Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN

PENDETEKSI JARAK PANDANG TELEVISI SEBAGAI MENJAGA KESEHATAN


MATA DENGAN SENSOR PIR

Dosen Pengampu

Desmira, M.Pd

Disusun

Dias Eka Kusuma (2283190014)

PENDIDIKAN VOKASIONAL TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Allah SWT Puji syukur bagi Allah SWT yang telah senantiasa
memberikan nikmat sehat serta karunianya kepada kita semua. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “PENDETEKSI JARAK PANDANG
TELEVISI SEBAGAI MENJAGA KESEHATAN MATA DENGAN SENSOR PIR”
dengan baik dan tepat waktu. Tidak lupa sholawat serta salam kita limpahkan kepada
junjungan nabi besar Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya kejalan yang benar.

Dalam penyusunan makalah ini penulis mengalami berbagai hambatan serta kesulitan.
Namun, karena ada dukungan serta bimbingan dari pihak-pihak tertentu penulis dapat
menyelesaikan makalah ini, maka dari itu penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada
dosen pengampu mata kuliah Sensor dan Tranducer, Ibu Desmira, M.Pd. Serta kepada
seluruh pihak yang telah membantu dan membimbing penulis. Sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah dapat dikatakan sempurna. Maka dari
itu, dengan sangata terbuka penulis menerima kritik dan saran dari pembaca. Semoga dengan
dibuatnya makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca.

Serang, November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Televisi
1. Pengertian
2. Prinsip Kerja
B. Sensor PIR (Passive InfraRed)
1. Pengertian
2. Cara Kerja Sensor PIR
3. Bagian-Bagian Sensor PIR
C. Mikrokontroler
1. Pengertian
2. Kontruksi Atmega8535
a. Memori Program
b. Memori Data
c. Memori EEPROM
BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Dampak Menonton Televisi Bagi Kesehatan
B. Analisis Rangkaian
C. Pembuatan Program
D. Pembahasan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kenyamaan dalam menonton televisi memang menjadi peranan penting yang
membuat penonton menjadi betah lama-lama menonton televisi. Tetapi perilaku
masyarakat di Indonesia yang menonton televisi dan tidak memerdulikan posisi mereka
menonton televisi, yang dapat membahayakan kondisi kesehatan mata. Dalam menonton
televisi anak-anak atau orang dewasa saat ini tidak memperhatikan jarak menonton dan
sudut menonton televisi.
Menurut Purnomo (2018:1) Menonton televisi dengan jarak yang dekat dapat
berakibat buruk terhadap kesehatan mata seperti rabun jauh (miopi) dan menonton televisi
dengan posisi pandangan terlalu menghadap keatas atau lebih dari 25 derajat akan
mempercepat terjadinya kerusakan pada otot leher. Sedangkan jarak sudut yang ideal
dalam menonton televisi adalah 0 derajat sampai 25 derajat, jika lebih dari 25 derajat otot
leher akan tegang dan dapat mengakibatkan aliran darah ke otak menjadi kurang lancar
dan mengakibatkan kepala pusing dan nyeri tekuk pada leher apabila dilakukan berulang-
ulang akan dapat mengakibatkan sakit migran dan pusing kepala.
Menurut Widodo (2015:44) menyatakan televisi merupakan suatu sistem atau alat
elektronik yang mayoritas sudah dimiliki oleh semua masyarakat. Disamping kegunaan
alat ini terdapat dampak negatif yang sering terjadi, seperti sering mengalami mata lelah
dan kering. Hal ini disebabkan oleh monitor yang memancarkan sinar radiasi dan
menimbulkan beberapa masalah pada mata. Sinar radiasi yang terpancar dari setiap
pengguna berbeda-beda, tergantung dengan ukuran dari monitor tersebut .
Menoton televisi dengan jarak pandang yang terlalu dekat berakibatkan buruk untuk
kesehatan mata seperti rabun jauh, rabun dekat, kaburnya pandangan hingga efek
terburuknya kebutaan. Dan termasuk kurangnya dalam intensitas cahaya disekitar ruangan
juga sangat dapat memengaruhi untuk kesehatan mata dikarenakan mata dipaksa harus
melihat cahaya yang terang di satu titik sumber cahaya, dimana suatu intensitas cahaya
yang ideal yaitu perbandingan dari nilai kecerahan atau Brightness pada televisi dengan
suatu cahaya disekitar ruangan.
Dalam perkebangan era sendiri sudah banyak alat yang mempunyai fungsi sebagai
pendeteksi suara atau gerakan dan sebagainya. Seperti halnya sensor PIR (Passive

4
InfraRed) yang dimana merupakan sensor yang dapat mendeteksi pergerakan, dalam hal
ini sensor PIR banyak digunakan untuk mengetahui ada atau tidak ada pergerakan manusia
dalam daerah atau lingkup yang dijangkau oleh sensor PIR.
Berdasarkan penjelasan diatas maka, dalam laporan ini membahas mengenai
pendeteksi jarak pandang televisi sebagai menjaga kesehatan mata dengan sensor PIR.
dimana ketika pengguna menonton televisi masuk kedalam jangkauan dari sensor PIR
maka sensor PIR akan secara otomatis akan mematikan televisi demi menjaga kesehatan
mata.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari penjabaran pada latar belakang dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana kinerja dari sensor PIR sebagai pendeteksi?
2. Apa dampak negatif apabila menonton televisi dari jarak yang tidak ideal?
3. Bagaimana Kinerja dari pendeteksi dari jarak pandang televisi dengan sensor PIR?

C. Tujuan
Dalam penyusunan laporan ini, terdapat tujuan dari disusunnya laporan ini yang
dimana sebagai berikut:
1. Mengetahui kinerja dari sensor PIR sebagai pendeteksi.
2. Memahami dampak negatif dari menonton televisi dari jarsk yang tidak ideal.
3. Mengetahui kinerja dari pendeteksi jarak pandang televisi dengan sensor PIR.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Televisi
Televisi atau sering disingkat dengan istilah TV merupakan suatu alat
elektronik yang dapat menampilkan suara serta gambar dengan tingkat kejernihan
yang berbeda-beda. Dalam penampilah gambar pada televisi sendiri terdapat cahaya
atau Brightnes atau sinar radiasi yang dapat membuat kerusakan pada mata apabila
terlalu dekat pada saat menggunakan televisi.
1. Pengertian
Menurut Waluyanti (2015:271) Televisi merupakan sebuah alat
penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision
yang mempunyai arti, tele yang berarti tampak atau masing jauh dan vision
yang berarti tampak. Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak
jauh.
Awal dari televisi tidak lepas dari penemuan dasar, hukum gelombang
elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph Henry dan Michael Faraday
(1831) yang merupakan awal dari era komunikasi elektronik. Kemudian –
kemundian berturut-turut ditemukan tabung sinar katoda (CRT), sistem
televisi hitam putih dan sistem televisi warna.
2. Prinsip Kerja
Pesawat televisi akan mengubah sinyal listrik yang diterima menjadi
objek gambar utuh sesuai dengan objek yang ditransmisikan. Pada televisi
hitam putih (monochrome), gambar yang di produksi akan membentuk warna
gambar hitam dan putih dengan bayangan abu-abu. Pada pesawat televisi
warna, semua warna alamiah yang telah dipisah kedalam warna dasar RGB
akan dicampur kembali pada rangkaian matriks warna untuk menghasilkan
sinyal luminasi.
Selain gambar, pemacar televisi juga membawa sinyal suara yang
ditranmisikan bersama sinyal gambar. penyiaran televisi sebenarnya
menyerupai suara sistem radio tetapi mencakup gambar dan suara. Sinyal
suara di pancarkan dengan modulasi frekuensi (FM) pada suatu gelombang
terpisah dalam satu saluran pemancar yang sama dengan sinyal gambar. Sinyal
gambar termodulasi mirip dengan sistem pemancaran radio yang telah dikenal.

6
Modulasi frekuensi (FM) digunakan pada sinyal suara untuk
meminimalisasi atau menghindari derau (noise) dan interferensi. Sinyal suara
FM dalam televisi pada dasarnya sama seperti pada penyiaran radio FM, tetapi
ayunan frekuensi maksimun bukan 75 Khz melainkan 25 Khz. Saluran dan
standar pemancar televisi kelompok frekuensi telah ditetapkan bagi sebuah
stasiun pemancar untuk tranmisi sinyalnya disebut saluran (kanal).

B. Sensor PIR (Passive InfraRed)


Sensor PIR merupakan sensor yang dapat mendeteksi pergerakan dalam hal ini
sensor PIR banyak digunakan untuk mengetahui apakah ada pergerakan manusia
dalam daerah yang mampu dijangkau oleh sensor PIR. Sensor ini memiliki ukuran
kecil , murah, hanya membutuhkan daya kecil, dan mudah untuk digunakan. Sehingga
sensor ini banyak digunakan pada skala rumah maupun bisnis.
1. Pengertian
PIR (Passive Infrared Receiver) merupakan sebuah sensor berbasiskan
infrared. Akan tetapi, tidak seperti sensor infrared kebanyakan yang terdiri
dari IR LED dan fototransistor. PIR tidak memancarkan apapun seperti IR
LED. Sesuai dengan namanya ‘Passive’, sensor ini hanya merespon energi
dari pancaran sinar inframerah pasif yang dimiliki oleh setiap benda yang
terdeteksi. Ketika ada sebuah objek melewati sensor, pancaran radiasi infra
merah pasif yang dihasilkan akan dihasilkan akan dideteksi oleh sensor.
Energi panas yang dibawa oleh sinar infra merah pasif ini menyebabkan
aktifnya material pyroelektric di dalam sensor yang kemudian menghasilkan
arus listrik. Sensor

Gambar 1. Sensor PI (Passive InfraRed)

7
Sensor PIR hanya bereaksi pada tubuh manusia saja disebabkan karena
adanya IR Filter yang menyaring panjang gelombang sinar inframerah pasif.
IR Filter dimodul sensor PIR ini mampu menyaring panjang gelombang sinar
inframerah pasif antara 8 sampai 14 mikrometer, sehingga panjang gelombang
yang dihasilkan dari tubuh manusia yang berkisar antara 9 sampai 10
mikrometer ini saja yang dapat dideteksi oleh sensor
Jadi, ketika seseorang berjalan melewati sensor, sensor akan
menangkap pancaran sinar inframerah pasif yang dipancarkan oleh tubuh
manusia yang memiliki suhu yang berbeda dari lingkungan sehingga
menyebabkan material pyroelectric bereaksi menghasilkan arus listrik karena
adanya energi panas yang dibawa oleh sinar inframerah pasif tersebut.
Kemudian sebuah sirkuit amplifier yang ada menguatkan arus tersebut yang
kemudian dibandingkan oleh comparator sehingga menghasilkan output.

2. .Cara Kerja Sensor PIR


Pada umumnya sensor PIR dibuat dengan sebuah sensor pyroelectric
sensor yang dapat mendeteksi tingkat radiasi infrared. Segala sesuatu yang
mengeluarkan radiasi dalam jumlah sedikit, tapi semakin panas benda/mahluk
tersebut maka tingkat radiasi yang dikeluarkannya akan semakin besar atau
tinggi.

Gambar 2. Pyroelectric Sensor


Sensor ini dibagi menjad dua bagian agar dapat mendetekasi
pergerakan bukan rata-rata dari tingkat infrared. Dua bagian ini terhubung satu
sama lain sehingga jika keduanya mendeteksi tingkat infrared yang sama maka
kondisinya akan LOW namun jika kedua bagian ini mendeteksi tingkat
infrared yang berbeda (terdapat pergerakan) maka output kondisinya akan
HIGH dan LOW secara bergantian. Karena hal ini mengapa sensor PIR dapat
mendeteksi pergerakan manusia yang masuk pada jangkauan sensor PIR, hal

8
ini disebabkan manusia memiliki panas tubuh sehingga mengeluarkan radiasi
infrared. Dimana jangkauan dari sensor PIR maksimal sejauh 5 meter.

3. Bagian-Bagian Sensor PIR


Gambar dari sensor PIR berikut menunjukan bagian-bagian dari sensor
PIR yang dimana meliputi.

Gambar 3. Bagian-Bagian Sensor PIR


1. Pengatur waktu jeda, digunakan untuk mengatur lama pulsa high
setelah terdeteksi terjadi gerakan dan gerakan telah berakhir.
2. Pengatur Sensitivitas, pengatur tingkat sensitivitas sensor PIR
3. Regulator 3VDC, penstabil tegangan menjadi 3V DC.
4. Dioda Pengaman, mengamankan sensor jika terjadi salah pengkabelan
VCC dan GND.
5. DC Power, input tegangan dengan range (3-12) VDC.
6. Outpul Digital, output digital sensor.
7. Ground, hubungkan dengan GND.
8. BISS0001, IC Sensor PR.
9. Pengatur Jumper, untuk mengatur output dari pin digital.

C. Mikrokontroler
1. Pengertian
Mikrokontroler merupakan sebuah sistem komputer yang seluruh atau
sebagian besar elemennya dikemas dalam satu chip IC, sehingga sering
disebut single chip microcomputer. Mikrokontroler merupakan sistem
komputer mempunyai satu atau beberapa tugas yang sangat spesifik, berbeda
PC (Personal Computer) yang memiliki beragam fungsi. Perbedaan lainnya
adalah perbandingan RAM dan ROM yang sangat berbeda antara komputer
dengan mikrokontroler. Dalam mikrokontroler, ROM jauh lebih besar

9
disbanding RAM, sedangkan dalam computer atau PC, RAM jauh lebih besar
disbanding ROM.

2. Kontruksi Atmega 8535


Mikrokontroler ATmega8535 memiliki 3 jenis memori, yaitu memori
program, memori data dan memori EEPROM. Ketiganya memiliki ruang
sendiri dan terpisah.
a. Memori Program
ATmega8535 memiliki kapasitas memori progam sebesar 8 Kbyte
yang terpetakan dari alamat 0000h – 0FFFh dimana masing-masing
alamat memiliki lebar data 16 bit. Memori program ini terbagi menjadi
2 bagian yaitu bagian program boot dan bagian program aplikasi.

b. Memori Data
Atmega 8535 memiliki kapasitas memori data sebesar 608 byte
yang terbagi menjadi 3 bagian yaitu register serba guna, register I/O
dan SRAM. ATmega8535 memiliki 32 byte register serba guna, 64
byte register I/O yang dapat diakses sebagai bagian dari memori RAM
(menggunakan instuksi LD atau ST) atau dapat juga diakses sebagai
I/O (menggunakan instruksi IN atau OUT), dan 512 byte digunakan
untuk memori data SRAM.

c. Memori EEPROM
ATmega8535 memiliki memori EEPROM sebesar 512 byte
yang terpisah dari memori program maupun memori data. Memori
EEPROM ini hanya dapat diakses dengan menggunakan register-
register I/O yaitu register EEPROM Address, register EEPROM Data,
dan register EEPROM Control. Untuk mengakses memori EEPROM
ini diperlakukan seperti mengakses data eksternal, sehingga waktu
eksekusinya relatif lebih lama bila dibandingkan dengan mengakses
data dari SRAM.
ATmega8535 merupakan tipe AVR yang telah dilengkapi dengan 8 saluran
ADC internal dengan fidelitas 10 bit. Dalam mode operasinya, ADC
ATmega8535 dapat dikonfigurasi, baik secara single ended input maupun

10
differential input. Selain itu, ADC ATmega8535 memiliki konfigurasi
pewaktuan, tegangan referensi, mode operasi, dan kemampuan filter derau
yang amat fleksibel, sehingga dengan mudah disesuaikan dengan kebutuhan
ADC itu sendiri.
ATmega8535 memiliki 3 modul timer yang terdiri dari 2 buah
timer/counter 8 bit dan 1 buah timer/counter 16 bit. Ketiga modul
timer/counter ini dapat diatur dalam mode yang berbeda secara individu dan
tidak saling mempengaruhi satu sama lain. Selain itu, semua timer/counter
juga dapat difungsikan sebagai sumber interupsi. Masing-masing timer/counter
ini memiliki register tertentu yang digunakan untuk mengatur mode dan cara
kerjanya.
Serial Peripheral Interface (SPI) merupakan salah satu mode
komunikasi serial syncrhronous kecepatan tinggi yang dimiliki oleh
ATmega8535. Universal Syncrhronous and Asyncrhronous Serial Receiver
and Transmitter (USART) juga merupakan salah satu mode komunikasi serial
yang dimiliki oleh ATmega8535. USART merupakan komunikasi yang
memiliki fleksibilitas tinggi, yang dapat digunakan untuk melakukan transfer
data baik antar mikrokontroler maupun dengan modul-modul eksternal
termasuk PC yang memiliki fitur UART.
Pada ATmega8535, secara umum pengaturan mode syncrhronous
maupun asyncrhronous adalah sama. Perbedaannya hanyalah terletak pada
sumber clock saja. Jika pada mode asyncrhronous masing-masing peripheral
memiliki sumber clock sendiri, maka pada mode syncrhronous hanya ada satu
sumber clock yang digunakan secara bersama-sama. Dengan demikian, secara
hardware untuk mode asyncrhronous hanya membutuhkan 2 pin yaitu TXD
dan RXD, sedangkan untuk mode syncrhronous harus 3 pin yaitu TXD, RXD
dan XCK.

11
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Dampak Menonton Televisi Bagi Kesehatan


Menonton televisi dapat menjadi sumber hiburan dan penambah wawasan atau
informasi bagi seseorang yang ingin mengisi waktu luang. Namun, demikian hati-hati
agar selalu mengontrol dalam menonton televisi jangan sampai merusak kesehatan.
Dimana terdapat dampak negatif dari menonton televisi, terkhususnya bagi
perkembangan anak. Seperti Anak terlambat belajar bicara yang disebabkan karena
faktor keluarga yang sering mengajaknya menonton televisi terus menurus sehingga
membuat anak kecil sulit memahami bahasa orang dewasa.
Dan dampak negatif bagi perkembangan anak sendiri saat menonton televisi secara
terus-menerus ialah mengalami gangguan kesehatan mata. Dimana hal ini dikarenakan
oleh mata yang mengalami kelelahan dan juga jarak pandang menonton televisi telalu
dekat sehingga membuat mata terpapar radiasi dari televisi dan membuat mata
mengalami miopi (rabun jauh).

B. Analisis Rangkaian

Gambar 4. Rangkaian Pendeteksi Jarak Pandang Televisi Dengan Sensor PIR

Bedasarkan dari rancangan rangkaian alat Pendeteksi Jarak Pandang Televisi Dengan
Sensor PIR. Pemasangan komponen utama dan komponen pendukung pada rangkaian
dijelaskan sebagai berikut
1. 1 Xtal dan 2 kapasitor dihubungkan ke port Xtal1 & Xtal2 Atmega8535
bagian ini berfungsi sebagai penghasil sumber clock bagi Atmega8535.
12
2. Vout sensor PIR dihubungkan dengan PORTA0 Atmega8535. bagian ini
berfungsi sebagai sensor PIR yang mendeteksi jarak benda atau mahkluk
hidup.
3. Buzzer dihubungkan ke PORTC0 Atmega8535. bagian ini berfungsi sebagai
output alarm apabila sensor PIR mendeteksi adanya pergerakan.

Kinerja dari rancangan rangkaian pendeteksi jarak pandang televisi ini, yang dimana
pada saat Televisi dalam keadaan hidup dan ketika sensor PIR mendeteksi adanya
gerakan dalam radius kurang dari 114 cm maka buzzer akan aktif yang menandakan
bahwa jarak pandang mata pada kondisi yang bahaya atau tidak ideal. Sedangkan apabila
Ketika televisi dalam keadaan hidup dan ketika sensor PIR tidak mendeteksi adanya
gerakan dalam radius kurang dari 114 cm maka buzzer tidak aktif yang menandakan
bahwa jarak pandang mata pada kondisi yang tidak bahaya atau ideal.

C. Pembuatan Program
Pembuatan program menggunakan code vision AVR untuk membuat program
Pendeteksi Jarak Pandang Televisi dengan sensor PIR. Dalam pemrograman ini hal yang
pertama kali dilakukan adalah memanggil Atmega8535 serta melakukan pengaturan pada
portnya.
Tabel 1. Pengaturan PORT Pada ATMEGA8535

PORTA JENIS PORTB JENIS PORTC JENIS PORTD JENIS


A0 IN B0 OUT C0 OUT D0 IN
A1 IN B1 OUT C1 OUT D1 IN
A2 IN B2 OUT C2 OUT D2 IN
A3 IN B3 OUT C3 OUT D3 IN
A4 IN B4 OUT C4 OUT D4 IN

Lalu dilanjutkan dengan membuat program dari pendeteksi jarak pandang televisi
dengan sensor PIR. dimana program yang dibuat pada Code Vision AVR sebagai
berikut:
#include <mega8535.h>
#include <delay.h>
void main (void)
while (1)
{

13
if ((PINA&(1<<0)))
{
PORTC=0x01;
delay_ms (500);
PORTC=0x00;
}
else
PORTC=0x00;
}

Berdasarkan program tersebut dapat dijelaskan dimana program awal berupa


berbentuk assembly atau bahasa C setelah itu terjadinya konversi program objek tersebut
dapat berbentuk HEX, BIN atau COFF. Dapat dijelaskan juga ketika PINA mendeteksi
suatu gerakan maka output pada PORTC akan hidup dengan delay 500 dan setelah itu
akan mati. Apabila PINA tidak mendeteksi adanya suatu gerakan maka output PORTC
tetap dalam kondisi tidak aktif.

D. Pembahasan
Berdasarkan dari rancangan alat serta program yang telah dibuat dapat dijelaskan.
Dimana sensor PIR pada televisi memiliki kemampuan dalam mendeteksi keberadaan
manusia berdasarkan gerakan & pancaran gelombang infra merah yang berasal dari
panas tubuh. Dimana jarak efektif dari sensor PIR yaitu sekitar 0-250 cm, karena pada
jarak ini semua bentuk gerakan manusia dapat dideteksi oleh sensor PIR.
Buzzer dan televisi merupakan keluaran atau output yang digunakan pada rancangan
pendeteksi jarak pandang televisi dengan sensor PIR ini, dimana buzzer disini
mempunyai fungsi sebagai alarm bahaya penanda bahwa jarak menonton televisi dalam
jangkauan kuran dari 114cm..
Rancangan rangkaian ini menggunakan tegangan atau catu daya DC (Dirrect Current)
sebesar 9 Volt. Tahapan dari kerja rangkaian ini dimulai pada saat pemberian sumber
tegangan 9 Volt dimana tegangan ini kemudia diubah menjadi tegangan 5 Volt
menggunakan regulator L780SCV yang sudah tersedia dalam sistem minimun Atmega
8535. Selanjutnya tegangan 5 Volt digunakan sebaga sumber tegangan Atmega8535,
sensor PIR, dan Buzzer.

14
Sensor PIR berfungsi sebagai Input ke mikrokontroler Atmega8535. Pada saat sensor
PIR aktif maka sensor PIR akan mengirimkan sinyal digital berlogika 0 dengan tegangan
0V ke mikrokontroler, atau berlogika 1 dengan tegangan 5V jika PIR tidak aktif. Pada
mikrokontroler Atmega8535 sinyal clock dibangkitkan dari Xtal yang terhubung ke pin
Xtal1 dan Xtal2. Kemudian input dari sensor PIR diolah untuk ditentukan output yang
sesuai dengan pemrograman yang ditambahkan ke dalam mikrokontroler. Output yang
sudah terbaca selanjutnya dikirimkan ke PORTC0 untuk mengatifkan Buzzer.
Mikrokontroler Atmega8535 akan mengirimkan sinyal berlogika 0 atau 1 ke PORTC0
yang difungsikan sebagai mengatifkan Buzzer, jika yang dikirin sinyal digital berlogika 1
maka Buzzer hidup dan apabila jika yang dikirim sinyal digital berlogika 0 maka Buzzer
akan mati.

BAB III
PENUTUP

15
A. Kesimpulan
Berdasarkan kinerja dari rancangan pendeteksi jarak pandang televisi dengan sensor
PIR dapat bekerja dengan semestinya. Jika sensor PIR tidak mendeteksi adanya gerakan
manusia maka Buzzer OFF. Jika terdeteksi adanya gerakan oleh sensor PIR dalam radius
kurang dari 114cm maka Buzzer akan ON. Cara kerja rancangan sudah bekerja seperti
pada program yang di masukan pada chip Atmega8535. Sehingga rancangan dari
pendeteksi jarak pandang televisi dengan sensor PIR dapat mengingatkan ke pengguna
apabila dalam radius kurang dari 114 cm dalam menonton televisi, sehingga kesehatan
mata pada saat menonton televisi akan dapat terjaga

DAFTAR PUSTAKA

16
Iswanto. 2010. Implementasi Sensor Pyroelectric Infra Red (PIR) Sebagai Pewaktu
Televisi. JSTK. Vol 13 (2), 130-136
Sumardi, dkk. 2016. Aplikasi Pendeteksi Manusia Pada Televisi Berbasis
Mikrokontroler Atmega8535. Teknik UMT. Vol 5 (2), 74-82
Purnomo, A., dkk. 2018 . Smart Sensor Television: Alat Pendeteksi Jarak Pandang
Televisi Otomatis Sebagai Upaya Menjaga Kesehatan Mata. UNY. 1-4
Waluyanti, Sri. 2015. Teknik Audio Video. Jakarta. Erlangga
Widodo, S. 2015. Rancang Bangun Alat Pendeteksi Jarak Aman Menonton TV
Menggunakan Mikrokontroler Atmega8535. FIRST. 137-141

17

Anda mungkin juga menyukai