat memperbaiki suatu
sifat dari populasi yang diseleksi dengan tetap memertahankan ciri
populasi tersebut. Seleksi massa bertujuan mengurangi keragaman genetik
dari suatu populasi dan meningkatkan frekuensi gen yang diinginkan.
Kegunaan seleksi massa ada;lah dapat memperbaiki landrace, memurniksn
varietas galur murni untuk memmpertahankan identitas varietas, dan
mendapatkan varietas yang memiliki ketahana horisontal (horizontal
resistance) serta mempunyai adapatasi luas pada lingkungan baru.
Pada seleksi massa individu-individu tanaman dipilih berdasarkan
penampilan yang sama, kemudian dicampur tanpa dilakukan uji keturunan.
Cara pemilihan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu seleksi massa
positif dan seleksi massa negatif. Pada seleksi massa positif, tanaman yang
mempunyai penampilan yang sesuai dengan keinginan diambil dan
diisahkan dari populasi, sedangkan yang tidak terseleksi dibiarkan di
lapang. Pada seleksi massa negatif, tanaman yang terseleksi dibiarkan di
lapang, sedangkan tanaman yang tidak terseleksi dibuang. Seleksi massa
negatif banyak dilakukan untuk memurnikan varietas unggul yang
tercampur atau dalam rangka memproduksi benih untuk menjamin
kemurnin genetiknya.
Karakter yang menjadi target seleksi merupakan karakter kualitatif
atau mempunyai heritabilitas tinggi seperti warna atau ketahanan terhadap
penyakit tertentu. Karakter yang mempunyai heritabilitas rendah, seperti
hasil, perbedaan fenotipe sulit dibedakan dan sangat dipengaruhi
lingkungan. Seleksi massa dilakukan pada populasi homozigot heterogen.
Biasanya berupa landrace (galur lokal) atau varietas yang tercampur.
Seleksi yang dilakukan langsung terhadap karakter yang diinginkan maka
disebut seleksi massa langsung, sedangkan jika seleksi dilakukan terhadap
karakter yang berhubungan secara genetik antara produksi dengan
karakter A pada suatu tanaman adalah positif dan tinggi maka seleksi
terhadap karakter A akan memperbaiki karakter produksi.
Tanaman yang akan diseleksi ditanam pada lingkungan optimum
sehingga fenotipe tanaman akan maksimal. Sleeksi ini ditukukan untuk
mendapatkan varietas-varietas komersial atau yang memerlukan input
tinggi. Sebaliknya, untuk mendapatkan varietas yang mampu bertahan
pada lahan marginal maka seleksi dilakuakn pada lingkungan tercekam,
yang sesuai dengan keinginan. Seleksi akan efektif jika dilakuakn pada
tanaman yang ditanamn pada lingkungan target (Syukur, 2015).
Seleksi massa pada dasarnya adalah memilih individu tanaman atas
dasar penampilan fenotif dalam populasi tanaman dikenal ada dua metode
seleksi massa yaitu seleksi massa positif dan seleksi massa negatif. Seleksi
massa positif adalah memilih tanaman dengan karakter baik atau yang
diinginkan dipisahkan dari populasi yang ada untuk dikembangkan lebih
lanjut, sedangkan seleksi massa negatif adalah memilih tanaman dengan
karakter jelek atau tidak diinginkan dipisahkan dari populasi dan populasi
yang ada terus dikembangkan menjadi kultivar baru (Nandariyah, 2011).
Berdasarkan bentuk dan letak cabang lateral, karakteristik kacang
tanah dapat dibedakan menjadi tipe menjalar dan tipe tegak. Kacang tanah
tipe menjalar mempunyai percabangan lebih panjang, tumbuh ke samping
dan hanya bagian ujung yang mengarah ke atas serta umurnya panjang
(sekitar 6 bulan). Kacang tanah tipe tegak mempunyai percabangan yang
tumbuh agak lurus ke atas dan umurnya relatif genjah, berkisar antara 95-
120 hari.
Berdasarkan pola percabangan, ada tidaknya buku subur pada batang
utama dan susunan buku subur pada cabang lateral, kacang tanah
dibedakan menjadi dua tipe: spanishvalencia dan virginia. Kacang tanah
tipe spanish umumnya memiliki dua biji/polong, sedikit berparuh, polong
sedikit berpinggang dan retikulasi agak halus, umur lebih genjah, pola
percabangan sequential, dan pertumbuhan tegak. Tipe valencia memiliki
jumlah biji/polong tiga atau lebih, polong sedikit berpinggang dan
retikulasi agak halus, pola percabangan sequential, dan tipe tumbuh tegak.
Sedangkan tipe virginia memiliki dua biji/polong, ukuran polong dan biji
tergolong besar, polong agak berparuh, sedikit-agak berpinggang,
retikulasi agak halus-sedikit kasar, umur dalam, pola percabangan
alternate, dan tipe tumbuh prostrate hingga tegak. Kacang tanah tipe
spanish dan valencia memiliki biji berukuran kecil hingga sedang (3-7
mm) dengan bentuk bulat, lonjong atau pipih. Biji tidak memiliki dormansi
dengan warna beragam (putih, merah hati, ros, coklat, hitam, dan ungu).
Umur panen berkisar antara 85-110 hari. Warna batang hijau atau coklat,
agak peka terhadap penyakit bercak daun Cercospora, dan beradaptasi baik
di daerah tropis.
Kacang tanah tergolong ke dalam tanaman menyerbuk sendiri dan
persarian terjadi sebelum bunga mekar (kleistogami), sehingga jarang
sekali terjadi penyerbukan silang. Karakteristik demikian menguntungkan
karena untuk produksi benih dari banyak varietas, tidak diperlukan isolasi
jarak yang lebar. Karakteristik bunga kacang tanah tidak khas sehingga
sulit digunakan sebagai penanda/pengenal varietas.
Batang kacang tanah dapat dibedakan menjadi dua, yakni warna
batang hijau merah atau ungu, dan warna batang hijau. Ada batang yang
memiliki sedikit bulu dan ada yang berbulu banyak. Warna batang dan
keberadaan rambut dapat digunakan untuk mengenali varietas. Varietas
kacang tanah tipe valencia di Indonesia umumnya memiliki warna batang
hijau, sedangkan tipe spanish hanya satu varietas yang memiliki batang
berwarna ungu.
Ginofor atau bakal buah terbentuk setelah persarian yang akan
tumbuh memanjang secara geotropik dan menembus tanah sedalam 2-7
cm. Panjang ginofor maksimum terhitung dari buku di atas tanah adalah 15
cm. Setelah mencapai panjang maksimum, pada ujung ginofor akan
terbentuk rambut-rambut halus pada permukaan lentisel, selanjutnya
ginofor mengambil posisi mendatar dan ujung ginofor terus tumbuh
membesar membentuk polong. Warna ginofor umumnya hijau meski ada
pula yang merah atau ungu karena memiliki antosianin. Warna ginofor
yang hijau ditimbulkan oleh butir-butir klorofil yang dapat melakukan
fotosintesis selama masih berada di atas tanah.
Berdasarkan bentuk paruhnya, kacang tanah dibedakan ke dalam
lima tipe, yakni tidak berparuh, sedikit berparuh, agak berparuh, berparuh,
dan sangat berparuh. Pinggang (kontriksi) dan guratan polong (retriksi)
kacang tanah dibagi ke dalam lima tipe sehingga karakteristik polong
sering digunakan sebagai penanda/pengenal varietas. Karakteristik biji,
yakni warna kulit ari dan ukuran biji beragam, sehingga sering digunakan
sebagai penciri varietas (Kasno, 2014)
Seleksi massa adalah pemilihan individu secara visual untuk
karakter-karakter yang diinginkan. Seleksi dilakukan dengan
menggunakan tiga macam metode yaitu (1) memilih 10% individu
tanaman langsung populasi total, (2) memilih 10% individu dari setiap
petak kemudian digabungkan untuk memperoleh data 10% dari populasi
total dan (3) memilih petak yang memiliki nilai tengah lebih besar sama
dengan nilai tengah populasi total kemudian memilih 10% individu
tanaman dari populasi tersebut. Data dari ketiga metode tersebut
dibandingkan untuk melihat metode yang lebih efektif untuk digunakan
dalam seleksi massa (Elfiani 2012).
D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
Tabel 5.1 Hasil Seleksi Massa pada Kacang Tanah (Arachis hypogeae)
Ulangan Tinggi Jumlah Keterangan
Tanaman Cabang Penyakit Hama
1 38 6 - Ulat
2 37 4 √
3 38 4 √
4 37 5 -
5 39 4 √
6 32 5 √
7 38 4 √
8 31 6 √
9 33 4 -
10 40 5 √
Sumber: Hasil Pengamatan
Keterangan :
a) Gejala Penyakit : Bercak hitam, warna kekuningan
b) Gejala Serangan Hama : Daun berlubang

Analisis Data :

IP = Jumlah tanaman yang sakit x 100%


Jumlah total tanaman diamati

= 7 x 100%
10

= 70%

2. Pembahasan
Seleksi massa pada dasarnya adalah memilih individu tanaman atas
dasar penampilan fenotif (Nandariyah, 2011). Seleksi massa bertujuan
mengurangi keragaman genetik dari suatu populasi dan meningkatkan
frekuensi gen yang diinginkan. Kegunaan seleksi massa ada;lah dapat
memperbaiki landrace, memurniksn varietas galur murni untuk
memmpertahankan identitas varietas, dan mendapatkan varietas yang
memiliki ketahana horisontal (horizontal resistance) serta mempunyai
adapatasi luas pada lingkungan baru.
Pada seleksi massa individu-individu tanaman dipilih berdasarkan
penampilan yang sama, kemudian dicampur tanpa dilakukan uji
keturunan. Cara pemilihan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
seleksi massa positif dan seleksi massa negatif. Pada seleksi massa
positif, tanaman yang mempunyai penampilan yang sesuai dengan
keinginan diambil dan diisahkan dari populasi, sedangkan yang tidak
terseleksi dibiarkan di lapang. Pada seleksi massa negatif, tanaman
yang terseleksi dibiarkan di lapang, sedangkan tanaman yang tidak
terseleksi dibuang. Seleksi massa negatif banyak dilakukan untuk
memurnikan varietas unggul yang tercampur atau dalam rangka
memproduksi benih untuk menjamin kemurnin genetiknya.
Karakter yang menjadi target seleksi merupakan karakter kualitatif
atau mempunyai heritabilitas tinggi seperti warna atau ketahanan
terhadap penyakit tertentu. Karakter yang mempunyai heritabilitas
rendah, seperti hasil, perbedaan fenotipe sulit dibedakan dan sangat
dipengaruhi lingkungan. Seleksi massa dilakukan pada populasi
homozigot heterogen. Biasanya berupa landrace (galur lokal) atau
varietas yang tercampur. Seleksi yang dilakukan langsung terhadap
karakter yang diinginkan maka disebut seleksi massa langsung,
sedangkan jika seleksi dilakukan terhadap karakter yang berhubungan
secara genetik antara produksi dengan karakter A pada suatu tanaman
adalah positif dan tinggi maka seleksi terhadap karakter A akan
memperbaiki karakter produksi (Syukur, 2015).
Seleksi massa adalah pemilihan individu secara visual untuk
karakter-karakter yang diinginkan. Seleksi dilakukan dengan
menggunakan tiga macam metode yaitu (1) memilih 10% individu
tanaman langsung populasi total, (2) memilih 10% individu dari setiap
petak kemudian digabungkan untuk memperoleh data 10% dari
populasi total dan (3) memilih petak yang memiliki nilai tengah lebih
besar sama dengan nilai tengah populasi total kemudian memilih 10%
individu tanaman dari populasi tersebut. Data dari ketiga metode
tersebut dibandingkan untuk melihat metode yang lebih efektif untuk
digunakan dalam seleksi massa (Elfiani 2012).
Berdasarkan bentuk dan letak cabang lateral, karakteristik kacang
tanah dapat dibedakan menjadi tipe menjalar dan tipe tegak. Kacang
tanah tipe menjalar mempunyai percabangan lebih panjang, tumbuh ke
samping dan hanya bagian ujung yang mengarah ke atas serta umurnya
panjang (sekitar 6 bulan). Kacang tanah tipe tegak mempunyai
percabangan yang tumbuh agak lurus ke atas dan umurnya relatif
genjah, berkisar antara 95-120 hari.
Berdasarkan pola percabangan, ada tidaknya buku subur pada
batang utama dan susunan buku subur pada cabang lateral, kacang
tanah dibedakan menjadi tiga tipe: spanish,valencia dan virginia.
Kacang tanah tipe spanish umumnya memiliki dua biji/polong, sedikit
berparuh, polong sedikit berpinggang dan retikulasi agak halus, umur
lebih genjah, pola percabangan sequential, dan pertumbuhan tegak.
Tipe valencia memiliki jumlah biji/polong tiga atau lebih, polong
sedikit berpinggang dan retikulasi agak halus, pola percabangan
sequential, dan tipe tumbuh tegak. Sedangkan tipe virginia memiliki
dua biji/polong, ukuran polong dan biji tergolong besar, polong agak
berparuh, sedikit-agak berpinggang, retikulasi agak halus-sedikit kasar,
umur dalam, pola percabangan alternate, dan tipe tumbuh prostrate
hingga tegak. Kacang tanah tipe spanish dan valencia memiliki biji
berukuran kecil hingga sedang (3-7 mm) dengan bentuk bulat, lonjong
atau pipih. Biji tidak memiliki dormansi dengan warna beragam (putih,
merah hati, ros, coklat, hitam, dan ungu). Umur panen berkisar antara
85-110 hari. Warna batang hijau atau coklat, agak peka terhadap
penyakit bercak daun Cercospora, dan beradaptasi baik di daerah tropis.
Kacang tanah tergolong ke dalam tanaman menyerbuk sendiri dan
persarian terjadi sebelum bunga mekar (kleistogami), sehingga jarang
sekali terjadi penyerbukan silang. Karakteristik demikian
menguntungkan karena untuk produksi benih dari banyak varietas, tidak
diperlukan isolasi jarak yang lebar. Karakteristik bunga kacang tanah
tidak khas sehingga sulit digunakan sebagai penanda/pengenal varietas.
Batang kacang tanah dapat dibedakan menjadi dua, yakni warna
batang hijau merah atau ungu, dan warna batang hijau. Ada batang yang
memiliki sedikit bulu dan ada yang berbulu banyak. Warna batang dan
keberadaan rambut dapat digunakan untuk mengenali varietas. Varietas
kacang tanah tipe valencia di Indonesia umumnya memiliki warna
batang hijau, sedangkan tipe spanish hanya satu varietas yang memiliki
batang berwarna ungu.
Ginofor atau bakal buah terbentuk setelah persarian yang akan
tumbuh memanjang secara geotropik dan menembus tanah sedalam 2-7
cm. Panjang ginofor maksimum terhitung dari buku di atas tanah adalah
15 cm. Setelah mencapai panjang maksimum, pada ujung ginofor akan
terbentuk rambut-rambut halus pada permukaan lentisel, selanjutnya
ginofor mengambil posisi mendatar dan ujung ginofor terus tumbuh
membesar membentuk polong. Warna ginofor umumnya hijau meski
ada pula yang merah atau ungu karena memiliki antosianin. Warna
ginofor yang hijau ditimbulkan oleh butir-butir klorofil yang dapat
melakukan fotosintesis selama masih berada di atas tanah.
Berdasarkan bentuk paruhnya, kacang tanah dibedakan ke dalam
lima tipe, yakni tidak berparuh, sedikit berparuh, agak berparuh,
berparuh, dan sangat berparuh. Pinggang (kontriksi) dan guratan polong
(retriksi) kacang tanah dibagi ke dalam lima tipe sehingga karakteristik
polong sering digunakan sebagai penanda/pengenal varietas.
Karakteristik biji, yakni warna kulit ari dan ukuran biji beragam,
sehingga sering digunakan sebagai penciri varietas (Kasno, 2014).
Ada tidaknya serangan penyakit pada suatu tanaman dapat dihitung
menggunakan indeks penyakit tanaman. Indeks Penyakit Tanaman
adalah intensitas penyakit yang terdapat dalam suatu populasi tanaman.
Berdasarkan pengamatan, indeks penyakit pada kacang tanah sebesar
70%. Sebagian besar tanaman terserang penyakit bercak dan karat daun.
Penyakit karat daun disebabkan cendawan Pucinia arachidis. Biasanya
penyakit ini disertai penyakit bercak daun yang disebabkan oleh
Cercospora arachidicola. Kedua penyakit ini dapat menurunkan hasil
akibat pengisian polong tidak optimal. Penyakit ini merupakan penyakit
kronis dan pada serangan berat akan menyebabkan penurunan hasil
hingga mencapai 50%-60%. Di Indonesia penyakit ini tersebar di seluruh
pertanaman kacang tanah dengan intensitas serangan yang bervariasi
tergantung musim dan lokasi. Hama yang menyerang tanaman kacang
tanah adalah ulat. Gejala serangan dari hama ini yaitu daun berlubang.
E. Kesimpulan
Setelah melakukan kegiatan praktikum tentang seleksi massa, maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Seleksi massa (dalam pemuliaan tanaman) adalah salah satu
metode seleksi yang tertua untuk memilih bahan tanam yang lebih
baik pada generasi berikutnya.
2. Selekesi massa dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
seleksi massa positif dan seleksi massa negative.
3. Indeks penyakit kacang tanah sebesar 70%. Gejala penyakit bercak
daun dan daun menguning. Gejala serangan hama daun berlubang.
DAFTAR PUSTAKA
Elfiani. 2012. Efektifitas metode seleksi massa pada populasi bersari bebas jagung
manis. Seminar UR-UKM ke-7 2012 ”Optimalisasi Riset Sains dan
Teknologi Dalam Pembangunan Berkelanjutan”
Kasno, Astanto dan Didi Harnowo. 2014. Karakteristik varietas unggul kacang
tanah dan adopsinya oleh petani. Iptek Tanaman Pangan Vol 9 (1): 15-16.
Nandariyah, Djati WD. 2011. Perbaikan sifat tanaman. Surakarta: UNS Press
Syukur, Muhamad dkk. 20015. Teknik pemuliaan tanaman. Jakarta: Penebar
Swadaya.
VI. KASTRASI DAN HIBRIDISASI

A. Pendahuluan
1. Latar belakang
Penyerbukan silang di alam terjadi secara spontan. Penyerbukan
tersebut terjadi dengan bantuan angin, serangga pollination dan
binatang lainnya. Pada penyerbukan alami tidak diketahui sifat-sifat
dari pohon induk apakah sifat dari pohon induk baik atau buruk
sehingga tidak dapat dilakukan pengontrolan akibatnya hasilnya
seringkali mengecewakan. Oleh karena itu agar persilangan dapat
dikontrol dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan, maka manusia
melakukan penyerbukan silang buatan. Untuk mendapatkan varietas
unggul dapat ditempuh melalui beberapa metode. Metode pemulian
tanaman ini sangat ditentukan oleh sistem penyerbukan ataupun cara
perkembangbiakan tanaman.
Metode untuk tanaman menyerbuk sendiri berbeda dengan untuk
tanaman yang menyerbuk silang. Metode untuk tanaman yang
dikembangbiakan sacara seksual berbeda dengan yang
dikembangbiakan secara aseksual. Tanaman menyerbuk sendiri dapat
dimuliakan antara lain melalui hibridisasi. Hibridisasi merupakan suatu
perkawinan silang antara berbagai jenis spesies pada setiap tanaman.
Dalam dunia pertanian dan dalam sub ilmu pemuliaan tanaman
khususnya ada yang di namakan dengan kastrasi dan hibridisasi
tanaman, Kastrasi dan hibridisasi adalah teknik yang digunakan oleh
para pemulia yaitu orang yang berusaha untuk memperbanyak tanaman
dalam lingkup pemuliaan tanaman untuk meningkatkan produktifitas
dari tanaman yang dimuliakan, kastrasi disini merupakan proses untuk
menghilangkan kelamin jantan dari suatu bunga pada tanaman untuk
menghindari atau mencegah terjadinya penyerbukkan sendiri. Kastrasi
digunakan agar tanaman itu tidak menyerbuk sendiri, jika suatu
tanaman menyerbuk sendiri secara terus menerus mungkin dari filal
juga tidak bisa optimal dalam hal produksinya. Pemuliaan adalah suatu
cara yang sistematik merakit keragaman genetik menjadi suatu bentuk
yang bermanfaat bagi manusia. Dalam proses ini diperlukan bahan baku
berupa keanekaragaman genetik (plasma nutfah) yang tesedia di alam.
Untuk pemuliaan tanaman dan hewan, peranan penelitian untuk
mendapatkan bibit unggul adalah sangat penting.
Kastrasi bertujuan untuk mencegah terjadinya penyerbukan sendiri
(self fertilization). Kastrasi berfungsi agar tanaman dapat lebih
menghasilkan ke pertumbuhan vegetatif (penguatan batang yang lebih
besar) dan juga untuk merangsang pembentukan bunga betina yang
sempurna. Hibridisasi atau persilangan bertujuan menggabungkan sifat-
sifat baik dari kedua tetua atau induknya sedemikian rupa sehingga
sifat-sifat baik tersebut dimiliki keturunannya. Sebagai hasil dari
hibridisasi adalah timbulnya keragaman genetik yang tinggi pada
keturunannya. Dari keragaman yang tinggi inilah pemulia tanaman akan
memilih tanaman yang mempunyai sifat-sifat sesuai dengan yang
diinginkan dan dapat bervariasi jenisnya. Pada peristiwa hibridisasi
akan memperoleh kombinasi genetik yang diperoleh melalui
persilangan dua atau lebih tetua yang berbeda genotipnya.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum acara 6 hibridisasi bertujuan agar mahasiswa dapat
mempelajari teknik hibridisasi dan kastrasi pada tanaman jagung.
B. Metode Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum 6 hibridisasi dilaksanakan pada hari Sabtu, 23 Mei 2015
di Laboraturium Jumantono, Karanganyar.
2. Alat dan Bahan
a. Alat:
Beberapa jenis tanaman jagung
b. Bahan:
1) Kertas minyak,
2) plastik,
3) tali rafia/karet,
4) kapas/tissue/kuas
3. Cara Kerja:
a. Memilih tetua jantan dan tetua betina
b. Melakukan kastrasi pada tetua betina
c. Mengambil tepung sari dari tetua jantan
d. Melakukan hibridisasi
e. Melakukan pengamatan keberhasilan yang ditandai dengan
pembentukan bakal buah
f. Menghitung presentase keberhasilan
C. Tinjauan Pustaka
Persilangan (hibridisasi) buatan adalah penyerbukan silang secara
buatan antara tetua yang berbeda susunan enetiknya. Pada tanaman
menyerbuk sendiri hibridisasi merupakan langkah awal pada program
pemuliaan setelah dilakukan pemilihan tetua. Umumnya program
pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri dimulai dengan menyilangkan dua
tetua homozigot yang berbeda genotipenys. Sementara itu, pada tanaman
menyerbuk silang, hibridisasi biasanya digunakan untuk menguji potensi
tetua atau pengujian hibrid vigor dalam rangka pembentuikan varietas
hibrida. Selain itu, dilakukan untuk memperluas keragaman genetik.
Kastrasi adalah membersihlkan bagian tanaman yang ada disekitar
bunga yang akan diemaskulasi dari kotoran, serangga, dan kuncup-kuncup
bunga yang tidak dipakai. Membuang mahkota bunga da kelopak juga
termasuk kegiatan kastrasi. Kastrasi umumnya menggunakan gunting,
pisau, atau pinset. Emaskulasi adalah pembuangan alat kelamin jantan
(stamen) pada tetua betina, sebelum bunga mekar atau sebelum erjadi
penyerbukan sendiri.
Beberapa metode emaskulasi antara lain: a. Metode kliping atau
pinset; yaitu kuncup dibuka dengan pinset atau dipotong dengan gunting
kemudian antera atau stamen dibuang dengan pinset, b. Metode pompa
isap (sucking method); teknik pengerjaanya adalah ujung bunga dibuka
dengan gunting, kemudian antera diisap keluar dengan menggunakan alat
pompa isap, c. Metode air panas atau dingin dan alkohol; yaitu
mencelupkan bunga ke dalam air hangat yang mempunyai temperatur
tertentu, biasanya antara 43o-53oC selama 1-10 menit, d. Metode kimia;
yaitu bahan disemprotkan pada bunga yang sedang kuncup dengan
konsentrasi tertentu, e. Metode jantan mandul; dengan memanfaatkan
tanaman amndul jantan yaitu yang anternya steril dan tidak menghasilkan
polen yang variabel.
Tujuan utama melakukan persilangan buatan adalah: 1)
menggabungkan semua karakter baik ke dalam satu genotipe baru, 2)
memperluas keragama genetik, 3) memanfaatkan vigor hibrida, dan 4)
menguji potensi tetua(uji turunan). Dari kempat tujuan utama tersebut,
dapat disimpulakan bahwa hibridisasi memegang peranan penting dalam
pemuliaan tanaman, terutama dalam hal memperluas keragaman genetik.
Seleksi akan efektif apabila populasi yang diseleksi mempunyai
keragaman genetik yang luas (Syukur, 2015).
Metode hibridisasi adalah upaya perbaikan tanmaan dengan
melibatkan dua tetua atau lebih akan dipilih dan disilangkan untuk
menggabungkan sifat-sifatnya yang disukai ke dalam suatu genotipe
superior. Genotipe superior dipisahkan melalui seleksi yang ketat pada
generasi yang sedang segregasi. Keberhasilan cara pemuliaan ini
tergantung pemilihan dari tetua yang sesuai yang akan dikombinasikan,
gen yang mengatur sifat-sifat yang diteliti, dan apakah seleksi untuk sifat-
sifat itu mudah dillakukan pada generasi yang sedang segregasi tersebut
(Nandariyah, 2011)
Kastrasi adalah membuang bagian bunga jantan yang tidak
diperlukan dengan cara membuka mahkota bunga dan membuang serbuk
sari sebelum terjadi persarian sendiri. Kastrasi dilakukan pada pagi hari.
Kastrasi antara satu pohon satu dengan pohon lain berbeda (Ihsan, 2012)
D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
Tabel 6.1 Hasil hibridisasi tanaman jagung (Zea mays)
Tanggal Panjang Diameter Foto Sebelum Pengamatan
Pengamatan tongkol Tongkol

Sabtu, 29
27 cm 3,5 cm
April 2016

Minggu, 8 29 cm 7 cm
Mei 2016

Sumber: Laporan Sementara


2. Pembahasan
Persilangan (hibridisasi) buatan adalah penyerbukan silang secara
buatan antara tetua yang berbeda susunan enetiknya. Pada tanaman
menyerbuk sendiri hibridisasi merupakan langkah awal pada program
pemuliaan setelah dilakukan pemilihan tetua. Umumnya program
pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri dimulai dengan menyilangkan
dua tetua homozigot yang berbeda genotipenys. Sementara itu, pada
tanaman menyerbuk silang, hibridisasi biasanya digunakan untuk
menguji potensi tetua atau pengujian hibrid vigor dalam rangka
pembentuikan varietas hibrida. Selain itu, dilakukan untuk memperluas
keragaman genetik.
Tujuan utama melakukan persilangan buatan adalah: 1)
menggabungkan semua karakter baik ke dalam satu genotipe baru, 2)
memperluas keragama genetik, 3) memanfaatkan vigor hibrida, dan 4)
menguji potensi tetua(uji turunan). Dari kempat tujuan utama tersebut,
dapat disimpulakan bahwa hibridisasi memegang peranan penting
dalam pemuliaan tanaman, terutama dalam hal memperluas keragaman
genetik. Seleksi akan efektif apabila populasi yang diseleksi
mempunyai keragaman genetik yang luas (Syukur, 2015).
Tahapan hibridisasi tanaman jagung:
a. Persiapan
Sebagai persiapan untuk melakukan kastrasi pada jagung perlu
disediakan gunting kecil yang tajam dan hekter. Untuk
membungkus bunga betina dalam rangka mengisolasinya sebelum
dilakuakan penyerbukan, dapat dipakai kantong plastik transparan.
Sementara itu, untuk membungkus bunga jantan dalam rangka
mengumpulkan polen, dapat dipakai kertas minyak atau kertas
khusus. Kertas minyak dibuat sedemikian rupa agar dapat
membungkus malai bunga jantan jagung.
b. Kastrasi
Kastrasi pada jagung adalah kegiatan memotong bagian ujung dari
tongkol. Tujuan kastrasi adalah agar rambut jagung keluar merata.
Alat kastrasi adalah gunting.
c. Isolasi
Isolasi pada bunga betina jagung dilakukan agar tidak diserbuki
oleh polen asing. Sementara itu, isolasi pada bunga jantan
dilakuakan dengan memotong bunga jantan. Isolasi pada bunga
betina jagung menggunaka kantong plastik transparan. Kantong
plasti berguna mengontrol munculnya rambut.
d. Penyerbukan
Penyerbukan adalah peletakan polen ke kepala putik. Teknik
penyerbukan pada jagung dilakukan dengan menyorongkan plastik
yang berisi polen ke tongkol yang telah keluar rambutnya.
Selanjutnya, plastik digoyang-goyangkan dengan lembut agar
polen jatuh di rambut. Setelah selesai penyerbukan, dilakuakn
pelabelan.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan data
diameter jagung sebeum dilakukan hibridisasi yaitu sebesar 3,5 cm dan
sesudah dilakukan hibridisasi diameternya menjadi 7 cm. Sedangkan
panjang tongkol jagung sebelum hibridisasi sebesar 27 cm dan panjang
tongkol sesudah hibridisasi sebesar 29 cm. Dari data diatas dapat
diketahui bahwa diameter dan panjang tongkol jagung mengalami
kenaikan sehingga dapat dikatakan hibridisasi yang dilakukan berhasil.
Kegiatan hibridisasi yang dilakukan persilangan ini termasuk sudah
berhasil, sebab bunga betina yang diamati menunjukkan tanda-tanda
keberhasilan hibridisasi yaitu bulu-bulu benang tongkol berubah warna
menjadi coklat kering dan tongkol membesar. Keberhasilan suatu
persilangan buatan dapat dilihat kira-kira satu sampai dua minggu
setelah dilakukan penyerbukan. Menurut Syukur, Sujiprihati, dan
Yunianti (2009) jika calon buah mulai membesar dan tidak rontok
maka kemungkinan telah terjadi pembuahan, sebaliknya, jika calon
buah tidak membesar atau rontok maka kemungkinan telah terjadi
kegagalan pembuahan.
E. Kesimpulan
Berdasarkan Praktikum Pemuliaan Tanaman Acara Hibridisasi dan
Kastrasi, dapat disimpulkan bahwa:
a. Hibridisasi yaitu perkawinan silang antara tanaman yang satu dengan
tanaman yang lain dalam satu spesies untuk mendapatkan genotip
yang unggul.
b. Kastrasi adalah pengambilan kotak sari (bunga jantan) dengan sengaja
agar tidak terjadi persilangan sendiri.
c. Berdasarkan hasil pengamatan, penyerbukan yang dilakukan pada
tanaman jagung dapat dikatakan berhasil, karena ditandai dengan
warna rambut pada tongkol berubah dari hijau menjadi cokelat kering
dan tongkol membesar.
DAFTARA PUSTAKA
Ihsan, Farihul ., Sukarmin., dan Engkos Koswara. 2012. Teknik persilangan
durian untuk perakitan varietas unggul baru. Buletin Teknik Pertanian Vol.
17, No. 1, : 14-17
Nandariyah, Djati WD. 2011. Perbaikan sifat tanaman. Surakarta: UNS Press
Syukur, Muhamad dkk. 2015. Teknik pemuliaan tanaman. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Syukur, Sujiprihati, dan Yunianti. 2009. Teknik pemuliaan tanaman. Bogor:
Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB.

Anda mungkin juga menyukai