Anda di halaman 1dari 3

Makna Iman kepada takdir (rukun iman : percaya kepada takdir)

Merupkan rukun iman yang ke-6 yaitu Iman kepada Qada dan Qadar
Qadha yaitu ketetapan Allah SWT sejak zaman azali (zaman dahulu sebelum diciptakan alam
semesta) sesuai dengan kehendak-Nya tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
mahluknya. Qadar yaitu Perwujudan dari qadha atau ketetapan Allah SWT dalam kadar tertentu
sesuai dengan kehendak-Nya.
Qadarnya Allah ini juga biasa disebut dengan istilah takdir. Hubungan antara qadha dan qadar
yaitu hubungan yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan satu kesatuan. Mengapa? Karena
qadha diibaratkan “rencana”, sedangkan qadar sebagai “perwujudan atau kenyataan” yang
terjadi.
Jadi, apa itu beriman kepada qadha dan qadar?
Iman kepada qadha dan qadar yaitu percaya dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah
menentukan segala sesuatu yang akan terjadi pada mahluknya. Setiap manusia, telah diciptakan
dengan ketentuan-ketentuan dan telah di atur nasibnya sejak zaman azali. Meski ada takdir Allah
SWT, bukan berarti kita sebagai manusia bermalas-malasan menunggu nasib tanpa berusaha atau
berikhtiar. Karena sebuah keberhasilan tidak akan tercapai tanpa adanya usaha.
QS. Ar-Ra'd Ayat 11
‫ت ِّم ۢ ْن بَ ْي ِن يَ َد ْي ِه َو ِم ْن خ َْلفِ ٖه يَحْ فَظُوْ نَهٗ ِم ْن اَ ْم ِر هّٰللا ِ ۗاِ َّن هّٰللا َ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِقَوْ ٍم َح ٰتّى يُ َغيِّرُوْ ا َما بِا َ ْنفُ ِس ِه ۗ ْم َواِ َذٓا اَ َرا َد هّٰللا ُ بِقَوْ ٍم س ُۤوْ ًءا فَاَل‬
ٌ ‫لَهٗ ُم َعقِّ ٰب‬
ٍ ‫َم َر َّد لَهٗ ۚ َو َما لهُ ْم ِّم ْن ُدوْ نِ ٖه ِم ْن و‬
‫َّال‬ َ

11. Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan
belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan
mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan
apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

DALIL ADANYA QADHA DAN QADAR

Dalil tentang adanya qadha dan qadar ini tersurat dalam beberapa ayat al-Quran antara lain:

- QS. Al-Ahzab/33:38

Artinya: "…Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku." [Al-
Ahzab/33:38]
 
- QS. Al-Qamar/54:49
Artinya: "Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran." [Al-Qamar/54:49]
 
 
 
- HR. Muslim

Pustekkom 2017 [suara:m. baihaqie]


Artinya: Rasulullah SAW bersabda: "Allah telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak
lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi." (HR. Muslim).
 
Jadi qadha dan qadar Allah SWT itu adalah benar adanya. Hal tersebut disebutkan baik dalam
al-Quran maupun hadis. Karena itu, terkait dengan qadha dan qadar Allah SWT ini kita harus
mengimani bahwa kehendak Allah meliputi segala sesuatu: baik yang terjadi maupun yang
tidak terjadi, baik perkara besar maupun kecil, baik yang tampak maupun yang tersembunyi,
baik yang terjadi di langit maupun di bumi.
https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/iman%20qada%20dan%20qadar-
anto/topik1.html
Pembahasan iman kepada takdir dalam teologi menjadi penting, sebab sebagaimana pembahasan
tentang beberapa rukun iman sebelumnya, iman tidak lagi dipahami sebagai dogma, melainkan
berfungsi secara aktual sebagai landasan etik dan motivasi bagi segala tindakan manusia.
Sehingga iman kepada takdir nantinya tidak dimaksudkan untuk menjadikan manusia lemah,
pasif, dan apatis. Takdir sendiri telah dipahami sebagai ukuran yang sudah ditentukan Tuhan
sejak zaman azali baik atau buruknya sesuatu, tetapi bisa saja berubah jika ada usaha untuk
mengubahnya.22 Artinya, takdir juga melibatkan intervensi manusia. Dimana manusia
mempunyai peran dalam mengusahakan takdirnya, sehingga masih terdapat kemungkinan takdir
akan berubah. Sebagaimana tertulis dalam firman Allah surat ar-Ra’d ayat 11 berikut:
‫لَهُ ُم َعق ِبَات ِم ْن بَ ْي ِن يَ َد ْي ِˆه َو ِم ْن خَ ْلفِ ِه يَحْ فَظُونَهُ ِم ْن أَ ْم ِر الل َّ ِه إِن َّ الل َّهَ اَل يُغَي ِ ُر َما بِقَوْ ٍم َحت َّى يُغَي ِرُوا َما بِأ َ ْنفُ ِس ِه ْم َوإِ َذا أَ َرا َد الل‬
ٍ ‫ َّهُ بِقَوْ ٍم ُسˆو ًءا فَاَل مَ َرد َّ لَهُ َومَا لَهُ ْم ِم ْن دُونِˆ ِه ِم ْن َو‬Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu
‫ال‬
menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri
mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada
yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia (Q.S. Ar-Ra’du/13:
11).23
Berdasarkan ayat tersebut, terdapat dua cara yang dapat ditempuh untuk suatu perubahan.
 Pertama, menjalani kehidupan sesuai petunjuk agama yang menyebabkan hidup teratur.
 Kedua, mengubah pola pikir. Yaitu senantiasa berpikir positif dan husnudzan kepada
ketentuan Allah. Demikian yang dapat dilakukan manusia dalam upaya mengubah
kemungkinan takdir buruk. Upaya tersebut perlu dilakukan sebab selaras dengan
pemilihan manusia sebagai khalifah24 Allah di muka bumi.
Kekuasaan yang diberikan oleh Allah kepada manusia memungkinkannya mendayagunakan apa
yang ada di bumi untuk kepentingan hidupnya. Aktivitas tersebut menunjukkan peran aktif
manusia di muka bumi. Setelah melakukan segenap daya dan upaya, pada akhirnya manusia
memiliki kesadaran akan adanya ketentuan Tuhan sebagai putusan yang tidak dapat ditolak. Oleh
karena itu, dengan adanya ketentuan Allah manusia akan mengembangkan sikap tawakal.
Tawakal bukan berarti sebuah keputusasaan, melainkan tawakal lah yang akan membuat manusia
terbebas dari segala ketakutan kecuali pada Allah dan memberi keyakinan bahwa hanya Allah
yang menolong dan melindungi. Disamping itu, tawakal bukan berarti tinggal diam dan tidak
melakukan apa-apa. Tawakal tentu didahului oleh ikhtiar secara maksimal. Disamping itu,
karena adanya iman kepada takdir yang berbuah pada perilaku tawakal, seseorang akan memiliki
keberanian dalam melakukan hal yang sifatnya masih berupa angan dan harapan. Dengan
demikian, keimanan manusia terhadap takdir yang tidak lain adalah untuk sebuah keteraturan
akan menjadikan manusia memiliki pribadi yang teratur dan disiplin. Selain itu, dengan meyakini
adanya ketentuan Allah manusia akan menjadi pribadi yang bersyukur menerima bagaimanapun
hasil dari upaya yang telah dilakukannya. Pikiran positif dalam bertawakal akan meminimalisir
kekecewaan manusia. Sebab setelah manusia berupaya dengan keyakinan sebab akibat, pada
akhirnya ketentuan akhir ada di tangan Allah. Dia tidak pernah terlambat berpikir untuk
makhluk-Nya. Termasuk ketentuan yang diberikan kepada setiap makhluk-Nya, baik maupun
buruk menurut pandangan manusia, pada akhirnya pasti ada ibrah yang dapat diambil.

Anda mungkin juga menyukai