Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pluralitas agama merupakan fenomena realitas sosial yang tidak dapat dielakan dalam ke
hidupan ini. Sehingga adanya pluralitas atau kemajemukan sebenarnya merupakan suatu rah
mat yang patut untuk disyukuri, akan tetapi sekaligus juga merupakan suatu tantangan.1 Ken
yataan memungkinkan pluralitas agama merupakan tantangan untuk terciptanya kerukunan hi
dup beragama. Dalam rangka mengantisipasi potensi perselisihan hidup beragama, perulah a
danya upaya-upaya mencapai saling pengertian. Upaya untuk mencapai saling pengertian aka
n mencerminkan dinamika kehidupan beragama, seperti yang terjadi dalam dialog antar agam
a.

Berdasarkan hal tersebut, bahwa pluralitas/kemajemukan rentan menjadi sumber konflik


dan perselisihan oleh berbagai pihak yang berpendapat. Masalah yang selama ini terjadi antar
a pemeluk terjadi karena tidak sampainya informasi yang benar dari satu pihak ke pihak lain.
Terputusya jalinan informasi antar pemeluk agama dapat menimbulkan prasangka-prasangka
yang mengarah pada terbentuknya penilaian negatif. Hal itu tentu saja terjadi karena berbagai
penyebab, tetapi dalam masyarakat agama pluralitas penyebab terdekat adalah masalah mayo
ritas dan minoritas agama.

Berdasarkan dari berbagai macam agama yang ada, manusia tidak luput dari aktifitas ko
munikasi dengan berbagai macam latar belakang perbedaan agama. Hubungan individu dari l
ingkungan agama yang berbeda akan mempengaruhi komunikasi yang terjalin, tentu yang me
njadi permasalahan dikalangan antar umat beragama adalah komunikasi karena perbedaan ag
ama memiliki sistem nilai yang berbeda.

Hal ini secara jelas disampaikan dalm Q.S. Al-Hujurat/49:13.

َ ‫ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا َخلَ ْق ٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّواُ ْن ٰثى َو َج َع ْل ٰن ُك ْم ُشع ُْوبًا َّوقَبَ ۤا ِٕٕىِ> َل لِتَ َع‬
‫ارفُ ْوا ۚ اِ َّن‬
‫اَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هّٰللا ِ اَ ْت ٰقى ُك ْم ۗاِ َّن هّٰللا َ َعلِ ْي ٌم َخبِيْر‬
1
Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki da
n seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kam
u saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah i
alah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Ma
hateliti”

Komunikasi pada umumnya diartikan sebagai hubungan atau kegiatan-kegiatan yang ber
kaitan dengan masalah hubungan, atau diartikan pula sebagai saling tukar-menukar pendapat.
Komunikasi dapat juga diartikan sebagai hubungan kontak antar dan antara manusia baik ind
ividu maupun kelompok.

Menurut Dr. Phil Astrid S. Susanto dalam bukunya yang berjudul “Komunikasi Sosial di
Indonesia” mengemukakan bahwa komunikasi adalah: “Kegiatan pengoperan lambang yang
mengandung arti/makna. Arti ini perlu dipahami bersama oleh pihak-pihak yang terlibat dala
m suatu kegiatan komunikasi. Komunikasi serasi hanya dapat dicapai apabila pihak-pihak ya
ng terlibat dalam suatu kegiatan komunikasi memberi arti dan makna yang sama kepada lam
bang-lambang yang dipergunakan. Karena itu dikatakan bahwa pemberian arti kepada lamba
ng merupakan landasan pokok untuk suatu komunikasi yang serasi terutama karena manusia
hidup dalam masyarakatnya melalui komunikasi”.1

Hubungan dalam antar umat beragama tentu memahami perbedaan dan persamaan dari se
tiap masing-masing penganut agama yang ada. Setiap masyarakat yang berbeda agama terseb
ut dapat berkomunikasi secara positif dalam bergaul di lingkungan kemajemukan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari pluralitas?
2. Apa pengertian dari pluralitas beragama?

1
Dr.Phil Astrid S. Susanto, Komunikasi Sosial di Indonesia.

2
3. Apa pandangan-pandangan mengenai pluralisme beragama?
4. Bagaimana kebersamaan pluralitas beragama di Indonesia?
5. Bagaimana dampak pluralisme dalam kehidupan masyarakat?
6. Bagaimana upaya-upaya memelihara pluralisme beragama?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Dapat mengetahui pengertian dari pluralitas.
2. Dapat mengetahui pengertian dari Pluralitas Beragama.
3. Dapat mengetahui pandangan-pandangan mengenai pluralitas.
4. Dapat mengetahui kebersamaa pluralitas beragama di Indonesia.
5. Dapat mengetahui dampak pluralisme dalam kehidupan bermasyarakat.
6. Dapat mengetahui upaya-upaya memelihara pluralisme beragama.

BAB II
3
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pluralitas

Pluralitas berasal dari bahasa Inggris “Plural” yang berarti banyak atau majemuk. Dalam
beberapa kamus bahasa Inggris, paling tidak ada tiga pengertian dari pluralitas yaitu:

a. Pengertian Kegerejaan : Sebutan untuk orang yang memegang lebih dari satu jabatan dal
am struktur kegerejaan, memegang dua jabatan atau lebih secara bersamaan bzik bersifat
kegerejaan maupun non-kegerejaan.
b. Pengertian Filosofis : Sistem pemikiran yang tidak hanya berlandaskan pada satu hal.
c. Pengertian Sosio-Politis : Mengakui adanya perbedaan dalam segala hal dengan tetapmen
junjung tinggi aspek-aspek perbedaan diantara kelompok-kelompok tersebut.

Sedangkan dalam kamus ilmiah popular, pluralitas adalah kejamakan atau orang banyak.
Atau bisa juga diartikan sebagai keberagaman. Jadi, pluralitas adalah keberadaan dari
sejumlah orang atau kelompok dalam satu masyarakat yang berasal dari latar belakang yang
berbeda.

Menurut Dr. Muhammad Imarah, pluralitas adalah suatu bentuk kemajemukan yang
didasari oleh suatu keutamaan dan kekhasan tertentu. Misalnya, pria dan wanita adalah
bentuk pluralitas dari kesatuan jiwa manusia. Tiap-tiap anggota keluarga merupakan bentuk
pluralitas dari kerangka kesatuan keluarga itu sendiri. Pria, wanita, dan anggota keluarga
inilah yang disebut sebagai “Keutamaan dan Kekhasan tertentu”. Dengan kata lain, pluralitas
tidak dapat terwujud tanpa adanya antithesis dari suatu kesatuan.2

Al-Qur’an sendiri juga mengakui adanya pluralitas, yang tercantum dalam Q.S. Ar-
Rum:22 sebagai berikut:

‫ض َو ْاخ ِتاَل فُ اَ ْل ِس َن ِت ُك ْم‬ ِ ْ‫ت َوااْل َر‬ ِ ‫َو ِمنْ ٰا ٰيتِهٖ َخ ْل ُق الس َّٰم ٰو‬
ٍ ‫َواَ ْل َوا ِن ُك ۗ ْم اِنَّ ِفيْ ٰذلِ َك اَل ٰ ٰي‬
‫ت لِّ ْل ٰعلِ ِمي َْن‬
2
Dr. Muhammad Imarah, Pengertian Pluralisme

4
Artinya: “Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi,
perbedaan bahasamu dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui“.

Ayat ini menunjukkan bahwa keberagaman suku, bangsa, bahasa, warna kulit adalah hal
yang menjadi sunnatullah. Inilah yang dikatakan pluralitas menurut islam. Sebagaimana
diciptakannya berbagai suku dan budaya di penjuru dunia.

2.2 Pengerian Pluralitas Beragama

Sebelum mengkaji lebih lanjut mengenai pluralitas agama, ada baiknya kita mengetahui
defenisi dari agama itu sendiri.

Agama berasal dari bahsa sansjerta “a” yang berarti tidak, dan “gama” yang berarti
kacau. Jadi, secara etimologi agama adalah sesuatu yang tidak kacau (teratur). Dari segi
istilah, agama dapat diartikan sebagai suatu hal yang mencakup tentang keyakinan
(kepercayaan) dan cara-cara peribadatan yang ditujukan kepada Tuhan, serta mengkaji
tentang berbgai amalan (tindakan) yang ditujukan kepada sesama manusia.

Dari kedua uraian diatas (pluralitas dan agama), dapat diambil kesimpulan bahwa
pluralitas agama adalah suatu keragaman agama yang terkumpul dalam suatu masyarakat
tertentu. Seseorang bisa disebut manusia yang pluralitas (agama) jika dapat bertinteraksi
positif dalam lingkungan kemajemukan dalam agama tersebut. Dengan kata lain, dalam
pluralitas agama, tiap pemeluk agama dituntut untuk mengakui adanya berbagai agama
sebagai sunnatullah. Artinya, tidak mungkin bisa disamakan antara satu dengan yang lebih
dari itu, tiap pemeluk agama tidak hanya mengakui adanya perbedaan agama,tapi juga
memahami dan menghormati perbedaan tersebut sehingga memunculkan suatu persatuan
yang kuat dalam suatu masyarakat tersebut.

2.3 Pandangan-Pandangan Mengenai Pluralitas Beragama

a. Pandangan Islam

5
Dalam hal pluralisme agama, al-Qur;an mengakui terhadap pluralisme atau
keterangan agama. Al-qur’an disamping membenarkan, mengakui keberadaan, eksistensi
agama-agama lain, juga memberikan kebebasan untuk menjalankan ajaran agamanya
masing-masing. Ini adalah sebuah konsep yang secara teologis mempersatukan
keragaman tersebut dalam satu umat yang memiliki kitab suci Ilahi. Karena memang
pada dasarnya tiga agama samawi yaitu Yahudi, Kristen dan Islam adalah bersaudara,
kakak adek, masih terkait hubungan kekeluargaan yaitu sama-sama berasal dari nabi
Ibrahim.

Pengakuan al-qur’an terhadap pluralisme dipertegas lagi dalam khutbah perpisahan


Nabi Muhammad. Sebagimana dikutip oleh Fazlur Rahman, ketika Nabi menyatakan
bahwa: “Kamu semua adalah keturunan Adam, tidak ada kelebihan orang Arab
terhadap orang lain, tidak pula orang selain arab terhadap orang Arab, tidak pula
manusia yang berkylit putih terhadap orang yang berkulit hitam, dan tidak pula orang
hitam terhadap yang putih kecuali karena kebijakannya.”

Khutbah tersebut menggambarkan tentang persamaan derajat umat manusia


dihadapan Tuhan, tidak ada perbedaan orang Arab dan non Arab, yang membedakan
hanya tingkat ketakwaan.

Sebagaimana Firman Allah dalam QS. Al-Hujurat : 13

ُ ‫ َو َج َع ْل ٰن ُك ْم‬+‫ٰ ٓيا َ ُّي َها ال َّناسُ ِا َّنا َخ َل ْق ٰن ُك ْم مِّنْ َذ َك ٍر وَّ ا ُ ْن ٰثى‬


‫شع ُْوبًا‬
‫ارفُ ْوا ۚ اِنَّ اَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هّٰللا ِ اَ ْت ٰقى ُك ْم ۗاِنَّ هّٰللا َ َعلِ ْي ٌم‬
َ ‫ٕى َل لِ َت َع‬+ِِٕ ‫َّو َق َب ۤا‬
‫َخ ِب ْي ٌر‬
Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui,
Mahateliti.”

6
Al-qur’an juga secara eksplisit mengakui jaminan keselamatan bagi komunnitas
agama-agama yang termasuk Ahl ali-Kitab (Yahudi, Nasrani, Shabi’in), sebagaimana
dalam pernyataannya.

QS. Al-Baqarah Ayat 62

‫ص ٰرى َوالصَّابِـٕـِِٕ>ي َْن َم ْن ٰا َم َن‬ ٰ َّ‫اِ َّن الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْوا َوالَّ ِذي َْن هَا ُد ْوا َوالن‬
‫صالِحًا فَلَهُ ْم اَجْ ُرهُ ْم ِع ْن َد َربِّ ِه ۚ ْم َواَل‬ ‫ل‬ ‫م‬ ‫ع‬
َ ‫و‬ ‫ر‬ ‫خ‬ ٰ ‫اْل‬‫ا‬ ‫م‬ ‫و‬
ْ ‫ي‬ ْ
‫ال‬ ‫و‬ ‫باهّٰلل‬
َ َ ِ َ ِ ِ ِ َ َ ِ ِ
‫ف َعلَ ْي ِه ْم َواَل هُ ْم يَحْ َزنُ ْو َن‬ ٌ ‫َخ ْو‬
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang
Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar benar
beriman kepada Allah, hari Kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima
pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada meraka, dan tidak (pula)
mereka beredih hati.”

Sikap menghargai dan toleran kepada pemeluk agama lain adalah mutlak untuk
dijalankan, sebagai bagian dari keberagaman (pluralitas).Namun anggapan bahwa semua
agama adalah sama (pluralisme) tidak diperkenankann, dengan kata lain tidak
menganggap bahwa tuhan yang ‘kami’ (Islam) sembah adalah Tuhan yang ‘kalian’ (non-
Islam) sembah.

Pada 28 Juli 2005, Majelis Ulama Indonesia menerbitkan fatwamelarang paham


pluralisme dengan agama islam. Dengan fatwa tersebut, pluralisme didefenisikan sebagai
“Suatu paham yang emnagjarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya
kebenaran setiap agama adalah relatif, oleh sebab itu pemeluk agama tidak boleh
mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah.
Pluralisme juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup dan
berdampingan di surga”.3

3
Majelis Ulama Indonesia, Penerbitan Fatwamelarang Paham Pluralisme dengan Agama Islam, pada 28 Juli 2015.

7
Namun demikian, paham pluralisme ini banyak dijalankan dan kian disebarkan oleh
kalangan Muslim itu sendiri. Solusi Islam terhadap adanya pluralisme agama adalah
dengan mengakui perbedaan dan identitas agama masing-masing (lakum diinukum wa
liya diin). Tapi solusi paham pluralisme agama diorientasikan untuk menghilangkan
konflik dan sekaligus menghilangkan perbedaan dan identitas agama-agama yang ada.

Al-Qur’an dalam memberikan pendidikan kesadaran terhadap pluralisme agama


terhadap umat manusia diantaranya tampak dari skap-sikapnya sebagai berikut:

1) Mengakui ekstensi agama lain

2) Memberi hak untuk hidup berdampingan saling menghormati pemeluk agama lain.

3) Menghindari kekerasan dan memelihara tempat-tempat beribadah umat beragama


lain.

4) Tidak memasukan kehendak kepada penganut agama lain

5) Mengakui tentang banyak jalan yang dapat ditempuh manusia dan pemerintah
berlomba-lomba dalam kebajikan.

b. Pandangan Dunia Barat

Pluralisme dalam masyarkat barat digunakan untuk menyatakan adanya ekonomi


yang dimiliki oleh banyak pihak, sperti pihak gereja. Asosiasi dagang, dan organisasi
profesional. Disamping dalam pengertian tersebut, pluralisme juga dipahami oleh
masyarakat barat sebagai suatu ajaran bahwa semua kelompok masyarakat yang ada
adalah berguna. Dalam pengertian yang terakhir ini pluralisme berkembang menjadi
idologi terpenting bagi Negara-negara modern, baik di barat, maupun juga di timur,
Dalam perkembangannya, pluralisme di Inggris semakin populer pada awa abad ke-20,
melaluo para tokoh seperti F. Maitland, S.G. Hobson, Harold Laski, R.H. Tawney, dan
GDH cole dalam melawan keterasingan jiwa masyarakat modern karena tekanan
kapitalisme. Oleh karena itu, prinsip-prinsip pluralisme dianggap dapat menjawab
permasalah tersebut. Hal ini karrena dengan pluralisme masalah-masalah yang terjadi

8
memiliki banyak alternatif penyelesaian. Dengan demikian, ide pluralisme berkembang
sering dengan perkembangan situasi dan kondisi yang melingkupinya.

2.4 Kebersamaan Dalam Pluralitas Beragama

Pemahaman pluralitas beragama menuntut sikap pemeluk agama untuk tidak


hanya mengaku keberadaan dan hak agama lain, tetapi juga harus terlibat memahami
perbedaan dan persamaan dan mencapai kerukunan dan kebersamaan, bila dikaji
eksistensi manusia dalam kerukunan dan kebersamaan ini diperoleh pengertian bahwa
arti sesungguhnya dari manusia bukan terletak pada akunyya, tetapi pada kebersamannya.

Pluralitas agama di dalam Q.S An-Nahl:125, menganjurkan dialog yang baik


untuk saling mengenal mitra dialog. Dialog tersebut dengan sendirinya akan memperkaya
wawasan kedua belah pihak dalam rangka mencari persamaan yang dapat di jadikan
landasan untuk menjalin kerukunan. Pluralitas bukan hanya toleransi atau kebersamaan
yang pasif, melainkan kesediaan untuk melindungi dan mengakui kesetaraan di antara
sesama manusia, terlepas dari perbedaan asal-usul etis, keyakinan kepercayaan dan
agama yang di anut .

2.5 Dampak Pluralisme Dalam Kehidupan Masyarakat

1) Dampak positif
a. Adanya toleransi beragama.
b. Terjadinya kerukunan antar umat beragama di Indonesia,
2) Dampak negatif
a. Munculnya berbagai sekte agama yang mengatas namakan HAM.
b. Bisa menjadi asal pertikaian antar umat beragama jika pluralisme ditanggapi
secara berlebihan.

2.6 Upaya-Upaya Memelihara Pluralisme Beragama.

a) Adanya Kesadaran Islam yang Sehat

9
Pluralisme dalam masyarakat Islam memiliki karakter yang berbeda san pluralisme
yang terdapat dalam masyarakat lain. Ciri khas dalam Islam meniscayakan adanya
perbedaan baik ini perbedaan ras, suku, etnis, sosial, budaya dan agama. Dan pluralisme
tidak dimaksudkan sebagai penghapusan kepribadian Islam. Kesadaran Islam yang cerdas
merupakan faktor yang menjamin pluralisme dan menjaganya dari penyimpangan dan
kesalahan, kesadaran Islam yang cerdas tidak pernah menutupi diri dari berbagai
kecenderungan yang positif obyektif. Bahkan kecenderungan itu bisa jadi akan
menambah keistimewaan agama Islam itu sendiri.
Kesadaran islam yang sehat akan mampu melihat dengan jernih sisi kebenaran yang
terdapat dalam agama lain karena semua agama punya nilai-nilai kebenaran yang bersifat
universal, tidak panatisme agama secara berlebihan dan selalu membuka diri dengan
orang lain walaupun berbeda agama dan keyakinan. Bila sikap seperti ini dimiliki oleh
setiap muslim, maka pluralisme agama dapat berkembang dengan baik dan harmonis
ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,

1) Dialog Antarumat Beragama


Salah satu faktor utama penyebab terjadinya konflik keagamaan adalah adanya
paradigma keberagamaan masyarakat yang masih ekslusif (tertutup). Pemahamann
keberagamaan ini tidak bisa dipandang sebelah mata karena pemahaman ini dapat
membentuk pribadi yang antipati terhadap pemeluk agama lainnya. Pribadi yang tertutup
dan menutup ruang dialog dengan pemeluk agama lainnya. Pribadi yang tertutup dan
menuntup ruang dialog dengan pemeluk agama lainnya. Pribadi selalu merasa hanya
agama dan alirannya saja yang paling benar sedangkan agama dan aliran keagamaan
lainny adalah salah dan bahkan dianggap sesat. Paradigma keberagamaan seperti ini
(ekslusif) akan membahayakan stabilitas keamanan dan ketentraman pemeluk agama bagi
masyarakat yang multi agama.
Membangun persaudaraan antarumat beragama adalah kebutuhan mendesak untuk
diperjuangkan sepanjang zaman. Persaudaraan antarsesama umat beragama itu hanya
dapat dibangun melalui dialog yang serius yang didasarkan pada ajaran-ajaran normatif
masing-masing dan komunikasi yang intens, dengan dialog dan komunikasi tersebut akan

10
terbangun rasa persaudaraan yang sejati. Dengan terwujudnya rasa persaudaraan yang
sejati antarsesama umat, maka akan sirnalah segala sakwa sangka diantara mereka.
Dialog antarumat beragama mempersiapkan diri untuk melakukan diskusi dengan umat
agama lain yang berbeda pandangan tentang kenyataan hidup. Dialoog tersebut
dimaksudnkan untuk saling mengenal, saling pengertian, dan saling menimba
pengetahuan baru tentang agama mitra dialog. Dengan dialog akan memperkaya
wawasan kedua belah pihak dalam rangka mencari persamaan-persamaan yang dapat
dijadikan landasan hidup rukun dalam suatu masyarakat, yaitu toleransi dan pluralisme.
Agama Islam sejak semula telah dianjurkan dialig dengan umat lain, terutama dengan
umat Kristen dan Yahudi yang di dalam al-qur’an disebut dengan ungkapan ahl al-Kitab
(yang memiliki kitab suci). Penggunaan kata ahl al-Kitab untuk penggilan umat Kristen
dan Yahudi, mengidikasikan adanya kedekatan hubuhngan kekeluargaan antara umat
Islam, Kristen dan Yahudi, kedekatan ketiga agama samawi yang sampai saat ini masih
dianut oleh umat manusia itu semakin tampak jika dilihat dari genologi ketiga utusan
(Musa, Isa dan Muhammad) yang bertemu pada Ibrahin sebagai bapak agama tauhid.
Ketiga agama ini, sering juga disebut dengan istilah agama-agama semitik atau agama
Ibrahim.

2) Menggali Semangat Pluralisme Dalam Masyarakat


Dalam menggali semangat pluralisme kita harus menjaga sikat sikap toleran
kepada umat agama lain. Karena hal ini merupakan landasan agar pluralisme
beragama dapat tercipta dengan baik dan antar umat beragama dapat bermasyarakat
dengan baik tanpa saling mengucilkan atau menjelek-jelekan agama lain.
3) Saling Menjaga Tempat-Tempat Peribadatan
Dalam hal ini kita harus menjaga tempat peribadatan umat beragama, baik dalam
hal kenyamana maupun keamanan. Karena jika umat gama lain dapat menjalankan rit
ual keagamannya dengan tentram makan hal itu pula akan terjadi pada hubungan anta
r umat beragama.

4) Saling Meniadakan Dalam Bentuk Konflik Antar Agama

11
Hal ini lebih merujuk kepada kesadaran kelompok agama untuk tidak mencapuri
urusan internal umat beragama lainnya, karena hal ini merupakan sebuah privasi bagi
suatu kelompok umat beragama yang sedang memiliki konflik intern.

5) Saling Menjaga Relasi Antar Umat Beragama


Agama secara normatif-doktriner selalu mengajarkan kebaikan, cinta kasih dan
kerukunan, dalam hal ini agama mengajarkan untuk menghormati umat beragama
lain, hal ini sangan ditekankan oleh semua agama lain sangat dianjurkan karena denga
menghormati agama lain, maka umat agama lain akan memberi apresiasi yang sama
terhada umat islam.

12
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pluralitas dan Pluralisme memang sudah selayaknya ditanamkan pada diri setiap
manusia. Hal ini mengingat bahwa kedua hal tersebut merupakan hal pokok yang
mendasari sikap kerukunan dalam masyarakat. Terlebih jika ditambah kata “Agama”
dibelakangnya,yang sebagian orang tidak memahami hal tersebut. Sehingga yang ada
hanyalah mengakui bahwa agama mereka yang paling benar dan cenderung merendahkan
agama lain. Memang, meyakini bahwa agama kita yang paling benar itu tidaklah salah,
karena itu merupakan keyakinan yang tidak dapat diganggu gugat. Akan tetapi,
menganggap remeh agam orang lain, sampai-sampai merendahkan pemeluknya adalah
sesuatu yang fatal.

Dalam sejarah Islam, Raulullah SAW sangat menghargai pemeluk agama lain (selama
mereka tidak memerangi ataupun merendahkan Islam). Terbukti bahwa antar umat
muslim dan non-muslim kala itu hidup rukun tanpa adanya konflik yang berarti. Dengan
tetap meyakini agama masing-masing. Perjanjian hudaibiyah menjadi salah satu
buktinya. Walaupun pluralitas agama diakui dalam Islam, tapi kita juga tetap wajib
mendakwahkan Islam, terlebih kepada pemeluk agama lain dengan tetap menghargai
agama mereka. Walaupun dalam keyakinan Islam.

Demikianlah makalah yang dapat kami buat, dengan adanya makalah ini kami berharap
dapat membantu pembaca untuk memperoleh informasi mengenai kebersamaan dalam
pluralitas beragama. Namun kami sadar bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan bantuan pembaca untuk membantu
kami dalam pembuatan makalah selanjutnya dengan memberikan saran. Terima kasih
atas perhatiannya, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://makalahpendidikanku.blogspot.co.id/2013/12/makalah-
tentang/pluralitas-dan.html
https://www.slideshare.net/khomsyasholikha/ppt-agama-islam-kel14
https://fitriayumaclika.blogspot.co.id/2016/04/makalah-pluralisme-agama.html

14

Anda mungkin juga menyukai