Anda di halaman 1dari 11

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Nama Satuan Pendidikan : SMP N 3 Wonosobo


Mata Pelajaran : Bahasa Jawa
Kelas/Semester : VIII/1 (Satu)
Materi Pokok : Legenda
Alokasi Waktu : 6 x 40 menit (3 kali pertemuan)

1. Tujuan Pembelajaran

Kompetensi Dasar Tujuan Pembelajaran


3.1 Memahami isi teks 1. Melalui diskusi peserta didik mampu menjelaskan makna
cerita Legenda kata sulit dalam teks cerita legenda
2. Melalui diskusi peserta didik menjelaskan isi cerita legenda.
4.1 Menceritakan kembali 3. Melalui diskusi peserta didik menjelaskan unsur intrinsic
teks cerita legenda cerita legenda.
4. Melalui pengamatan peserta didik menjelaskan kawruh yang
ada dalam teks cerita legenda.
5. Melalui diskusi, peserta didik dapat menceritakan teks
cerita legenda.
Ket : 1 IPK min 2 indikator 1 IPK min 1 tujuan di RPP

2. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan 1
Pendahuluan
Pendekatan;  Guru mengucap salam, mengajak berdoa, mengecek kehadiran dan
Saintifik kesiapan pembelajaran
 Memberi motivasi, appersepsi dengan Kegiatan literasi menyaksikan
video cerita legenda Rawa Pening
Metode CIRC  Menyampaikan tujuan pembelajaran
(Cooperative Inti
Integrated 1. Membaca nyaring teks cerita legenda Asal Usul Lengger Wonosobo.
Reading 2. Dibentuk kelompok peserta didik berdiskusi tentang makna kata sulit
Composition) dalam cerita legenda.
3. Bersama kelompoknya peserta didik menjawab pertanyaan dan
berdiskusi mengenai isi cerita.
Alat, Bahan, 4. Peserta didik bersama kelompoknya menemukan unsur intrinsic cerita
dan Media : legenda.
Laptop, hp 5. Menyampaikan hasil diskusi/tanya jawab tentangmakna kata, isi dan
unsur intrinsic cerita legenda, berdasar hasil analisis secara lisan dan
atau tertulis untuk mengembangkan kemampuan berpikir sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan santun.
Sumber 6. Menulis resume sebagai hasil diskusi tentang makna kata sulit , isi dan
Belajar: unsur intrinsic cerita legenda.
Penutup
Ngadi.2016.
Menyampaikan kesimpulan, refleksi, umpan balik post test dan tindak
Wursita Basa
lanjut .
VIII. Klaten :
Menyampaikan matteri berikutnya : legenda Dumadine aksara jawa dan
CV Sahabat.
persiapan bercerita legenda, secara berantai / berkelompok.
KMTT: Mencari informasi /menemukan, cerita legenda daerahnya sendiri
Berdoa dan salam
Irawan Heri.
2019. Bahasa
Pertemuan 2
Jawa
VIII.Wonosobo. Pendahuluan
CV Media
 Guru mengucap salam, mengajak berdoa, mengecek kehadiran dan
Pendidikan.
kesiapan pembelajaran
 Memberi motivasi, appersepsi dengan contoh menceritakan legenda
Bau Sastra lokal
Jawa/ kamus  Menyampaikan Tujuan pembelajaran dan mempersiapkan materi
bahasa jawa Inti
1. Mengulas kembali materi yang sudah dipelajari pertemuan
sebelumnya. (Bertanya jawab kembali isi dan unsur intrinsik dari teks
cerita legenda yang telah dibaca minggu lalu)
2. Menanyakan/ bertanya jawab mengenai tugas mandiri
3. Peserta didik bersama kelompoknya membaca teks cerita legenda
(ke2) yaitu Dumadine Aksara Jawa.
4. Berdiskusi mengenai makna kata sulit, isi dan unsur intrinsik
5. Menceritakan kembali teks legenda Asal Usul Lengger Wonosobo atau
Dumadine Aksara Jawa., secara berantai.
6. Menyampaikan hasil diskusi berdasar hasil analisis secara lisan dan
atau tertulis untuk mengembangkan kemampuan berpikir sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan santun.menggunakan bahasa krama.
7. Menceritakan legenda Asal Usul Lengger Wonosobo atau Dumadine
Aksara Jawa secara berkelompok/ berantai.
8. Menulis resume sebagai hasil diskusi tentang makna isi dan unsur
intrinsic cerita legenda
Penutup
 Menyampaikan kesimpulan, refleksi, umpan balik , post test, dan
tindak lanjut.
 Penugasan : PT Menceritakan kembali teks legenda secara
berkelompok (berantai) bagi kelompok yang belum menceritakan
legenda.
 Menyampaikan materi berikutnya kawruh dalam teks,, berdoa ,salam

Pertemuan 3
Pendahuluan
 Guru mengucap salam, mengajak berdoa, mengecek kehadiran dan
kesiapan pembelajaran
 Memberi motivasi, appersepsi dengan contoh cerita legenda lokal
(yang lain)
 Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan materi
Inti
1. Mengulas kembali materi yang sudah dipelajari pertemuan
sebelumnya.
2. Menceritakan teks cerita legenda (1) dan (2) secara kelompok, bagi
kelompok yang belum bercerita.
3. Menanggapi cerita kelompok lain, berdasar hasil analisis secara lisan
dan atau tertulis untuk mengembangkan kemampuan berpikir
sistematis, mengungkapkan pendapat dengan sopan.
4. Membahas kawruh basa dalam teks cerita, yaitu paribasan / lainnya.
5. Menulis resume sebagai hasil diskusi tentang ciri, aturan dan kawruh
yang ada dalam cerita legenda.
Penutup
 Menyampaikan kesimpulan, refleksi, umpan balik post test dan tindak
lanjut.
 Menyampaikan kegiatan berikutnya : Penilaian Pengetahuan,
 Berdoa dan salam

A. Penilaian Hasil Pembelajaran


1. Sikap Spiritual dan Sosial dengan teknik Observasi, bentuk jurnal, waktu saat pembelajaran.
(Assesmen for learning)
2. Pengetahuan dengan tes tertulis bentuk uraian, waktu setelah Pembelajaran Kd selesai.
(Assesmen of learning) (Assesmen as learning)
3. Keterampilan dengan praktik/teknik lain,waktu saat pembelajaran bercerita (Assesmen for learning)

Mangetahui Wonosobo, Juli 2020


Kepala Se kol ah Guru Mata Pelajaran

Dra. Endang Hermawanti W, MM.Pd Giyanti, S.Pd


NIP.19670508 199702 2 004 NIP. 19721222 200501 2 005
Lampiran 1

Mata Pelajaran : Bahasa Jawa


Kelas/Semester : VIII / Ganjil

1. Instrumen Penilaian Sikap Spiritual dan Sosial dengan observasi


Catatan Butir Tindak
No Tanggal Nama Siswa Ttd
Perilaku Sikap lanjut
1
2

Wonosobo, 1 Juli 2021


Guru Mata Pelajaran

Giyanti, S.Pd
NIP. 19721222 200501 2 005

Penilaian Sikap Spiritual


a. Teknik : Observasi
b. Bentuk : Jurnal
c. Kisi-kisi

No Butir sikap spiritual Jurnal

1 Berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan;


2 Menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya;
3 Memberi salam pada saat awal dan akhir kegiatan;
4 Bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa;
5 Mensyukuri kemampuan manusia dalam mengendalikan diri;
6 Bersyukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu;
7 Berserah diri (tawakal) kepada Tuhan setelah berikhtiar atau
berusaha;
8 Memelihara hubungan baik sesama umat ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa;
9 Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai bangsa
Indonesia;
10 Menghormati orang lain yang menjalankan ibadah sesuai
agamanya

Penilaian Sikap Sosial

No Butir sikap sosial Jurnal


1. Jujur
2. Disiplin
3. Tanggung jawab
4. Santun
5 Percaya diri
6. Peduli

Lampiran 2

Mata Pelajaran : Bahasa jawa


Kelas/Semester : VIII/ Ganjil
Penilaian Pengetahuan
1. Kisi-kisi soal
NO KD MATERI INDIKATOR SOAL BENTUK JUMLAH
SOAL SOAL
1 3.1 Memahami teks cerita Teks cerita 1.Menjelaskan makna uraian 1
legenda legenda “ kata sulit dalam cerita
Asal usule legenda
Lengger 1
2.Menjelaskan isi
Wonosobo”
cerita legenda
3. Menjelaskan unsur 1
intrinsic cerita legenda
Teks cerita 4. Menjawab 1
“ Dumadine pertanyaan berkaitan
Aksara teks cerita.
Jawa “

Soal :
Gatekna cerita legenda iki, kanggo mangsuli pitakon no 1 tekan 3 !
ASAL USUL LENGGER WONOSOBO
Ki Martoloyo kuwi priyayi kang alim lan seneng karo seni. Ki Martoloyo uga seneng ngulandara kanggo
dhakwah nyebarake agama islam. Sawijining dina Ki Martoloyo tekan tlatah Wonosobo. Kanggo mincut
kawigatene warga gelem ngumpul , penjenengane mbarang (ngamen) dadi lengger. Kanthi dandan kaya
wong wadon banjur njoged gambyong utawa tayub. Sing nonton akeh lan padha seneng gumbira. Sawise
cukup anggone njoged banjur leren lungguh ing satengahe wong-wong nuli menehi wejangan kawruh
agama islam marang para warga. Menawa didhawuhi kumpul tanpa seni njoged, para warga mesthi ora
gelem.
Ki Martoloyo banget anggone prihatin dene wong-wong luwih mentingake kesenengane urip tinimbang
akhirate. Lengger digunakake kanggo mincut para warga kumpul, mula tembung lengger duwe teges kang
wigati. Lengger kajupuk saka tembung “ ELINGA NGGER” . Elinga ya ngger yen urip iki ora saklawase,
mula kudu digunakake kanggo ngibadah. Tembe mburi manungsa bakal dipundhut dening Gusti Allaah.
Mula lengger banjur dadi jenengseni joged , sing sekawit ditindakake Ki Martoloyo, lan diterusake murid
lan santrine sing lanang- lanang kanthi macak wadon.

1. Apa tegese tembung angel saka wacan :


a. Ngulandara b. mincut kawigaten c. tlatah d. wejanngan kawruh
2. Legenda kasebut isine nyritakake apa lan kepriye, andharna kanthi ringkes !
3. Manut crita iku, sapa paraga utamane lan kepriye watakke ?.
4. Apa tegese tembung lengger, andharna !
Dumadine Aksara Jawa
Pawarta matine abdi loro yaiku Dora lan Sembada iku kepireng sang raja, Ajisaka banget gelane.
Mula kanggo ngeling-eling setya tuhu abdine iku, Ajisaka yasa aksara jawa. Sing unine :
hana caraka tegese ana utusan,
data sawala : padha pasulayan,
padha jayanya: padha sekti lan digdayane,
maga bathanga : padha dadi bathang/ mati.
5. Apa tegese jeneng aksara jawa “ hanacaraka….magabathanga”
6. Sebutna paraga sing ana ing cerita kasebut !

KUNCI DAN NORMA


1. a. lunga b. narik kawigaten c. wilayah d.ajaran ngelmu.
2. Nyritakake asal usule lengger, sing kawiwitan dening Ki Martoloyo, kanggo sarana nyebarake agama
islam.
3. Ki Martoloyo, watakke wicaksana kadeleng saka upayane mbujuk masyarakat supaya ngaji kanthi
sarana kesenian.
4. Elinga ngger, menawa urip ora saklawase mula kudu mikir akherat kanti ngibadah marang Gusti Allah.
5. Hana caraka data sawala padha jayanga maga bathanga : ana utusan padha padudon padha digdayane
wekasan dadi bathang/ mati sampyoh.
6. Ajisaka, Dora , Prayoga lan Sembada.

NO KRITERIA SKOR
1 Tiap poin soal jika jawaban benar 5
2 Tiap poin soal jika jawaban sedikit salah 4
3 Tiap poin soal jika jawaban salah sebagian/ setengahnya 3
4 Tiap poin soal jika jawaban sedikit benar 2
5 Tiap poin soal jika jawaban salah 1
6 Tiap poin soal tidak menjawab 0

Skor maksimal 5 x 6 = 30
Nilai = jumlah skor perolehan/ skor maksimal x 100

Lampiran 3

Mata Pelajaran : Bahasa jawa


Kelas/Semester : VIII/ Ganjil

Penilaian Keterampilan
Kisi-kisi Soal
NO KOMPETENSI DASAR MATERI INDIKATOR SOAL TEKNIK
PENILAIAN
1 4.2 Menanggapi dan Cerita legenda 1. Mampu menanggapi isi Praktik
menceritakan teks cerita legenda
cerita legenda
2. Mampu menceritakan
sebuah cerita legenda
dengan Bahasa sendiri
Soal
1. Critakna sawijining crita legenda kanthi ringkes !
2. Kepriye panemumu, anggone kancamu crita, andharna kanthi basa krama !

Kunci jawaban
1. Kasumanggakake para siswa.
2. Kelampok 1 sampun sae anggenipun crita, kompak saha lancar….lsp

Rubrik penilaian ketrampilan, menanggapi isi cerita legenda dan menceritakan Kembali sebuah cerita legenda.

No Nama Kelancaran Kesesuaian isi Kebenaran tanggapan Rerata


cerita bahasa krama
Skor 1 sd 5
1-5 Skor 1 sd 5
1

Ket :
Skor 5 , jika jawaban benar (sesuai dengan isi dan amanat tembang), dan kalimat berbahasa krama benar.
Skor 4 , jika jawaban sedikit salah (kurang sesuai isi dan amanat tembang), kalimat berbahasa krama sedikit
salah.
Skor 3, jika sebagian jawaban benar (separo sesuai dengan isi dan amanat tembang), sebagian kalimat
berbahasa karma benar
Skor 2 jika jawaban sedikit benar (sedikit sesuai dengan isi dan amanat tembang), kalimat berbahasa krama
sedikit benar.
Skor 1 jika jawaban salah, dan kalimat tidak berbahasa krama.
Skor 0 jika tidak menjawab.

Nilai= Skor perolehan/skor maksimal x 100


Lampiran 3

A. Pengembangan materi
1. Dumadine Aksara Jawa
Ana priyayi asmane Ajisaka asale saka tanah Hindustan, seneng ngumbara mekarake kawruhe
ing tanah jawa. Anggone tindak Ajisaka didherekake abdine yaiku Duga, Prayoga, Dora lan Sembada.
Ajisaka lan abdine mandheg sawetara ing Pulo Majethi.
Bareng dirasa cukup, mula Ajisaka banjur nerusake laku. Dora lan Sembada ditinggal ing Pulo
Majethi lan dipasrahi piandel sanjata. Abdine diwanti - wanti , “ Kowe abdiku kang setya. Aja lunga
saka papan kene, tanpa dhawuhku. Lan dakpasrahi keris aja diwenehake sapa bae yen ora aku sing
mundhut “, ngendikane Ajisaka.
Tindake Ajisaka tekan ing Kraton Medang Kamolan. Ing Medang Kamolan Ajisaka mapan ing
daleme Nyai Sengkeran . Kacarita Raja Medhang Kamolan asmane Dewata Cengkar. Sang Raja duwe
kesenengan mangan daging manungsa. Sabanjure Ajisaka marak sowan ana ngarsane Raja, lan matur
menawa gelem dadi pangane. Ananging kanthi syarat. Syarate yaiku nyuwun lemah sakambane ikete
Ajisaka, lan sing nggelar iket iya Dewata Cengkar dhewe. Dewata Cengkar nyanggupi.
Nalika Dewata Cengkar njereng ikete Ajisaka, iket kasebut dadi amba banget ora entek – entek nganti
tekan pinggir samodra. Sanalika iket dikebutake dening Ajisaka lan Dewata Cengkar kontal nyemplung
ing samodra. Sirnane Dewata Cengkar ndadekake rakyat Medang Kamolan seneng lan ayem.
Ajisaka diwisudha dadi raja. Sawise madeg raja, Ajisaka kelingan marang piandele yaiku keris
sing digawa Dora Lan Sembada. Sejatine Dora lan Sembada krungu menawa bendarane wis dadi raja.
Dora ngajak Sembada sowan menyang Medang Kamolan, nanging Sembada ora gelem, kanthi alesan
ora wani nerak wewalere Ajisaka rikala semana. Pramila Dora mangkat sowan dhewekan. Tumekaning
Medang Kamolan Dora ngadep sang raja, banjur Dora didhawuhi njupukake keris sing dititipake
marang Sembada.
“Dora jalukna kerisku, aja bali mrene yen ora nggawa keris mau. Perkara iki dakwenehipurba wasesa
marang kowe “, ngendikane Ajisaka.
“Sendika dhawuh, kanjeng sinuwun. Kula nyuwun pamit ,“ ature Dora.
Dora nemoni Sembada lan nindakake dhuwuhe rajane. Ananging Sembada ora gelem menehake
kerise Ajisaka, amarga emoh nerak wewaler.
“ Keris iki ora kena diwenehake sapa bae, yen dudu sang Ajisaka sing mundhut. Ngono to welinge ?,
kandhane Sembada.
“Sing didhawuhi akuuu,“ semaure Dora jengkel.
Abdi loro kasebut eyel-eyelan , dadi pasulayan lan perang tandhing. Ing tetandhingan kasebut ora ana
sing kalah ora ana sing menang nganti suwe. Padha kuat lan digdayane. Wekasan abdi loro padha
ngetog kadigdayan lan pungkasane lorone mati kabeh, mati sampyuh.
Pawarta matine abdi loro iku kepireng sang raja, Ajisaka banget gelane. Mula kanggo ngeling-
eling setya tuhu abdine iku, Ajisaka yasa aksara jawa. Sing unine :
hana caraka tegese ana utusan,
data sawala : padha pasulayan,
padha jayanya: padha sekti lan digdayane,
maga bathanga : padha dadi bathang/ mati.
2. Legenda Rawa Pening ( Video )

 Paribasan
Yaiku unen- unen kang ajeg panggonane lan nduweni teges wantah/ teges salugune(apa adanya)
Tuladha :
1. Adigang adigung adiguna : wong sing ngendelake (menyombongkan) keluwihan, keluhuran lan
kepinteran
2. Ana catur mungkur : ora gelem ngrungokake rerasan ala
3. Ati bencong oleh oncong : duwe niat ala oleh dalan
4. Busuk ketekuk pinter keblinger : wong bodho lan wong pinter bisa wae luput/ nemu cilaka
5. Madu balung tanpa isi : Padudon gara – gara barang sepele.

3. Legenda ing Wonosobo


ASAL USUL LENGGER WONOSOBO
Ki Martoloyo kuwi priyayi kang alim lan seneng karo seni. Ki Martoloyo uga seneng
ngulandara kanggo dhakwah nyebarake agama islam. Sawijining dina Ki Martoloyo tekan tlatah
Wonosobo. Kanggo mincut kawigatene warga gelem ngumpul , penjenengane mbarang (ngamen) dadi
lengger. Kanthi dandan kaya wong wadon banjur njoged gambyong utawa tayub. Sing nonton akeh lan
padha seneng gumbira. Sawise cukup anggone njoged banjur leren lungguh ing satengahe wong-wong
nuli menehi wejangan kawruh agama islam marang para warga. Menawa didhawuhi kumpul tanpa seni
njoged, para warga mesthi ora gelem.
Ki Martoloyo banget anggone prihatin dene wong-wong luwih mentingake kesenengane urip
tinimbang akhirate. Lengger digunakake kanggo mincut para warga kumpul, mula tembung lengger
duwe teges kang wigati. Lengger kajupuk saka tembung “ ELINGA NGGER” . Elinga ya ngger yen
urip iki ora saklawase, mula kudu digunakake kanggo ngibadah. Tembe mburi manungsa bakal
dipundhut dening Gusti Allaah. Mula lengger banjur dadi jenengseni joged , sing sekawit ditindakake
Ki Martoloyo, lan diterusake murid lan santrine sing lanang- lanang kanthi macak wadon.
Ki Martoloyo dipundhut Gusti Allah, lan disarekake ing Desa Giyanti , Kelurahan Kadipaten,
Kec. Selomerto. Tedhak turune nduweni kewajiban nguri –uri ajaran islam kalebu kesenian lengger.
Amung bae lengger ngrembaka nganti saiki, sing njoged ora wong lanang sing macak wadon, ananging
wadon temenan. Lengger dadi murni minangka kabudayan seni, sing ora kanggo sarana nyebarake
agama islam maneh, nanging kanggo tontonan lan panglipur. Malah-malah dadi pakaryan , iya dadi
saka guru pangupa jiwa.

ASAL USUL TLAGA MERDADA

Ing Desa Karang Tengah Dieng ana tlaga kang endah lan banyune bening. Miturut crita
masyarakat ing sakiwa tengene tlaga, ing jaman biyen ana resi kang sekti mandraguna kanthi asma Resi
Gotama. Piyambake kagungan putra kembar yaikui Guwarsa, Guwarsi lan putri kang ayu rupane kanthi
tetenger Dewi Anjani. Ing sawijing dina putra kembar golek sato kewan ing alas lan kasil ngasta kondur
kidang.
Ananging Dewi Anjani ora kasengsem karo kidang kang diasta kangmase. Dewi Anjani malah
luwih seneng ing njero kamar tinimbang dolanan karo kidang. Kahanan kuwi ndadekake cubriya
kangmase amarga ora kaya adate. Biasane Dewi Anjani remen banget dolanan karo kidang. Kangmase
banjur ngintip apa kang lagi dilakoni adhine ing njero kamar.
Dewi Anjani lagi dolanan barang kang
diwungkus mori (gombal putih) lan barang kuwi
katon sumunar kaya emas. Dewi Anjani sajak
sengsem nyawang barang kuwi kang ora liya
yaiku cupu manik Astagina. Cupu kuwi
menawa sisih ngisor dibukak bakal katon
kahanan isi alam donya. Ananging menawa dibukak
tutupe bakal katon apa kang dumadi ing swarga
loka.
Putra kembar duwe pepinginan
nduweni cupu kuwi. Banjur ngrebut cupu saka
Dewi Anjani, ananging sang dewi ora
nglilakake wusana dadi regejegan. Kahanan kuwi dimangerteni dening Resi Gotama.
Sang Resi banjur mundhut pirsa saka ngendi asale cupu manik Astagina. Dewi Anjani matur
menawa cupu kuwi paringane ibune yaiku Dewi Windradi. Resi Gotama banjur ndangu marang kang
garwa, ananging Dewi Windradi mung kendel wae. Piyambake kelingan welinge dewa kang menehi
cupu supaya nyimpen wadi saka ngendi asale cupu manik Astagina kuwi.
Amarga sang garwa mung mendel lan ora gelem blaka, Resi Gotama duka lan murka. Dewi
Windradi disupata dadi tugu watu. Cupu manik Astagina diuntalake, cupu sisih ngisor (Madirda) tiba
ing lemah banjur dadi Tlaga Merdada. Sisih dhuwur (Dlingo) tiba ing kawah Candradimuka dadi Tlaga
Dlingo. Tugu watu banjur ditendhang lan tiba ing pinggir Tlaga Merdada.
Raden Guwarsa, Raden Guwarsi lan Dewi Anjani amarga nduweni pepinginginan nduweni
cupu manik Astagina banjur nggoleki ana ing ing ngendi tibane cupu. Anggone nggoleki nganti tekan
ing sapinggiring tlaga kang banyune bening sumunar kaya ngetokake cahya warna emas. Kalorone
banjur njegur ing tlaga kuwi kang ora liya yaiku Tlaga Merdada. Ananging saiba kagete nalika Radan
Guwarsa lan Raden Guwarsi mentas saka Tlaga kalorone dadi kethek. Dewi Anjani mung raup nganggo
banyu tlaga mula mung raine kang dadi kethek.

 Homonim
Homonim yaiku : tembung kang padha unine lan padha tulisane ananging duwe teges kang beda.
Tuladha :
a. Saka
- Kesenian lengger asale saka tlatah Wonosobo, desa Giyanti
Saka : tegese saking (dari)
- Kesenian lengger bisa minangka pakaryan, dadi saka guru pangupa jiwa.
Saka tegese : cagak (tiang)
b. Ngelih
- Simbah ngelih meja menyang teras (ngelih : mindah)
- Wetengku wes ngelih, kawit esuk durung maem ( ngelih : luwe)
c. Sekar
- Sekar melati iku wernane putih ( sekar : kembang)
- pocung iku kalebu Sekar macapat (sekar : tembang

Anda mungkin juga menyukai