Anda di halaman 1dari 12

MODUL PRAKTIKUM KIMIA

JEJAS SEL OLEH AGEN KIMIA


BLOK 1.5 MECHANISM OF DISEASE

Disusun oleh:
Penanggung Jawab Mata Kuliah
Yoni Rina Bintari, S.Si.,M.Kes

LABORATORIUM TERPADU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
SEMESTER GANJIL TA 2021/2022
DAFTAR ISI

Daftar Isi .......................................................................................................................... 2


Tata Tertib Umum Praktikum ......................................................................................... 3
Kata Pengantar................................................................................................................. 5
Tujuan Praktikum ............................................................................................................ 6
Dasar Teori ...................................................................................................................... 6
Prosedur Praktikum ......................................................................................................... 9
Penugasan ........................................................................................................................ 12
Daftar Pustaka ................................................................................................................. 13
Lembar Kegiatan Mahasiswa .......................................................................................... 14

2
TATA TERTIB UMUM PRAKTIKUM
LABORATORIUM TERPADU

1. Praktikum dan ujian praktikum dilaksanakan sesuai jadwal yang telah dibuat dan
disetujui bersama oleh Ketua Blok, Medical Education Unit (MEU) atau
Pharmaceutical Education Unit (PEU), dan Kepala Lab Terpadu, sesuai dengan alur
(SOP) penjadwalan praktikum dan ujian praktikum.
2. Mahasiswa yang akan melakukan praktikum dan ujian praktikum harus sudah hadir
paling lambat 10 menit sebelum kegiatan dilakukan.
3. Mahasiswa yang akan melakukan praktikum harus membuat prosedur kerja
praktikum/ tugas pendahuluan dan menyerahkannya ke dosen pembimbing sebelum
praktikum dimulai.
4. Mahasiswa yang melakukan praktikum dan ujian praktikum di Laboratorium Terpadu
harus menjaga dan merawat semua fasilitas yang ada di dalam laboratorium.
5. Mahasiswa yang melakukan praktikum dan ujian praktikum tidak diperkenankan
untuk menggunakan instrumen tanpa sebelumnya melakukan orientasi atau pelatihan
yang diberikan oleh dosen pengampu praktikum.
6. Mahasiswa tidak diperkenankan menggunakan alat komunikasi di luar keperluan
praktikum.
7. Mahasiswa, dosen, dan laboran tidak diperkenankan membawa makanan dan
minuman ke dalam laboratorium.
8. Mahasiswa yang melakukan praktikum dan ujian praktikum tidak diperkenankan
untuk melakukan kegiatan-kegiatan lain selama berada di dalam laboratorium.
9. Mahasiswa, dosen, dan laboran yang melakukan praktikum dan ujian praktikum yang
berada di dalam laboratorium harus selalu memakai jas laboratorium dan sepatu
tertutup.
10. Mahasiswa yang melakukan praktikum dan ujian praktikum yang berada di dalam
laboratorium wajib memakai semua alat perlindungan pribadi (Personal Protection
Equpment, PPE) yang sesuai dengan prosedur yang dilakukan.
11. Mahasiswa yang melakukan praktikum dan ujian praktikum yang berada di dalam
laboratorium harus memperhatikan dan mengikuti Safety Data Sheet untuk setiap
bahan yang digunakan.
12. Mahasiswa, dosen, dan laboran yang melakukan praktikum dan ujian praktikum yang
berada di dalam laboratorium harus mengikuti instruksi kerja alat (IKA) untuk setiap

3
penggunaan instrumen atau alat selama praktikum, yang meliputi tahap persiapan,
penggunaan, dan pembersihan setelah penggunaan.
13. Mahasiswa yang melakukan praktikum dan ujian praktikum yang berada di dalam
laboratorium tidak diperkenankan memasukkan orang yang tidak berkepentingan ke
dalam laboratorium.
14. Mahasiswa yang melakukan praktikum harus selalu membawa modul praktikum,
lembar-lembar pencatatan, dan alat-alat yang diperlukan masing-masing praktikum.
15. Mahasiswa yang melakukan praktikum harus melakukan pengembalian semua alat
yang digunakan dalam keadaan bersih dengan waktu yang sesegera mungkin.

4
LEMBAR KENDALI PRAKTIKUM

NAMA : ..................................................................................................…
NIM : .................................................................................................…
JUDUL : ………………………………………………………………….
DOSEN : .....................................................................................................
KELP : .................................................................................................…
NO KEGIATAN TANGGAL PARAF
1. ACC Tugas Pendahuluan/ Alur Kerja (dosen) (dosen)

2. a. Telah menjalani praktikum dari awal (dosen) (dosen)


sampai akhir
b. ACC Laporan Sementara/ Data Hasil
3. Mengumpulkan laporan lengkap praktikum (laboran) (laboran)

4. ACC Laporan Praktikum Individual dan (dosen) (dosen)


mendapatkan nilai laporan

5. Mengarsip lembar kendali praktikum dan (laboran) (laboran)


entry nilai laporan

FORMAT PENILAIAN LAPORAN

Dosen/ Tutor Praktikum berkewajiban memberikan nilai laporan lengkap praktikum. Rentang nilai
laporan praktikum adalah 0 – 100 dengan poin penilaian sebagai berikut :
No. KOMPONEN PENILAIAN Rentang Nilai Nilai
1. Dasar Teori 0 - 15
2. Persiapan praktikum (Alat dan Bahan)
3. Prosedur/alur kerja
4. Hasil & Interpretasi hasil praktikum 0 - 30
5. Pembahasan hasil 0 - 40
6. Kesimpulan 0-5
7. Daftar pusrtaka/referensi 0 - 10
TOTAL NILAI 0 - 100

Paraf Dosen,

(……………………………………)

5
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayahnya kami
dapat menyelesaikan pembuatan modul petunjuk praktikum kimia “Jejas Sel Oleh Agen
Kimia” Blok Mechanism of Disease.
Modul petunjuk praktikum kimia “Jejas Sel Oleh Agen Kimia” Blok Mechanism of
Disease ini dibuat dalam rangka penyelenggaraan proses pembelajaran dalam bentuk Problem
Based Learning (PBL) yang diberlakukan di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Islam
Malang.
Kami menyadari akan kekurangan dalam pembuatan modul ini dan merupakan
kebanggaan kami apabila para pembaca dapat memberikan saran dan kritik untuk
kesempurnaan modul ini

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Penanggung Jawab Modul Praktikum

Blok Mechanism Of Disease

Yoni Rina Bintari, S.Si., M.Sc.

6
PRAKTIKUM JEJAS KIMIA

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu mengetahui, menjelaskan dan terampil dalam melakukan
praktikum pengaruh tonisitas terhadap injuri sel
2. Mahasiswa mampu mengetahui, menjelaskan dan terampil dalam melakukan
praktikum pengaruh agen kimia terhadap injuri sel
3. Mahasiswa terampil menggunakan mikroskop untuk membuktikan injuri sel eritrosit
akibat pengaruh tonisitas dan agen kimia

II. DASAR TEORI


Jejas pada sel dapat menyebabkan kerusakan bahkan kematian pada sel tersebut.
Sacara umum stimulus jejas pada sel dikelompokkan menjadi beberapa kategori:
Oxygen Deprivation: Hipoxia atau kekurangan gas oksigen dapat menginterferensi respirasi
aerob sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada sel bahkan menyebabkan kematian.
Agen kimia: Sejumlah senyawa kimia dapat menyebabkan kerusakan sel hingga kematian.
Glukosa dan garam merupakan senyawa kimia yang tidak berbahaya namun jika
konsentrasinya tidak seimbang akan menyebabkan sel mengalami kerusakan bahkan
kematian. Senyawa kimia secara umum bersifat racun dan toksik di dalam tubuh sehingga
menyebabkan kerusakan sel dengan mengubah permeabilitas sel, homeostasis osmotic,
integritas enzim atau co factor, dan paparan senyawa kimia yang beracun dapat menyebabkan
kematian pada organ.
Agen Infeksi: agen ini meliputi virus, bakteri, jamur, dan protozoa. Agen infeksi dapat
menyebabkan injuri sel hingga kematian sel.
Reaksi imunologi: meskipun sistem imun merupakan pertahanan terhadap mikroba patogen
namun reaksi imunologi ini dapat menyebabkan injuri sel hingga kematian. Contohnya adalah
reaksi autoimun.
Cacat genetik: dapat menyebabkan kerusakan sel hingga kematian karena defisensi protein
fungsional, seperti enzim tertentu yang diperlukan untuk proses metabolisme, akumulasi
DNA, ataupun gagalnya folding pada protein. Kelainan genetik juga bisa memicu untuk
rentannya sel mengalami kerusakan ataupun kematian jika terpapar oleh bahan kimia.
Ketidakseimbangan nutrisi: defisiensi nutrisi sebagai salah satu pemicu utama injuri sel.
Agen fisik: trauma secara ekstrim, seperti temperature, radiasi, shock elektrik, perubahan
secara mendadak pada tekanan atmosfer.

7
Aging: penuaan secara seluler dapat menyebabkan perubahan dalam kemampuan sel ataupun
jaringan dalam replikasi ataupun perbaikannya. Respon terhadap perubahan ini dapat
menyebabkan kerusakan bahkan kematian pada sel.
Jika perubahan ini diluar kemampuan adaptasi sel, maka membran sel akan rusak. Jika
kerusakan ini diikuti dengan kerusakan menyeluruh pada semua organel sel, maka isi sel
yang rusak akan keluar dan sel mengalami kematian. Proses kematian dengan keadaan seperti
keadaan tersebut dikenal dengan istilah nekrosis. Kematian sel juga bisa terjadi akibat
gangguan keseimbangan kimiawi, misalnya gangguan keseimbangan tonisitas antara cairan
intrasel dan cairan ekstrasel.
a. Pengaruh Tonisitas Terhadap Jejas Sel
Cairan dalam tubuh manusia terbagi menjadi dua bagian yakni cairan intraseluler dan
ekstraseluler. Cairan ekstraseluler terbagi menjadi cairan intertisial dan intravaskular.
Komposisi cairan intraseluler dan
ekstraseluler pada prinsipnya saling
menyeimbangkan. Jika prinsip
keseimbangan cairan ini terganggu maka
dapat berdampak perfusi ke jaringan akan
terganggu bahkan akan mengakibatkan
kerusakan ataupun kematian jaringan.

Gambar 1. Efek sel eritrosit jika ditempatkan (a)


larutan isotonis, (b)hypotonis, (c) hypertonis
(Sumber: Guyton and Hall)

Eritrosit memiliki membran sel yang bersifat selektif permeabel, dimana membrane
sel eritrosit sangat permeabel terhadap air. Tonisitas menggambarkan efek dari larutan
terhadap volume sel. Gambar 1 menunjukkan eritrosit jika diletakkan dalam larutan isotonis,
hipotonis, dan hipertonis. Eritrosit jika berada dalam larutan isotonis maka sel eritrosit tidak
akan mengalami lisis ataupun pengerutan karena konsentrasi cairan dalam dan luar sel adalah
sama. Larutan isotonis contohnya adalah larutan garam 0,9% (normal saline) dan Ringer
Laktat (RL).

8
Eritrosit jika berada pada larutan hipotonis, maka eritrosit akan mengalami swelling,
hal ini karena konsentrasi larutan yang ada di luar lebih rendah dibandingkan di dalam
sehingga air akan berdifusi ke dalam sel untuk menyeimbangkan konsentrasi di dalam dan
luar sel. Larutan hipotonis merupakan larutan garam yang memiliki konsentrasi kurang dari
0,9%. Contoh larutan hipotonis adalah NaCl 45%, dan dextrose 2,5%.
Sedangkan, eritrosit jika berada dalam lingkungan hipertonis menyebabkan sel akan
mengalami krenasi, hal ini karena konsentrasi larutan di luar sel lebih tinggi dibandingkan di
dalam sel, sehingga air akan berdifusi ke luar sel untuk menyeimbangkan konsentrasi di
dalam dan luar sel. Larutan hipertonis merupakan larutan garam yang memiliki konsentrasi
lebih dari 0,9% . Contoh dari larutan hipertonis adalah NaCl 5 % dan dextrose 20%.
b. Pengaruh Agen Kimia Terhadap Jejas Sel
Berdasarkan morfologi, mekanisme dan perubahan fisiologis kerusakan sel dapat
dibagi menjadi dua yakni apoptosis dan nekrosis. Apoptosis merupakan kerusakan sel oleh sel
itu sendiri yang disebabkan oleh growth factor atau sel DNA atau protein yang dihancurkan
dengan maksud perbaikan. Nekrosis merupakan kondisi membran sel rusak sehingga isi sel
keluar dan menyebabkan reaksi inflamatori. Nekrosis biasanya terjadi karena bahan kimia,
ischemia, keracunan, infeksi dan trauma.
Kerusakan eritrosit salah satunya dapat disebabkan oleh bahan kimia, seperti berbagai
pelarut organik. Berdasarkan nilai konstanta dielektriknya pelarut organik dibagi menjadi tiga
yakni pelarut protik polar, aprotik polar dan nonpolar. Pelarut polar memiliki konstanta
dielektrik lebih besar dibandingkan pelarut non polar. Pelarut protik polar secara umum
memiliki rumus ROH misalnya etanol, butanol, air dll. Pelarut aprotik polar merupakan
pelarut yang secara umum tidak mengandung ikatan –OH misalnya aseton, asetonitril,
diklorometana dll. Pelarut non polar misalnya heksana, benzene, toluene dll.
Secara umum pelarut organik dapat menyebabkan kerusakan sel dengan melisis
dinding eritrosit, sehingga mengakibatkan hemolisa eritrosit. Dinding eritrosit terdiri dari
lemak dan protein, oleh karena itu semakin non polar pelarut, akan semakin cepat melarutkan
lemak pada dinding eritrosit sehingga akan mempercepat kerusakan eritrosit

9
III. PROSEDUR PERCOBAAN
(i) Pengaruh Tonisitas Terhadap Sel
a. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Tabung reaksi Aquades
Pipet tetes Larutan NaCl 2%
Rak tabung Eritrosit
Syiringe EDTA
Dextrosa 2,5%
Normal Saline
Dextrose 20%

b. Prosedur Kerja
 Siapkan 13 tabung reaksi

Tabung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Air (ml) 10 9 8 7,5 7 6,5 6 5,5 5 4,5

NaCl 2% (ml) 0 1 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5

Konsentrasi
NaCl (%)

Tabung Dextrose 2.5 % Normal Saline Dextrose 20%

11 5 ml - -

12 - 5 ml -

13 - - 5 ml

 Campur dengan baik pada masing-masing tabung (tabung 1-13)


 Pada setiap tabung tambahkan 2 tetes eritrosit
10
 Kocok perlahan (1 kali kocok)
 Diamkan selama 1 jam
 Amati perubahan yang terjadi
c. Interpretasi Hasil
Warna

(ii) Pengaruh Bahan Kimia Terhadap Sel


a. Alat Dan Bahan
Alat Bahan
Tabung reaksi NaCl 0,9%
Pipet tetes Eritrosit
Rak tabung EDTA
Syiringe Kloroform
Eter
Toluena
Aseton
Alkohol

b. PROSEDUR PERCOBAAN

Siapkan 6 tabung reaksi masing-masing ditambahkan NaCl 0,9% sebanyak 10 mL; kemudian
kedalam masing-masing tabung ditambahkan 2 tetes dari :
Tabung 1 : tanpa penambahan apapun (biarkan)
Tabung 2 : chloroform
Tabung 3 : eter
Tabung 4 : toluene
Tabung 5 : aceton
Tabung 6 : alkohol
 Pada setiap tabung ditambahkan 2 tetes eritrosit
 Kocok dan diamkan selama 30 menit
 Amati perubahan yang terjadi
c. Interpretasi Hasil

PENUGASAN
1. Bagaimana perbedaan konsentrasi bisa menyebabkan jejas pada sel?
2. Bagaimana pengaruh bahan kimia bisa menyebabkan jejas pada sel?
11
DAFTAR PUSTAKA

Bloom, R., Experimental Studies of Permeability in Red Blood Cells, Educational Technology
Center University of California-Irvine Irvine, California.

Hall and Guyton, 2015, Medical Physiology, Elsevier, Philadepia

Palao R., Monge I, Ruiz M., and Barret J.P., 2009, Review chemical burns: Pathophysiology
and treatment, Burns, 3133, 1-10.

Scott, L. A. 1993. Diffusion Across a Sheep Red Blood Cell Membrane. (Chapter 7). Pages
115-140, in Tested studies for laboratory teaching, Vol. 14 (C. A. Goldman, Editor).
Proceedings of the 14th Workshop/Conference of the Association for Biology
Laboratory Education (ABLE), 240 pages

12

Anda mungkin juga menyukai