Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Selama belum ada Rawat Gabung (RG) kita mengenal Rawat Pisah (RP). Ibu
dan anak tidur di ruang yang berbeda. Hanya pada jam tertentu untuk menyusu, bayi
diantar kepada ibunya sekitar 20 – 30 menit. Sebelum dan sesudah menyusu bayi
ditimbang dulu, bila timbangan tidak naik sesuai dengan kebutuhan bayi, otomatis
ditambah dengan susu formula pakai botol dan dot. Hal ini membuat bayi malas untuk
mengisap pada buah dada ibu karena bayi harus kerja lebih keras. Akibatnya pada
waktu menyusu bayi sering kali malah tidur. Demikian seterusnya sehingga produksi
ASI semakin berkurang karena tidak ada rangsangan. Pada malam hari biasanya bayi
tidak disusui. Kalau menangis, diberi susu formula maka buah dada juga sering
bengkak dan panas. Hal ini menambah problem tersendiri. Lama kelamaan ibu jadi
yakin bahwa ASI-nya tidak mencukupi, maka memberi susu formula dengan segala
akibat yang kurang menguntungkan daripada pemberian ASI.

Tahun 1978 Perdhaki bersama The United Nations Children’s Fund


(UNICEF) dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) melaksanakan
seminar memperkenalkan RG. Direksi PKSC menugaskan saya, Sr. Arnolfine
Simamora, CB, untuk mengikuti seminar itu yang diadakan di Auditorium Pelayanan
Kesehatan Sint Carolus (PKSC). Dari berbagai negara UNICEF memperlihatkan foto
– foto balita yang kekurangan gizi terutama karena kurang pengertian akan usaha –
usaha untuk memperbanyak produksi ASI. Foto – foto itu sangat memilukan hatiku,
sehingga saya berniat untuk memulai RG. Ditambah lagi dengan penelitian yang
dilakukan YLKI bahwa dari Sembilan merk susu bayi yang beredar, hanya dua merk
yang bebas hama. Tentunya hama – hama itu membuat bayi mudah mencret.\

Rawat gabung adalah membiarkan ibu dan bayinya bersama terus menerus.
Pada rawat gabung / rooming-in bayi diletakkan di box bayi yang berada di dekat
ranjang ibu sehingga mudah terjangkau. Ada satu istilah lain, bedding-in, yaitu bayi
dan ibu berada bersama-sama di ranjang ibu

Rawat Gabung selama di rumah-sakit merupakan perlakuan yang mutlak


dilakukan jika ingin sukses menyusui. Rawat gabung adalah kegiatan perawatan yang
membiarkan ibu dan bayinya bersama secara terus menerus selama dirumah sakit.

Pelayanan yang ini berupa peletakan bayi pada box bayi yang berada di dekat
ranjang ibu sehingga mudah terjangkau. Ada satu istilah lain dari rooming
in yakni, bedding in, yaitu bayi dan ibu berada bersama-sama diranjang ibu.

1|Pedoman Rawat Gabung ibu dan bayi


       Secara teori rawat gabung dibedakan dalam dua dua jenis, yakni :

 Rawat gabung penuh. Prosedur ini dilakukan jika ibu dan bayi bersama terus
menerus selama 24 jam sehari.
 Rawat gabung parsial. Pelayanan ini dijalankan saat ibu dan bayi kadang perlu
dipisahkan untuk alasan tertentu.

Selama lebih dari 30 tahun, RS Bunda Jakarta tidak mengenal istilah rawat gabung
(rooming in) untuk ibu dan bayi. Dahulu, ruang bayi (tempat berkumpulnya semua bayi)
diadakan untuk membantu agar ibu dapat beristirahat dengan baik selama dalam
perawatan pasca melahirkan di rumah-sakit.

Pemikiran banyaknya pengunjung saat besuk, juga menjadi kekhawatiran bayi tertular
penyakit yang berasal dari pengunjung. Sesuai perkembangan tentang fisiologi bayi baru
lahir, para dokter dan paker anak mengubah tata laksana bayi baru lahir yang sehat.

Pemisahan bayi dan ibu justru merugikan bayi dan ibu. Proses pemisahan ini akan
mempersulit ibu dalam menyusui, dan reflex primitive bayi. Misalnya rooting (sucking
reflex) bayi. Kolostrum (ASI awal yang dikeluarkan ibu) menjadi tertunda didapatkan
bayi.

AGuna mendapatkan efek rawat gabung yang optimal, informasi keuntungan


pelayanan ini sebaiknya disampaikan jauh sebelum kelahiran (biasanya disampaikan
dalam kelas antenatal).

Rawat Gabung

Perawatan di rumah-sakit sejak kelahiran bayi merupakan kondisi yang memudahkan


ibu dan bayi kelak menyusui. Perawatan selama 3-4 hari dirumah-sakit pasca melahirkan
sebaiknya dimanfaatkan sebaik mungkin untuk membimbing ibu menyusui. Pelayanan ini
kelihatannya sederhana. Namun, pelayanan ini sangat membantu ibu dan bayi untuk
sukses melewati masa-masa sulit di awal kelahiran. Pelayanan ini dapat membuat ibu
menjadi lebih percaya diri dalam memulai menyusui. Merombak atau menghilangkan
ruang bayi di sebuah rumah-sakit yang telah bertahun-tahun ada, bukan pekerjaan yang
sederhanan. Beberapa kondisi yang harus dipersiapkan adalah bimbingan tenaga
kesehatan atau konselor laktasi yang dimiliki RS, khususnya RS Bunda Jakarta sangat
berperan dalam kegiatan meyusui dari hari ke hari di RS. Dengan menyiapkan para tenaga
perawat dan menghilangkan pemikiran mereka, rooming in membuat mereka menjadi
lebih repot. karena mesti 'bolak-balik' ke ruang ibu untuk berbagi macam alasan.
Menekankan pada tenaga kesehatan tentang pentingnya edukasi sebelum kelahiran pada
ibu hamil agar proses rawat gabung (rooming in) dapat terselenggara dengan baik. Ibu
mengerti mengapa berada di satu ruangan dengan bayi merupakan hal yang penting dan
sangat diperlukan untuk sebuah proses menyusui. Mengganti popok (diapers),
memandikan bayi sebaiknya dilakukan di ruangan ibu. Bayi tidak perlu di dorong ke
kamar bayi lagi untuk sekedar ganti popok. Jika perlu membimbing orangtua sejak di RS
melakukannya mandiri.

Rawat gabung merupakan pilihan terbaik untuk merawat bayi dan ibu yang sehat
karena dapat meningkatkan pemberian ASI, mengurangi risiko infeksi, meningkatkan
ikatan antara ibu dan bayi, dan mengurangi biaya yang harus dikeluarkan rumah

2|Pedoman Rawat Gabung ibu dan bayi


sakit. Mengadakan program rawat gabung di rumah sakit membutuhkan komitmen yang
kuat dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan, pengetahuan yang cukup bagi para
petugas kesehatan dan pendampingan bagi para ibu dan keluarganya. Tidak ada kata sulit
untuk memulai, yang dibutuhkan hanya tekad yang kuat. Saat ini Kementerian Kesehatan
telah menentukan bahwa Rawat Gabung menjadi item untuk akreditasi rumah sakit.

B. TUJUAN PEDOMAN
a. Tujuan Umum
RG bertujuan untuk penggalakan ASI. Agar berhasil perlu didukung oleh
usaha – usaha lainnya, yang telah dimulai sejak perawatan pre – natal, selama
nifas dan dilanjutkan di bagian Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) pada
penimbangan bayi.

b. Tujuan Khusus

1. Perawatan pra – natal

 Pada perawatan pra – natal, diberikan kursus tentang gizi seimbang


untuk ibu hamil.

 Perawatan buah dada, terutama kebersihan sekitar areola mammae dan


putting susu agar terbentuk dan kenyal, sehingga tidak mudah lecet
bila diisap bayi.

 Senam kehamilan, yang tujuannya terutama untuk latihan pernafasan


dan agar otot – otot pinggul tidak kaku.

2. Di kamar bersalin

 Ibu dan bayi segera dibersihkan, kemudian bayi segera menyusu.


Sangat mengagumkan ternyata bayi sangat cekatan, langsung pandai
menghisap. Dengan adanya isapan bayi, rangsangan diteruskan ke
hypophyse sehingga mengeluarkan oxitocyn yang merangsang
kontraksi uterus, dengan demikian pendarahan berkurang.

3. Di ruang perawatan : RG

 Dianjurkan agar ibu menyusui setiap kali bayi membutuhkan.

 Bagi ibu yang melahirkan anak pertama, masih perlu bantuan dan
bimbingan.

 Hari kedua dilakukan perawatan buah dada (breast – care), untuk


merangsang keluarnya ASI dan mencegah pembengkakan buah dada.

 Senam post – partum dimulai pada hari kedua, untuk membantu


kontraksi uterus dan melemaskan otot – otot dasar panggul.

 Ibu belajar merawat bayinya, sehingga pada waktu pulang sudah


terlatih.

3|Pedoman Rawat Gabung ibu dan bayi


 Bila bayi haus, ibu bisa memberikan air putih dengan sendok agar pada
waktu menyusui berikutnya bayi akan menghisap lebih kuat.

4. Tindak lanjut KIA

 Setelah ibu pulang, setiap kali datang ke KIA untuk menimbang


bayi, motivasi pemberian ASI tetap dilanjutkan. Sering ibu merasa
ASI-nya kurang, bila bayinya sering menangis. Sering bayi
menangis karena haus, bukan karena lapar terutama di daerah
panas seperti di Jakarta. Dengan memberi minum air putih sudah
cukup. Selama berat badan bayi naik sesuai dengan perkembangan
bayi, berarti ASI masih cukup dan tidak perlu ditambah dengan
susu formula. Sesudah bayi berumur 6 bulan sudah diberi makanan
padat, dengan sendirinya kebutuhan ASI berkurang.

C. RUANG LINGKUP RAWAT GABUNG

Pelayanan kesehatan yang komprehensif berbasis perlindungan anak bagi bayi baru
lahir dan ibu bersalin di puskesmas dan jaringannya.

1. PELAYANAN KESEHATAN BAYI BARU LAHIR


Dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan komprehensif bagi bayi baru
lahir dimulai sejak janin dalam kandungan sampai dengan bayi berumur 28 hari
di puskesmas dan jaringannya, maka setiap tenaga kesehatan harus mematuhi
standar pelayanan yang sudah ditetapkan Standar yang dijadikan acuan antara lain
: Standar Pelayanan Kebidanan (SPK), Pedoman Asuhan Persalinan Normal
(APN), dan Pelayanan Neonatal Esensial Dasar. Pelayanan kesehatan yang
komprehensif bagi bayi baru lahir, diselenggrakan dengan mengikuti hal-hal
sebagai berikut :
Selama kehamilan Ibu hamil harus memeriksakan kehamilan minimal empat kali
di fasilitas pelayanan kesehatan, agar pertumbuhan dan perkembangan janin dapat
terpantau dan bayi lahir selamat dan sehat.

2. TANDA-TAND BAYI LAHIR SEHAT:


• Berat badan bayi 2500-4000 gram;
• Umur kehamilan 37 – 40 mg;
• Bayi segera menangis ,
• Bergerak aktif, kulit kemerahan,
• Mengisap ASI dengan baik,
• Tidak ada cacat bawaan

3. TATALAKSANA BAYI BARU LAHIR


Tatalaksana bayi baru lahir meliputi:
1. Asuhan bayi baru lahir pada 0 – 6 jam:
 Asuhan bayi baru lahir normal, dilaksanakan segera setelah
lahir, dan diletakkan di dekat ibunya dalam ruangan yang sama.
 Asuhan bayi baru lahir dengan komplikasi dilaksanakan satu ruangan
dengan ibunya atau di ruangan khusus.
 Pada proses persalinan, ibu dapat didampingi suami.

4|Pedoman Rawat Gabung ibu dan bayi


2. Asuhan bayi baru lahir pada 6 jam sampai 28 hari:
 Pemeriksaan neonatus pada periode ini dapat dilaksanakan di
puskesmas/ pustu/ polindes/ poskesdes dan/atau melalui kunjungan
rumah oleh tenaga kesehatan.
 Pemeriksaan neonatus dilaksanakan di dekat ibu, bayi didampingi ibu
atau keluarga pada saat diperiksa atau diberikan pelayanan kesehatan.

4. JENIS PELAYANAN KESEHATAN BAYI BARU LAHIR


1. Asuhan bayi baru lahir
Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir mengacu pada pedoman Asuhan
Persalinan Normal yang tersedia di puskesmas, pemberi layanan asuhan bayi
baru lahir dapat dilaksanakan oleh dokter, bidan atau perawat. Pelaksanaan
asuhan bayi baru lahir dilaksanakan dalam ruangan yang sama dengan ibunya
atau rawat gabung (ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar, bayi berada dalam
jangkauan ibu selama 24 jam). Asuhan bayi baru lahir meliputi:
• Pencegahan infeksi (PI)
• Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi
• Pemotongan dan perawatan tali pusat
• Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
• Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam, kontak
kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan
tubuh bayi.
• Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal di
paha kiri
• Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di
paha kanan
• Pencegahan infeksi mata melalui pemberian salep mata
antibiotika dosis tunggal
• Pemeriksaan bayi baru lahir
• Pemberian ASI eksklusif

5. Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap di
dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses IMD.
Langkah IMD pada persalinan normal (partus
spontan):
1. Suami atau keluarga dianjurkan mendampingi ibu di kamar bersalin
2. Bayi lahir segera dikeringkan kecuali tangannya, tanpa menghilangkan
vernix, kemudian tali pusat diikat.
3. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapkan di dada ibu
dengan KULIT bayi MELEKAT pada KULIT ibu dan mata bayi setingg
puting susu ibu. Keduanya diselimuti dan bayi diberi topi.
4. Ibu dianjurkan merangsang bayi dengan sentuhan, dan biarkan bayi sendiri
mencari puting susu ibu.
5. Ibu didukung dan dibantu tenaga kesehatan mengenali perilaku bayi
sebelum menyusu.
6. Biarkan KULIT bayi bersentuhan dengan KULIT ibu minimal selama SATU
JAM; bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, biarkan bayi tetap di dada
ibu sampai 1 jam

5|Pedoman Rawat Gabung ibu dan bayi


7. Jika bayi belum mendapatkan puting susu ibu dalam 1 jam posisikan bayi
lebih dekat dengan puting susu ibu, dan biarkan kontak kulit bayi dengan
kulit ibu selama 30 MENIT atau 1 JAM berikutnya.

Setelah selesai proses IMD bayi ditimbang, diukur, dicap/diberi tanda identitas,
diberi salep mata dan penyuntikan vitamin K1 pada paha kiri. Satu jam
kemudian diberikan imunisasi Hepatitis B (HB 0) pada paha kanan.

6. Pelaksanaan penimbangan, penyuntikan vitamin K1, salep mata dan imunisasi


Hepatitis B (HB0)
Pemberian layanan kesehatan tersebut dilaksanakan pada periode setelah IMD
sampai 2-3 jam setelah lahir, dan dilaksanakan di kamar bersalin oleh dokter, bidan
atau perawat.
• Semua BBL harus diberi penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione) 1 mg
intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi
vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL.
• Salep atau tetes mata diberikan untuk
pencegahan infeksi mata (Oxytetrasiklin 1%).
• Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah penyuntikan
Vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui
jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati.

7. PemeriksaanBayi Baru Lahir


Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan pada
bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan,
sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap
tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. Pemeriksaan bayi baru lahir
dilaksanakan di ruangan yang sama dengan ibunya, oleh dokter/ bidan/ perawat.
Jika pemeriksaan dilakukan di rumah, ibu atau keluarga dapat mendampingi
tenaga kesehatan yang memeriksa.

Bayi lahir di fasilitas Kesehatan Bayi lahir di rumah


Baru lahir sebelum usia 6 jam. Baru lahir sebelum usia 6 jam.
Usia 6-48 jam Usia 6-48 jam
Usia 3-7 hari Usia 3-7 hari
Minggu ke 2 pasca lahir Minggu ke 2 pasca lahir

Langkah langkah pemeriksaan:


• Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak menangis).
• Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai pernapasan dan tarikan
dinding dada bawah, denyut jantung serta perut.
• Selalu mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir sebelum dan sesudah
memegang bayi.

Pemeriksaan fisis yangdilakukan Keadaan normal

Lihat postur, tonus dan aktivitas • Posisi tungkai dan lengan fleksi.
• Bayi sehat akan bergerak aktif.

Lihat kulit • Wajah, bibir dan selaput lendir,

6|Pedoman Rawat Gabung ibu dan bayi


dada harus berwarna merah
muda, tanpa adanya
kemerahan atau bisul.

Hitung pernapasan dan lihat Frekuensi napas normal 40-60x/mnt


tarikan dinding dada bawah Tidak ada tarikan dinding dada bawah
ketika bayi sedang tidak yang dalam
menangis.

Hitung denyut jantung dengan frekwensi denyut jantung normal


meletakkan stetoskop di dada kiri 120-160 kali per menit
setinggi apeks kordis.

Lakukan pengukuran suhu ketiak Suhu normal adalah 36,5-37,5


dengan termometer
Lihat dan raba bagian kepala • Bentuk kepala terkadang
asimetris karena penyesuaian
pada saat proses persalinan,
umumnya hilang dalam 48 jam.
• Ubun-ubun besar rata atau
tidak membonjol, dapat sedikit
membonjol saat bayi menangis.

Lihat mata • Tidak ada kotoran/sekret


Lihat bagian dalam mulut: • Bibir, gusi, langit-langit utuh
dan tidak ada bagian yang
terbelah.

Pemeriksaan fisis yangdilakukan Keadaan normal

Masukkan satu jari yang Nilai kekuatan isap bayi.


menggunakan sarung tangan bayi akan menghisap kuat jari
ke dalam mulut, raba langitlangit. Pemeriksa

Lihat dan raba perut. Perut bayi datar, teraba lemas.

Lihat tali pusat Tidak ada perdarahan,


pembengkakan, nanah, bau
yang tidak enak pada tali
pusat.atau kemerahan sekitar
tali pusat

Lihat punggung dan raba tulang kulit terlihat utuh, tidak terdapat
belakang lubang dan benjolan pada tulang
belakang

Pemeriksaan ekstremitas atas Tidak terdapat sindaktili

7|Pedoman Rawat Gabung ibu dan bayi


dan bawah polindaktili,siemenline, dan
kelainan kaki (pes equino varus
dan vagus

Lihat lubang anus

Hindari memasukkan alat atau Terlihat lubang anus dan


jari dalam memeriksa anus periksa apakah mekonium
sudah keluar

Tanyakan pada ibu apakah bayi biasanya mekonium keluar


sudah buang air besar dalam 24 jam setelah lahir

Pemeriksaan fisis yang Keadaan normal


dilakukan

Lihat dan raba alat kelamin luar • Tanyakan pada ibu apakah
bayi sudah buang air kecil
• Bayi perempuan kadang
terlihat cairan vagina berwarna
putih atau kemerahan.
• Bayi laki-laki terdapat lubang
uretra pada ujung penis.
Teraba testis di skrotum.
• Pastikan bayi sudah buang air
kecil dalam 24 jam setelah
lahir.
• Yakinkan tidak ada kelainan
alat kelamin, misalnya
hipospadia, rudimenter,
kelamin ganda.

Timbang bayi
• Timbang bayi dengan • Berat lahir 2,5-4 kg.
menggunakan selimut, hasil • Dalam minggu pertama, berat
penimbangan dikurangi bayi mungkin turun dahulu
berat selimut (tidak melebihi 10% dalam
waktu 3-7 hari) baru kemudian
naik kembali

.
Mengukur panjang dan lingkar • Panjang lahir normal 48-52 cm.
Kepala bayi • Lingkar kepala normal 33-37
cm.

8|Pedoman Rawat Gabung ibu dan bayi


RAWAT GABUNG IBU DAN BAYI

Ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar, berada dalam jangkauan ibu selama 24
jam.Berikan hanya ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas
indikasi medis.Tidak diberi dot atau kempeng.

8. Kunjungan Neonatal
Adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus sedikitnya 3 kali yaitu:
• Kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam
sampai dengan 48 jam setelah lahir
• Kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke 3 s/d 7 hari
• Kunjungan neonatal III (KN3) pada hari ke 8 – 28 hari
Pelayanan kesehatan diberikan oleh dokter/bidan/perawat, dapat dilaksanakan di
puskesmas atau melalui kunjungan rumah. Pelayanan yang diberikan mengacu pada
pedoman Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) pada algoritma bayi muda
(Manajemen Terpadu Bayi Muda/MTBM) termasuk ASI ekslusif, pencegahan infeksi
berupa perawatan mata, perawatan tali pusat, penyuntikan vitamin K1 dan imunisasi
HB-0 diberikan pada saat kunjungan rumah sampai bayi berumur 7 hari (bila tidak
diberikan pada saat lahir).

9. Pencatatan dan Pelaporan


Hasil pemeriksaan dan tindakan tenaga kesehatan harus dicatat pada:
1. Buku KIA (buku kesehatan ibu dan anak)
• Pencatatan pada ibu meliputi keadaan saat hamil, bersalin dan nifas.
• Pencatatan pada bayi meliputi identitas bayi, keterangan lahir, imunisasi,
pemeriksaan neonatus,catatan penyakit, dan masalah perkembangan serta
KMS
2. Formulir Bayi Baru Lahir
• Pencatatan per individu bayi baru lahir, selain partograph
• Catatan ini merupakan dokumen tenaga kesehatan
3. Formulir pencatatan bayi muda (MTBM)
• Pencatatan per individu bayi
• Dipergunakan untuk mencatat hasil kunjungan neonatal yang merupakan
dokumen tenaga kesehatan puskesmas
4. Register kohort bayi
• Pencatatan sekelompok bayi di suatu wilayah kerja puskesmas
• Catatan ini merupakan dokumen tenaga kesehatan puskesmas

9|Pedoman Rawat Gabung ibu dan bayi

Anda mungkin juga menyukai