PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
KATA KUNCI
PEMULIAAN DAN
194 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN
PENDAHULUAN
PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 195
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN
MATERI PEMBELAJARAN
A. Pergertian Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah proses adaptasi fisiologis dari hewan ataupun tumbuhan
terhadap iklim atau lingkungan yang baru ditempatinya. Pada tanaman yang
diperbanyak secara in vitro, dimana planlet ditumbuhkan dalam kondisi optimum
yang khusus dengan kelembapan tinggi dan tingkat irradiasi yang rendah akan
sangat stress jika secara langsung ditanam di lapangan. Oleh karena itu, diperlukan
suatu proses aklimatisasi agar tanaman-tanaman tersebut dapat bertahan pada
kondisi lingkungan luar.
Sejak pemilihan eksplan sampai eksplan berdiferensiasi membentuk daun,
tunas, akar sampai menjaditanaman lengkap di dalam botol bebas dari hama
dan penyakit, tabung atau tempat plastik tahan panas, eksplan telah dipenuhi
kebutuhannya untuk perkembangan dan pertumbuhannya dalam media. Media ini
berisi hara makro, mikro, vitamin, karbohidrat, agar sebagai bahan pemadat atau
tanpa agar. Untuk menunjang morfogenesis eksplan diletakkan di ruang kultur,
cahaya diberikan dengan intensitas dan kelembapan tertentu. Dengan demikian
hambatan untuk perkembangan dan pertumbuhan tanaman dari eksplan sangat
kecil dibandingkan dengan tanaman yang berada di lapangan sejak dimulai
dari biji atau bibit. Hambatan untuk perkembangan dan pertumbuhan tanaman
di lapangan dapat berupa intensitas cahaya yang tinggi, kelembapan lebih
rendah jika dibandingkan di dalam botol kultur, ketersediaan hara makro dan
mikro dalam tanah, dan tingkat keasaman tanah. Proses aklimatisasi merupakan
proses sistematis tanaman heterotrop (tidak mandiri) ke tanaman yang bersifat
autotrof, yaitu tanaman yang dapat menghasilkan energi yang dibutuhkan untuk
keperluannya sendiri.
Aklimatisasi tanaman yang berasal dari kultur aseptik masih menjadi
masalah. Planlet atau tanaman kecil asal kultur aseptik mengalami perubahan
hidup dari lingkungan heterotropik di dalam botol menjadi lingkungan normal
yang autotropik (Murashige, 1974, Pierik, 1987). Kondisi ini menyebabkan perlunya
adaptasi pada sistem perakaran dan tunas pada saat dipindahkan ke lapang
(Hartmann dan Kester, 1983). Selain itu masalah kepekaan yang tinggi terhadap
kehilangan air dan serangan patogen perlu diperhatikan pula (Hu dan Wang, 1983).
Aklimatisasi dapat pula dikatakan sebagai proses penyesuaian fisik dan
anatomi dari in vitro (dalam tabung) ke ex vivo (di luar tabung). Aklimatisasi tidak
akan berhasil jika ciri-ciri tanaman hasil kultur jaringan tidak diidentifikasi. Karena
hal ini merupakan dasar untuk memberikan perlakuan atau penanganan tanaman-
tanaman hasil kultur jaringan.
PEMULIAAN DAN
196 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN
MATERI PEMBELAJARAN
PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 197
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN
MATERI PEMBELAJARAN
4. Stomata belum berfungsi dan belum berkembang dengan baik. Dinding sel
stomata belum cukup kuat atau penutupan dan pembukaan stomata tidak
sebagaimana mestinya.
5. Akar belum berkembang dengan baik, demikian pula fungsinya.
6. Tanaman dalam botol dalam keadaan bersih yang harus menyesuaikan pada
tempat dimana pathogen dan penyakit siap menyerang.
7. Harus menyesuaikan dari lingkungan dengan intensitas cahaya rendah ke
intensitas cahaya tinggi. Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis, dimana
kemampuan fotosintesis masih terbatas sebagai akibat dari belum sempurnanya
diferensiasi struktur daun, kloroplas masih sedikit jumlahnya, dan penyesuaian
dari ketergantungan pemberian karbohidrat pada kondisi dimana harus
memfiksasi karbon sendiri.
8. Kemungkinan medium berpengaruh terhadap penampilan fenotip. Media tumbuh
tanaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
aklimatisasi. Kelembapan yang tinggi dapat merangsang tumbuhnya cendawan,
dan media yang terlalu padat menghambat pembentukan dan perkembangan
akar baru karena buruknya aerasi dan drainase tanah.
Penggunaan media yang tidak tepat akan menghasilkan kematian
tanaman pada saat aklimatisasi, sehingga upaya perbanyakan cepat secara
in vitro akan gagal dan tidak membuahkan hasil. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Kozai (1991 a) yang menyatakan bahwa perkembangan spektakuler
mikropropagasi saat ini perluasan penggunanya dibatasi oleh beberapa alasan,
salah satunya adalah. tingginya prosentase hasil kultur jaringan yang hilang
atau rusak pada stadia aklimatisasi yaitu selama transfer dari botol kultur ke
lapangan pertanaman. Menurut Kozai (1991 b), selama aklimatisasi kira-kira
20% sampai 50% planlet mati disebabkan rendahnya toleransi antara lain
terhadap cekaman lingkungan.
Untuk menambah prosentase survival planlet pada stadia aklimatisasi,
lingkungan awal stadia harus dikendalikan atau dikontrol sesuai stimulasi
kondisi lingkungan kultur pada stadia perbanyakan dan perakaran (Kozai, 1991
b).
9. Dormansi pada tanaman hasil kultur jaringan harus dihilangkan.
Tiga Pokok Perlakuan pada Aklimatisasi
Ciri-ciri di atas dapat digunakan sebagai arah untuk membuat perlakuan yang
pada prinsipnya terdiri dari tiga pokok perlakuan, yaitu:
a. Perlakuan Kelembapan
Hal ini dapat dilakukan dengan penutupan tanaman dalam pot dengan
menggunakan plastik atau penutup lainnya yang memungkinkan kelembapan
dapat dipertahankan secara bertahap.
Penyesuaian kelembapan ini dapat dibagi menjadi beberapa tahap dengan
cara melihat perubahan ke arah normal dalam morfologi dan anatomi. Cara
lain dapat pula dengan menggunakan sistim penyemprotan uap air di atas
tanaman yang sedang diaklimatisi.
PEMULIAAN DAN
198 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN
MATERI PEMBELAJARAN
b. Penyesuaian Suhu
Suhu dapat dibagi menjadi beberapa tahap dengan cara memberikan
naungan dengan intensitas cahaya berbeda. Suhu sangat penting
untuk mengarahkan tanaman untuk merangsang kemampuan dalam
mempertahankan keseimbangan transpirasi, evaporasi, dan dengan
penyerapan air dari dalam medium.
Dari butir 1 dan 2 di atas, maka untuk menambah laju pertumbuhan
atau mencegah kerusakan atau kematian planlet setelah aklimatisasi
awal (saat dipindahkan ke lapangan atau rumah kaca), maka pada stadia
selanjutnya tanaman harus distimulasi terlebih dahulu melalui aklimatisasi
dalam ruangan terkontrol yang kondisi lingkungannya lebih mendekati
kondisi lapangan atau rumah kaca (Kozai, 1991 b).
c. Penyesuaian Media
Media yang digunakan dapat beberapa tahap berdasarkan sterilitas
atau kebersihan media dan kandungan hara pada media yang digunakan.
Dengan demikian, maka media tumbuh merupakan salah satu faktor
yang dapat menunjang perakaran, harus memiliki syarat-syarat seperti
kelembapan yang cukup, bebas dari benih atau biji gulma, nematoda,
salinitas rendah, berongga dan cukup hara mineral. Media tumbuh biasanya
berisi campuran berbagai jenis bahan baik berupa bahan organik maupun
bahan anorganik.
Media yang sering digunakan untuk aklimatisasi bervariasi dapat
menggunakan pasir, humus, serbuk gergaji, tanah. Pencampuran dari bahan-
bahan ini dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan
eksplan. Pencampuran pasir dan humus memberikan porositas yang baik
untuk menghindari tingkat kelembapan yang tinggi dan tumbuhnya jamur
selama masa aklimatisasi. Campuran tanah dan kompos dapat digunakan
untuk media aklimatisasi pada tanaman-tanaman hasil kultur jaringan.
Pemberian pupuk tambahan dapat membantu ketersediaan hara bagi
tanaman.
Untuk mencapai proses keberhasilan aklimatisasi perlu diketahui
karakteristik tanaman yang siap diaklimatisasi. Tahap yang perlu diperhatikan
adalah tahap ketika eksplan dirangsang untuk membentuk tunas dan akar.
Planlet yang siap diaklimatisasi pada umumnya terbentuk akar dan tunas
secara bersamaan. Struktur organ telah membentuk sistem morfologi dan
fisiologi normal sebagai tanaman utuh. Sebaliknya, ketika planlet terbentuk
dengan didahului dengan pertumbuhan tunas-tunas, maka pembentukan
jaringan akar menyesuaikan dengan struktur yang sudah ada pada tunas.
Pembentukan akar cenderung lebih sedikit dan homogen. Ciri lain adalah
tanaman tampak vigor dan warna daun hijau yang menandakan bahwa
klorofil sudah banyak terbentuk.
PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 199
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN
MATERI PEMBELAJARAN
a. Persiapan Media
Media yang digunakan untuk aklimatisasi adalah media yang biasa digunakan
untuk tanaman dewasa tetapi dalam ukuran yang lebih halus, contohnya:
moss, pakis, arang, dsb.
Sebelum digunakan sebaiknya media disterilisasi terlebih dahulu melalui
tahap-tahap sebagai berikut:
1) Media tanam dicuci bersih dengan menggunakan deterjen dan dikukus
selama 30 menit untuk membunuh bibit-bibit penyakit dan jamur; dan
2) Direndam dalam larutan fungisida selama 10 menit untuk mencegah
munculnya kembali bibit-bibit penyakit khususnya jamur;
Setelah persiapan selesai, planlet siap untuk ditanam dalam community
pot (kompot) ataupun tray pot selama beberapa bulan sampai tanaman
cukup kuat untuk ditanam secara individual di lapangan pertanaman di
rumah kaca atau tempat lainnya Seedling (kecambah). Dikeluarkan dari
dalam botol dengan menggunakan kawat yang dibengkokkan.
B. Alat dan Bahan aklimatisasi tanaman perkebunan
Alat dan bahan hendaknya telah disiapkan pada area kerja sebelum aklimatisasi
dilaksanakan, agar tidak menghambat jalannya aklimatisasi kerena ketidak
tersedianya alat dan bahan yang dibutuhkan.
Alat dan bahan yang digunakan untuk aklimatisasi berikut.
1. Alat, antara lain:
a. Pinset panjang dan pendek
b. Potongan kawat dengan ujung dibengkokkan dan tumpul
c. Baskom
d. Ember
e. Gunting
f. Alat tulis
g. Label
2. Bahan antara lain:
a. Planlet atau bibit dalam botol
b. Air bersih
c. Pestisida
d. Pot/ bak plastik untuk pembibitan
PEMULIAAN DAN
200 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN
MATERI PEMBELAJARAN
PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 201
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN
MATERI PEMBELAJARAN
PEMULIAAN DAN
202 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN
MATERI PEMBELAJARAN
Penyesuaian Media
Media yang digunakan dapat beberapa tahap berdasarkan sterilitas atau
kebersihan media dan kandungan hara pada media yang digunakan. Dengan
demikian, maka media tumbuh merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang
perakaran, harus memiliki syarat-syarat seperti kelembapan yang cukup, bebas
dari benih atau biji gulma, nematoda, salinitas rendah, berongga dan cukup hara
mineral. Media tumbuh biasanya berisi campuran berbagai jenis bahan baik berupa
bahan organik maupun bahan anorganik.
Media yang sering digunakan untuk aklimatisasi bervariasi dapat
menggunakan pasir, humus, serbuk gergaji, tanah. Pencampuran dari bahan-
bahan ini dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan eksplan.
Pencampuran pasir dan humus memberikan porositas yang baik untuk menghindari
PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 203
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN
MATERI PEMBELAJARAN
tingkat kelembapan yang tinggi dan tumbuhnya jamur selama masa aklimatisasi.
Campuran tanah dan kompos dapat digunakan untuk media aklimatisasi pada
tanaman-tanaman hasil kultur jaringan. Pemberian pupuk tambahan dapat
membantu ketersediaan hara bagi tanaman.
Untuk mencapai proses keberhasilan aklimatisasi perlu diketahui karakteristik
tanaman yang siap diaklimatisasi. Tahap yang perlu diperhatikan adalah tahap
ketika eksplan dirangsang untuk membentuk tunas dan akar. Planlet yang siap
diaklimatisasi pada umumnya terbentuk akar dan tunas secara bersamaan. Struktur
organ telah membentuk sistem morfologi dan fisiologi normal sebagai tanaman
utuh. Sebaliknya ketika planlet terbentuk dengan didahului dengan pertumbuhan
tunas-tunas, maka pembentukan jaringan akar menyesuaikan dengan struktur yang
sudah ada pada tunas. Pembentukan akar cenderung lebih sedikit dan homogen.
Ciri lain adalah tanaman tampak vigor dan warna daun hijau yang menandakan
bahwa klorofil sudah banyak terbentuk.
2. Persiapan Media
Media yang digunakan untuk aklimatisasi adalah media yang biasa
digunakan untuk tanaman dewasa tetapi dalam ukuran yang lebih halus,
contohnya: moss, pakis, arang, dsb.
Sebelum digunakan sebaiknya media disterilisasi terlebih dahulu melalui
tahap-tahap sebagai berikut.
a. Media tanam dicuci bersih dengan menggunakan deterjen dan dikukus
selama 30 menit untuk membunuh bibit-bibit penyakit dan jamur; dan
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar 9.8 contoh media tanam serbuk gergaji yang dipakai aklimatisasi
Sumber: https://images.app.goo.gl/q2JevhgBZeUBUdTHA
PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 205
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN
LEMBAR PRAKTIKUM
PEMULIAAN DAN
206 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN
LEMBAR PRAKTIKUM
PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 207
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN
CAKRAWALA
Perbanyakan benih tebu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1)
konvensional dan (2) kultur jaringan. Benih konvensional biasanya diambil dari
bagian tanaman tebu yang berumur 6-7 bulan. Benih tebu hasil kultur in-vitro
memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan benih hasil konvensional
yaitu lebih seragam, bebas pathogen berbahaya, dan menghasilkan benih yang
banyak dalam waktu singkat.
Tahapan yang penting dalam pengadaan benih tebu dengan kultur in-
vitro adalah aklimatisasi. Aklimatisasi adalah masa adaptasi tanaman hasil
pembiakan secara kultur in-vitro ke media tertentu yang semula kondisinya
terkendali kemudian menjadi tidak terkendali. Selain itu tanaman juga harus
mengubah pola hidupnya dari tanaman heterotrof menjaditanaman autotrof.
JELAJAH INTERNET
PEMULIAAN DAN
208 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 209
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN
REFLEKSI
Setelah kegiatan pembelajaran bab lima berakhir Anda tentunya sudah memahami
teknik pembuatan media kultur jaringan tanaman perkebunan. Dari materi
tersebut masih adakah materi yang Anda rasa sulit? Untuk lebih memahaminya
coba diskusikan dengan teman atau dengan guru Anda, karena konsep pada bab
ini sangat penting dan akan terkait dengan konsep dalam bab-bab selanjutnya.
PEMULIAAN DAN
210 PERBENIHAN TANAMAN