Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH EFEKTIVITAS DEWAN DIREKSI PADA HUBUNGAN

ANTARA SUSTAINABILITY REPORT DAN NILAI PERUSAHAAN

(PROPOSAL)

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kajian Teori Akuntansi

Dosen Pengampu

Dr. Makaryanawati, SE, M.Si, Ak., CA, CSRS

Oleh

Lintang Suminar (210421872011)

S2 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2021
DAFTAR ISI

BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 3
C. Hipotesis Penelitian ............................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 3
BAB II ................................................................................................................................ 4
KAJIAN PUSTAKA ......................................................................................................... 4
A. Teori Keagenan (Agency theory) .......................................................................... 4
B. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholder theory) ......................................... 4
C. Sustainability Report (SR) ................................................................................... 5
D. Efektivitas Dewan Direksi Dalam Keberlanjutan Perusahaan........................... 6
BAB III............................................................................................................................... 8
METODE PENELITIAN ................................................................................................. 8
A. Jenis dan Desain Penelitian .................................................................................. 8
B. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................. 8
C. Definisi Operasional............................................................................................ 10
D. Teknik Analisis .................................................................................................... 11

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini dapat kita rasakan iklim di bumi sudah berubah. Banyak pula
bencana yang terjadi akibat ulah manusia, seperti hilangnya beberapa mata air,
banjir bandang, pencemaran air sungai, dan pencemaran udara, yang saat ini
sangat mengkhawatirkan. Beberapa berita yang ada di media massa dan
penelitian menjelaskan bahwa proses produksi yang dilakukan di pabrik sebuah
perusahaan, menjadi salah satu penyebab pencemaran lingkungan, dimana
mereka tidak mengelola limbah dengan baik, sehingga merugikan masyarakat
sekitar industri, dan secara tidak langsung akan mempengaruhi
keberlangsungan perusahaan kedepannya, tetapi lebih kepada memperoleh
keuntungan saja. Meningkatnya kekhawatiran masyarakat saat ini mengenai
keberlanjutan dalam praktik bisnis mendorong perusahaan, utamanya
perusahaan nirlaba untuk mengadopsi elemen keberlanjutan dalam model bisnis
mereka (I.M. Ilyas dan O. Osiyevskyy , 2021). Maka dari itu diperlukannya
sebuah keberlanjutan bagi suatu perusahaan, dimana perusahaan mengejar
kekayaan pemegang saham dengan orientasi jangka panjang yang mencari
pertumbuhan dan keuntungan yang berkelanjutan (Aras dan Igley, 2017).

Keberlanjutan lingkungan dan sosial telah diangkat sebagai isu penting oleh
pemegang saham (shareholder) dan pemangku kepentingan (stakeholder)
(Galbreath, 2013 dalam Naciti 2019). Keberlanjutan sebagai kontribusi
perusahaan untuk menjaga kelestarian lingkungan sekitar dan memenuhi
kesejahteraan masyarakat dimana informasi tanggung jawab sosial dan
lingkungan tersebut diungkapkan melalui Sustainability Report. Pengungkapan
laporan sustainability report meliputi pengungkapan ekonomi, pengungkapan
sosial dan lingkungan. Menurut R. Rajesh (2019) keberlanjutan adalah tentang
memenuhi kebutuhan saat ini tanpa menegosiasikan kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka, bertujuan untuk
pengembangan keberlanjutan perusahaan mengintegrasikan masalah ekonomi,
lingkungan, dan sosial, selain itu juga mengintegerasikan kelembagaan, yang
diperkenalakan oleh PBB untuk mengevaluasi kinerja keberlanjutan

1
(Labuschagne et al., 2005 dalam R. Rajesh 2019). Namun untuk standar yang
dikeluarkan oleh Global Sustainability Standards Board (GSSB) yaitu standar
Global Reporting Initiative (GRI) hanya melaporkan dampak ekonomi,
lingkungan, dan/atau sosial.

Menurut Fatchan dan Trisnawati (2016) Di Indonesia, publikasi


sustainability report masih bersifat voluntary, artinya perusahaan dengan
sukarela menerbitkannya dan tidak ada aturan baku yang mewajibkan seperti
halnya pada penerbitan financial reporting. Dalam penelitiannya juga
memaparkan bahwa dengan pengungkapan sustainability report ini dapat
meningkatkan nilai perusahaan, karena mendorong pemegang saham dengan
visi jangka panjang dan meningkatnya harga saham. Pengungkapan
sustainability report dalam suatu perusahaan juga dapat digunakan sebagai alat
untuk meningkatkan atau mempertahankan reputasi perusahaan di mata
pemegang saham. Namun dibeberapa penelitian lainnya dalam periode waktu
tertentu pada perusahaan yang terdaftar di BEI sustainability report tidak
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dan kinerja pasar perusahaan.

Dengan hasil penelitian yang berbeda tersebut diduga ada faktor lain dalam
melakukan pengungkapan sustainability report untuk mempengaruhi nilai
perusahaan yaitu efektivitas dewan direksi dalam melaksanakan
pengungkapannya. Jensen dan Mechling (1976) dan Freeman (1984) dalam
Naciti (2019) menjelaskan hubungan antara tata kelola perusahaan (corporate
governance) dan kinerja keberlanjutan (sustainability) didasarkan pada dua
teori dominan, yaitu teori keagenan dan teori pemangku kepentingan
(stakeholder) dimana yang mengatur/ Menyusun/ menentukan dan
bertanggungjawab dalam keputusan keberlanjutan dalam perusahaan yang
utama adalah dewan direksi/ direktur. N. Garcia-Torea et al. (2016)
menunjukkan bahwa efektivitas direktur berpengaruh positif terhadap
transparansi laporan keberlanjutan ketika direksi mempromosikan praktik dan
pelaporan CSR, hal itu juga efektif dalam mempertimbangkan kepentingan
pemegang saham signifikan pada saat yang bersamaan. Maka dari itu efektivitas
dewan direksi ini dapat diteliti lebih dalam dimana diharapkan dapat bermanfaat
untuk menambah dan memaksimalkan nilai perusahaan. Keefektivitasan dewan

2
direksi diharapkan mampu mengusahakan keseimbangan antara berbagai
kepentingan yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan secara
menyeluruh.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka masalah yang
dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh antara sustainability report terhadap nilai
perusahaan?
2. Apakah ada pengaruh antara efektivitas dewan direksi terhadap nilai
perusahaan?
3. Apakah efektivitas dewan direksi berpengaruh terhadap Hubungan antara
Sustainability Report dan Nilai Perusahaan?

C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang pula dapat disusun hipotesis atau jawaban
sementara sebagai berikut:
H1 : Sustainability report berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
H2 : Efektivitas dewan direksi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
H3 : Efektivitas dewan direksi mempengaruhi hubungan antara sustainability
report dan nilai perusahaan

D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Implikasi teoritis dalam penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam
kemajuan dan keterbaruan ilmu yang berhubungan dengan kebermanfaatan
pengungkapan sustainability report dan apa yang menterbelakangi laporan
yang efektif atau berkualitas baik.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pembaca mengenai
pengungkapan sustainability report.

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Teori Keagenan (Agency theory)


Konsep teori keagenan menurut Scott (2015) adalah hubungan atau kontrak
antara principal dan agent, dimana principal adalah yang mempekerjakan agent
agar melakukan tugas untuk kepentingan principal, sedangkan agent adalah
pihak yang menjalankan kepentingan principal. Dalam perusahaan contohnya
adalah para pemegang saham (shareholder) memperkerjkan pemangku
kepentingan (stakeholder) internal, yakni direktur, direksi, karyawan, dsb
untuk mengelolah saham yang telah diberikan. Model principal-agent
memberikan solusi teori keputusan ekonomi yang rasional untuk konflik antara
kepentingan manajer dan pemegang saham. Jensen dan Meckling dalam Aras
dan Igley (2017) memberikan wawasan penting tentang dampak hubungan
keagenan dalam perusahaan dan menjelaskan sifat hubungan keagenan antara
prinsipal, pemilik perusahaan, dan agen, manajer perusahaan.
Teori keagenan memiliki implikasi mendalam tentang bagaimana mengatur
perusahaan modern dengan sejumlah besar pemegang saham yang modal
kolektifnya dikendalikan dan diarahkan oleh pemegang saham yang terpisah.
Mekanisme tata kelola perusahaan menurut teori keagenan berfungsi untuk
menyelaraskan perilaku agen dengan kepentingan prinsipal mereka.
Mekanisme tata kelola perusahaan mendefinisikan struktur dan aturan yang
membentuk sistem dan mereka akan memiliki efek yang signifikan pada
penyelesaian konflik keagenan, Selain itu, tata kelola perusahaan
mendokumentasikan serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan,
dewan direksi, pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya.

B. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholder theory)


Teori pemangku kepentingan adalah sebuah teori yang menatakan bahwa
keberlangsungan suatu perusahaan tidak terlepas dari adanya peranan
stakeholder baik dari internal maupun eksternal dengan berbagai latar belakang
kepentingan yang berbeda dari setiap stakeholder yang ada. Stakeholders
internal adalah stakeholders yang berada dalam lingkungan perusahaan,

4
misalnya karyawan, manajer dan pemegang saham (shareholders) sedangkan
penyalur atau pemasok, konsumen atau pelanggan, masyarakat dan pemerintah
termasuk dalam stakeholders eksternal yang berada di luar lingkungan
perusahaan.
Teori pemangku kepentingan menekankan kesadaran perusahaan untuk
mempertimbangkan kebutuhan, kepentingan, dan pengaruh dari mereka yang
terkena dampak kebijakan dan operasi perusahaan. Dalam hal ini manajemen
berperan untuk mempertimbangkan keputusan demi memenuhi sebagian besar
dari hal-hal yang menjadi perhatian para pemangku kepentingan perusahaan.
Dengan adanya teori ini juga berarti bahwa pemangku kepentingan internal
membuat keputusan dan pengungkapan atas kegiatan atau aktivitas perusahaan
yang sudah terjadi, misalnya dengan mengungkapkan financial reporting dan
pada penelitian ini adalah sustaibability report. Menutut Lindawati dan Puspita
(2015) CSR (Corporate Social Responsibility) dapat menjadi strategi
perusahaan untuk memenuhi kepentingan dari para stakeholder akan informasi
non keuangan perusahaan terkait dampak sosial dan lingkungan yang timbul
dari adanya aktivitas perusahaan. Semakin baik pengungkapan CSR oleh
perusahaan akan membuat stakeholder memberikan dukungan penuh kepada
perusahaan atas segala aktivitasnya yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja
dan mencapai laba yang diharapkan.

C. Sustainability Report (SR)


Sustainability report atau laporan keberlanjutan adalah laporan berkala
(biasanya tahunan) yang diterbitkan oleh perusahaan dengan tujuan berbagi
tindakan dan hasil tanggung jawab sosial perusahaan mereka (accurate.id).
Sustainability report diungkapkan dengan standar GRI dan laporan ini berguna
untuk memahami dan melaporkan dampaknya terhadap ekonomi, lingkungan,
dan manusia dengan cara yang sebanding dan kredibel sehingga meningkatkan
transparansi atas kontribusi mereka terhadap pembangunan berkelanjutan.
Selain perusahaan pelapor, standar GRI sangat relevan bagi banyak pemangku
kepentingan - termasuk investor, pembuat kebijakan, pasar modal, dan
masyarakat.

5
Penelitian yang diakukan oleh Ioannou dan Serafeim (2014) dalam Aras dan
Igley (2017) menunjukkan bahwa pelaporan keberlanjutan tidak hanya
meningkatkan transparansi tetapi juga dapat mengubah perilaku perusahaan.
Mereka menemukan bahwa: pengungkapan wajib informasi keberlanjutan
mengarah pada a) peningkatan tanggung jawab sosial para pemimpin bisnis, b)
prioritas pembangunan berkelanjutan, c) prioritas pelatihan karyawan, d)
pengawasan manajer yang lebih efisien oleh dewan direksi , e) peningkatan
penerapan praktik etis oleh perusahaan, f) penurunan penyuapan dan korupsi,
dan g) peningkatan kredibilitas manajerial dalam masyarakat.

D. Efektivitas Dewan Direksi Dalam Keberlanjutan Perusahaan


Sebelum memabahas efektivitas dewan direksi dalam keberlanjutan,
bahasan yang berkaitan dengan efektivitas dewan direksi adalah prespektif dari
shareholder dan stakeholder terhadap keberlanjutan. Menurut Letza dkk. (2004)
dalam N. Garcia-Torea et al. (2016), perspektif pemegang saham dan pemangku
kepentingan adalah pendekatan yang paling relevan untuk menganalisis tata
kelola perusahaan perusahaan. Perspektif pemegang saham menunjukkan ruang
lingkup yang sempit. Pemegang saham beranggapan jika tata kelola perusahaan
seharusnya hanya berkontribusi untuk melindungi kepentingan pemegang
saham dan meningkatkan nilai perusahaan. Sebaliknya, perspektif pemangku
kepentingan menunjukkan cakupan yang lebih luas, dimana mekanisme tata
kelola perusahaan perusahaan harus menjamin kepentingan semua pemangku
kepentingan. Perspektif ini mengisyaratkan bawaha pemegang saham juga
sebagai jenis pemangku kepentingan tertentu. Dengan demikian, kepentingan
pemegang saham menjadi selaras sebagian dengan kepentingan pemangku
kepentingan lainnya.

Kedua perspektif ini dapat dianggap berlawanan, namun, perspektif ini


dianggap dapat saling melengkapi (N. Garcia-Torea et al., 2016). Walaupun
pemangku kepentingan terkadang kurang memperhatikan kepentingan
pemegang saham tetapi pemangku kepentingan tidak akan mengorbankan
perlindungan kepentingan pemegang saham. Maka dari itu, pemangku
kepentingan dalam hal ini adalah direktur atau direksi dapat mengelola
perusahaan secara efektif, memperhitungkan perspektif pemegang saham dan

6
pemangku kepentingan agar terwujud tata kelola perusahaan yang baik.
Direktur atau direksi yang efektif dalam melindungi nilai pemegang saham juga
efektif dalam menanggapi kepentingan pemangku kepentingan perusahaan
lainnya, hasil penelitian N. Garcia-Torea et al. (2016) menunjukkan bahwa
efektivitas direktur berpengaruh positif terhadap transparansi laporan
keberlanjutan sebagai proxy untuk perspektif pemangku kepentingan dari tata
kelola perusahaa. Selain itu hasil dari penelitiannya adalah ketika direksi
mempromosikan praktik dan pelaporan CSR, hal itu juga efektif dalam
mempertimbangkan kepentingan pemegang saham signifikan pada saat yang
bersamaan.

Perusahaan dengan tata kelola yang lebih baik lebih mungkin untuk terlibat
dalam kegiatan CSR dan kombinasi mekanisme tata kelola perusahaan yang
baik, seperti direksi, dan praktik CSR yang baik mengarah pada kinerja
keuangan yang baik pula. Hal ini juga disebabkan karena kepentingan
pemegang saham berkembang dan pemegang saham ini lebih mementingkan
CSR. Hal ini terutama terjadi pada pemegang saham yang signifikan. Maka dari
itu, dapat ditarik kesimpulan jika pemegang saham tidak hanya
mempertimbangkan nilai dari keuntungan atau menganalisis financial report
saja untuk menentukan aktivitasnya pada perusahaan, tetapi juga
mempertimbangkan tanggung jawab yang dilakukan oleh perusahaan,yang
diungkapkan dalam sustainability report. Laporan keberlanjutan sekarang ini
mudah diakses, seperti halnya dengan laporan keuangan di website perusahaan,
hal ini dikatakan sebagai wujud tata kelola yang baik dimana perusahaan
menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas. Perusahaan yang beroperasi
di industri yang peka terhadap lingkungan dan perusahaan yang berasal dari
negara-negara dengan sistem tata kelola perusahaan yang berorientasi
pemangku kepentingan lebih cenderung menangani kepentingan semua
pemangku kepentingan perusahaan dengan menerbitkan laporan keberlanjutan
yang lebih transparan (N. Garcia-Torea et al., 2016). Transparansi
pengungkapan laporan ini dapat menaikan nilai dari suatu perusahaan atau
mendapatkan nilai positif dari masyarakat.

7
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
menggunakan data sekunder berupa laporan tahunan pada perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2019-2020. Penelitian ini
dilakukan untuk menganalisis bagaimana pengaruh efektivitas dewan direksi
terhadap hubungan antara sustainability report dan nilai perusahaan.

B. Teknik Pengumpulan Data


1. Populasi dan Sample
Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan go public yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2019-2020. Pemilihan sampel
menggunakan metode purposive sampling. Adapun kriteria yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Perusahaan yang terdapat dalam daftar peringkat Asia Sustainability
Reporting Rating (ASRRAT) 2018-2020.
b. Perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2018-2020.
c. Memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian.
2. Data dan Sumber Data
Data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder berupa sustainability report. Data yang berkaitan dengan
variabel independen diperoleh dari web masing-masing perusahaan dan
daftar peringkat Asia Sustainability Reporting Rating (ASRRAT) 2018-
2020 diperoleh dari web www.ncsr-id.org. Laporan tahunan (annual report)
tahun 2018-2020 untuk data yang berkaitan dengan variabel dependen
diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Data
laporan tahunan yang berkaitan dengan variabel moderating diperoleh dari
web masing–masing perusahaan, melihat dari Sustainability Reporting.

8
Berikut daftar peringkat Asia Sustainability Reporting Rating
(ASRRAT) 2018-2020.

2018 2019 2020


PT Vale Indonesia Tbk PT ANTAM Tbk PT Indo Tambangraya
Megah Tbk
PT Perusahaan Gas PT Indo Tambangraya PT Perusahaan Gas Negara
Negara Tbk Megah, Tbk. Tbk
PT Wijaya Karya PT Perusahaan Gas Negara PT Vale Indonesia Tbk
(Persero) Tbk Tbk
PT ANTAM Tbk PT Vale Indonesia Tbk PT ABM Investama Tbk
PT Indo Tambangraya PT ABM Investama Tbk PT Austindo Nusantara Jaya
Megah Tbk Tbk
PT Indocement PT Austindo Nusantara Jaya PT BUMI Resources Tbk.
Tunggal Prakarsa Tbk Tbk.
PT Austindo Nusantara PT Bumi Resources Tbk. PT Timah Tbk
Jaya Tbk.
PT Garuda Indonesia PT TIMAH Tbk PT Indocement Tunggal
(Persero) Tbk Prakarsa Tbk.
PT Bumi Resources PT Indocement Tunggal PT Bukit Asam Tbk
Tbk. Prakarsa Tbk.
PT Bank Maybank PT Austindo Nusantara Jaya PT Elnusa Tbk
Indonesia Tbk Tbk.
PT Bank Bukopin, Tbk PT Bank CIMB Niaga Tbk PT Austindo Nusantara Jaya
Tbk
PT TIMAH Tbk PT Bank Maybank Indonesia PT Bank BTPN Syariah Tbk
Tbk
PT United Tractors Tbk PT. Bank Negara Indonesia PT Bank BTPN Tbk
(Persero) Tbk
PT ABM Investama PT. Bank Pembangunan PT Bank Maybank Indonesia
Tbk. Daerah Jawa Barat & Tbk
Banten, Tbk.
PT Bank Rakyat PT. Bank Rakyat Indonesia PT. Bank Negara Indonesia
Indonesia (Persero), (Persero) Tbk. (Persero) Tbk
Tbk.
PT Bank Pembangunan PT United Tractors Tbk PT. Bank Pembangunan
Daerah Jawa Timur Daerah Jawa Barat &
Tbk Banten, Tbk.
PT Bank Pembangunan PT Wijaya Karya (Persero) PT. Bank Rakyat Indonesia
Daerah Jawa Barat dan Tbk. (Persero), Tbk.
Banten, Tbk.
PT Bank Jatim Tbk PT United Tractors Tbk
PT XL Axiata Tbk
PT Astra International Tbk
PT PP Properti Tbk
PT Bank CIMB Niaga Tbk
PT Bank Pembangunan Jawa
Timur Tbk
PT Elnusa Tbk

9
C. Definisi Operasional
1. Nilai Perusahaan
Rasio ini dikembangkan oleh Profesor James Tobin (1967). Rasio ini
merupakan konsep berharga karena menunjukkan estimasi pasar keuangan
saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap dolar investasi
inkremental. Jika rasio-q di atas satu, ini menunjukkan bahwa investasi
dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi
daripada pengeluaran investasi, hal ini merangsang investasi baru. Jika
rasio-q dibawah satu, investasi dalam aktiva tidaklah menarik. Nilai Tobin’s
q dihitung dengan persamaan :

𝑀𝑉𝐸+𝐷𝐸𝐵𝑇
Tobin’s q = 𝑇𝐴

Keterangan:
MVE = Harga penutupan saham x jumlah saham yang beredar
DEBT = Total utang perusahaan
TA = Total aktiva
Tobin’s q digunakan untuk indikator kinerja keuangan perusahaan
yang diterima secara luas, banyak digunakan dalam studi keberlanjutan
sebelumnya, yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh Hillman & Keim
(2001) dan Servaes & Tamayo (2013) yang dikutip dalam penelitian I.M.
Ilyas dan O. Osiyevskyy (2021), lalu hasil penelitiannya dengan
menggunakan Tobin’s q menunjukkan proposisi nilai berkelanjutan secara
positif mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
2. Sustainability Report (SR)
Perhitungan SR menggunakan pendekatan dikotomi atau kategori,
yaitu jika item informasi yang ditentukan diungkapkan maka diberi skor 1,
dan jika item tidak diungkapkan maka diberi skor 0. Informasi yang di
ungkapkan berdasarkan standar yang ditentukan oleh Global Sustainability
Standards Board (GSSB) yaitu standar Global Reporting Initiative (GRI)
hanya melaporkan dampak ekonomi, lingkungan, dan/atau sosial, yaitu item
ikhtisar pengungkapan standar umum G4. Berdasarkan penelitian yang

10
dilakukan oleh Fatchan dan Trisnawati (2016), pengukuran pengungkapan
sustainability report dilakukan secara non repeated artinya hanya
menghitung satu kali untuk tiap item tanpa mempertimbangkan item
tersebut diungkapkan lagi dalam bagian lain dengan bahasa yang berbeda.
Rumus perhitungan SRDI sebagai berikut:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛
𝑆𝑅𝐷𝐼 =
𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛
3. Efektivitas Dewan Direksi
Direktur atau direksi yang efektif dalam melindungi nilai pemegang
saham juga efektif dalam menanggapi kepentingan pemangku kepentingan
perusahaan lainnya, hasil penelitian N. Garcia-Torea et al. (2016)
menunjukkan bahwa efektivitas direktur berpengaruh positif terhadap
transparansi laporan keberlanjutan sebagai proxy untuk perspektif
pemangku kepentingan dari tata kelola perusahaa. Selain itu hasil dari
penelitiannya adalah ketika direksi mempromosikan praktik dan pelaporan
CSR, hal itu juga efektif dalam mempertimbangkan kepentingan pemegang
saham signifikan pada saat yang bersamaan. Efektivitas direksi berdasarkan
perspektif pemegang saham tata kelola perusahaan juga dapat diterapkan
pada perspektif pemangku kepentingan.
Indikator yang digunakan untuk menilai efektifitas dewan direksi
diambil atau menggunakan Board of directors’ effectiveness and the
stakeholder perspective of corporate governance dari penelitian N. Garcia-
Torea et al. (2016) terdiri dari indikator formatif, yaitu terdiri dari ukuran
dan independensi dewan, dualitas CEO, kehadiran perempuan di dewan,
pengalaman direktur, jumlah rapat dan pembentukan komite dewan tertentu.
Memenuhi semua indikator diberi skor 3, hanya memenuhi sebagaian
indikator diberi skor 2, dan tidak memenuhi indikator atau tidak ada
informasi yang diberikan, diberi skor 1.

D. Teknik Analisis
1. Metode Analisis
Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti
bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel

11
dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independent sebagai
faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Analisis regresi
berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh
efektivitas dewan direksi terhadap pengaruh SR terhadap nilai perusahaan.
Perhitungan analisis regresi berganda yang digunakan yaitu:
Y = α + β1 SR + β2 EDD + β3 SR*EDD + ε
Keterangan :
Y = Nilai Perusahaan
SR = Sustainability Report
EDD = Efektivitas Dewan Direksi
SR*EDD = Variabel Interaksi efektivitas dewan direksi dan
Sustainability Report
β 1- β3 = Koefisien Regresi
ε = Kesalahan Residual (error)
Uji regresi linear berganda dilakukan untuk mendapatkan gambaran
bagaimana variabel independen yang meliputi CSR, likuiditas, capital
intensity, dan inventory intensity mempengaruhi variabel dependen yaitu
agresivitas pajak dengan tingkat signifikansi sebesar 0,05, yang
disampaikan oleh Gohozali (2018) dalam Meriyani (2021).
2. Uji Asumsi Klasik
a. Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah dalam model regresi
nilai residual memiliki distribusi normal atau tidak.
b. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas memiliki arti bahwa terdapat varian variabel pada
model regresi yang tidak sama. Jika terjadi sebaliknya varian variabel
pada model regresi miliki nilai yang sama maka disebut
homoskedastitas.
c. Multikolinieritas
Uji multikolinearitas ini dimaksudkan untuk menguji apakah terdapat
korelasi yang tinggi atau sempurna antara variabel bebas atau tidak
dalam model regresi. Untuk mendeteksi adanya korelasi yang tinggi

12
antar variabel independen dapat dilakukan dengan bebera cara salah
satunya dengan menggunakan Tolerance dan Variance Inflation Factor
(VIF).
3. Uji T
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen
secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen.
Derajat signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Apabila nilai
signifikan lebih kecil dari derajat kepercayaan maka kita menerima
hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel independen
secara parsial mempengaruhi variabel dependen.
4. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 0,05. Apabila nilai F hasil
perhitungan lebih besar daripada nilai F menurut tabel maka hipotesis
alternatif, yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

13
DAFTAR PUSTAKA

Aras, Güler dan Ingley, Coral.2017. Corporate Behavior and Sustainability, Doing

well by being good. New York, NY: Routledge.

Garcia-Torea, N. et al. 2016. Board of director's effectiveness and the stakeholder


perspective of corporate governance: Do effective boards promote the
interests of shareholders and stakeholders?. BRQ Business Research
Quarterly, 19(4), 246-260. DOI: https://doi.org/10.1016/j.brq.2016.06.001

Naciti, Valeria. 2019. Corporate governance and board of directors: The effect of
a board composition on firm sustainability performance. Journal of
Cleaner Production, 237, 117727. DOI:
https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2019.117727

Ilyas, Imran M. dan Osiyevskyy, Oleksiy. 2021. Exploring the impact of


sustainable value proposition on firm performance. European
Management Journal. DOI: https://doi.org/10.1016/j.emj.2021.09.009

Meriyani. 2021. Memahami Analisis Regresi Linear Berganda, (Online),


(https://accounting.binus.ac.id/2021/08/12/memahami-analisis-regresi-
linear-
berganda/?utm_source=binustoday&utm_campaign=binustodayarticlevie
w), diakses 08 Desember 2021.

Fatchan, Ilham Nuryana dan Trisnawati, Rina. 2016. Pengaruh Good Corporate
Governance Pada Hubungan Antara Sustainability Report dan Nilai
Perusahaan (Studi Empiris Perusahaan Go Public di Indonesia Periode
2014-2015). Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 1(1), 25-34. DOI:
https://doi.org/10.23917/reaksi.v1i1

R.Rajesh. 2019. Exploring the sustainability performances of firms using


environmental, social, and governance scores. Journal of Cleaner
Production, 247, 119600. DOI:
https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2019.119600

14
Lindawati, A.S.L dan Puspita, M. E. 2015. Corporate Social Responsibility:
Implikasi Stakeholder dan Legitimacy Gap Dalam Peningkatan Kinerja
Perusahaan. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 6(1), 157-174. DOI:
10.18202/jamal.2015.04.6013

15

Anda mungkin juga menyukai