Anda di halaman 1dari 19

MODUL TAUHID

KELAS IX
KURIKULUM BERBASIS TAUHID

SMP INTEGRAL LUQMAN AL-HAKIM


ISLAMIC BOARDING SCHOOL
Jl. Sultan Alauddin No. 26 Karang Bugis – Balikpapan

Kelas 8-SMP I Luqman Al Hakim 1


DAFTAR ISI TAUHID

BAB I Iman Kepada Qodho dan Qodar 3


A Definisi Qodho dan Qodar 3
B Pentingnya seorang muslim percaya dengan 3
Qodho dan Qodar
C Dalil tentang takdir Allah Ta’ala pada 4
mahkluknya
D Tingkatan atau Rukun-Rukun takdir Allah Ta’ala. 5
E Pembicaraan tentang takdir Allah Ta’ala 8
F Ahlu Sunnah Wal Jama’ah dalam menyikapi 9
takdir
G Macam – macam takdir 13

2 Kelas 8-SMP I Luqman Al Hakim


BAB I
IMAN KEPADA QODHO DAN QODAR

A. Definisi Qodho dan Qodar

Sebelum kita membahas tentang definisi ( pengertian ) dari


Qodho dan Qodar maka, kita harus tau kaidah ini “ Bila keduanya
bersatu maka berbeda makna, dan bila keduanya dipisah maka
maknanya bersatu “. Artinya jika kata Qodho dan Qodar jika di
definisikan secra terpisah akan menghasilkan definisi yang sama.

1. Qodho : ketetapan Allah Ta’ala untuk seluruh ciptaan nya dengan


pengetahuan dan segala hikmah yang terkandung dalam ketetapan
tersebut
2. Qodar : ketetapan Allah Ta’ala untuk seluruh ciptaan nya dengan
pengetahuan dan segala hikmah yang terkandung dalam ketetapan
tersebut

Akan tetapi jika kata Qodho dan Qodar terdapat dalam satu kalimat,
maka dua kata tersebut akan menghasilkan definisi yang berbeda.

1. Qodho dan Qodar: ( Qodho ) bermakna sesuatu yang


ditetapkan Allah pada mahluk-Nya, baik berupa penciptaan,
peniadaan maupun perubahannya. Sedangkan ( Qadar ) bermakna
sesuatu yang telah ditentukan Allah sejak zaman azali.

B. Pentingnya seorang muslim percaya dengan Qodho dan Qodar

Wajib hukumnya bagi seorang yang mengaku bahwa dirinya


adalah seorang muslim atau muslimah untuk mengakui adanya
Qodho dan Qodar, karena dengan mengakui dan memhami-nya
seorang muslim /muslimah akan mendapatkan keutamaan-
keutamaan, diantaranya :

1. Akan bertawakal kepada Allah Ta’ala ketika melakukan kegiatan


sehari-hari, dan menjadikan dirinya untuk tidak bertawakal dengan
dirinya sendiri, karna sesuatu di takdirkan oleh Allah Ta’ala.

2. Tidak menjadikan seseorang menjadi sombong atau takabur ketika


mendapatkan kenikmatan,

Kelas 8-SMP I Luqman Al Hakim 3


karena kenikmatan yang di terima oleh seseorang berasal dari Allah
Ta’ala.

3. Mendapatkan ketenangan jiwa ( hati ) selama menjalani kehidupan


sehari-hari, karena tidak selamanya mahkluk akan merasakan
kenikmatan dalam hidupnya, akan tetapi akan Allah uji hambanya
dengan sebuah musibah, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman.

َ‫اس ا َ ْن يُّتْ َرك ُْْٓوا ا َ ْن يَّقُ ْولُ ْْٓوا ٰا َمنَّا َوهُ ْم ََل يُ ْفتَنُ ْون‬
ُ َّ‫ب الن‬ ِ ‫ا َ َح‬
َ ‫س‬
"Apakah manusia mengira bahwa mereka akan di biarkan hanya
dengan mengatakan, “ kami telah beriman “ dan mereka tidak di
uji (Q.S. Al- Ankabut : 2).

C. Dalil tentang ketetapan Allah Ta’ala kepada mahkluknya

Sebagaimana firman Allah Swt sebagai berikut:

‫ش ْيءٍ َخلَ ْقنَاهُ بِقَد ٍَر‬


َ ‫إِنَّا كُ َّل‬
" Sungguh, kami menciptakan segala sesuatu menurut ukurannya “
(Q.S. Al- Qamar: 49).

Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahiih dari Thawus, dia


mengatakan, “Saya mengetahui sejumlah orang dari para Sahabat
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Segala
sesuatu dengan ketentuan takdir.’ Ia melanjutkan, “Dan aku
mendengar ‘Abdullah bin ‘Umar mengatakan, ‘Segala sesuatu itu
dengan ketentuan takdir hingga kelemahan dan kecerdasan, atau
kecerdasan dan kelemahan.’”[2] Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:

‫ قَ َد ُر‬:‫ َولَ ِك ْن قُ ْل‬،‫ َكانَ َكذَا َو َكذَا‬، ُ‫ْ لَ ْو أَنِ ْي فَ َع ْلت‬:‫ئ فَالَ تَقُل‬
ٌ ‫ش ْي‬
َ َ‫صابَك‬ َ َ ‫َو ِإ ْن أ‬
“ ‫هللاِ َو َما شَا َء فَعَ َل‬

4 Kelas 8-SMP I Luqman Al Hakim


Jika sesuatu menimpamu, maka janganlah mengatakan, “Se-
andainya aku melakukannya, niscaya akan demikian dan
demikian” Tetapi ucapkanlah, “Sudah menjadi ketentuan Allah,
dan apa yang dikehendakinya pasti terjadi ”.

Dari dua dalil diatas, adalah sebagai bukti atas adanya takdir
Allah Ta’ala, dan masih banyak lagi dalil-dalil terkait dengan
kuasa allah ta’ala di dalam Al-Qur’an dan Hadist-hadist
rasulullah shalallahu a’laihi wa sallam.

D. Tingkatan atau Rukun-Rukun takdir Allah Ta’ala.

Iman kepada qadar berdiri di atas empat rukun yang


disebut tingkatan-tingkatan qadar atau rukun-rukunnya, dan
merupakan pengantar untuk memahami masalah qadar. Iman
kepada qadar tidak sempurna kecuali dengan merealisasikannya
secara keseluruhan, sebab sebagiannya berkaitan dengan
sebagian lainnya. Barangsiapa yang memantapkannya secara
keseluruhan, maka keimanannya kepada qadar telah sempurna,
dan barangsiapa yang mengurangi salah satu di antaranya atau
lebih, maka keimanannya kepada qadar telah rusak. Rukun-
rukun tersebut ialah:

1. Al-‘Ilm (ilmu).
2. Al-Kitaabah (pencatatan).
3. Al-Masyii-ah (kehendak).
4. Al-Khalq (penciptaan).

Tingkatan Pertama: Al-‘Ilm (Ilmu). Yaitu, beriman


bahwa Alla mengetahui segala sesuatu, baik secara global
maupun terperinci, azali (sejak dahulu) dan abadi, baik
hal itu berkaitan dengan perbuatan-perbuatan-Nya
maupun perbuatan-perbuatan para hamba-Nya,

Kelas 8-SMP I Luqman Al Hakim 5


azali (sejak dahulu) dan abadi, baik hal itu berkaitan
dengan perbuatan-perbuatan-Nya maupun perbuatan-
perbuatan para hamba-Nya,

sebab ilmu-Nya meliputi apa yang telah terjadi, apa yang akan
terjadi, dan apa yang tidak terjadi yang seandainya terjadi,
bagaimana terjadinya. Dia mengetahui yang ada, yang tidak ada,
yang mungkin, serta yang mustahil, dan tidak luput dari ilmu-Nya
seberat dzarrah pun di langit dan di bumi.

Dia mengetahui semua ciptaan-Nya sebelum Dia men-


ciptakan mereka. Dia mengetahui rizki, ajal, ucapan, per-
buatan, maupun semua gerak dan diam mereka, juga siapakah
ahli Surga ataupun ahli Neraka.

Dalil-dalil mengenai tingkatan ini banyak sekali, di antaranya


firman Allah Azza wa Jalla

َٰ
‫شهَا َد ِة‬ ِ ‫َّللا الهذِي ََل ِإلَهَ ِإ هَل ه َُو ۖ عَا ِل ُم ا ْلغَ ْي‬
‫ب َوال ه‬ ُ ‫ه َُو ه‬
“Dia-lah Allah Yang tidak ada ilah (yang berhak untuk
diibadahi dengan benar) selain Dia, Yang mengetahui yang
ghaib dan yang nyata.” (Q.S. Al- Hasyr: 22)

Tingkatan Kedua: Al-Kitaabah (Penulisan). Yaitu, mengimani


bahwa Allah telah mencatat apa yang telah diketahui-Nya dari
ketentuan-ketentuan para makhluk hingga hari Kiamat dalam al-
Lauhul Mahfuzh.
Para Sahabat, Tabi’in, dan seluruh Ahlus Sunnah wal Hadits sepakat
bahwa segala yang terjadi hingga hari Kiamat telah dituliskan dalam
Ummul Kitab, yang dinamakan juga al-Lauhul Mahfuzh, adz-Dzikr,
al-Imaamul Mubiin, dan al-Kitaabul Mubiin, semuanya mempunyai
makna yang sama

6 Kelas 8-SMP I Luqman Al Hakim


Allah Azza wa Jalla berfirman:

َ‫ض ۗ ِإنَّ ٰذَ ِلك‬


ِ ‫اء َو ْاْلَ ْر‬ َ ٰ َّ َّ‫أَلَ ْم تَ ْعلَ ْم أَن‬
َّ ‫َّللا َي ْعلَ ُم َما فِي ال‬
ِ ‫س َم‬
‫سير‬ ِ ‫َّللا َي‬ َ َ‫ب ۚ ِإنَّ ذَ ِلك‬
ِ َّ ‫علَى‬ ٍ ‫ِفي ِكتَا‬
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya
Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?
Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah
kitab (Lauh Mahfuzh) Sesungguhnya yang demikian itu
amat mudah bagi Allah.” (Q.S. Al-Hajj : 70)

Tingkat ketiga : Masyii-ah ( kehendak )

Mengimani bahwa tidak ada sesuatu pun yang terjadi di langit


dan di bumi kecuali dengan kehendak Allâh yang bersumber dari
kasih-sayang maupun hikmah-Nya. Dia Azza wa Jalla memberi
petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya dengan kasih sayang-
Nya dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dengan hikmah-
Nya. Dia Azza wa Jalla tidak pantas ditanya tentang apa yang
diperbuat-Nya, karena kesempurnaan sifat hikmah dan kekuasaan-
Nya. Manusialah yang harus mempertanggungjawabkan segala
perbuatan mereka. Segala sesuatu yang terjadi (di alam semesta)
adalah sesuai dengan ilmu-Nya yang terdahulu dan dengan
ketetapan yang ditulis-Nya dalam Lauhul Mahfûzh. Allâh Azza wa
Jalla berfirman, yang artinya, “Sesungguhnya Kami menciptakan
segala sesuatu dengan al-qadar takdir”(Q.S.Al-Qamar:49)

Tingkat keempat : Khalq ( pencipaan )

Mengimani bahwa segala sesuatu (yang ada) di langit dan di


bumi adalah makhluk Allâh Azza wa Jalla , tidak ada pencipta,
penguasa dan pengatur alam semesta selain-Nya, sebagaimana
dalam firman Allâh Azza wa Jalla yang artinya, “Dia menciptakan
segala sesuatu, dan Dia menetapkan ketentuan takdirnya (al-
Furqân:2)
Kelas 8-SMP I Luqman Al Hakim 7
E. Pembicaraan tentang takdir ( ketentuan ) Allah Ta’ala

riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi


wa sallam sangat marah sekali, ketika beliau keluar menemui
para Sahabatnya pada suatu hari saat mereka sedang berdebat
tentang masalah takdir, sehingga wajah beliau memerah, seolah-
olah biji delima terbelah di keningnya, lalu beliau bersabda,

َ‫س ْلتُ ِإلَ ْيكُ ْم؟ ِإ هن َما أ َ ْه َلكَ َم ْن كَانَ قَ ْبلَكُ ْم حِ ْين‬
ِ ‫أ َ ِب َه َذا أُمِ ْرت ُ ْم؟ أ َ ْم ِب َه َذا أ ُ ْر‬
َ َ‫علَ ْيكُ ْم أََله تَن‬
‫ازع ُْوا فِ ْي ِه‬ َ ُ‫ ع ََز ْمت‬،‫ازع ُْوا فِ ْي َهذَا اْأل َ ْم ِر‬ َ َ‫تَن‬
“Apakah dengan ini kalian diperintahkan? Apakah
dengan ini aku diutus kepada kalian? Sesungguhnya umat-
umat sebelum kalian telah binasa ketika mereka berselisih
mengenai perkara ini. Oleh karena itu, aku meminta
kalian, janganlah berselisih mengenainya.”

Jawaban mengenai hal itu: Bahwa larangan yang disebutkan


tersebut adalah karena mengandung perkara-perkara berikut ini:

1. Membicarakan takdir dengan kebathilan serta dengan tanpa


ilmu dan dalil. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
‫ْس َلكَ بِ ِه ِع ْلم‬ ُ ‫َو ََل ت َ ْق‬
َ ‫ف َما َلي‬
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya… .” [Al-Israa’: 36]

2. Bersandar hanya kepada akal manusia yang terbatas dalam


mengetahui takdir, jauh dari petunjuk al-Qur’an dan as-
Sunnah. Sebab, akal manusia tidak mampu mengetahui hal
itu secara terperinci, karena akal mempunyai keterbatasan
dan juga kemampuan yang terbatas, maka wajib bagi akal
untuk berhenti pada dalil-dalil al-Qur’an dan as-Sunnah yang
shahih.

8 Kelas 8-SMP I Luqman Al Hakim


3. Tidak pasrah dan tunduk kepada Allah dalam takdir-Nya. Hal itu
karena takdir adalah perkara ghaib, yang mana perkara ghaib itu
landasannya adalah kepasrahan.

4. Berbantah-bantahan mengenai takdir, yang menyebabkan


perselisihan manusia di dalamnya dan terpecahnya mereka
dalam masalah itu. Semua ini termasuk perkara yang kita
dilarang melakukannya.

Tidak termasuk dalam kategori perbantahan yang tercela:


membantah aliran yang sesat, menolak berbagai syubhat mereka,
dan meruntuhkan berbagai argumentasi mereka, karena usaha
tersebut berarti memenangkan kebenaran dan mengalahkan
kebathilan.

F. Ahlu Sunnah Wal Jama’ah dalam menyikapi takdir

Penting untuk di pahami, sebelum membahas tentang firqoh-


firqoh yang bathil ( sesat ) dalam memahami takdir Allah azza
wajalla, maka perlu di pahami bahwasanya seorang muslim
harus yakin dengan adanya kehendak Allah azza wajalla dan
juga harus yakin dengan adanya kehendak manusia, tidak bisa
kita hanya mempercayai salah satu dari kedua nya, apalagi tidak
mempercayai keduanya.

‫َّللا لَ َجعَلَكُ ْم أ ُ همةً َواحِ َدةً َو َٰلَك ِْن ِليَ ْبلُ َوكُ ْم فِي َما آتَاكُ ْم ۖ فَا ْستَبِقُوا‬
ُ ‫َولَ ْو شَا َء ه‬
ِ ‫ت ۖ إِلَى ه‬
َ‫َّللا َم ْر ِجعُكُ ْم َجمِ يعًا فَيُنَبِئُكُ ْم بِ َما كُ ْنت ُ ْم فِي ِه تَ ْختَ ِلفُون‬ ِ ‫ْال َخي َْرا‬

“Sekiranya Allâh menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya


satu umat (saja), tetapi Allâh hendak menguji kamu terhadap
pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah
berbuat kebajikan. Hanya kepada Allâh -lah kembali kamu
semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah
kamu perselisihkan itu. (Q.S Al-Maidah:48)”

Kelas 8-SMP I Luqman Al Hakim 9


َ ‫اخ َرةَ ۚ ث ُ هم ص ََرفَكُ ْم‬
‫ع ْن ُه ْم‬ ِ ‫ِمنكُم همن ُي ِري ُد ٱل ُّد ْن َيا َو ِمنكُم همن ُي ِري ُد ٱ ْل َء‬
َ‫علَى ٱ ْل ُم ْؤ ِمنِين‬ َ ‫ض ٍل‬ ْ َ‫ٱَّلل ذُو ف‬
ُ ‫عفَا عَنكُ ْم ۗ َو ه‬ َ ‫ِليَ ْبت َ ِليَكُ ْم ۖ َولَقَ ْد‬

“Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan


diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat.
Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk
menguji kamu, dan sesunguhnya Allah telah memaafkan
kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas
orang orang yang beriman.” (Q.S. Ali-Imron : 152)

Kesimpulan dari pernyataan di atas adalah, wajib bagi


seorang muslim/muslimah untuk meyakini dua hal tersebut,
karena manusia yang merencanakan dan melakukan usaha-
usaha untuk menggapai impian, Allah azza wajalla lah yang
menentukannya, diberi kenikmatan atau tidak.

❖ Dua firqoh terkenal akan kebathilannya terkait takdir

1. Jabbariyyah
Secara bahasa Jabariyyah memiliki arti “keterpaksaan”,
dalam kepercayaan firqoh ( kelompok ) mereka, meyakini
bahwasanya semua yang dilakukan oleh manusia adalah
kehendak Allah secara mutlak, manusia hanyalah boneka dari
sebuah takdir yang telah di tentukan oleh Allah semata.

padahal Allah azza wajalla berfiman

10 Kelas 8-SMP I Luqman Al Hakim


َ ‫اخ َرةَ ۚ ث ُ هم ص ََرفَكُ ْم‬
‫ع ْن ُه ْم‬ ِ ‫ِمنكُم همن يُ ِري ُد ٱل ُّد ْنيَا َو ِمنكُم همن يُ ِري ُد ٱ ْل َء‬
َ‫علَى ٱ ْل ُم ْؤ ِمنِين‬
َ ‫ض ٍل‬ ْ َ‫ٱَّلل ذُو ف‬
ُ ‫عفَا عَنكُ ْم ۗ َو ه‬ َ ‫ِليَ ْبت َ ِليَكُ ْم ۖ َولَقَ ْد‬

“Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan


diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat.
Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk
menguji kamu, dan sesunguhnya Allah telah memaafkan kamu.
Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang
orang yang beriman.” (Q.S. Ali-Imron : 152)

Keyakinan jabbariyyah ini banyak di gunakan oleh pelaku


maksiat, dengan alasan apa yang mereka lakukan di dunia ini
adalah takdir allah ta’ala semata, baik itu amalan soleh maupun
amalan buruk manusia, oleh karena itu maka wajib bagi seorang
muslim dan muslimah untuk senantiasa melakukan amal-amal
soleh, karena pada dasarnya seseorang juga mempunyai
kehendak, manusia yang merencanakan, Allah azza wajalla yang
menentukan.

2. Qodariyyah
Qodariyyah adalah salah satu firqoh bathil ( sesat ) yang
meyakini bahwa manusia adalah penanggung jawab dari segala
sesuatu yang di perbuatnya, dengan kata lain mereka
meniadakan salah satu dari rukun yang ada pada takdir yaitu,
Masyii-ah ( kehendak) Allah azza wajalla, padahal sangat banyak
ayat-ayat dari qur’an dan sunnah yang menjelaskan tentang
kekuasaan dan kehendak dia Azza wajalla

Salah satunya, Allah azza wajalla berfirman

‫َّللا لَ َج َعلَكُ ْم أ ُ همةً َواحِ َدةً َو َٰلَك ِْن ِليَ ْبلُ َوكُ ْم فِي َما آتَاكُ ْم ۖ فَا ْستَبِقُوا‬
ُ ‫َولَ ْو شَا َء ه‬
ِ ‫ت ۖ ِإلَى ه‬
َ‫َّللا َم ْر ِجعُكُ ْم َجمِ يعًا فَيُنَبِئُكُ ْم بِ َما كُ ْنت ُ ْم فِي ِه تَ ْختَ ِلفُون‬ ِ ‫ْال َخي َْرا‬

Kelas 8-SMP I Luqman Al Hakim 11


“Sekiranya Allâh menghendaki, niscaya kamu dijadikan-
Nya satu umat (saja), tetapi Allâh hendak menguji kamu
terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-
lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allâh -lah
kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya
kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu. (Q.S
Al-Maidah:48)”

Firqoh ini adalah firqoh yang sangat mengedepankan


akalnya dalam beragama, sehingga bisa meniadakan masyii-ah
( kehendak ) atau takdir Allah azza wajalla, di dalam
beragama kita harus mengedepankan dalil-dalil yang terdapat
dalam Al-qur’an dan hadist-hadist Rasulullah Shalallahu A’laihi
Wa Sallam.

Oleh karena itu, di haramkan kepada muslim atau muslimah


menggunakan takdir sebagai alasan untuk melakukan maksiat,
mengapa manusia hanya mengatas namakan takdir untuk
bermaksiat, sedangkan untuk urusan dunyawiyyah mereka
berlomba-lomba untuk menggapai kesuksesan ( harta, dan
kekuasaan ), bukankah secara tidak langsung mereka
menyetujui adanya kehendak manusia, maka janganlah jadi
seperti firqoh Jabbariyyah.

Kemudian ketika manusia mengedepankan akalnya dari pada


dalil-dalil shahih ( benar ), maka ketika mereka mendapatkan
sebuah kenikmatan dunyawiyyah, mereka sombong akan
yang di dapatkannya, dan tidak bersyukur atas pemberian
tersebut, yang sejatinya adalah pemberian dari Allah azza
wajalla.

Dan sebaliknya ketika manusia tersebut ditimpakan sebuah


kesengsaraan, maka mereka akan menyesali apa yang telah
mereka lakukan.

12 Kelas 8-SMP I Luqman Al Hakim


Rasulullah bersabda :

‫ قَ َد ُر‬: ْ‫ َولَك ِْن قُل‬،‫ َكانَ َكذَا َو َكذَا‬، ُ‫ْ لَ ْو أَنِ ْي فَ َع ْلت‬:‫ئ فَالَ تَقُل‬
ٌ ‫ش ْي‬ َ َ‫َو ِإ ْن أ‬
َ َ‫صابَك‬
“ ‫هللاِ َو َما شَا َء فَعَ َل‬
Jika sesuatu menimpamu, maka janganlah mengatakan, “Se-
andainya aku melakukannya, niscaya akan demikian dan
demikian” Tetapi ucapkanlah, “Sudah menjadi ketentuan Allah,
dan apa yang dikehendakinya pasti terjadi ”.

G. Macam-macam takdir

1. Takdir Azali

Yaitu takdir yang ditulis dalam lauhil mahfudz 50.000


tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. Takdir azali ini
adalah takdir yang merupakan takdir utama yang pasti terjadi
bagi semua mahkluk
Allah Ta’ala berfirman :

َ‫ب ۚ إِ َّن ٰذَ ِلك‬ ٰ


ٍ ‫ض ۗ إِ َّن ذَ ِلكَ فِي ِكتَا‬
ِ ‫س َماءِ َو ْاْل َ ْر‬ َ َّ ‫أَلَ ْم تَ ْعلَ ْم أَ َّن‬
َّ ‫َّللا يَ ْعلَ ُم َما فِي ال‬
ِ َّ ‫علَى‬
‫َّللا يَسِير‬ َ
“ apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya allah
mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi, bahwasanya
yang demekian itu terdapat pada sebuah kitab (Lauhil Mahfudz),
bahwa yang demikian itu sangat mudah bagi allah. ( Q.S. Al-Hajj
: 77)

Rasulullah Shalallhu A’laihi Wa sallam :

َ ‫ت َواْ أل َ ْر‬
َ‫ بِ َخ ْم ِسيْن‬،‫ض‬ ِ ‫اوا‬
َ ‫س َم‬ ِ ِ‫َب هللاُ َمقَا ِدي َْر ْال َخالَئ‬
َّ ‫ قَ ْب َل أ َ ْن يَ ْخلُقَ ال‬،‫ق‬ َ ‫َكت‬
ْ
ِ‫على ال َماء‬ َ َ ُ‫ع ْرشُه‬َ ‫ َو‬:َ‫ قَال‬،ٍ‫سنَة‬ َ ‫ف‬ َ ‫أ َ ْل‬
“Allah menentukan berbagai ketentuan para makhluk, 50.000
tahun sebelum menciptakan langit dan bumi. “Beliau bersabda,
“Dan adalah ‘Arsy-Nya di atas air.” (HR. Muslim)

Kelas 8-SMP I Luqman Al Hakim 13


2. Takdir ‘Umri
Yaitu takdir yang malaikat tulis ketika meniupkan roh kepada
janin di dalam rahim ibu.

Rasulullah Shalallahu A’laihi Wa Sallam bersbda :

‫ ث ُ َّم َي ُك ْو ُن ِفي‬،‫ط ِن أ ُ ِم ِه أ َ ْر َب ِعيْنَ َي ْو ًما‬ ْ ‫ِإ َّن أ َ َح َدكُ ْم يُجْ َم ُع خ َْلقُهُ ِف ْي َب‬
‫ ث ُ َّم‬، َ‫ضغَةً ِمثْ َل ذَ ِل ك‬
ْ ‫ ث ُ َّم يَكُ ْو ُن فِ ْي ذَلِكَ ُم‬، َ‫علَقَةً ِمثْ َل ذَلِك‬ َ َ‫س ُل ذَلِك‬ َ ‫ي ُْر‬
ْ َ
ِ ‫ بِ َكت‬،ٍ‫ َويُؤْ َم ُر بِأ ْربَ ِع َك ِل َمات‬،‫الر ْو َح‬
‫ب‬ َ
ُّ ‫ فَيَ ْنفُ ُخ فِ ْي ِه‬، ُ‫ال َملك‬ ْ
‫س ِع ْي ٌد‬ َ
َ ‫ي أ ْو‬ ٌّ ‫ش ِق‬ َ ‫ َو‬،‫ َوأ َ َج ِل ِه‬،‫ِر ْزقِ ِه‬
َ ‫ َو‬،‫ع َم ِل ِه‬
“Sesungguhnya salah seorang dari kalian dikumpulkan
penciptaannya dalam perut ibunya selama mpat puluh hari,
kemudian menjadi segumpal darah seperti itu pula (empat
puluh hari), kemudian menjadi segumpal daging seperti itu
pula, kemudian Dia mengutus seorang Malaikat untuk
meniupkan ruh padanya, dan diperintahkan (untuk menulis)
dengan empat kalimat: untuk menulis rizkinya, ajalnya,
amalnya, dan celaka atau bahagia(nya).” (HR. Bukhari Muslim)

3. Takdir Sanawi

Yaitu takdir tahunan yang ditulis pada malam Lailatul Qadar.

ٍ ‫ق كُ ُّل أ َ ْم ٍر َح ِك‬
‫يم‬ ُ ‫فِيهَا يُ ْف َر‬
“Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh
hikmah.” (Q.S.Ad-Dukhaan:4)

14 Kelas 8-SMP I Luqman Al Hakim


4. Takdir Yaumi

Yaitu takdir yang berlaku harian.

Allah Ta’ala berfirman :

‫كُ َّل يَ ْو ٍم ه َُو فِي شَأ ْ ٍن‬


“Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” (Q.S. Ar-Rahmaan:29)

Penting untuk di ketahui

Perlu diperhatikan bahwa di antara empat takdir ini, takdir


utamanya adalah takdir azali yang tertulis di lauhil mahfudz,
sedangkan tiga takdir yang lainnya (‘umri, sanawi, dan yaumi)
adalah takdir yang bisa merubah. Perhatikan kalimat berikut:

“Perubahan takdir (‘umri, sanawi dan yaumi) ini tertulis dalam


takdir azali di lauhil mahfudz.”

Contohnya: bisa saja dalam takdir ‘umri tertulis dia seorang yang
celaka, tetapi karena dia bersungguh-sungguh mencari hidayah,
maka ia menjadi orang yang beruntung. Perubahan takdir ‘umri ini
tertulis dalam lauhil mahfudz.

Ini juga yang dimaksud dengan “takdir bisa dirubah dengan doa”.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ﻻ يﺮد القﺪر إﻻ الﺪعاﺀ‬


“Tidaklah merubah suatu takdir melainkan doa.” [HR. Al
Hakim, hasan]
Kelas 8-SMP I Luqman Al Hakim 15
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah menjelaskan
bahwa takdir yang berubah tersebut berkaitan dengan doa,
beliau berkata:

‫ والقدر يكون‬، ‫الدعاء من أسباب رد القدر المعلق‬


‫ فإذا كان قدرا معلقا‬، ‫معلقا ويكون مبتوتا‬
“Doa termasuk sebab merubah takdir yang mu’allaq
(bergantung pada sebabnya). Takdir itu ada yang mu’allaq
dan ada yg telah tetap, sama sekali tidak berubah.”

Syaikh Al-‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa


perubahan takdir dan doa tersebut juga tertulis dalam takdir
azali lauhil mahfudz. Beliau berkata:

‫لكنه في الحقيقة ﻻ يرد القضاء؛ ألن األصل أن‬


‫ هذا‬،‫الدعاء مكتوب وأن الشفاء سيكون بهذا الدعاء‬
‫هو القدر األصلي الذي كتب في األزل‬
“Pada hakikatnya takdir (azali) tidak berubah, karena doa
tersebut sudah tertulis (dilauhil mahfudz) bahwa kesembuhan
karena adanya doa, inilah takdir asli yang tertulis dalam
takdir azali.” [Majmu’ Fatawa wa Rasail 2/93]

16 Kelas 8-SMP I Luqman Al Hakim

Anda mungkin juga menyukai