Anda di halaman 1dari 25

R E S U M E

BRAZING DAN WELDING

Disusun Oleh:
Nama : Muhamad Fadli Arifulloh
Kelas :Teknik Mesin 1 D
NIM :200103031

PROGRAM STUDI D III TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGRI CILACAP
TAHUN 2020

Jalan Dokter Soetomo No.1, Karangcengis, Sidakaya, Kec. Cilacap Sel., Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah
53212
BRAZING
A. Penjelasan singkat
Pematrian atau mematri atau patri (brazing) dalam metal working adalah cara penyambungan
dengan menggunakan logam pengisi atau logam patri di antara permukaan logam induk yang
disambung. Logam pengisi yang dipakai pada sistem brazing selalu mempunyai titik cair
yang lebih rendah dari pada logam induk. Dua macam logam patri yang sering dipakai yaitu
logam lunak dimana logamnya mempunyai titik cair lebih rendah dari 450 °C dan logam patri
yang mempunyai titik cair lebih tinggi dari 450 °C yang disebut logam patri keras. 

B. Cara penggunaan
Teknik brazing memiliki beberapa metode atau cara penggunaan tergantung pada jenis
logam, kualitas  dan ukuran bagian yang akan digabung. Metode yang bisa digunakan
diantaranya adalah :

1. Furnace Heating

Teknik yang pertama adalah Furnace Heating, dimana proses pemanasan untuk mematri
part yang dapat dirakit dan diposisikan diatas nampan. Nampan diisi dalam tungku secara
manual atau otomatis. Loader otomatis terdiri dari sabuk conveyor dimana part tersebut
ditempatkan. Logam filler yang digunakan dapat berupa kawat, foil, bubuk atau pasta dan
ditempatkan pada dekat sambungan dan panas tungku mencair logam pengisi. Fluxing
digunakan kecuali bila pemanasan dilakukan dalam suasana yang terkendali alias bebas
dari oksidan.

2. Induction Heating
Pada proses induction heating, panas dihasilkan oleh komponen induktor yang tidak
bersentuhan langsung dengan bagian-bagian yang akan dibrazing. Metode yang
digunakan untuk menghantarkan panas adalah dengan metode induksi. Sehingga
bagian yang akan dibrazing tidak bersentuhan langsung dengan induktor. Proses ini
menggunakan power supplay yang mengubah arus normal dengan frekuensi 60Hz
menjadi frekuensi tinggi tegangan rendah. Ketika arus mengalir melalui komponen
induktor yang mengelilingi objek yang akan dibrazing, maka akan timbul medan
magnet. Dan saat komponen benda induktif ditempatkan didalam medan magnet
maka gaya listrik akan terinduksi ke dalam bahan induktif tadi. Pemanasan induksi
dapat digunakan untuk mematri benda yang dapat dipegang oleh cekam dan
membutuhkan pemanasan yang cepat. Teknik mematri atau brazing dengan metode
induksi ini sangat ekonomis untuk proses produksi dalam skala yang besar karena
benda dapat disesuaikan dengan tungku induksi.

3. Torch Heating

Metode brazing selanjutnya adalah metode Torch heating yang merupakan metode
yang paling umum untuk digunakan dalam proses pematrian atau brazing. Torch
heating ini memanfaatkan panas yang dihasilkan dari pembakaran gas. Gas yang
digunakan adalah campuran antara asetelin, oksigen, udara atau oxyhydrogen. Untuk
penggunaan secara luas, jenis campuran gas tergantng pada konduktifitas termal, jenis
dan juga ketebalan material yang akan dipatri. Penggunaan gas asetelin lebih fleksibel
untuk metode torch brazing ini karena jarak pemanasannya yang sangat mudah
dikontrol. Kontak api dengan logam yang akan dipatri dapat mengakibatkan logam
dasar mencair dan membatasi aliran logam patri. Torch dengan udara dapat
memberikan panas yang paling rendah dan lebih mudah digunakan untuk mematri
logam tipis.Proses pembakaran oksigen dengan gas seperti LPG, propana dan butana
dapat menghasilkan nyala api dengan suhu yang lebih tinggi. Sehingga dapat
digunakan untuk mematri logam yang membutuhkan panas yang lebih tinggi. Untuk
mematri logam alumunium dan logam non ferrous lainnya bisa menggunakan
oxyhydrogen torch karena suhu panas yang dihasilkan lebih rendah. Gas hidrogen
juga bisa menghasilkan pembersihan tambahan dan juga sebagai pelindung selama
proses mematri.

4. Dip Brazing
Metode barzing dengan cara Dip brazing dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1. Molten Metal Bath, teknik ini dilakukan dengan cara merendam atau mencelupkan
part yang akan dipatri kedalam wadah yang berisi logam brazing cair. Teknik ini
cocok untuk mematri part yang kecil seperti sambungan kawat atau potongan logam
yang dapat dipegang dengan cekam.
2. Molten Flux Bath, pada teknik ini menggunakan fluks dalam bentuk senyawa
garam yang kemudian dilebur didalam wadah menggunakan panas dari api gas atau
hambatan listrik. Mematri logam pengisi dapat menggunakan cincin, washer, slag
atau campuran pasta yang sebelumnya sudah diletakkan pada logam dasar. Saat
mematri dengan garam cair biasanya dilakukan terlebih dahulu proses pre heating
pada part dan juga cekamnya sampai suhunya mendekati titik leleh fluks cair. Teknik
ini biasanya digunakan untuk membuat part seperti radiator atau heat cooling lainnya.

C. SOP
1. Pembersihan sebelum dipatri keras
Cara mekanik :gerinda, kikir, sikat kawat, pasir, dllCara kimia :dicelupkan dalam
larutan sulpharic atau nitricacid Kotoran gemuk, dapat dibersihkan dengan larutan
lain misalnya : carbon tetra chloride atau trisodium phosphate.

2. Pemakaian/pemberian flux
Pilih jenis flux yang sesuai dengan logam dasar.Pakailah flux dengan cara yang benar
sesuai dengan petunjuk yang terdapat pada bungkus flux.Poleskan atau taburkan flux
secara merata pada permukaan benda kerja yang akan dilas dan juga pada kawat las

3. Pemasangan / Penyusunan benda kerja


Susunlah bagian-bagian yang akan disambung sedemikian rupa sehingga dalam
pengerjaannya kedudukan benda kerja tidak berubah (terutama untuk benda-benda
yang kecil), misal dengan diklem, diikat dengan kawat, dll.

4. Pemanasan pendahuluan
Nyala api yang biasa digunakan untuk mematri keras adalah netral atau sedikit
karburasi.Bila diperlukan pemanasan awal gunakan nyala luar, atur jarak inti nyala
terhadap permukaan benda kerja (± 25 mm diatas permukaan).

5. Pemanasan pendahuluan
Setelah pemanasan pendahuluan selesai, mulailah mematri keras dengan
menggerakkan / mengatur nyala hingga permukaan benda yang akan disambung
mendapat suhu pemanasan yang sama, sedikit diatas titik cair bahan tambah.Jagalah
agar benda kerja tidak terlalu panas.

6. Pengisian bahan tambah (proses pematrian)


Celupkan/poleskan kawat las dengan flux dan gunakan kawat las pada tempat yang
telah dipanaskan.Arahkan langsung nyala api pada lokasi penyambungan dimana
bahan tambah akan mengalir.Bahan tambah akan mencair dan cairan akan ditarik
kearah panas.Gunakan lebih banyak bahan tambah sehingga bagian yang disambung
terisi.

7. Pengisian bahan tambah (proses pematrian)


Pengisian bahan tambah menunggu bila bahan dasar telah mencapai suhu
brazing.Cara mengetahui suhu brazing sbb :Poleskan/taburkan flux pada benda kerja
kemudian panaskan, flux akan menguap dan yang tertinggal bentuk padat. Bila flux
yang berbentuk padat telah mencair dan menutup permukaan yang akan disambung,
maka benda telah mencapai suhu brazing.

8. Pendinginan
Setelah mematri keras selesai, benda kerja di dinginkan sehingga bahan tambah
menjadi keras.Panas yang berlebihan waktu mematri keras membuat flux sangat sulit
dihilangkan.

9. Pembersihan setelah mematri keras


Prosedur pendinginan tergantung pada tipe flux yang dipakai dan kondisi pemanasan
selama operasi mematri keras berlangsung.

D. Posisi Brazing
Berbagai Macam Posisi Dalam Proses Pengelasan. Proses pengelasan dapat dilakukan
dengan berbagai macam posisi. Posisi pengelasan atau sikap pengelasan yaitu pengaturan
posisi atau letak gerakan elektroda las. Posisi yang dilakukan pada saat pengelasan
tergantung dari letak kampuh-kampuh atau celah- celah benda kerja yang akan di las.

Posisi-posisi dalam pengelasan terdiri dari posisi dibawah tangan (down hand position),
posisi pengelasan mendatar (horizontal position), posisi tegak (vertical position), dan posisi
pegelasan di atas kepala (overhead position). Berikut penjelasan posisi dalam pengelasan :

1. Posisi dibawah tangan (down hand posisition) Posisi pengelasan ini adalah posisi
paling mudah dilakukan. Posisi ini dilakukan untuk pengelasan pada permukaan datar
atau permukaaan agak miring, yaitu letak elektroda berada diatas benda kerja.

2. Posisi mendatar (horizontal posisition)

Pengelasan posisi mendatar adalah pengelasan yang posisi arahnya mengikuti


arah garis mendatar/horizontal. Posisi mendatar ini kemiringan dan arah ayunan
elektroda harus diperhatikan, karena akan sangat mempengaruhi hasil pengelasan.
Posisi benda kerja biasanya berdiri tegak atau agak miring sedikit dari arah elektroda
las. Pengelasan posisi mendatar sering digunakan untuk pengelasan benda-benda yang
berdiri tegak. Misalnya pengelasan badan kapal laut arah horizontal.

3. Posisi tegak (vertical position)

Pengelasan tegak merupakan pengelasan yang arah mengikuti garis


tegak/vertikal. Seperti pada horizontal position pada posisi vertikal. Benda kerja
berdiri tegak agak miring sedikit searah dengan gerak dari elektroda las yaitu naik
atau turun.

4. Posisi di atas kepala (overhead position)

Pengelasan diatas kepala posisi ini lebih sulit dibanding dengan pengelasan
yang lain. Posisi pengelasan ini dilakukan untuk pengelasan pada permukaan datar
atau miring, tetapi posisi berada diatas kepala, yaitu letak elektroda berada dibawah
benda kerja.

E. Alat Bantu
a. Alat Pemanas atau Pembakar
       Pada brazing lunak, alat pemanas yang digunakan adalah baut brazing. Baut brazing
berfungsi sebagai alat untuk mencairkan solder. Sumber panasnya diperoleh dari pembakaran
arang ataupun tenaga listrik. Baut brazing terdiri atas tiga bagian, yaitu tembaga pemanas,
batang pemegang, dan gagang. Sedangkan pada pematrian keras, alat pemanas yang biasa
digunakan adalah nyala api dari las oksi-asetilena.
b. Bahan Pembersih (Fluks)
       Bahan pembersih (fluks) berfungsi untuk membersihkan bagian yang akan di brazing
sehingga timah patri dapat menempel dengan baik dan kuat. Berbagai macam bahan
pembersih yang dipakai pada sambungan patri dapat dalam bentuk lapisan yang dibalutkan
pada batang pengisi atau dapat dalam bentuk serbuk atau pasta. Agar dapat menghasilkan
sambungan yang baik, fluks-fluks untuk pengelasan satu logam tidak boleh digunakan untuk
logam lain. Untuk itu, perlu diperhatikan hal berikut untuk memilih fluks diantaranya:
1) Jenis logam yang akan disambung.
2) Jenis proses penyambungan.
3)   Suhu penyambungan.
Penggunaan fluks yang tepat sebagai berikut.
1) Fluks harus dapat mengatasi oksida pada awal dan selama proses brazing.
2) Fluks dapat ditambah air murni hingga berbentuk pasta dan dapat dicatkan pada
permukaan yang akan disambung.
3) Brazing dilakukan saat fluks masih lembab.
4) Pemakaian fluks dapat juga dilakukan dengan cara mencelupkan bahan tambah
yang masih panas pada fluks.
c. Bahan brazing
Bahan brazing berfungsi sebagai alat perekat. Bahan pematri ada yang lunak ada nada
yang keras.
d. Alat bantu
Macam-macam alat bantu yang digunakan, antara lain:
1) Klem (penjepit),
2) Palu besi,
3)   Alat pemegang atau penyangga, dan
4)   Tang penjepit.
e. Alat keselamatan
Alat keselamatan kerja berfungsi untuk melindungi pekerja dari kecelakaan pada saat
bekerja. Macam-macam alat keselamatan kerja yang harus kita gunakan selama proses
brazing, yaitu:
1) Baju praktik,
2) Helm,
3) Kacamata pengaman,
4)   Sepatu kerja, dan
5)   Sarung tangan.
WELDING
F. Penjelasan singkat
Welding adalah penyambungan dua buah logam dengan menggunakan alat pemanas yang
temperaturnya sangat tinggi sehingga dapat mencairkan kedua logam tersebut dan dapat
menyatukan kedua logam tersebut. Sebuah proses dimana logam serupa bergabung
menggunakan sumber panas langsung untuk mencairkan logam dasar dan logam pengisi /
filler untuk membuat menjadi satu bagian. Kebanyakan pengelasan melibatkan logam
berbasis besi seperti baja dan stainless steel, tapi pengelasan digunakan dalam logam lainnya,
seperti aluminium. Pengelasan mencakup berbagai suhu 800°C – 1635°C / 1475°F – 2975°F.
Pengelasan biasanya diterapkan pada peralatan yang membutuhkan kekuatan yang tinggi
seperti, pipa minyak, tabung bertekanan tinggi, chassis atau kerangkan sepeda, motor, mobil
dll. Intinya jika anda dalam proses tersebut mencairkan Logam dasar baik menggunakan
logam pengisi ataupun tidak, tahapan ini sudah termasuk menjadi Pengelasan.

G. Cara penggunaan

1. Membersihkan bahan yang akan dilas. Pakai palu untuk membersihkan kerak
pada permukaan ruangan yang akan dilas. Gunakan sikat baja untuk hasil yang
optimal.
2. Tempatkan bahan yang akan dilas pada tempat yang sudah disiapkan. Baik itu
memakai meja kerja atau hanya menempatkannya di lantai. Mengatur kerapatan
di antara dua bahan. Pakai klem bila diperlukan.
3. Tempatkan masa mesin las pada salah satu sisi bahan yang akan dilas.
Tambahkan elektroda pada panel penjepit elektroda di mesin las. Pasang
kemiringan elektroda sesuaikan dengan urutan bahan. Umumnya sudah ada
tempat khusus kemiringan elektroda pada tang penjepit elektroda.
4. Sesudah bahan siap untuk di las, perlahan-lahan dekatkan ujung elektroda pada
bahan yang akan dilas.
5. Jarak di antara ujung elektroda dengan bahan yang akan dilas sangatlah
memengaruhi kualitas pengelasan. Bila jarak begitu jauh, akan muncul percikan
seperti hujan bintik-bintik api. Proses pengelasanpun tidak prima. Bila jarak
begitu dekat, api tidak menyala dengan sempurna. Serta tidak ada cukup jarak
untuk tempat lelehan elektroda. Jarak yang baik ialah seperdelapan dari tebal
elektroda.
6. Dengan memakai masker pelindung atau kacamata las, anda bisa memperhatikan
sisi elektroda yang telah mencair yang menyatukan di antara dua bahan yang
dilas itu. Perlahan-lahan gerakkan elektroda ke sepanjang ruang yang dilas.
7. Hasil yang baik waktu proses pengelasan bisa dilihat kala permukaan yang dilas
berupa seperti gelombang rapat serta teratur menutup sempurna sisi yang dilas.
8. Sesudah selesai, bersihkan kerak yang menutupi sisi yang dilas dengan memakai
palu. Periksa kembali apakah ada sisi yang belum sempurna. Bila belum
sempurna, ulangilah sisi yang belum tersatukan dengan baik tersebut. Pada
beberapa kasus, bahan yang telah dilas harus di gerinda bila pengelasan tidak
sempurna. Tetapi bila tidak fatal, kita cukup mengelas sisi yang belum terlas
dengan sempurna itu.

H. SOP

Standar oprasional prosedur (SOP) dalam welding


1. Mengecek semua komponen perangkat las mulai dari kondisi konektor sumber-
sumber listrik,kabel-kabel,ketersediaan gas,regulator gas,slang gas mesin las dan
panel kontrolnya system pendinginnya,pembakar las,elektroda tungsten dan klem
masa.semuanya harus dalam kondisi baik dan siap pakai
2. Menghubungkan paket slang ke mesin las termasuk sambungan saluran gas dan
air pendingin
3. Menghubungkan control remot baik yang system pedal kaki atau stelan dengan
tangan
4. Mneghubungkan kabel masa ke mesin klem masa ke meja las atau benda kerja
5. Memilih polaritas pengelasan,untuk pengelasan almunium tombol diarahkan ke
arus lasa bolak-balik(AC),untuk pengelasan baja dan baja paduan tombol
diarahkan ke arus las searah(DC)
6. Menyiapkan elektroda tungsten
7. Merakit pembakar las,melonggarkan tutup pembakar las dan melepas tungsten
dari pembakar.Melepaskan nozzle dan koley tembaga dari pembakar memasang
kolet dan dudukannya ke pembakar dengan kencang. Memasang nozzle kembali
ke pepmbakar.Dan memasang elektroda tungsten kedalam kolet pembakar las
dengan kemunculan ujung elktroda 3-6 mm atau tidak lebih dari diametr dalam
nosel gas dan mengencangkan tutup pembakar las.
8. Setelah memastikan botol gas pada posisi dan kondisi aman,membuka sebentar
katup gas untuk mengeluarkan kotoran dan dilanutkan memasang regulator gas
(penyetel aliran gas belum dibuka) pada botol gas dan menghubungkan dengan
slang ke mesin las.mengecek kerapatan sambunga slang gas (dengan air sabun)
9. Mengecek dan menghubungkan konektor daya utama,memastikan catu daya
tersambung ke mesin. Menghubungkan sesuai dengan prosedur yang diberikan
dalam buku manualnya
10. Menghiidupkan mesin melalui tombol utama,membuka katup gas dan menyetel
aliran gas melalui penyetel aliran gas di regulator gas dan tombol cek gas di
panel mesin
11. Menyiapkan benda kerja untuk uji coba,mencoba penyalaan busur dan menyetel
kuat arus las

I. Posisi pengelasan
Posisi pengelasan yang bisa dilakukan oleh seorang welder itu menjadi acuan seberapa tinggi
tingkat kompetensi seorang juru las sesuai dengan jenis proses pengelasan yang dia kuasai.
Kunci utama menjadi juru las profesional adalah memiliki minat dan bakat didunia teknik
pengelasan.

gamb
ar jenis posisi pengelasan 6G
Untuk mempelajari sambungan dan posisi pengelasan kali ini kita akan mengacu pada posisi
pengelasan standar ISO dan ASME.
Sebelum kita pelajari macam posisi pengelasan, kamu harus mengerti dulu jenis-
jenis sambungan pengelasan. Mulai dari sambungan las SMAW hingga Las TIG.
Pada artikel saya tentang dasar-dasar pengelasan secara garis besar disana saya kelompokkan
posisi pengelasan menjadi 4, yaitu
1. Posisi di bawah tangan / Downhand
2. Posisi Mendatar / Horizontal
3. Posisi Vertical
4. Posisi di atas kepala / Overhead

Pengelasan Posisi di bawah tangan / Down hand

Pengelasan posisi di bawah tangan (downhand) yang mengacu pada standar ASME disebut


juga dengan posisi 1, Sedangkan menurut standar ISO dinamakan PA.
Posisi dibawah tangan banyak digunakan di industri pengelasan disektor proyek konstruksi
baja, struktur jembatan, dan bangunan. Termasuk juga untuk posisi pengelasan pelat tipis
hingga tebal, hanya besar diameter elektrode nya saja yang berbeda tetapi posisi lasnya tetap
sama.

Untuk melakukan pengelasan posisi 1, sudut kemiringan elektroda harus dijaga kurang lebih
80 – 70 derajat terhadap garis vertikal supaya memudahkan welder untuk melihat cairan dan
menjaga kecepatan pengelasan. Dibawah ini adalah gambar posisi pengelasan dibawah
tangan :

Gambar posisi 1F, 1G pelat, 1G pipa, 1FR


1. Posisi 1F/PA

Pengelasan sabungan fillet pelat dengan pelat, dengan arah elektroda/kawat las menghadap


kebawah.

2. Posisi 1G Plat/PA

1G pelat merupakan pengelasan butt joint pelat dengan pelat dengan arah elektroda/busur


listrik menghadap kebawah. Untuk mengelas dengan posisi 1G, dimulai dari pembuatan root,
kemudian membuat lapisan pengisian dan terakhir lapisan penutup/capping.

3. Posisi 1G Pipa/PA

Posisi 1G pipa adalah pengelasan joint atau sambungan pipa dengan pipa, arah dan gerakan
busur listrik menghadap kebawah dan seiring berjalannya pengelasan maka pipa juga diputar
untuk menjaga agar arah elektroda tetap menghadap kebawah.

Untuk posisi datar 1G ini juru las / tukang las tetap pada tempatnya, yang berputar adalah
material pipa yang akan disambung. Berlaku untuk semua proses baik itu las OAW ,
SMAW,GMAW hingga GTAW.

4. Posisi 1FR/PA

Pengelasan pelat dan pipa dengan arah kawat las elektroda menghadap kebawah, seiring
berjalannya pengelasan maka benda kerja diputar untuk menjaga agar arah elektroda tetap
menghadap kebawah selama pengelasan.

Posisi Pengelasan Mendatar/Horizontal

Menurut kode standart ASME, pengelasan posisi mendatar/horizontal ditulis dengan kode


nomor 2. Sedangkan penulisan menurut standart ISO ada 2 macam yaitu PB untuk
sambungan fillet dan PC untuk sambungan butt joint.
Untuk membuat joint atau sambungan pengelasan posisi horizontal menggunakan mesin
las arc welding, setting dari parameter harus diperhatikan. Karena jika busur listrik terlalu
panas maka cairan akan meleleh turun mengikuti gaya gravitasi.
Tidak hanya pengelasan SMAW saja, disemua jenis pengelasan juga harus memperhatikan
jenis ayunan, ayunan atau dalam istilah pengelasan disebut weaving ini berguna untuk
mengatur cairan yang meleleh agar tidak longsor mengikuti gravitasi.
Lebih jelasnya dibawah ini gambar untuk semua pengelasan posisi horizontal beserta
penjelasannya.

Gambar posisi pengelasan 2F, 2F pipa, 2FR pipa, 2G pelat, 2G pipa

1. Posisi 2F/PB

Pengelasan fillet joint (pelat dengan pelat) dengan elektroda menghadap kedepan/mendatar


dengan arah gerakan ke kanan atau ke kiri.

2. Posisi 2F Pipa/PB

Pengelasan sambungan antara pipa dan pelat dengan arah elektroda pengelasan menghadap
ke depan/mendatar.

3. Posisi 2FR Pipa/PB


Posisi benda kerja lihat pada gambar diatas, pengelasan sambungan pelat dengan pipa dan
arah elektroda menghadap kedepan mendatar, seiring berjalannya pengelasan benda kerja
diputar hingga seluruh jalur lasan tertutup.

4. Posisi 2G Plat/PC

Pengelasan sambungan tumpul butt joint plat dengan plat dengan posisi peletakkan benda
kerja lihat pada gambar diatas. Untuk proses pengelasannya dimulai dari pembuatan root,
pengisian dan penutup. Khusus untuk las SMAW, pada proses pembuatan root harus
menggunaka kawat elektroda yang di desain untuk pembuatan root.

5. Posisi 2G Pipa/PC

Pengelasan butt joint sambungan horizontal pipa dengan pipa, disini material (pipa) tidak
diputar, tetapi welder yang bergerak mengikuti jalur lasan.

Posisi Pengelasan Vertikal

Pengelasan posisi vertikal menurut standar ASME dikenal dengan kode 3. Ini mencakup


untuk semua sambungan las mulai dari sambungan sudut, sambungan fillet dan butt joint.
Ada sedikit perbedaan dengan standar ISO, perbedaannya adalah pada arah pergerakan
pengelasannya. Jika arah las dari bawah ke atas dinamakan PF. Sedangkan jika arah
pengelasannya dari atas ke bawah dinamakan PG.
Sedikit Tips agar hasil pengelasan diposisi vertikal memenuhi standart adalah dengan
mengatur cairan logam cair dari busur listrik. Penggunaan jenis ayunan harus sesuai untuk
mengatur agar cairan tidak turun kebawah mengikuti gravitasi.

Dibawah ini adalah gambar dan penjelasan posisi pengelasan vertikal:


Gambar posisi pengelasan 3F dan 3G
1. Posisi 3F Uphill/PF
Posisi 3F Uphill/PF merupakan proses las penyambungan plat dengan plat, dengan arah
gerakan elektroda kedepan dan jalur pengelasannya dari bawah ke atas.
2. Posisi 3F Downhill/PG
Sedangkan 3F Downhill merupakan posisi proses las plat dengan plat, dengan arah elektroda
menghadap kedepan dan jalur pengelasannya dari atas ke bawah.
3. Posisi 3G Uphill/PF
Merupakan bentuk sambungan tumpul butt joint, proses las penyambungan plat dengan plat,
dengan arah elektroda kedepan dan jalur pengelasannya dari bawah ke atas.
4. Posisi 3G Downhill/PG
Merupakan bentuk sambungan tumpul butt joint, pengelasan penyambungan plat dengan plat,
dengan arah elektroda kedepan dan jalur pengelasannya dari atas ke bawah.

Posisi Pengelasan di atas kepala / Overhead

Pengelasan posisi di atas kepala dikenal dengan pengelasan posisi 4 pada standart
kode ASME. Untuk standar ISO jika yang dilakukan adalah pengelasan Fillet 4F maka
disebut posisi PD. Sedangkan jika yang dilakukan itu pengelasan butt joint 4G maka disebut
PE.
Berikut ini adalah gambar dan penjelasan posisi tegak di atas kepala :
Gambar posisi pengelasan 4, 4G pelat dan 4F pipa

1. Posisi 4F/PD

Posisi 4F merupakan bentuk sambungan fillet plat dengan plat, dengan arah elektroda las /
busur listrik menghadap ke atas.

2. Posisi 4F Pipa/PD

4F Pipa merupakan las fillet, penyambungan plat dengan pipa, dengan arah elektroda las
menghadap ke atas.

3. Posisi 4G Plate/PE

4G plate termasuk kedalam jenis sambungan butt joint, penyambungan plat dengan plat
dengan arah elektroda menghadap ke atas.

Pengelasan Pipa

Untuk pengelasan pipa ini termasuk kedalam posisi pengelasan vertikal, tapi memang dalam
praktek posisi las nya berlaku all position atau mencakup semua posisi.
Untuk kode penamaan sesuai standar ASME ada posisi 5G dan 6G, sedangkan di
standart ISO namanya terbagi menjadi 4 yaitu PJ, PH, H-LO45 dan J-LO45.
Dibawah ini adalah gambar dan penjelasan posisi las pipa sesuai kode ASME dan ISO.
Gambar posisi pengelasan 5G dan 6G
1. Posisi 5G Downhill/PJ
Pengelasan butt joint sambungan pipa dengan pipa dengan peletakkan lurus.
Untuk downhill maksutnya adalah pengerjaan jalur las dilakukan pengelasan dari atas arah
jam 12 ke jam 6.
2. Posisi 5G Uphill/PH
Sebaliknya dengan downhill, posisi 5G uphill dilakukan pengelasan dijalur las dengan
pengerjaan dilakukan mulai arah jam 6 menuju jam 12 (dari bawah ke atas).
3. Posisi 6G Uphill/H-LO45
Posisi 6G termasuk dalam butt joint, sambungan pipa dengan pipa yang diletakkan miring
dengan sudut 45 derajat. Uphill maksutnya adalah arah pengelasannya dari bawah ke atas.
4. Posisi 6G Downhill/J-LO45
Perbedaan dengan posisi 6G Uphill terletak pada cara pengerjaan jalur pengelasannya yaitu
dari arah atas ke bawah.

J. Alat bantu pengelasan

ALAT – ALAT DALAM PENGELASAN

A. PESAWAT LAS

Pesawat-pesawat las yang dipakai bermacam-macam, tapi bila ditinjau dari jenis arus yang
keluar dapat digolongkan sebagai berikut:

 pesawat las arts bolak-balik (AC)


 pesawat las arus searah (DC)
 pesawat las arus bolak-balik dan searah (AC-DC) yang merupakan gabungan dari
pesawat AC den DC.
1. Pesawat Las Arus Bolak-Balik (AC)
Macam-macam pesawat las ini seperti Transformator las, pembangkit listrik motor diesel atau
motor bensin. Transformator las yang kebanyakan digunakan di industri-industri mempunyai
kapasitas 200 sampai 500 amper. Pesawat las ini sangat banyak dipakai karena biaya
operasinya yang rendah disamping harganya yang relatif murah. Voltase keluar dari pesawat
transformator ini antara 38 sampai 70 volt.

2. Pesawat Las Arus Searah (DC)


Pesawat las arus searah ini dapat berupa pesawat transformator rectifier, pembangkit listrik
motor diesel atau motor bensin, maupun pesawat pembangkit listrik yang digerakkan oleh
motor listrik.
Salah satu jenis dari pesawat las arus searah yaitu pesawat pembangkit listrik yang
digerakkan oleh motor tistrik (motor generator)
3. Pesawat Las AC-DC.
Pesawat las ini merupakan gabungan dari pesawat las arus bolak-balik dan arus searah.
Dengan, pesawat ini akan lebih banyak kemungkinan pemakaiannya karena arus yang keluar
dapat arus searah maupun arus bolak-balik. Pesawat las jenis ini misalnya transformator-
rectifier maupun pembangkit listrik motor diesel.
B. ALAT-ALAT BANTU LAS
1. Kabel Las
Kabel las biasanya dibuat dari tembaga yang dipilin dan dibungkus dangan karet isolasi Yang
disebut kabel las ada tiga macam yaitu :
 kabel elektroda
 kabel massa
 kabel tenaga
Kabel elektroda adalah kabel yang menghubungkan pesawat las dengan elektroda. Kabel
massa menghubungkan pesawat las dengan benda kerja. Kabel tenaga adalah kabel yang
menghubungkan sumber tenaga atau jaringan listrik dengan pesawat las. Kabel ini biasanya
terdapat pada pesawat las AC atau AC – DC.

           Dalam tabel 1 ditunjukkan ukuran luas penampang kabel las (kabel elektroda atau
kabel massa) untuk panjang tertentu pada kapasitas arus pesawat las.
2. Pemegang Elektroda
Ujung yang tidak berselaput dari elektroda dijepit dengan pemegang elektroda. Pemegang
elektroda terdiri dari mulut penjepit dan pegangan yang dibungkus oleh bahan penyekat. Pada
waktu berhenti atau selesai mengelas, bagian pegangan yang tidak berhubungan dengan kabel
digantungkan pada gantungan dari bahan fiber atau kayu.
3. Palu Las
           Palu Ias digunakan untuk melepaskan dan mengeluarkan terak las pada jalur Ias
dengan jalan memukulkan atau menggoreskan pada daerah las.
Berhati-hatilah membersihkan terak Ias dengan palu Ias karena kemungkinan akan memercik
ke mata atau ke bagian badan lainnya.
 

 
4. Sikat Kawat
Dipergunakan untuk :
 membersihkan benda kerja yang akan dilas
 membersihkan terak Ias yang sudah lepas dari jalur las oleh pukulan palu las.
5. Klem Massa
Klem massa edalah suatu alat untuk menghubungkan kabel massa ke benda kerja. Biasanya
klem massa dibuat dari bahan dengan penghantar listrik yang baik seperti Tembaga agar arus
listrik dapat mengalir dengan baik, klem massa ini dilengkapi dengan pegas yang kuat. Yang
dapat menjepit benda kerja dengan baik .
Walaupun demikian permukaan benda kerja yang akan dijepit dengan klem massa harus
dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran-kotoran seperti karat, cat, minyak.

6. Tang (penjepit)
Penjepit (tang) digunakan untuk memegang atau memindahkan benda kerja yang masih panas

3.PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA (K3)

1. Helm Las
        Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan mata dari sinar
las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit maupun mata, Sinar Ias yang
sangat terang/kuat itu tidak boleh dilihat dangan mata langsung sampai jarak 16 meter. Helm
las ini dilengkapi dengan kaca khusus yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra
merah tersebut. Ukuran kaca Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan.
Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut:
 No. 6. dipakai untuk Ias titik
 No. 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper.
 No. 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper.
 No. 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper.
 No. 12. untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper.
 No. 14 untuk pangelasan diatas 400 amper.
Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun dalam dilapisi
dengan kaca putih.

2. Sarung Tangan
Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan memegang pemegang
elektroda. Pada waktu mengelas harus selalu dipakai sepasang sarung tangan.
3.3. Balu Las/Apron
         Baju las/Apron dibuat dari kulit atau dari asbes. Baju las yang lengkap dapat
melindungi badan dan sebagian kaki. Bila mengelas pada posisi diatas kepala, harus memakai
baju las yang lengkap. Pada pengelasan posisi lainnya dapat dipakai apron.

3.4. Sepatu Las


Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api, Bila tidak ada sepatu las,
sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai.
5. Kamar Las
Kamar Ias dibuat dari bahan tahan.api. Kamar las penting agar orang yang ada disekitarnya
tidak terganggu oleh cahaya las.
Untuk mengeluarkan gas, sebaiknya kamar las dilengkapi dangan sistim ventilasi: Didalam
kamar las ditempatkan meja Ias. Meja las harus bersih dari bahan-bahan yang mudah terbakar
agar terhindar dari kemungkinan terjadinya kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api.

3.6. Masker Las


        Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik, maka gunakanlah
masker las, agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun.

Anda mungkin juga menyukai