Anda di halaman 1dari 3

Tugas ‘Qadha Qadar’

1. Penjelasan
Iman kepada Qadha dan Qadar adalah rukun iman ke-enam yang wajib kita Imani. Qadha
dan Qadar atau biasa yg disebut dengan ‘takdir’ tentu tidak bisa lepas dari kehidupan
manusia, karena takdir sudah ditentukan dari 120 hari/ 4 bulan lamanya ketika janin berada
dalam rahim ibu. Sebagai contoh seorang ibu yang sedang mengandung. Ia menginginkan
seorang anak perempuan, tapi pada saat melahirkan ternyata yg dilahirkannya adalah seorang
anak laki laki. Ia tidak bisa menyalahkan dunia atau apapun atas keadaan ini. Sebab apapun
yang terjadi, yang telah menimpanya adalah ketentuan dari rabb. Allah SWT telah mengatur
sebaik mungkin semua tatanan alam semesta termasuk dunia dan seisinya dengan kehendak-
Nya.
Qadha sendiri memiliki pengertian yaitu suatu ketetapan dari Allah SWT yang tertulis di
Lauhul Mahfudz (kitab catatan takdir) sejak zaman Azali (sebelum manusia diciptakan) yang
berhubungan dengan makhluk-Nya. Sedangkan Qadar secara Bahasa mempunyai arti
peraturan, kepastian, ukuran, dengan kata lain adalah perwujudan dari qadha atau ketetapan
Allah SWT dalam kadar tertentu sesuai dengan kehendak-Nya. Berbeda halnya dengan Qada,
Qadar ini sudah tidak bisa diubah lagi, bagaimanapun caranya. Sebab Qadar sudah tertulis di
Lauhul Mahfudz sejak di dalam kandungan. Contohnya jodoh, maut, dan lain sebagainya.
Hubungan antara qadha dan qadar yaitu hubungan yang tidak dapat dipisahkan dan
merupakan satu kesatuan.
Jadi, Qada masih bisa diubah melalui adanya suatu usaha, tawakal, ikhtiar secara sungguh-
sungguh supaya memperoleh hasil sesuai dengan apa yang kamu inginkan. Sebagaimana
yang telah tercantum pada kitab suci Allah SWT, Bahwasannya tak ada yang bisa merubah
nasib suatu kaum, kecuali mereka sendiri yang merubahnya sendiri (Ar-Ra’d 13:11).

2. Jabariyah Dan Qadariyah


Risalah Jabariah dan Qadariah adalah dua contoh aliran teologi Islam yang berbeda
pendapat dalam menyikapi Qada dan Qadar. Jabariah berpandangan bahwa manusia tidak
memiliki kehendak bebas dalam hidupnya dan segala sesuatu yang terjadi adalah kehendak
Allah SWT semata. Pandangan ini cenderung membuat hidup sudah ditentukan oleh Allah.
Sebaliknya qadariah berpandangan bahwa Allah memberikan kebebasan pada manusia untuk
menentukan jalan hidupnya. Oleh karena itu, apa pun yang diperbuat oleh manusia adalah
berkat usaha dan kemampuannya sendiri serta tidak ada lagi campur tangan Allah di
dalamnya. Dengan demikian, manusia mempertanggungjawabkan segala perbuatannya
kepada Allah di akhirat. Pemahaman semacam ini cenderung membuat seseorang bersikap
aktif dan optimistis dalam menjalani kehidupannya.
2. Contoh Ikhtiar Sahabat
Dalam sebuah hadis yang panjang dan diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim
dikisahkan bahwa ketika Khalifah Umar bin Khattab r.a. dan pasukannya akan masuk ke
negeri Syam dan telah sampai di perbatasan, ada yang menyampaikan laporan bahwa di
negeri Syam tersebut tengah terjangkit penyakit menular. Khalifah Umar bin Khattab r.a.
akhirnya memutuskan untuk membatalkan kepergiannya ke negeri Syam dan kembali pulang
ke Madinah. Abu Baidah berkata kepada Khalifah, «Mengapa Anda lari dari takdir Allah?»
Khalifah Umar bin Khattab r.a. menjawab, «Kami lari dari takdir untuk mengejar takdir
pula.» Maksud dari pernyataan `lari dari takdir menuju takdir› itu adalah bahwa mereka
memilih meninggalkan takdir yang buruk menuju pada takdir yang lebih baik. Manusia yang
telah diberi fitrah dan pengetahuan untuk dapat membedakan baik dan buruk pasti akan
senantiasa mampu menaati segala kebaikan dan menjauhi keburukan.

2. Dalil Naqli

- ‫ة‬ َ ‫ت ۗ َوِإنَّ َما تُ َوفَّ ْو َن ُأج‬


ِ ‫ُور ُك ْم يَ ْو َم ْالقِيَا َم‬ ِ ‫س َذاِئقَةُ ْال َم ْو‬
ٍ ‫( ُكلُّ نَ ْف‬Al – Imran : 185) ‘setiap
yang bernyawa pasti akan mati, pada hari kiamatlah pahala akan disempurnakan’
۟ ‫( َّن ٱهَّلل َ اَل يُ َغيِّ ُر ما بقَ ْو ٍم َحتَّ ٰى يُ َغيِّر‬Ar – Ra’d : 11) ‘Allah tidak akan
ِ ‫ُوا َما بَِأنفُ ِس‬
- ‫ه ْم‬ ِ َ ‫ِإ‬
merubah suatu kaum, melainkan mereka yang merubah keadaan pada diri mereka sendiri’
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫ب ُ لَنَ ۚا هُ َو َم ْو ٰلىنَا َو َعلَى ِ فَ ْليَتَ َو َّك ِل ْال ُمْؤ ِمنُ ْو‬
-‫ن‬ ِ ‫لَّ ْن ي‬
َ َ‫ُّص ْيبَنَٓا اِاَّل َما َكت‬ ْ‫( قُل‬At-
Taubah : 51) ‘Apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT adalah untuk kami’

-‫ن‬َ ‫( فَاِ َذا َج ۤا َء اَ َجلُهُ ْم اَل يَ ْستَْأ ِخر ُْو َن َسا َعةً َّواَل يَ ْستَ ْق ِد ُم ْو‬An – Nahl : 61) ‘Apa yang telah
ditetapkan oleh Allah tidak dapat diundur atau didahulukan

َ ‫ان اِاَّل َما‬


- ۙ‫س ٰعى‬ َ ‫( َواَ ْن لَّي‬An – Najm : 39) ‘Bahwasannya manusia tidak akan
ِ ‫ْس لِاْل ِ ْن َس‬
memperoleh selain apa yang telah diusahakannya’

2. Perilaku Cerminan
Apabila manusia telah dapat mengilhami atau memahami apa isi dari qada dan qadar,
seharusnya ia mendapat pemikiran yang berbeda dari sebelumnya. Ia lebih dapat memahami
apa arti kehidupan dan untuk apa ia hidup untuk yang sebenar – benarnya. Ada beberapa
diantaranya yaitu :
- Karakter religius - Kerja keras
- Jujur
- Bertanggung jawab
- Sabar
- Ikhlas
2. Hikmah
Adapun Hikmah setelah mampu memahami Qada dan Qadar yang merupakan salah satu
sendi keimanan umat islam;
- Dapat meningkatkan iman dan takwa
- Terbiasa untuk selalu bersyukur, sabar, dan tawakal atas segala sesuatu yang telah
diberikan
- Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa serta memberikan ketenangan batin
- Menumbuhkan sifat optimis dan kerja keras
- Menyadari bahwa segala sesuatu yang diciptakan dan yang terjadi di dunia ini tidak pernah
luput dari kekuasaan Allah, maka manusia tidak pantas untuk berlaku sombong
- Jika kita mau untuk berusaha, maka Allah akan membuka jalan untuk kita. Niscaya
kesuksesan bukanlah khayalan
- Memanfaatkan segala sesuatu yang ada dunia, maka dari itu manusia beriman tidak akan
menyia nyiakan sesuatu tersebut

Anda mungkin juga menyukai