Anda di halaman 1dari 16

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

MODUL
STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN
HOAX
5 JP (225 menit)

Pendahuluan

Berita bohon atau Hoax adalah berita yang di manipulasi, dikurangi atau
ditambahkan untuk mengaburkan makna sebenarnya dari sebuah
informasi dan berita tertentu, belakangan ini berita bohong semakin
menyebar dan kian merseahkan masyarakat karena sulit nya
mengidentifikasi kebenaran berita tersebut. Tindak pidana tersebut pada
dasarnya telah di atur tersendiri dalam pasal 28 ayat (1) Undang-
Undang ITE No 11 Tahun 2008 yang telah di revisi menjadi Undang-
Undang No 19 tahun 2016. Bagaimana peran Kepolisian dalam
penyidikan tindak pidana penyebaran berita bohong (Hoax) ? dan
apakah faktor penghambat dari penyidikan tindak pidana penyebaran
berita bohong (Hoax).
Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa peran yang
dilakukan oleh Kepolisian dalam penyidikan tindak pidana penyebaran
berita bohong (Hoax) adalah sesuai dengan peranannormatif yaitu
sesuai dengan Undang-Undang Kepolisian Nomor 2 Tahun 2002,
kemudian Kepolisian juga melakukan peranan faktualnya (factual role)
yaitu dengan menerima laporan, mengumpulkan bukt permulaan serta
melakukan penyidikan dengan menerjunkan divisi yang menangani
cybercrime. Selain itu Kepolisian juga telah melakukan peranan idealnya
(ideal role), yakni dengan melakukan cyber patrol, Sedangkan faktor
penghambat dari penyidikan ini adalah faktor hukumnya sendiri yaitu
peraturan perundang-undangan yang belum diterapkan secara efektif,
kemudian faktor sarana atau fasilitas yang belum memadai, faktor
masyarakat yang cenderung ketergantungan dengan media sosial.
Dalam bahan ajar ini memuat tentang strategi pencegahan dan
penanganan hoax yang merupakan materi minimal, sedangkan yang
lebih lengkap pada materi yang disampaikan oleh Pendidik.

STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN HOAX 1


SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Standar Kompetensi

Memahami dan terampil mengkreasi strategi pencegahan dan


penanganan Hoax.

Pengantar

Dalam modul ini membahas materi tentang pengertian Hoax, faktor-


faktor munculnya Hoax, dampak Hoax terhadap kehidupan sosial
masyarakat, cara-cara pencegahan dan penanganan Hoax.
Tujuannya adalah agar peserta didik dapat memahami Memahami
konsep Hoax.

Kompetensi Dasar

1. Memahami konsep Hoax.


Indikator Hasil Belajar :
a. Menjelaskan pengertian Hoax.
b. Menjelaskan faktor-faktor munculnya Hoax.
c. Menjelaskan dampak Hoax terhadap kehidupan sosial
masyarakat.
d. Menjelaskan cara-cara pencegahan dan penanganan Hoax.
2. Mengkreasi strategi pencegahan dan penanganan Hoax.
Indikator Hasil Belajar :
Merancang strategi pencegahan dan penangan Hoax

STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN HOAX 2


SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Materi Pelajaran

Pokok Bahasan :
Konsep Hoax.
Sub Pokok Bahasan :
1. Pengertian Hoax.
2. Faktor-faktor munculnya Hoax.
3. Dampak Hoax terhadap kehidupan sosial masyarakat.
4. Cara-cara pencegahan dan penanganan Hoax.

Metode Pembelajaran

1. Metode Ceramah
Metode ini digunakan untuk menyampaikan materi tentang strategi
pencegahan dan penanganan Hoax.
2. Metode Tanya jawab.
Metode ini digunakan untuk tanya jawab tentang materi yang
disampaikan.
3. Metode Brainstorming (curah pendapat).
Metode ini digunakan untuk meng-eksplore pendapat peserta
didik tentang pemahaman awal materi yang akan dibahas.

Alat/Media, Bahan dan Sumber

1. Alat/media :
a. Panaboard.
b. Laptop.
c. LCD In focus.
d. Slide.
e. Spidol.
f. Flipchart.
2. Bahan :
Kertas Flipchart.

STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN HOAX 3


SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3. Sumber :
a. Lembar petunjuk penugasan (lembar merah).
b. Paparan pendidik.

Kegiatan Pembelajaran

1. Tahap awal : 15 menit


a. Ketua kelas laporan tentang kesiapan peserta didik untuk
menerima palajaran.
b. Pejabat senat yang ditunjuk memperkenalkan peserta didik
dan membacakan riwayat hidup pendidik secara singkat.
c. Pendidik memperkenalkan diri.
d. Pendidik menyampaikan kompetensi dan indikator hasil
belajar
2. Tahap inti : 190 menit
a. Pendidik menyampaikan materi tentang strategi pencegahan
dan penanganan Hoax. (Waktu: 160 menit)
b. Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya/memberikan komentar terkait materi yang
disampaikan. (30 menit).
3. Tahap akhir (20 menit).
a. Penguatan materi :
Pendidik memberikan ulasan secara umum terkait dengan
materi pelajaran.
b. Cek penguasaan materi.
Pendidik mengecek penguasaan materi pembelajaran
dengan cara bertanya secara lisan dan acak kepada peserta
didik.
c. Learning Point.
Pendidik merumuskan dan menyimpulkan materi
pembelajaran yang telah disampaikan.
d. Ketua kelas menyampaikan terimakasih dan pemberian
cindramata kepada pendidik

STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN HOAX 4


SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Tagihan / Tugas

Peserta didik menyusun dan mengumpulkan:


1. Laporan Tugas (Lapgas 6)
2. Rancangan program pencegahan dan penangan hoax
Dikumpulkan pada waktu yang telah ditentukan oleh Bag. Jarlat.

Lembar Kegiatan

Format laporan penugasan (Lapgas) sesuai buku petunjuk (buku biru).

STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN HOAX 5


SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Bahan Bacaan

STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN HOAX

1. Pengertian Hoax

Secara bahasa Hoax (synonyms: practical joke, joke, jest, prank,


trick) adalah lelucon, cerita bohong, kenakalan,
olokan, membohongi, menipu, mempermainkan, memperdaya,
dan memperdayakan.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBBI), Hoax diserap
menjadi hoaks dan diartikan sebagai “berita bohong”.
Dalam Kamus Jurnalistik, saya mengartikan Berita
Bohong (Libel) sebagai berita yang tidak benar sehingga
menjurus pada kasus pencemaran nama baik.
Wikipedia juga mengartikan Hoax sebagai berita bohong.
Disebutkan, berita bohong adalah informasi yang sesungguhnya
tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya.
Menurut Silverman (2015), hoaks merupakan sebagai rangkaian
informasi yang memang sengaja disesatkan, namun “dijual”
sebagai kebenaran.
Menurut Werme (2016), fake news adalah berita palsu yang
mengandung informasi yang sengaja menyesatkan orang dan
memiliki agenda politik tertentu. Hoaks bukan sekadar
menyesatkan (misleading). Informasi dalam fake news juga tidak
memiliki landasan faktual, namun disajikan seolah-olah sebagai
serangkaian fakta.
Istilah lain berita bohong dalam konteks jurnalistik adalah Berita
Buatan atau Berita Palsu (Fabricated News/Fake News). Hampir
sama dengan berita bohong, berita buatan adalah pemberitaan
yang tidak berdasarkan kenyataan atau kebenaran (non-factual)
untuk maksud tertentu.
a. Hoax Berkembang di Media Sosial
Hoax (hoaks) bertumbuh-kembang seiring dengan
meningkatnya popularitas media sosial. Media sosial
memungkinan semua orang menjadi publisher atau
penyebar berita, bahkan “berita” yang dibuatnya sendiri,
termasuk berita palsu atau Hoax.
Hoax umumnya bertujuan untuk “having fun” atau humor.
Namun, Hoax juga bisa dijadikan alat propaganda dengan

STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN HOAX 6


SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

tujuan politis, misalnya melakukan pencitraan atau


sebaliknya, memburukan citra seseorang atau kelompok.
Twitter dituding sebagai media sosial penyebar berita palsu
atau Hoax terbesar, selain Facebook. Penyebab banyaknya
Hoax ini karena maraknya pengguna memakai akun palsu
atau bot.
Hasil studi Lab Media Institute of Technology
Massachusetts, Amerika Serikat, menemukan Hoax
mendominasi media sosial tersebut sekitar 70 persen.
Parahnya, akun palsu ini di-retweet lebih banyak pengguna
ketimbang berita aslinya.
Dikutip Viva, studi yang dipublikasikan di Science Journal ini
juga menyebutkan, Hoax yang tersebar merupakan
tanggung jawab admin. Peneliti Soroush Vosoughi
mengatakan, kecenderungan orang me-retweet Hoax
karena beritanya yang sensasional dan menarik perhatian
netizen.
b. Ciri-Ciri Hoax
Menurut Dewan Pers, ciri-ciri Hoax adalah sebagai berikut:
1) Mengakibatkan kecemasan, kebencian, dan
permusuhan.
2) Sumber berita tidak jelas. Hoax di media sosial
biasanya pemberitaan media yang tidak terverifikasi,
tidak berimbang, dan cenderung menyudutkan pihak
tertentu.
3) Bermuatan fanatisme atas nama ideologi, judul, dan
pengantarnya provokatif, memberikan penghukuman
serta menyembunyikan fakta dan data.
Ciri khas lain Hoax adalah adanya HURUF KAPITAL, huruf
tebal (bold), banyak tanda seru, dan tanpa menyebutkan
sumber informasi.
Ciri utama Hoax adalah tanpa sumber. Penyebar Hoax
biasanya menuliskan: “copas dari grup sebelah” atau
“kiriman teman”. Jika Anda mendapatkan informasi, baik
berupa teks, video, maupun foto, yang tidak jelas
sumbernya, maka waspadalah… itu Hoax!
c. 7 Ciri Hoaks di Media Sosial
Menurut pengamat media sosial dari Forum Keamanan
Informasi, Liza Darmawan Lumy, ada 7 ciri hoaks di media
sosial.

STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN HOAX 7


SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

1) Tidak Lengkap dan Tanpa Link


Ciri Hoax di media sosial yang pertama adalah
informasi hanya sepotong, namun menonjolkan daya
tarik bagi siapa pun yang sekilas membaca atau
melihatnya.
Tidak ada keterangan waktu, nama pembuat
atau kontak, tidak ada info tautan yang terpercaya.
Kalaupun ada tautan (link), umumnya menyaru dengan
menggunakan nama terkenal, seperti tokoh atau
merek yang banyak orang kenal atau pakai.
Contoh: You can now activate the new multicolor
Whatsapp! Click here to activate! http://g*2l.ink/1eop.
2) Tautan Palsu & Aneh
Ciri Hoax di media sosial yang kedua adalah ada
tautan palsu atau link yang aneh. Biasanya, ada di
alamat URL maupun di konten website yang dituju
yang dibuat serupa tapi tak sama dengan yang asli.
Masyarakat diimbau tidak mengeklik sama sekali link
itu karena kerap bisa menjadi “triger” browser yang
sudah disusupi malware.
3) Bahasa dan Gambar
Ciri ketiga, hoaks biasanya dibuat dengan bahasa dan
gambar sederhana agar mudah menyebar lewat
media-media sosial, group chat, dan lain-lain.
Apalagi biasanya konten hoaks memiliki isu yang
tengah ramai di kalangan masyarakat dan
menghebohkan sehingga membuatnya sangat mudah
memancing orang untuk membagikannya (share).
4) Data Palsu
Agar lebih meyakinkan, Hoax sering dilengkapi dengan
data statistik dan angka palsu, nama dan alamat palsu,
tautan yang juga palsu.
5) Logika Tak Serasi
Ciri kelima, Hoax biasanya ditunjukkan dengan logika
yang tidak serasi misalnya ketika judul, gambar, atau
keterangan tidak mendukung konten atau tidak terkait
antara satu dengan yang lainnya.
6) Konten Umum
Konten yang paling sering dibuat hoaks biasanya
terkait dengan golongan banyak orang, khalayak
banyak, masalah yang umumnya semua orang punya,

STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN HOAX 8


SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

supaya cukup sekali menyebar akan terus mudah


bergulir.
Konten-konten tersebut seperti kesehatan, agama,
politik, bencana alam, lowongan pekerjaan, penipuan
berhadiah, peristiwa ajaib, juga bisa pakai sebutan
umum yang banyak dipakai seperti ‘mama minta pulsa’
atau ‘bapak kirim paket’.
7) Kalimat Persuasif
Umumnya hoaks ditambahkan dengan kalimat
persuasif untuk melakukan satu tindakan sederhana.
Contohnya: ‘sebarkan minimal ke 7 orang, Anda akan
bahagia!’; ‘Bagikan info ini ke 10 orang lalu lihat
mukjizat apa yang terjadi!; ‘Buka tautan link berikut
untuk mendapatkan hadiah Anda;
https://nggak.janji.com atau misalnya ‘Viralkan, Anda
akan masuk sorga!”

2. Faktor-faktor munculnya Hoax

Maraknya berita Hoax yang tersebar di beragam media membuat


masyarakat dituntut untuk harus lebih cermat dalam menyaring
setiap informasi.
Semakin majunya teknologi, membuat hampir setiap orang dapat
dengan mudah mendapatkan informasi dari media manapun.
Namun tak semua berita yang didapat itu jelas kebenarannya.
Oleh karena itu, tentu ada penyebab mengapa masyarakat
banyak yang tertipu dengan pemberitaan media.
Melani Budiantara, seorang pakar budaya dari Universitas
Indonesia memaparkan beberapa point pemicu terjadinya
pemberitaan Hoax, dalam acara seminar peran kebudayaan
dalam pembangunan di Bappenas.
a. Revolusi media sosial: keterbukaan informasi dan tingginya
konsumsi media sosial (Indonesia pengguna FB ke-4
terbesar di dunia)
b. Literasi media: minim, kurang kritis terhadap informasi.
c. Pengguna media sosial menjadi pengedar informasi tanpa
mampu melacak kebenarannya
d. Era "Post-Truth" : yang diunggulkan bujan kebenaran, tetapi
kedekatan emosi dan keyakinan pribadi dengan informasi
yang diedarkan.
e. Konflik horisontal, penajaman perbedaan, peredaran pesan
kebencian, dan kecenderungan pada "bullying" sosial.

STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN HOAX 9


SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Kelima point tersebut menjadi penyebab mengapa berita Hoax


mudah tersebar dan cukup sulit ditangani belakangan ini yang
terjadi di tanah air.

3. Dampak Hoax Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat

Sebelum berbicara lebih jauh mengenai definisi atau istilah apa


itu Hoax dan bagaimana ciri – ciri dari Hoax tersebut dan
bagaimana cara membedakan berita asli dengan Hoax, mari kita
kilas balik sejenak dan melihat kondisi sosial media saat ini. Akhir
– akhir ini diberbagai sosial media sering kali kita temui beberapa
berita, baik berupa opini dari artikel web dan sekedar opini yang
bersertakan gambar yang menurut saya sendiri tidak ada
kaitannya dengan opini tersebut. Hal ini tentunya sangat
mengkhawatirkan untuk waktu kedepannya.
Jauh sebelum kata “Hoax” itu sendiri berkembang dan “viral”,kita
sering menemukan penggunaan kata isu untuk berita – berita
yang sebenarnya masih diragukan kebenarannya. Kata isu juga
dikaitkan dengan kata gosip yang sebenarnya makna artinya
tidak sama atau berbeda. Namun, hanya saja pada waktu ini
penggunaan kata Hoax itu sendiri lebih populer dan dimengerti
dikalangan masyarakat kita.
Hoax sendiri memiliki definisi yaitu suatu berita atau pernyataan
yang memiliki informasi yang tidak valid atau berita palsu yang
tidak memiliki kepastian yang sengaja disebar luaskan untuk
membuat keadaan menjadi heboh dan menimbulkan ketakutan.
Akan tetapi, ada juga Hoax yang sengaja dibuat untuk membuat
cara berpikir tentang suatu hal menjadi sesat karena tertipu berita
atau opini Hoax. Jika sebelumnya Hoax – Hoax ini disebar
luaskan lewat sms ataupun email dengan banyak, maka Hoax
sekarang ini lebih banyak beredar di dalam sosial media seperti
Instagram, facebook, Twitter, Path, Whatsapp, serta blog – blog
tertentu. Maka dari itu dibutuhkan kehati – hatian dalam
menerima suatu berita atau opini.
Penyebaran berita Hoax pada periode akhir – akhir ini membuat
para pengguna internet atau biasa disebut sebagai netizen
sangatlah khawatir. Dengan keadaan seperti ini, maka Menurut
Ketua Dewan Pers, Stanley Adi Prasetyo, Dewan Pers akan
memberlakukan sistem verifikasi media massa, mulai 9 Februari
2017, bersamaan dengan Hari Pers Nasional, seperti dikutip oleh
Kaskus.co.id.Dengan demikian, dapat kita ketahui jumlahnya
berapa banyak media massa yang abal – abal dan media yang
bersertifikasi.
Hal tersebut tentunya sangat baik, mengingat dampak negatif
yang dapat ditimbulkan oleh Hoax. Dikutip dari
indolinear.com,ada 4 hal dampak negatif yang dapat ditimbulkan

STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN HOAX 10


SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

yaitu Hoax sebagai pembuang–buang waktu, pengalihan isu,


penipuan publik dan pemicu kepanikan sosial.
Pertama adalah pembuang – buang waktu, seperti dikutip dari
cmsconnect.com, menyatakan bahwa dengan melihat Hoax di
sosial media bisa mengakibatkan kerugian bagi individu itu
sendiri maupun kelompok di kantor tempat ia bekerja. Hal ini
dikarenakan Hoax tersebut yang mengakibatkan efek
mengejutkan sehingga sangat berpengaruh terhadap
produktivitas kelompok di kantor tersebut. Dengan penurunan
prodoktivitas tersebut, maka apa yang dihasilkan semakin
berkurang sedikit demi sedikit atau bahkan dengan jumlah besar.
Kedua adalah sebagai pengalihan isu. Di media sosial ataupun
internet khususnya para penjahat internet atau biasa dipanggil
cyber crime,Hoax biasa dimanfaatkan sebagai pelancar aksi
kejahatan mereka di internet atau di sosial media. Sebagai
contohnya, para penjahat cyberakan mengirimkan sebuah Hoax
yang berisikan bahwa telah terjadi kerentanan sistem dalam
pelayanan internet seperti gmail dan ymail. Lalu, para penjahat
tersebut akan mengirimkan sebuah tautan berupa link kepada
para user atau pengguna yang berisikan saran meng-klik tautan
tersebut agar akun pengguna akan terhindar dari kerentanan
sistem gmailataupun ymail. Padahal, pada kenyataanya tautan
tersebut merupakan virus yang bisa membajak gmailmaupun
ymail para pengguna yang biasa kita sebut hacking.
Selanjutnya, adalah sebagai penipuan publik. Jenis penipuan ini
biasanya bertujuan untuk menarik simpati masyarakat yang
percaya dengan Hoax tersebut, lalu ketika dianjurkan untuk
menyumbangkan sejumlah uang dan anehnya ada saja yang
mau menyumbangkan uang tersebut tanpa mau berpikir lebih
dalam ataupun detail apakah berita tersebut terbukti benar
ataupun salah. Banyak orang yang akhirnya tertipu dengan Hoax
tersebut dan pada akhirnya terlanjur mengirimkan sejumlah uang
yang sangat besar. Salah satu contoh kasusnya seperti dikutip
dari indolinear.com beberapa waktu yang lalu yaitu sebuah pesan
yang beredar lewat aplikasi chat yaitu Whatsappberisi pesan
pembukaan pendaftaran CPNS nasional. Setelah berita Hoax
tersebut viral terserbar, akhirnya pemerintah langsung
memberikan klarifikasi bahwa pemerintah tidak membuka
pendaftaran CPNS pada waktu itu.
Berikutnya yang terakhir adalah sebagai pemicu kepanikan
publik. Biasanya Hoax yang satu ini memuat berita yang
merangsang kepanikan khalayak publik, dan beritanya berisikan
tentang tindak kekerasan atau suatu musibah tertentu. Salah satu
contohnya adalah Hoax tentang kecelakaan hilangnya pesawat
Garuda Indonesia dengan tujuan Jakarta – Palu beberapa waktu
lalu. Hoax ini begitu cepat menyebar sampai media massa
STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN HOAX 11
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

maupun media online harus mengklarifikasi berita tersebut agar


masyarakat tidak panic ataupun percaya dengan Hoax tersebut.
Selanjutnya, saya akan menjelaskan ciri – ciri yang terdapat pada
berita atau opini Hoax. Hal ini tentunya sangat bermanfaat untuk
masyarakat yang notabenenya sering menggunakan sosial media
untuk meng-updateinformasi lebih dalam, akan tetapi tidak
terjebak oleh berita – berita palsu yang beredar. Dengan
demikian, kita dapat menjadi pembaca yang cerdas, bijaksana
dan tidak termakan angin lalu.
Ciri yang pertama adalah Judul dalam suatu berita biasanya
berbumbu provokatif dan disertai denga isu – isu terkini. Hoax
juga biasanya menggunakan judul berita sensasional sehingga
dapat memicu emosional para pembacanya. Pada umumnya
berita Hoax juga bisa diambil sumbernya dari media massa atau
media online yang resmi akan tetapi isi dar beritanya diubah mula
dari dikurangi hingga ditambahi sedikit agar membuat isi berita
semakin sensasional. Oleh karena itu jika anda merasa
menemukan berita yang memiliki judul ataupun isinya yang
sedikit sensasional, ada baiknya untuk mencaritahu lebih dalam
lagi dan cocokan dengan berita aslinya apakah terlihat
perbedaanya atau tidak agar bisa kita lihat sama atau tidak isi
berita tersebut.
Selanjutnya, cara yang ampuh untuk mengetahui berita Hoax
adalah dengan memeriksa fakta yang ada sebelum percaya akan
suatu berita. Biasanya jika suatu berita tidak disertai dengan
sumber yang jelas, maka sudah dipastikan bahwa berita tersebut
adalah Hoax. Dan biasakan kita memeriksa berita yang kita baca,
apakah berita tersebut adalah fakta ataupun hanya sebuah opini
semata.
Karena definisi serta dampak negatif dan ciri dari berita Hoax
sudah dipaparkan oleh penulis, maka penulis akan menjelaskan
keresahan sesungguhnya. Keresahan ini timbul karena di era
milenial ini, sangat mudah sekali menyebarnya Hoax dikalangan
masyarakat. Hal ini menyebabkan terjadinya sesat pikir atau
fallacy terhadap suatu permasalahan sosial yang ada dan
menimbulkan salah kaprah atau semacamnya.
Padahal di zaman sekarang, globalisasi sudah terjadi. Internet
dan media sosial khususnya merubah jarak sesungguhnya
menjadi dekat karena tidak ada batasan informasi yang
didapatkan oleh para penggunanya. Sehingga menyebabkan
konflik di dunia digital dan memengaruhi kondisi sosial di dunia
nyata.
Mengapa ini bisa terjadi? Alasan pertama menurut penulis adalah
kurangnya etika dalam menggunakan sosial media maupun
sejenisnya. Hal ini diperkuat dengan bebasnya para netizen
STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN HOAX 12
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

mengungkapkan pendapat mereka di dalam media sosial


manapun yang mereka mau. Dengan keadaan seperti itu, wajar
saja akhir – akhir ini media sosial yang biasa digunakan untuk
penyebaran Hoax seperti Twitter, Instagram, dan Whatsapp di
timeline-nyaselalu muncul berita – berita sensasional yang tidak
bersumber sama sekali.
Contoh saja di Instagram,dibagian menu explore,bisa kita dapati
berbagai macam berita Hoax yang disertai foto yang sebetulnya
tidak ada hubungan dan kaitannya sama sekali. Akan tetapi,
untuk para pengguna aplikasi tersebut yang tergolong baru –
baru ini menggunakannya biasanya begitu mudahnya percaya
dan terpengaruh dengan Hoax tersebut. Saya sempat berpikir
bahwa mengapa begitu banyaknya masyarakat yang masih
banyak mempercayai hal tersebut, padahal seharusnya mereka
menelaah terlebih dahulu informasi apa yang mereka dapatkan.
Lantas dengan wawasan terkini mereka yang terkesan “apa
adanya”, mereka dengan cepatnya kembali menyebarkan ulang
berita yang sama. Kendati demikian, tidak semua pengguna
sosial media yang seperti itu. Ada saja mereka yang
menggunakan sosial media dengan bijak dan tidak terpengaruh
oleh Hoax terkini dikarenakan banyaknya pengetahuan dan
wawasan tentang Hoax tersebut, sehingga para netizen yang
bijak tersebut langsung membuat “berita tandingan“ berupa
klarifikasi terhadap suatu Hoax yang sedang dibahas atau
panas–panasnya. Setelah itu timbulah semacam psywar di media
sosial tentang siapa yang paling benar.
Sebagai contoh, masalah pilkada DKI Jakarta tahun ini
merupakan pilkada yang begitu “berisik” bahkan pasca selesai
pilkada DKI Jakarta yang dimenangkan oleh pasangan nomor
urut 3 Anies baswedan dan Sandiaga Uno pun masih bertebaran
Hoax yang menjelekkan pasangan nomor urut 3 tersebut. Tidak
hanya itu, pasangan dengan nomor urut 2 yaitu basuki tjahja
purnama dan Djarot pun tidak luput sebagai objek Hoax sehingga
mencemarkan nama mereka. Perang Hoax tersebut diduga
adalah perang antar pendukung kedua pasangan calon tersebut.
Kendati demikian, penyebaran Hoax yang terjadi di salah satu
media sosial yaitu Instagram tidak melulu tentang Hoax antar
kedua paslon tersebut.
Saya sebagai penulis berpendapat bahwa dengan menyebarnya
berita Hoax di media sosial manapun jika penggunanya atau
yang mendapat informasinya tidak membaca berita tersebut
secara bijak, maka bisa dipastikan dia akan selamanya terjebak
arus berita Hoax. Tidak hanya itu, mereka yang tidak bijak dalam
membaca beritapun akan ikut membuat Hoax tandingan sehingga
antara kubu dengan yang lainnya tidak akan pernah habis untuk
saling serang di media sosial. Sudah bisa dipastikan, orang atau
STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN HOAX 13
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

kelompok tersebut sudah memiliki perspektif pemikiran yang


salah dan hanya bisa saling menyalahkan tanpa
menyeimbangkan pemikiran mereka.
Berdasarkan permasalahan di atas yang sudah kita ketahui,
seharusnya pemerintah bisa mencegah para penyebar Hoax
dengan memberikan sanksi lagi dari UU yang sudah ada atau
menyempurnakan kembali UU Pasal 27 ayat (3), Pasal 31 ayat
(4), Pasal 5 ayat (1) dan (2), Pasal 43 ayat (5), Pasal 26 dan
Pasal 40. Namun menurut penulis, para pembuat Hoax – Hoax di
media sosial tetap tidak kunjung ada habis – habisnya. Bahkan
jumlah user yang menyebarkan Hoax semakin banyak bahkan
berkembang.

4. Cara-cara Pencegahan dan Penanganan Hoax

Akhir-akhir ini dunia maya banyak dimunculkan informasi dan


berita palsu atau lebih dikenal dengan istilah “Hoax” oleh
sejumlah oknum yang tidak bertanggungjawab.
Jika tidak ada kehati-hatian, netizen pun dengan mudah
termakan tipuan Hoax tersebut bahkan ikut menyebarkan
informasi palsu itu, tentunya akan sangat merugikan bagi pihak
korban fitnah. Lalu bagaimana caranya agar tak terhasut?
Ketua Masyarakat Indonesia Anti Hoax Septiaji Eko Nugroho
menguraikan lima langkah sederhana yang bisa membantu
dalam mengidentifikasi mana berita Hoax dan mana berita asli.
Berikut penjelasannya:
a. Hati-hati dengan judul provokatif
Berita Hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang
provokatif, misalnya dengan langsung menudingkan jari ke
pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media
resmi, hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi
sesuai yang dikehendaki sang pembuat Hoax.
Oleh karenanya, apabila menjumpai berita denga judul
provokatif, sebaiknya Anda mencari referensi berupa berita
serupa dari situs online resmi, kemudian bandingkan isinya,
apakah sama atau berbeda. Dengan demikian, setidaknya
Anda sebabagi pembaca bisa memperoleh kesimpulan yang
lebih berimbang.
b. Cermati alamat situs
Untuk informasi yang diperoleh dari website atau
mencantumkan link, cermatilah alamat URL situs dimaksud.
Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai
institusi pers resmi -misalnya menggunakan domain blog,
maka informasinya bisa dibilang meragukan.

STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN HOAX 14


SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar


43.000 situs di Indonesia yang mengklaim sebagai portal
berita. Dari jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai
situs berita resmi tak sampai 300. Artinya terdapat
setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan
berita palsu di internet yang mesti diwaspadai.
c. Periksa fakta
Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya?
Apakah dari institusi resmi seperti KPK atau Polri?
Sebaiknya jangan cepat percaya apabila informasi berasal
dari pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat.
Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada
satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran
yang utuh.
Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita
yang dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah
peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti,
sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis
berita sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat
subyektif.
d. Cek keaslian foto
Di era teknologi digital saat ini , bukan hanya konten berupa
teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain
berupa foto atau video. Ada kalanya pembuat berita palsu
juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca.
Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan
memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan
melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google
Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar
serupa yang terdapat di internet sehingga bisa
dibandingkan.
e. Ikut serta grup diskusi anti-Hoax
Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi
anti Hoax, misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax
(FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster,
Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci.
Di grup-grup diskusi ini, netizen bisa ikut bertanya apakah
suatu informasi merupakan Hoax atau bukan, sekaligus
melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain.
Semua anggota bisa ikut berkontribusi sehingga grup
berfungsi layaknya crowdsourcing yang memanfaatkan
tenaga banyak orang.

STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN HOAX 15


SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

RANGKUMAN

1. Secara bahasa Hoax (synonyms: practical joke, joke, jest, prank,


trick) adalah lelucon, cerita bohong, kenakalan,
olokan, membohongi, menipu, mempermainkan, memperdaya,
dan memperdayakan.
2. Hoax (hoaks) bertumbuh-kembang seiring dengan meningkatnya
popularitas media sosial. Media sosial memungkinan semua
orang menjadi publisher atau penyebar berita, bahkan “berita”
yang dibuatnya sendiri, termasuk berita palsu atau Hoax.
3. Ciri utama Hoax adalah tanpa sumber. Penyebar Hoax biasanya
menuliskan: “copas dari grup sebelah” atau “kiriman teman”. Jika
Anda mendapatkan informasi, baik berupa teks, video, maupun
foto
4. Semakin majunya teknologi, membuat hampir setiap orang dapat
dengan mudah mendapatkan informasi dari media manapun.
Namun tak semua berita yang didapat itu jelas kebenarannya.
Oleh karena itu, tentu ada penyebab mengapa masyarakat
banyak yang tertipu dengan pemberitaan media.
5. Penyebaran berita Hoax pada periode akhir – akhir ini membuat
para pengguna internet atau biasa disebut sebagai netizen
sangatlah khawatir.
6. Berita Hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang
provokatif, misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak
tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi, hanya
saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang
dikehendaki sang pembuat Hoax.

Latihan
1. Jelaskan pengertian Hoax !
2. Jelaskan faktor-faktor munculnya Hoax !
3. Jelaskan dampak Hoax terhadap kehidupan sosial masyarakat !
4. Jelaskan cara-cara pencegahan dan penanganan Hoax !

STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN HOAX 16


SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

Anda mungkin juga menyukai